Tengah malam di bulan sepuluh, malam pertama Kannazuki, atau "bulan tanpa dewa", dua kakak beradik terbangun karena mendengar suara dentuman besar. Mereka naik ke atap rumah dan melihat cahaya di kejauhan, seolah-olah ratusan lentera berjejer di cakrawala.
Angin kencang kemudian berembus, menerbangkan pasir di halaman. Kakak beradik itu mencoba menutupi wajah mereka, tetapi keesokan harinya muncul bintik aneh seperti wijen hitam di mata kiri sang kakak. Makin lama, bintik-bintik itu makin bertambah, dan sang kakak mengatakan ia mulai melihat penampakan.