Warisan Atlet Olimpiade Sekaligus Hibakusha Warisan Atlet Olimpiade Sekaligus Hibakusha
Backstories

Warisan Atlet Olimpiade Sekaligus Hibakusha

    NHK World
    Correspondent
    NHK Hiroshima
    Anchor
    Hampir satu dekade sebelum bom atom mengubah hidupnya, Takata Shizuo pernah bertanding untuk Jepang di ajang olahraga terbesar dunia.

    Namun, kemampuan fotografinya yang justru terus menginspirasi setelah kematiannya.

    Dari atlet Olimpiade menjadi fotografer

    Saat berusia 27 tahun, Takata Shizuo bertanding di nomor tolak peluru dalam Olimpiade Berlin 1936 setelah memenangkan sejumlah kejuaraan nasional.

    "Beberapa orang berpikir ia sedikit menakutkan, karena badannya yang besar untuk ukuran pria Jepang," cerita cucu Shizuo, Toshiaki.

    Di balik fisiknya yang besar, ia adalah orang yang ceria dan baik hati, yang membuat atlet muda itu tetap berpikir positif setelah lemparannya tidak memenuhi kualifikasi dan membuatnya tersingkir dari Olimpiade.

    Takata Shizuo
    Takata Shizuo pernah menjadi atlet tolak peluru.

    Tak lama setelah pensiun, ia mencurahkan hasratnya di fotografi.

    Foto hasil bidikan kameranya bukan hanya fokus terhadap kemampuan atletis untuk membangkitkan emosi. Foto-fotonya mengindikasikan cinta atas keterampilan yang ia pupuk, yang pada satu hari ia wariskan ke anak cucunya yang berkarir di bidang fotografi.

    Toshiaki juga mendapatkan warisan kamera yang pertama kali digunakan kakeknya lebih dari 60 tahun lalu.

    "Sewaktu saya pergi ke taman perdamaian di Hiroshima dan melihat pemandangan serupa yang ia pernah foto, saya membayangkan, ‘apa yang ia pikirkan saat memotretnya?’" kata Toshiaki.

    "Itulah gunanya memiliki barang kenang-kenangan ini."

    Takata Toshiaki
    Takata Toshiaki memegang kamera yang dibeli Shizuo pada 1956.

    Suara yang berkumandang

    Toshiaki masih berusia satu tahun saat kakeknya meninggal dunia, tetapi ia membangun ikatan emosional melalui 1.400 foto dan barang kenangan lainnya yang ditinggalkan Shizuo.

    Itu termasuk sebuah pita suara kuno yang ditemukan Toshiaki tahun lalu.

    Sewaktu pita suara itu diputar, suara Shizuo berkumandang memenuhi ruangan dan Toshiaki seperti dibawa kembali ke masa yang terukir dalam ingatan bersama para penduduk Hiroshima.

    "Saya merasa seperti bomnya dijatuhkan tepat di hadapan saya," kata Shizuo dalam rekaman tersebut. Toshiaki meyakini itu adalah wawancara radio. "Saya tidak sadarkan diri untuk beberapa saat."

    Pada 6 Agustus 1945, Shizuo berada di sebuah perusahaan listrik tempatnya bekerja setelah pensiun dari olahraga, hanya 700 meter dari titik ledakan bom atom.

    Shizuo melanjutkan ceritanya dengan menggambarkan dampak bom terhadap dirinya, "Saya tidak sering pergi keluar. Sewaktu bepergian, saya harus banyak istirahat terlebih dahulu."

    The audio recording tape
    Takata Toshiaki meyakini interview di pita suara ini direkam untuk programa radio.

    Temuan pita suara tersebut mengejutkan Toshiaki.

    "Saya sangat bahagia karena bisa mendengar suara kakek saya. Saya beruntung pita suara ini tersimpan dengan aman di laci," kata Toshiaki.

    Shizuo meninggal dunia di usia 54 tahun, setahun sebelum Olimpiade Tokyo 1964. Meskipun terbaring di tempat tidur karena sakit, ia sempat membeli lensa baru.

    "Ia mungkin tahu tidak akan bisa melihat Olimpiade, tetapi ia pasti sangat menantikannya," kata Toshiaki.

    Hasrat untuk fotografi dan perdamaian dunia

    Toshiaki mengatakan kesulitan yang dihadapi Shizuo sebagai hibakusha atau penyintas bom atom tidak pernah meracuni hatinya. Buktinya terlihat dalam karya-karyanya.

    Sebuah foto dengan judul "Heiwa-eh-no-michi" atau jalur menuju perdamaian, menunjukkan pasangan dari Amerika yang mengunjungi Hiroshima, 13 tahun setelah pengeboman.

    Toshiaki menunjukkan pasangan tersebut seakan melangkahkan kaki kanannya dengan serentak.

    "Ia seorang atlet dan foto ini menunjukkan sisi sportivitasnya. Ia tidak meyakini bahwa orang-orang pada dasarnya buruk. Ia menyalahkan perang dan bom atom," katanya.

    "Pesannya adalah orang-orang harus bersatu dan melangkah maju menuju masa depan."

    Takata Toshiaki menjelaskan foto Shizuo yang dipamerkan di sebuah galeri di Hiroshima.
    Tonton video: 03.07

    Terinspirasi untuk meneruskan pesan tersebut, Toshiaki mulai memamerkan fotografi karya kakeknya.

    Hampir enam dekade setelah kematiannya, Toshiaki mengatakan pada masa kini seruan Shizuo bagi perdamaian tetap sama pentingnya seperti masa ketika foto tersebut diambil, dan ia akan terus berupaya untuk menyampaikannya kepada generasi mendatang.