Tanya Jawab Virus Korona

Ini adalah pertanyaan mendasar Virus Korona. Pakar dari NHK menjawab pertanyaan dari pendengar tentang virus korona baru. Mohon pelajari lebih lanjut mengenai Virus Korona.

Q558: Temuan terbaru tentang long COVID
(9) Tantangan dalam sistem perawatan

Kali ini, kami mengulas tentang tantangan dalam menciptakan sistem perawatan.

Kementerian Kesehatan Jepang merilis sebuah manual yang meminta orang-orang yang diduga mengalami gejala long COVID untuk pergi ke institusi medis setempat atau berkonsultasi dengan dokter yang biasa mereka kunjungi. Namun, sejumlah klinik komunitas dikatakan enggan merawat orang-orang semacam ini atau menolaknya, dan mengatakan kepada mereka mungkin itu hanya imajinasi mereka.

Dokter Morioka Shinichiro dari Pusat Nasional bagi Kesehatan dan Obat-obatan Global menyebutkan bahwa penting untuk menerapkan sistem di mana orang-orang yang mengatakan mereka memiliki long COVID dapat dirawat.

Morioka mengatakan penelitian mereka menunjukkan bahwa sekitar satu dari empat orang yang tertular virus korona masih menderita beberapa jenis gejala bahkan 18 bulan kemudian. Ia mengatakan terkait hal ini, lebih banyak fasilitas yang diperlukan untuk menerima mereka. Morioka mengatakan konsultasi bagi pasien semacam itu mungkin membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya guna mempelajari gejala serta detail lainnya. Ia menyebutkan karena sejumlah institusi medis mungkin pada akhirnya menerima lebih sedikit pasien, ia meyakini upaya harus dilakukan guna mempertimbangkan biaya medis dan faktor-faktor lainnya.

Kementerian Kesehatan Jepang meminta seluruh provinsi di Jepang untuk menyusun daftar fasilitas medis yang dapat merawat pasien long COVID serta merilis informasi tersebut pada 28 April.

Informasi ini tertanggal 14 April.

Q557: Temuan terbaru tentang long COVID
(8) Cara dokter menangani pasien

Kali ini, kami mengulas tentang cara institusi medis menangani kondisi tersebut.

Institut Penelitian Medis Rumah Sakit Kitano di Kota Osaka adalah salah satu institusi medis yang memiliki unit rawat jalan khusus bagi long COVID.

Para dokter di unit tersebut menentukan apakah gejala pasien terkait COVID atau diakibatkan oleh penyakit lain dengan menanyakan kepada pasien mengenai kondisinya secara detail.

Dokter Marumo Satoshi di rumah sakit itu mengatakan penting untuk pertama-tama memutuskan apakah pasien menderita gejala lanjutan COVID atau dari penyakit lain akibat penyakit kronis, seperti rematik artikular, yang dapat memburuk karena terinfeksi virus korona.

Ia mengatakan diagnosis yang tepat memungkinkan para pasien menerima perawatan di unit yang khusus bagi kondisi mereka. Dokter itu juga menyebutkan beberapa orang yang mengatakan mereka memiliki long COVID menjadi depresi karena kecemasan mendalam yang disebabkan oleh kesehatan yang terus memburuk.

Marumo mengatakan dalam sejumlah kasus, gejala timbul akibat kecemasan atas kemungkinan terjadinya gejala lanjutan. Menurutnya, sekitar 60 persen orang usia kerja berusia 40-an hingga 50-an yang dirawat di rumah sakit karena tertular virus korona tidak bisa kembali bekerja segera setelah pulih.

Informasi ini tertanggal 13 April.

Q556: Temuan terbaru tentang long COVID
(7) Perawatan medis

Kali ini, kami mengulas tentang cara mengobati kondisi tersebut.

Profesor Kutsuna Satoshi dari Universitas Osaka mengatakan isunya adalah belum ada pengobatan yang terbukti efektif dalam menyembuhkan gejala lanjutan. Ia mengatakan jika Anda ingin menghindari risiko mengalami long COVID, makin penting untuk mengambil langkah-langkah dalam menghindari penularan atau mendapatkan vaksinasi.

Dokter Morioka Shinichiro dari Pusat Nasional bagi Kesehatan dan Obat-obatan Global mengatakan sejumlah pengobatan tengah melalui studi klinis. Hasil studi ini menunjukkan potensi terapi oksigen hiperbarik yang bekerja pada gejala saraf, dan obat oral milik Pfizer, Paxlovid.

Sementara itu, Shionogi di Jepang tengah mempelajari apakah obat oral barunya Xocova dapat meringankan beberapa gejala lanjutan COVID. Hasilnya sejauh ini menunjukkan bahwa 14,5 persen pasien yang diobati dengan Xocova mengatakan mereka mengalami setidaknya satu dari 14 gejala terkait long COVID seperti batuk atau kelelahan enam bulan kemudian. Ini merupakan angka yang lebih kecil dibandingkan 26,3 persen di antara pasien yang diberikan plasebo. Shionogi mengatakan risiko mengalami gajala lanjutan 45 persen lebih rendah di antara pasien yang diobati dengan Xocova.

Dalam perkembangan lainnya di Jepang, sejumlah laporan menyebutkan bahwa Terapi Abrasif Epifaring yang melibatkan kapas digosok kuat di dalam hidung, membantu meringankan sejumlah gejala terkait long COVID. Efektivitas perawatan ini masih diuji secara ilmiah. Namun, sejumlah institusi medis menggunakan terapi ini guna merawat pasien long COVID.

Tidak ada pengobatan yang pasti karena semuanya masih dalam tahap penelitian, tetapi beberapa perawatan menunjukkan kemajuan sebagai metode yang mungkin digunakan di masa depan untuk mengobati long COVID.

Informasi ini tertanggal 12 April.

Q555: Temuan terbaru tentang long COVID
(6) Cara mendiagnosis long COVID

Kali ini, kami mengulas studi tentang cara mendiagnosis pasien yang mengalami gejala lanjutan COVID.

Profesor Iwasaki Akiko dari Universitas Yale adalah pakar imunologi yang mempelajari long COVID. Iwasaki dan timnya mencari tahu jenis tes yang dapat menentukan apakah pasien memiliki long COVID. Mereka berupaya mencari tahu adanya zat-zat tertentu yang terdeteksi dalam darah para pasien long COVID atau jika pasien tersebut memiliki kadar hormon tertentu yang tinggi. Ini untuk menciptakan metode guna mendiagnosis penyakit dengan tes darah.

Tim itu kini memfokuskan pada tingkat hormon steroid yang disebut kortisol. Hormon ini berfungsi untuk menekan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi peradangan. Diketahui bahwa tingkat kortisol dalam darah melonjak saat seseorang bangun di pagi hari. Ini mendorong naik tingkat gula darah dan tekanan darah serta membuat orang tersebut menjadi aktif.

Studi oleh Iwasaki dan timnya itu menemukan bahwa tingkat kortisol dalam darah orang dengan long COVID pada waktu bangun cenderung jauh lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak memiliki long COVID. Studi ini mengungkapkan sebagian dari ciri-ciri long COVID, tetapi masih banyak yang harus dipelajari terkait mekanismenya.

Informasi ini tertanggal 11 April.

Q554: Temuan terbaru tentang long COVID
(5) Hipotesis mengenai mekanisme

Kali ini, kami mengulas tentang hipotesis yang ada saat ini mengenai mekanisme long COVID.

Mekanisme efek kesehatan jangka panjang dari COVID-19 masih belum ditemukan jawabannya. Profesor Iwasaki Akiko dari Universitas Yale, spesialis imunologi yang mempelajari efek jangka panjang dari COVID, mengembangkan hipotesis berikut ini terkait mekanisme long COVID.

• Bahkan setelah gejala awal, seperti batuk atau demam, telah menghilang, virus atau fragmen virus masih berada di dalam tubuh, menyebabkan radang dalam waktu yang lama.
• Sistem kekebalan tubuh yang biasanya melindungi tubuh, mulai menyerang tubuh setelah infeksi.
• Organ tubuh yang rusak akibat infeksi membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh.
• Virus herpes atau virus lainnya yang sudah ada di dalam tubuh diaktifkan oleh infeksi COVID.

Iwasaki mengatakan, “Saat kita mulai memahami bahwa antigen virus (bagian dari virus) atau RNA (gen virus korona) tetap berada di berbagai bagian tubuh, bahkan beberapa bulan setelah penularan, hipotesis bahwa infeksi virus terus berlanjut untuk waktu yang lama menarik perhatian khusus. Laboratorium kami berencana melakukan penelitian mengenai mengobati masalah yang masih ada dengan menggunakan obat-obatan COVID.”

Informasi ini tertanggal 10 April.

Q553: Temuan terbaru tentang long COVID
(4) Gejala lanjutan pada titik tertentu setelah sembuh

Kali ini, kami mengulas tentang survei terhadap rasio orang-orang yang terus mengalami gejala lanjutan COVID-19 pada titik tertentu setelah sembuh.

Sebuah survei di Jepang menunjukkan bahwa rasio orang-orang yang mengalami gejala lanjutan COVID-19 berbeda tergantung pada waktu yang berlalu setelah mereka sembuh dari penyakit ini.
Survei tersebut dilakukan secara bersama oleh Profesor Kutsuna Satoshi dari Universitas Osaka dan Kota Toyonaka di Provinsi Osaka.

Mereka menyurvei sekitar 26.000 warga kota yang telah tertular virus korona hingga akhir Maret 2022 melalui surat dan aplikasi. Lebih dari 4.000 orang merespons. Di antaranya, 47,7 persen mengatakan masih memiliki gejala setelah 10 hari isolasi mandiri, sementara 5,2 persen mengatakan masih merasakan gejala lanjutan satu bulan setelah mengalami gejala awal, dan 3,7 persen mengatakan merasakannya dua bulan kemudian.

Survei itu juga menemukan bahwa orang-orang dengan gejala parah lebih mungkin mengalami gejala lanjutan, dan mereka yang telah divaksinasi cenderung mengalami lebih sedikit gejala lanjutan.

Kutsuna mengatakan kita harus mempertimbangkan hingga ke suatu titik bahwa orang-orang yang mengalami gejala tersebut lebih akan merespons survei semacam itu. Namun, survei di Toyonaka menunjukkan sejumlah hasil yang serupa dengan penelitian di luar negeri, seperti hasil mengenai orang-orang yang memiliki gejala parah dan mereka yang telah divaksinasi. Dalam banyak kasus, gejala menghilang seiring berlalunya waktu, tetapi sebagian orang mengalaminya dalam waktu yang lama.

Informasi ini tertanggal 7 April.

Q552:Temuan terbaru tentang long COVID
(3) Apa risikonya?

Kali ini, kami mengulas tentang analisis terperinci setruk biaya medis yang bertujuan mencari tahu risiko long COVID.

Sebuah tim yang dipimpin oleh Profesor Hirata Akimasa dari Institut Teknologi Nagoya menganalisis sertifikat remunerasi medis yang mencantumkan nama penyakit serta perawatannya. Subjeknya adalah 1,25 juta orang yang membayar biaya medis kurang dari 200.000 yen tiap tahunnya, indikasi tidak adanya penyakit kronis yang serius. Tim tersebut mencari tahu apakah terdapat perbedaan rasio orang yang mengeluhkan gejala umum di antara pasien long COVID, antara mereka yang pernah tertular virus itu dan mereka yang belum pernah. Tim ini memfokuskan pada sepuluh gejala, termasuk rasa lelah dan sakit kepala.

Tim tersebut pertama-tama menganalisis data dari periode satu tahun sampai musim semi 2021, saat gelombang penularan pertama hingga ketiga melanda Jepang. Sekitar tiga persen orang-orang yang tidak pernah tertular virus itu mengunjungi rumah sakit akibat sepuluh gejala tersebut. Namun, rasio di antara orang-orang yang pernah tertular mencapai sekitar 16 persen, sekitar lima kali lipat dibandingkan jumlah orang yang belum pernah tertular virus korona.

Selama gelombang keempat dan kelima, rasionya adalah sekitar enam kali lipat lebih tinggi di antara orang-orang yang pernah tertular virus ini. Pada gelombang keenam, ketika varian Omicron menyebar dengan cepat, tim tersebut menemukan perbedaan yang relatif kecil, yaitu tiga kali lipat antara kedua grup itu terhitung hingga Maret 2023.

Hirata mengatakan analisis ini hanya dari setruk biaya medis dan tidak cukup untuk mencari tahu mengenai kaitan antara virus korona dan gejalanya. Namun, ia menyebutkan hal ini menunjukkan orang-orang yang tertular virus itu sering mengunjungi rumah sakit untuk hal yang dianggap sebagai gejala long COVID. Profesor tersebut mengatakan perbedaan yang lebih kecil selama gelombang keenam, saat varian Omicron mendominasi, menunjukkan efektivitas vaksin serta penurunan virulensi patogen virus korona.

Informasi ini tertanggal 6 April.

Q551: Temuan terbaru tentang long COVID
(2) Frekuensi

Kali ini, kami akan mengulas tentang frekuensi kondisi usai virus korona melalui sebuah survei di Jepang.

Sebuah tim yang dipimpin oleh Morioka Shinichiro di Rumah Sakit Pusat dari Pusat Nasional bagi Kesehatan dan Obat-obatan Global melakukan jajak pendapat untuk mencari tahu tentang gejala usai COVID. Subjeknya adalah 502 orang, berusia antara 20 hingga 79 tahun, yang terinfeksi virus korona termasuk mereka yang mencari pertolongan medis antara Februari 2020 dan November 2021.

Sebanyak 32,3 persen responden mengatakan mereka mengalami gejala enam bulan setelah pulih. Rasionya turun menjadi 30,5 persen 12 bulan setelah pulih. Sebanyak 25,8 persen mengalami gejala 18 bulan setelah pulih. Ini sekitar satu dari empat orang.

Tim itu juga menanyakan gejala apa saja yang mereka alami satu tahun setelah pulih. Sebanyak 11,7 persen mengalami gangguan ingatan, 11,4 persen melaporkan sulit berkonsentrasi, 10,3 persen mengalami masalah pada indra penciuman, dan 9,1 persen mengalami kabut otak atau merasa tidak dapat berpikir sejernih sebelumnya, 7,5 persen merasa tertekan, 5,9 persen memiliki masalah pada indra perasa, 5,6 persen mengalami sesak napas, 3,8 persen merasa lelah, dan 3,5 persen melaporkan rambut rontok. Tim itu menemukan bahwa masalah pada indra perasa, rambut rontok, dan sulit berkonsentrasi tampaknya berlanjut pada wanita. Sesak napas, batuk, dan lelah terus dirasakan pasien yang menderita gejala COVID moderat hingga serius.

Informasi ini tertanggal 5 April.

Q550: Temuan terbaru tentang long COVID
(1) Apa gejala kondisi usai COVID-19?

NHK menjawab pertanyaan tentang virus korona. Banyak negara mulai memperlakukan COVID-19 sebagai penyakit menular biasa. Namun, negara-negara tersebut masih berupaya mengatasi efek jangka menengah dan panjang yang dikenal sebagai long COVID. Dalam seri ini, kami mengulas temuan terbaru tentang kondisi usai COVID.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjabarkan kondisi usai COVID-19 sebagai berikut. Gejala long COVID biasanya muncul dalam tiga bulan sejak awal tertular COVID-19. Gejala ini bertahan setidaknya selama dua bulan. Gejala ini tidak dapat dijelaskan seperti gejala yang timbul akibat penyakit lain. Jika gejala tersebut memenuhi ketiga definisi berikut ini, gejalanya dianggap sebagai long COVID.

Secara khusus, gejala long COVID meliputi kelelahan, sesak napas, gangguan ingatan, sulit berkonsentrasi, dan masalah pada indra penciuman dan perasa.

Namun, terdapat penelitian yang menemukan sebanyak 50 jenis gejala dikeluhkan oleh para pasien. Frekuensi terbentuknya kondisi long COVID semacam ini belum diketahui. Jika pasien menunjukkan sejumlah gejala setelah tertular virus korona, sangat sulit untuk menentukan apakah gejala ini terkait dengan penularan atau berasal dari penyebab lain.

Morioka Shinichiro, dokter di Rumah Sakit Pusat dari Pusat Nasional bagi Kesehatan dan Obat-obatan Global, mengatakan saat ini masih belum jelas mengapa gejala jangka panjang muncul setelah tertular virus korona serta mekanisme pembentukannya. Ia mengatakan perlu untuk memeriksa pasien secara menyeluruh guna memastikan apakah gejala yang dikeluhkan benar-benar terkait dengan penularan virus korona dan kemudian mencari tahu cara untuk merawatnya.

Informasi ini tertanggal 4 April.

Q549: Seperti apa perubahan yang akan terjadi setelah klasifikasi ulang? (7) Pendapat pakar

NHK menjawab pertanyaan mengenai virus korona. Pemerintah Jepang berencana untuk menurunkan klasifikasi COVID-19 menjadi kategori lima, sama tingkatannya dengan penyakit menular seperti flu musiman pada 8 Mei. Dalam bagian ini akan membahas mengenai pendapat pakar mengenai dampak yang mungkin terjadi dari perubahan itu.

Profesor Tateda Kazuhiro dari Universitas Toho merupakan anggota panel penasihat pemerintah untuk virus korona. Ia berpendapat berakhirnya tes virus korona dan perawatan secara gratis tidak akan membuat orang-orang menahan diri untuk melakukan pemeriksaan ke dokter ketika diduga mengalami infeksi. Ia mengatakan hal itu karena biaya yang ditanggung sendiri kurang lebih sama dengan dengan seseorang yang terduga terinfeksi influenza ketika pergi ke dokter. Namun, ia mengatakan beban biaya untuk obat dan rawat inap di rumah sakit yang ditanggung pasien akan lebih mahal, jadi pemerintah harus menyediakan dukungan sementara waktu dan menerapkan perubahan secara bertahap.

Pemerintah berupaya untuk mendapat lebih banyak klinik dan rumah sakit untuk merawat pasien virus korona setelah klasifikasi ulang. Berkaitan dengan hal ini, Tateda mengatakan akan menimbulkan kebingungan jika institusi medis yang belum merawat pasien virus korona hingga saat ini tiba-tiba diminta untuk menerima pasien seperti itu. ia mengatakan institusi medis harus diminta bekerja sama untuk memperpanjangnya sejauh itu memungkinkan, tanpa membuatnya kewalahan.

Ia menekankan bahwa sebagian besar institusi telah merawat pasien influenza. Ia menekanan bahwa penting untuk secara bertahap meningkatkan jumlah fasilitas yang menerima pasien virus korona dengan meminta mereka untuk sedikit menaikkan langkah-langkah yang telah diterapkan terhadap pasien influenza. Ia mengatakan hal ini termasuk memastikan jarak di antara pasien dan ventilasi yang tepat.

Informasi ini tertanggal 3 April.

Q548: Seperti apa perubahan yang akan terjadi setelah klasifikasi ulang? (6) Bagaimana rumah sakit mengatasi perubahan

NHK menjawab pertanyaan mengenai virus korona. Pemerintah Jepang berencana untuk menurunkan klasifikasi COVID-19 menjadi kategori lima, sama tingkatannya dengan penyakit menular seperti flu musiman pada 8 Mei. Bagian ini akan membahas bagaimana rumah sakit berencana untuk mengatasi perubahan itu, dengan contoh sebuah klinik di Tokyo.

Sejumlah institusi medis yang tidak dapat menerima pasien COVID-19 saat ini mempertimbangkan untuk melakukannya karena hal itu memungkinkan dengan klasifikasi ulang ini. Dr. Kijima Fujio, Direktur Klinik Kijima di Distrik Shinjuku, Tokyo. Ketika infeksi virus korona mulai menyebar di Jepang, Kijima berpikir untuk menerima pasien yang hasil tesnya positif COVID-19. Namun, ia memutuskan tidak melakukannya demi keselamatan pasien lain, karena kliniknya tdak dibangun untuk isolasi pasien yang terinfeksi virus tersebut.

Meski demikian, perubahan rencana dalam klasifikasi itu membuatnya untuk memikirkan bagaimana ia dapat mulai menerima pasein COVID-19. Untuk mewujudkannya, seorang pasien terduga COVID-19 akan diminta untuk melakukan reservasi melalui telepon di saat pasien yang lain tidak ada. Staf klinik harus melalukan ventilasi dan disinfeksi ruangan setelah pasien itu pergi.

Bahkan setelah melakukan pencegahan seperti itu, mereka tidak dapat benar-benar menghilangkan risiko infeksi karena pasien terinfeksi dan pasien lainnya akan berbagi ruangan yang sama. Staf klinik diliputi kegelisahan.

Kijima mengatakan staf klinik dapat mempersiapkan menangani kemungkinan infeksi, tetapi pasien mungkin tidak. Karena itu, ia mengatakan harus melakukan langkah-langkah yang hati-hati untuk meminimalkan risiko infeksi ke pasien, terutama mereka dengan penyakit penyerta.

Informasi ini tertanggal 31 Maret.

Q547: Seperti apa perubahan yang akan terjadi setelah klasifikasi ulang? (5) Siapa yang mencari rumah sakit yang menerima pasien

NHK menjawab pertanyaan mengenai virus korona. Pemerintah Jepang berencana untuk menurunkan klasifikasi COVID-19 menjadi kategori lima, sama tingkatannya dengan penyakit menular seperti flu musiman pada 8 Mei. Bagian ini akan membahas mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk menemukan rumah sakit yang akan menerima pasien.

Saat ini, institusi seperti pusat kesehatan masyarakat mengatur penerimaan rumah sakit bagi orang-orang terinfeksi virus korona. Namun, pemerintah mengatakan bahwa menyusul klasifikasi ulang, tanggung jawab itu secara bertahap akan dialihkan secara prinsip ke rumah sakit. Pengaturan itu akan mulai dilakukan di kalangan rumah sakit untuk menerima pasien, tetapi awalnya, hanya mereka dengan gejala ringan. Setelah musim gugur, mencari rumah sakit untuk pasien dengan gejala ringan juga akan menjadi tanggung jawab mereka.

Untuk mengakhiri itu, rumah sakit didorong untuk menggunakan teknologi informasi sehingga dengan cepat dapat membagikan informasi mengenai ketersediaan ranjang rumah sakit. Di saat yang sama, pemerintah daerah mungkin mempertahankan sistem yang sudah ada seperti satgas untuk mengalokasikan pasien ke rumah sakit tergantung pada situasi mereka untuk memastikan transisi yang lancar.

Kementerian Kesehatan akan meminta pemerintah provinsi untuk menyusun sebuah rencana transisi selambatnya hingga akhir April guna memastikan perluasan ketentuan layanan medis dan koordinasi yang lancar di antara rumah sakit. Rencana itu akan meliputi sebuah periode hingga akhir September sebelum cuaca mulai dingin yang dapat menyebabkan lonjakan kasus. Setelah periode itu, kementerian berencana untuk melakukan kajian yang diperlukan berdasarkan pada kemajuan rencana itu di setiap provinsi.

Informasi ini tertanggal 30 Maret.

Q546: Seperti apa perubahan yang akan terjadi setelah klasifikasi ulang? (4) Perubahan sistem medis

NHK menjawab pertanyaan mengenai virus korona. Pemerintah Jepang berencana untuk menurunkan klasifikasi COVID-19 menjadi kategori lima, sama tingkatannya dengan penyakit menular seperti flu musiman pada 8 Mei. Kali ini, kami akan menjelaskan perubahan dalam institusi media yang dikunjungi oleh pasien virus korona.

Pemerintah Jepang akan memberlakukan sebuah sistem sehingga orang-orang yang mengalami gejala virus korona dapat mengunjungi fasilitas medis dengan jangkauan yang lebih luas. Kementerian Kesehatan mengatakan akan melakukannya selambatnya pada April 2024. Saat ini, sekitar 42.000 fasilitas di seluruh Jepang menerima pasien rawat jalan. Setelah penurunan tersebut, para pejabat akan meningkatkan jumlah itu menjadi 64.000. Kementerian Kesehatan berencana mengimbau fasilitas medis untuk menerima pasien baru dan bukan hanya pasien langganannya. Disebutkan kantor pemerintah provinsi akan terus mengumumkan nama institusi medis yang menerima virus korona.

Sementara untuk pasien virus korona yang dirawat inap, pemerintah sejauh ini telah menyediakan ranjang di sekitar 3.000 institusi medis. Setelah penurunan itu, para pejabat akan menerapkan sebuah sistem sehingga pasien virus korona dapat dimasukkan ke sekitar 8.200 rumah sakit di seluruh Jepang. Para pejabat berencana menberikan dukungan terutama bagi rumah sakit daerah yang menyediakan layanan rehabilitasi bagi pasien lansia sehingga fasilitas itu dapat menerima pasien virus korona.

Pemerintah berencana untuk menyediakan dukungan sehingga fasilitas dapat mengkaji pedoman dan mendapatkan peralatan yang dibutuhkan untuk mencegah infeksi nosocomial. Hal ini untuk meningkatkan jumlah fasilitas medis yang menerima pasien virus korona.

Informasi ini tertanggal 29 Maret 2023.

Q545: Seperti apa perubahan yang akan terjadi setelah klasifikasi ulang? (3) Biaya untuk rawat inap bagi pasien di rumah sakit atau fasilitas akomodasi

NHK menjawab pertanyaan mengenai virus korona. Pemerintah Jepang berencana untuk menurunkan klasifikasi COVID-19 menjadi kategori lima, sama tingkatannya dengan penyakit menular seperti flu musiman, pada 8 Mei. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai perubahan biaya yang akan dibayar oleh pasien yang dirawat di rumah sakit atau pemulihan di fasilitas akomodasi yang dijamin oleh pemerintah daerah.

Biaya rawat inap rumah sakit untuk pasien COVID-19 saat ini ditanggung pemerintah secara penuh. Namun, Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan pasien akan diminta untuk menanggung biaya medis dan membayar biaya rumah sakit setelah klasifikasi ulang. Rawat inap pasien COVID-19 memenuhi syarat untuk mendapatkan manfaat biaya medis yang tinggi. Namun, untuk menghindari kenaikan tiba-tiba biaya medis yang tidak terjangkau dan guna menangani kemungkinan kenaikan kasus infeksi pada musim panas ini, kementerian itu mengatakan akan menyediakan manfaat tambahan hingga 20.000 yen atau 150 dolar sampai akhir September.

Kementerian Kesehatan menyediakan biaya rawat inap yang diperkirakan bagi orang berusia 75 tahun ke atas. Bagi seseorang yang membayar pajak penduduk dengan pendapatan tahunan hingga 3,83 juta yen atau sekitar 29.000 dolar, biaya rawat inap rumah sakit selama 10 hari untuk gejala menengah, harus membayar 37.600 yen atau sekitar 290 dolar, untuk perawatan medis dan 13.800 yen atau sekitar 105 dolar untuk makanan rumah sakit.

Kementerian Kesehatan akan mengakhiri sistem yang memungkinak pasien COVID-19 dengan gejala ringan untuk isolasi mandiri dan memulihkan diri di hotel dan fasilitas akomodasi lain ketika mereka tidak dapat melakukannya di rumah atau saat terjadi kekurangan ranjang rumah sakit. Bagaimanapun, kementerian itu megatakan pemerintah daerah dapat meneruskan mengoperasikan fasilitas akomodasi semacam itu bagi pasien lansia dan ibu hamil hingga akhir September, dengan biaya yang ditanggung pasien.

Untuk menangani kemungkinan lonjakan infeksi di musim panas, Kementerian Kesehatan akan terus menanggung biaya publik untuk obat-obat COVID-19 dan menyediakan langkah-langkah untuk meringankan biaya rumah sakit.

Kementerian mengatakan bahwa pada akhir September, akan mempertimbangkan apakah akan terus mendukung langkag-langkah dengan pertimbangan keadilan dengan penyakit lain.

Informasi ini tertanggal 28 Maret 2023.

Q544: Seperti apa perubahan yang akan terjadi setelah klasifikasi ulang? (2) Biaya untuk perawatan dan tes COVID-19 Pasien Rawat Jalan

NHK menjawab pertanyaan mengenai virus korona. Pemerintah Jepang berencana untuk menurunkan klasifikasi COVID-19 menjadi kategori lima, sama tingkatannya dengan penyakit menular seperti flu musiman, pada 8 Mei. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai perubahan biaya yang harus dibayar pasien rawat jalan untuk perawatan dan tes pasien rawat jalan.

Saat ini, biaya medis untuk perawatan pasien COVID-19 yang menjalani rawat jalan, setelah hasil tes positif, sepenuhya dibiayai oleh dana publik. Meski begitu, setelah klasifikasi ulang pasien harus merogoh kantongnya untuk pembayaran.

Orang-orang yang berusia di bawah 70 tahun yang membayar 30 persen dari biaya medisnya akan mengeluarkan uang hingga 4.170 yen atau sekitar 31 dolar, untuk resep obat antipirentik dan antivirus Tamiflu.

Dengan resep yang sama, orang yang berusia 75 tahun ke atas yang membayar 10 persen dari biaya medisnya, akan harus membayar hingga 1.390 yen atau sekitar 10 dolar. Hampir sama dengan biaya yang harus dibayar pasien rawat jalan penyakit flu musiman yaitu hingga 1.480 yen atau sekitar 11 dokar.

Pemerintah akan menghentikan tes yang dibiayai publik, dengan memandnag ketersediaan alat tes mandiri dan keadilan bagi pasien penyakit lainnya.

Informasi ini tertanggal 27 Maret.

Q543: Seperti apa perubahan yang akan terjadi setelah klasifikasi ulang? (1) Berapa banyak yang akan dibayar pasien untuk pengobatan virus korona?

NHK menjawab pertanyaan mengenai virus korona. Pemerintah Jepang berencana untuk menurunkan klasifikasi COVID-19 menjadi kategori lima, sama tingkatannya dengan penyakit menular seperti flu musiman, pada 8 Mei. Dalam serial ini akan dibahas mengenai perkirakan perubahan pada beban biaya medis yang ditanggung pasien dan institusi medis yang mereka kunjungi. Dalam bagian pertama ini akan dijelaskan mengenai kebijakan pemerintah dan biaya pengobatan.

Orang-orang akan membayar lebih untuk biaya yang relevan. Pada 10 Maret, Kementerian Kesehatan memutuskan untukk mengkaji kebijakan pemerintah dan pada dasarnya mengakhiri tes virus korona, serta rawat jalan bagi pasien. Sekarang ini, pasien tidak menanggung beban biaya karena dana publik secara prinsip digunakan untuk membantu menutupi biaya perawatan mereka. Dukungan itu akan dikurangi setelah COVID-19 diturunkan ke kategori lima dalam pandangan untuk mempertahankan keadilan dengan penyakit lainnya. Namun, pemerintah berebcana untuk tetap menggunakan dana publik untuk sejumlah langkah-langkah guna menghindari peningkatan beban pasien yang tiba-tiba.

Dana publik akan digunakan hingga akhir September untuk membayar obat-obatan virus korona yang mahal, seiring dengan kemungkinan lonjakan infeksi pada musim panas. Para pejabat berencana mengkaji penyebaran infeksi penyakit lain dan stok obat pemerintah untuk merespons kemungkinan wabah pada musim dingin.

Sebagai dontoh, jika dana publik dihentikan untuk pengobatan virus korona, seorang pasien rawat jalan dapat membayar hingga 32.470 yen atau sekitar 250 dolar untuk obat oral, Lagevrio.

Informasi ini tertanggal 24 Maret 2023.

Q542: Perubahan Apa Yang Akan Diwujudkan Penggolongan Ulang?
(8) Inisiatif di tangan masing-masing orang

NHK menjawab pertanyaan seputar virus korona. Pemerintah Jepang pada 8 Mei akan menurunkan COVID-19 ke Kategori 5, yaitu golongan yang sama dengan penyakit menular seperti influenza musiman. Dalam bagian ini, kami akan mengulas mengenai bagaiman langkah tersebut akan mengubah cara-cara kita menghadapi penyakit itu.

Pada 25 Januari, panel kementerian kesehatan, yang mengusulkan langkah pencegahan penularan baru, mengatakan bahwa orang-orang dan kelompok masyarakat harus membuat keputusannya sendiri mengenai langkah apa yang harus diambil, tergantung dari situasi dan risiko wabahnya, alih-alih mengikuti langkah seragam yang didasarkan permintaan pemerintah.

Ditambahkannya, tampaknya ada kasus-kasus diteruskannya langkah pengendalian penularan yang berlebihan atau berdampak meragukan. Hal ini menimbulkan masalah karena menerapkan pembatasan besar atas aktivitas sosial ekonomi dan pendidikan, serta juga kehidupan sehari-hari anak-anak.

Selain itu disampaikan pula, bahwa diinginkan pembahasan langkah-langkah pengendalian penularan di tempat kerja atau perkumpulan, serta untuk mencapai kesepakatan. Tidak boleh ada orang yang dipaksa untuk mengambil atau berhenti mengambil langkah-langkah. Selain itu, pertimbangan harus diberikan guna menghormati pilihan masing-masing orang.

Juga dikatakan bahwa di tempat-tempat umum yang padat, semua orang harus terus ingat bahwa ada orang-orang berisiko menjadi sakit serius dan ada orang-orang sehat yang ingin menghindari penularan. Langkah pertimbangan harus diambil guna membantu orang-orang itu merasa aman. Tetap penting untuk mencegah virus ditularkan ke rumah sakit dan panti jompo, yang penularannya bisa menyebar dengan mudah dan memiliki konsekuensi yang sangat besar.

Panel mengatakan akan segera membuat langkah-langkah pencegahan penularan.

Informasi ini akurat tertanggal 15 Februari.

Q541: Perubahan Apa Yang Akan Diwujudkan Penggolongan Ulang?
(7) Reaksi institusi medis

NHK menyampaikan jawaban atas pertanyaan terkait virus korona. Pemerintah Jepang pada 8 Mei akan menurunkan COVID-19 ke dalam Kategori 5, yaitu kategori yang sama dengan penyakit menular seperti influenza musiman. Dalam bagian ini, kami akan mengulas mengenai bagaimana institusi medis memandang perubahan ini.

Sebuah institusi medis di Kota Kasukabe, Provinsi Saitama, telah menyiapkan klinik perawatan demam yang dibuat di luar ruang secara prefab. Tujuannya adalah memberi tempat berobat bagi pasien dengan gejala seperti demam, sambil menyediakan layanan medis reguler, termasuk perawatan diabetes dan asma.

Saat ini, ketika pasien COVID-19 perlu untuk dirawat inap, pusat-pusat kesehatan masyarakat mencari rumah sakit yang bisa menerimanya. Namun, bagi pasien dengan penyakit selain COVID-19, dokter dan perawat perlu membuat persiapan bagi opname pasien itu. Sering kali mereka kesulitan menemukan rumah sakit disebabkan kekurangan ranjang yang tersedia. Mereka kadang perlu menyediakan perawatan bagi pasien semacam itu, seperti memberikan oksigen tambahan dan infus untuk waktu lama, hingga mereka bisa menemukan rumah sakit yang dapat menerima pasien tersebut.

Seorang dokter di institusi kesehatan di Kasukabe itu mengatakan ketika COVID-19 diturunkan ke Kategori 5 dan saat staf medis perlu membuat perisapan bagi opname pasien COVID-19, mereka akan kewalahan kerja.

Dokter itu menyampaikan harapan bahwa persiapan bagi perawatan inap oleh pusat kesehatan masyarakat secara bertahap akan dihentikan, alih-alih dihentikan seketika.

Sebuah institusi medis lain yang hingga kini masih belum menyiapkan klinik perawatan demam, mengatakan tidak bisa segera menerima pasien COVID-19 karena perlu waktu untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan penularan. Dikatakannya, jika pasien merasa bisa diterima oleh semua institusi medis, kekacauan dapat terjadi. Staf di institusi itu mengutarakan harapan bahwa pemerintah akan meneruskan penggolongan ulang sambil memberikan pertimbangan cermat terhadap apa yang bisa terjadi di institusi-institusi medis.

Informasi ini akurat tertanggal 14 Februari.

Q540: Perubahan Apa Yang Akan Diwujudkan Penggolongan Ulang?
(6) Apa kekhawatiran pakar?

NHK menyampaikan jawaban mengenai virus korona. Pemerintah Jepang secara resmi telah memutuskan untuk menurunkan COVID-19 ke dalam Kategori 5 yang sama dengan penyakit menular seperti influenza musiman mulai 8 Mei. Dalam bagian ini, kami menanyakan pendapat pakar mengenai kemungkinan dampak dari penggolongan ulang itu.

Para anggota panel pakar Kementerian Kesehatan Jepang menyampaikan kekhawatiran bahwa penurunan level itu bisa menyulitkan pemerintah daerah untuk bertindak dan mencegah layanan kesehatan jadi kewalahan, jika jumlah penularannya melonjak. Saat ini, otoritas setempat berkoordinasi lintas wilayah kota agar pasien bisa dirawat inap di institusi yang dapat memberikan perawatan yang diperlukan.

Para pakar itu juga menyebutkan kemungkinan bahwa orang-orang yang tertular mungkin tidak akan dapat menerima atau mungkin menahan diri dari menerima tes atau perawatan setelah pemerintah berhenti menanggung biayanya, menyusul penurunan level ini.

Ketika COVID-19 diturunkan ke Kategori 5, penyakit itu tidak lagi dianggap diatur oleh undang-undang khusus yang memungkinkan pemerintah untuk menerapkan langkah pencegahan penularan yang ketat. Para pakar dalam panel pemerintah mengatakan mereka takut orang-orang mungkin berhenti mengambil langkah pencegahan penularan seperti sebelumnya karena penurunan level ini akan menghilangkan dasar hukum bagi gubernur untuk meminta orang-orang mengambil langkah-langkah pencegahan. Mereka takut orang-orang mungkin menganggap pandemi telah benar-benar berakhir.

Kekhawatiran lainnya yang diutarakan para pakar itu berkaitan dengan respons cepat terhadap galur baru virus korona yang bermutasi yang sangat tidak efektif atau sangat patogenik atau kedua-duanya. Mereka khawatir pembubaran gugus tugas COVID-19 pemerintah pusat dan daerah sebagai dampak penurunan level kategori itu bisa menghambat reaksi cepat terhadap risikonya. Mereka juga khawatir mengenai kemungkinan penurunan tingkat imunisasi jika pemerintah memangkas upaya vaksinasi.

Informasi ini akurat tertanggal 13 Februari.

Q539: Perubahan Apa Yang Akan Diwujudkan Penggolongan Ulang?
(5) Akankah COVID-19 diperlakukan seperti influenza musiman?

Pada 8 Mei, pemerintah Jepang akan menurunkan COVID-19 ke dalam Kategori 5, yaitu kategori yang sama dengan penyakit menular seperti influenza musiman. Dalam episode ini, kami akan mengangkat mengenai perbedaan antara COVID-19 dan influenza musiman, serta obat-obatan bagi penularan virus korona.

Para pakar penyakit menular mengatakan penanganan COVID-19 sulit karena dampak dan waktu penularan tidak bisa diperkirakan karena virus korona menyebar terlepas dari musim, tidak seperti inluenza musiman yang kerap menyebar selama bulan-bulan musim dingin. Mereka juga mengatakan bahwa mutasi terjadi dengan laju yang lebih cepat dibandingkan influenza musiman, yang mengakibatkan risiko terciptanya galur yang benar-benar baru.

Obat oral digunakan untuk mengobati COVID-19, tetapi para pakar mengatakan prosedur untuk menggunakannya lebih rumit dibandingkan obat antiviral seperti Tamiflu untuk influenza musiman. Selain itu, kehati-hatian diperlukan dalam menggunakan obat-obatan COVID-19 bagi orang-orang yang memiliki penyakit penyerta, sehingga pengobatan tidak bisa diberikan dengan mudah.

Makin banyak institusi medis yang kini bisa memeriksa pasien COVID-19 selama fasilitas itu mengambil langkah-langkah pencegahan penularan yang memadai. Namun, jumlah institusi semacam itu masih terbatas dibandingkan fasilitas yang mengobati pasien influenza musiman.

Menurut para pakar, akan perlu lebih banyak waktu sebelum COVID-19 ditangani dengan cara yang sama seperti influenza musiman. Mereka mengatakan langkah pencegahan penularan harus terus diambil bahkan setelah COVID-19 diturunkan ke dalam Kategori 5.

Informasi ini akurat tertanggal 10 Februari

Q538: Perubahan Apa Yang Akan Diwujudkan Penggolongan Ulang?
(4) Bagaimana dengan kebijakan vaksinasi?

Pemerintah Jepang pada 8 Mei akan menurunkan COVID-19 ke dalam Kategori 5 yang merupakan golongan yang sama dengan influenza musiman. Dalam episode ini, kami akan mengulas efek perubahan ini terhadap vaksinasi.

Sejauh ini pemerintah telah menyediakan vaksinasi secara gratis berdasarkan undang-undang imunisasi.

Namun, ada kekhawatiran bahwa rasio vaksinasi bisa menurun jika orang-orang harus membayarnya. Panel pakar di Kementerian Kesehatan Jepang kini membahas pihak mana yang menanggung serta cara melakukannya. Panel itu diperkirakan akan mengeluarkan serangkaian kesimpulan mengenai pertanyaan apakah program imunisasi yang kini gratis akan dilanjutkan setelah April dan jika memang demikian, siapa yang berhak mengikutinya.

Pemerintah telah mengatakan akan memastikan bahwa semua orang yang perlu mendapat vaksinasi akan bisa melakukannya dengan gratis.

Informasi ini akurat tertanggal 9 Februari.

Q537: Perubahan Apa Yang Akan Diwujudkan Penggolongan Ulang?
(3) Bagaimana kebijakan mengenakan masker?

Pemerintah Jepang pada 8 Mei akan menurunkan COVID-19 ke Kategori 5, yaitu golongan yang sama dengan penyakit menular seperti inluenza musiman. Dalam bagian ini, kami akan mengulas mengenai efeknya terhadap penggunaan masker.

Langkah menggunakan masker sudah direkomendasikan di dalam ruang ketika kita tidak dapat menjaga cukup jarak dengan orang lain. Jika melakukan percakapan dalam ruang, penggunaan masker direkomendasikan terlepas dari jarak antar orang.

Dalam rapat gugus tugas virus korona pada 27 Januari, pemerintah mengatakan akan mengkaji ulang kebijakan penggunaan masker, untuk membiarkan kepada masing-masing orang untuk memutuskan apakah akan menggunakannya, baik di dalam maupun di luar ruang. Pemerintah mengatakan akan mempelajari waktu spesifik untuk mengkaji kebijakan itu.

Para anggota panel pakar Kementerian Kesehatan Jepang telah menyampaikan pandangan bahwa bahkan setelah penggolongan ulang, orang-orang yang pernah mendatangi tempat yang berisiko tinggi harus mengenakan masker guna mencegah kemungkinan penyebaran virusnya.

Para pakar mengatakan orang-orang lainnya harus mengambil langkah pencegahan sesuai situasi dan lokasi wabah, termasuk memastikan adanya ventilasi yang memadai. Mereka mengatakan orang-orang harus mengenakan masker di tempat-tempat seperti fasilitas perawatan lansia.

Informasi ini akurat tertanggal 8 Februari.

Q536: Perubahan Apa Yang Akan Diwujudkan Penggolongan Ulang?
(2) Apa yang terjadi pada pembatasan dan pengendalian perbatasan?

Pemerintah Jepang pada 8 Mei akan menurunkan penggolongan COVID-19 ke dalam Kategori 5, yaitu kategori yang sama dengan penyakit menular seperti influenza musiman. Dalam episode kali ini, kami akan mengulas mengenai perubahan yang akan dibawanya terhadap masyarakat serta pembatasan pergerakan masyarakat atau aturan lainnya.

Penurunan level ke Kategori 5 akan membuat tidak mungkin untuk menerapkan pembatasan terhadap pergerakan masyarakat yang sebelumnya telah diterapkan oleh pemerintah pusat dan daerah.

Penetapan status keadaan darurat, mengeluarkan rekomendasi atau instruksi rawat inap, dan meminta orang-orang yang tertular serta kontak dekatnya untuk melakukan karantina mandiri di rumah, merupakan sebagian langkah yang tidak lagi dapat diambil pihak berwenang menyusul penurunan level itu.

Langkah pengendalian perbatasan yang sejauh ini telah diambil pemerintah mencakup kewajiban kedatangan luar negeri untuk membuktikan mereka telah menerima setidaknya tiga dosis vaksin. Persyaratan seperti itu secara prinsipnya akan dicabut.

Penerimaan dan pengobatan pasien virus korona hingga kini terbatas pada sebagian institusi medis, seperti organisasi medis yang telah ditetapkan serta klinik perawatan demam. Pihak berwenang berencana untuk secara bertahap meningkatkan jumlah institusi medis yang dapat merawat pasien virus korona.

Semua biaya perawatan dan tes di rumah sakit telah ditanggung oleh pemerintah. Menyusul penurunan level itu, secara prinsipnya pasien akan diharuskan untuk menanggung sebagian biayanya. Dengan adanya kekhawatiran bahwa langkah semacam itu dapat menekan keinginan sebagian orang untuk menemui dokter, pihak berwenang berencana untuk mengkaji ulang kebijakannya secara bertahap sambil memberikan dukungan finansial untuk saat ini.

Sejauh ini insitusi medis dan pusat perawatan kesehatan daerah telah diminta untuk melaporkan semua jumlah kasus. Penurunan level itu akan menandai peralihan menuju skema survei pengambilan sampel, yaitu jumlah yang dilaporkan hanyalah dari rumah sakit besar.

Informasi ini akurat tertanggal 7 Februari.

Q535: Perubahan Apa Yang Akan Diwujudkan Penggolongan Ulang?
(1) Mengapa ditetapkan pada 8 Mei?

Pemerintah Jepang secara resmi telah memutuskan untuk menurunkan penggolongan COVID-19 ke dalam kategori yang sama dengan penyakit menular seperti influenza musiman mulai 8 Mei. Serial ini akan menjelaskan mengenai perubahan apa yang diwujudkan oleh penggolongan ulang ke Kategori Lima itu.

Mengapa penggolongan ulang ditetapkan pada 8 Mei? Pemerintah telah mengatakan akan menargetkan periode sekitar akhir April atau awal Mei. Sumber dalam Kementerian Kesehatan Ejpang memberikan alasan-alasan berikut mengenai pemilihan tanggal tersebut.

Pemerintah daerah dan fasilitas perawatan kesehatan menyerukan perlunya periode persiapan. Satu panel pakar kementerian menyerahkan opini tertulis mengenai masalah ini pada 27 Januari. Opini itu menyebutkan bahwa perubahan kebijakan tersebut akan memberikan imbas besar atas pola kehidupan masyarakat serta juga terhadap bisnis dan fasilitas medis. Maka itu, pihak-pihak itu harus diberikan waktu sekitar tiga bulan untuk menyiapkan perubahan tersebut.

Kemudian pembahasan dilakukan mengenai apakah penggolongan ulang itu sebaiknya dilaksanakan sebelum atau setelah periode liburan musim semi Jepang dari akhir April hingga awal Mei.

Terdapat kekhawatiran bahwa perubahan yang dilakukan sebelum periode liburan dapat mendorong peningkatan pergerakan manusia dan mengakibatkan virus menyebar, sehingga membebani fasilitas medis selama periode liburan.

Pemerintah menetapkan tanggal 8 Mei setelah dilakukannya pembahasan-pembahasan tersebut.

Informasi ini akurat tertanggal 6 Februari.

Q534: Apa yang kita ketahui tentang subvarian Omicron XBB.1.5 (5) Kemungkinan terjadinya kembali lonjakan penularan

Serial ini memfokuskan pada galur baru varian Omicron yang disebut XBB.1.5. Para pakar mengkhawatirkan bahwa subvarian ini kemungkinan memiliki kemampuan paling tinggi dalam menghindari sistem kekebalan tubuh dibandingkan varian virus korona lainnya sejauh ini. Dalam bagian terakhir ini, kami bertanya kepada para pakar mengenai kemungkinan terjadinya kembali lonjakan kasus virus korona yang didominasi XBB.1.5.

Apakah varian XBB.1.5 akan menyebar lebih lanjut di Jepang? Profesor Nishiura Hiroshi dari Universitas Kyoto mengimbau orang-orang agar tetap waspada karena XBB.1.5 cenderung memiliki kemampuan untuk menghindari kekebalan tubuh secara luas. Ia mengatakan bahwa meskipun jumlah kasus baru di Jepang akhir-akhir ini cenderung turun, terdapat risiko bahwa XBB.1.5 akan menyebabkan lonjakan kembali penularan.

Sementara itu, Profesor Hamada Atsuo dari Rumah Sakit Universitas Kedokteran Tokyo yang menganalisis situasi virus korona di luar negeri mengatakan bahwa jika mencapai skala penuh, XBB.1.5 bisa memperpanjang gelombang kedelapan penularan saat ini atau menyebabkan gelombang kesembilan penularan.

Hamada mengatakan bahwa setelah angka penularan menurun, orang-orang sebaiknya bersiap menghadapi kemungkinan kenaikan kembali jumlah kasus. Menurut Hamada, karena vaksinasi memiliki efektivitas hingga tingkat tertentu, penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh dengan menerima suntikan yang menargetkan varian Omicron.

Berdasarkan laporan yang dirilis pada 25 Januari oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, vaksin yang menargetkan varian Omicron efektif hingga tingkat tertentu dalam mencegah munculnya gejala terhadap varian-varian Omicron, termasuk XBB.1.5.

Informasi ini tertanggal 3 Februari.

Q533: Apa yang kita ketahui tentang subvarian Omicron XBB.1.5 (4) Situasi penularan virus korona

Serial ini memfokuskan pada galur baru varian Omicron yang disebut XBB.1.5. Para pakar mengkhawatirkan bahwa subvarian ini kemungkinan memiliki kemampuan paling tinggi dalam menghindari sistem kekebalan tubuh dibandingkan varian virus korona lainnya sejauh ini. Dalam bagian keempat kali ini, kami membahas mengenai situasi kasus baru XBB.1.5.

Selain di Amerika Serikat, jumlah kasus baru XBB.1.5 tidak menyebar cepat di seluruh dunia. Di Jepang dan sebagian besar negara lainnya, penularan virus korona saat ini tidak didominasi oleh varian tertentu.

Pemerintah Metropolitan Tokyo mengungkapkan kasus baru XBB.1.5 di Tokyo belum meningkat begitu banyak. Hingga 19 Januari, sebanyak 22 kasus baru dilaporkan. Angkanya hanya 0,3 persen dari jumlah kasus virus korona secara keseluruhan dalam satu pekan hingga 2 Januari.

Sementara itu, kedua varian lainnya yang dilaporkan selama periode yang sama merupakan galur Omicron. Sejak musim panas 2022, jumlah kasus virus korona didominasi oleh BA.5 sebanyak 50,6 persen, kemudian BQ.1.1 sebanyak 16,2 persen, BF.7 sebanyak 14,2 persen, dan BN.1 sebanyak 10,4 persen.

Profesor Madya dari Universitas Kedokteran dan Kedokteran Gigi Tokyo Takeuchi Hiroaki yang melakukan analisis genetik varian virus korona mengatakan bahwa meskipun XBB.1.5 belum akan segera menyebar, varian yang akan menjadi dominan dalam gelombang penularan berikutnya di Jepang tidak diketahui. Takeuchi mengatakan situasi penularan dengan tipe varian berbeda tampaknya masih akan berlanjut untuk sementara waktu.

Informasi ini tertanggal 2 Februari.

Q532: Apa yang kita ketahui tentang subvarian Omicron XBB.1.5 (3) Karakteristik XBB.1.5 yang mampu menghindari kekebalan tubuh

Serial ini memfokuskan pada galur baru varian Omicron yang disebut XBB.1.5. Para pakar mengkhawatirkan bahwa subvarian ini kemungkinan memiliki kemampuan paling tinggi dalam menghindari sistem kekebalan tubuh dibandingkan varian virus korona lainnya sejauh ini. Dalam bagian ketiga kali ini, kami membahas mengenai kemampuan subvarian XBB.1.5 dalam menghindari kekebalan tubuh.

Sebuah kelompok riset G2P-Japan yang dipimpin oleh Profesor Sato Kei dari Institut Ilmu Kedokteran Universitas Tokyo merilis laporan mengenai pengamatan respons kekebalan tubuh terhadap subvarian XBB.1.5 dengan mempelajari darah pasien yang tertular BA.5 setelah vaksinasi. Tulisan ilmiah itu masih memerlukan penelaahan sejawat.

Berdasarkan studi tersebut, antibodi penetral hanya memiliki sekitar sepersepuluh kemampuannya terhadap XBB.1.5 dibandingkan terhadap BA.5. Hal ini dengan jelas menunjukkan ketahanan subvarian tersebut terhadap kekebalan tubuh.

Sebagai tambahan, mutasi protein spike menjadikan XBB.1.5 lebih mudah menular 4,3 kali lipat dibandingkan subvarian lainnya karena kemampuannya dalam menempel pada sel-sel manusia.

Berbeda dari varian-varian sebelumnya, XBB.1.5 dapat menggabungkan kemampuan untuk menghindari antibodi penetral serta menempel dengan kuat pada protein sel manusia.

Meskipun demikian, masih sedikit yang diketahui mengenai virulensi virus atau kemampuannya untuk mengakibatkan gejala serius.

Informasi ini tertanggal 1 Februari.

Q531: Apa yang kita ketahui tentang subvarian Omicron XBB.1.5 (2) Penilaian risiko

Serial ini memfokuskan pada galur baru varian Omicron yang disebut XBB.1.5. Para pakar mengkhawatirkan bahwa subvarian ini kemungkinan memiliki kemampuan paling tinggi dalam menghindari sistem kekebalan tubuh dibandingkan varian virus korona lainnya sejauh ini. Dalam bagian kedua kali ini, kami memaparkan mengenai penilaian risiko.

Pada 11 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis penilaian risikonya atas XBB.1.5. Disebutkan bahwa subvarian ini teramati relatif lebih mudah menyebar, tetapi masih dibutuhkan analisis lebih lanjut.

WHO mengungkapkan bahwa berdasarkan data uji pendahuluan, kemampuan subvarian ini dalam menghindari antibodi dari vaksin atau penularan COVID sebelumnya lebih tinggi dibandingkan varian-varian terdahulu.

Selain itu, WHO menyebutkan belum memiliki data klinis mengenai tingkat gejala parah yang dialami ketika seseorang tertular. Ditambahkan bahwa organisasi kesehatan itu belum mengonfirmasi mutasi pada XBB.1.5 yang diketahui berkaitan dengan kemungkinan perubahan dalam tingkat keparahan.

Meskipun sejauh ini WHO hanya memiliki data yang terbatas, organisasi kesehatan itu mengungkapkan bahwa XBB.1.5 dapat berkontribusi pada peningkatan jumlah kasus secara global.

Informasi ini tertanggal 31 Januari.

Q530: Apa yang kita ketahui tentang subvarian Omicron XBB.1.5 (1) Penyebaran cepat di Amerika Serikat

Galur baru varian Omicron, yang disebut XBB.1.5, tengah menyebar cepat di seluruh Amerika Serikat sejak akhir Desember tahun lalu. Para pakar mengkhawatirkan bahwa subvarian XBB.1.5 kemungkinan memiliki kemampuan paling tinggi dalam menghindari sistem kekebalan tubuh dibandingkan varian virus korona lainnya. Dalam bagian pertama serial mengenai XBB.1.5 kali ini, kami akan membahas mengenai penyebaran subvarian ini di AS dan seluruh dunia.

XBB.1.5 berasal dari XBB yang disebut virus rekombinan yang membawa data genetik dari dua jenis subvarian Omicron BA.2. Subvarian BA.2 telah menyebar di seluruh dunia sejak musim semi 2022.

Di Amerika Serikat, rasio orang yang tertular XBB.1.5 di antara orang-orang yang dinyatakan positif virus korona mengalami lonjakan di New York dan negara bagian lainnya di AS timur sejak Desember 2022. Saat ini subvarian XBB.1.5 menjadi yang paling dominan di negara tersebut. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menyatakan subvarian XBB.1.5 mencapai sekitar 49,1 persen dari kasus COVID di negara itu dalam waktu satu pekan hingga 21 Januari.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa hingga 11 Januari, sebanyak 38 negara telah melaporkan penularan COVID yang mencakup XBB.1.5. Kasusnya juga telah dilaporkan di Jepang.

Meskipun data mengenai subvarian ini masih terbatas, sebuah laporan WHO yang dirilis pada 19 Januari menunjukkan bahwa secara keseluruhan, galur XBB mencapai 8,36 persen dari kasus COVID yang dilaporkan di seluruh dunia selama satu pekan terakhir tahun 2022.

Informasi ini tertanggal 30 Januari.

Q529: Tiga tahun sejak kasus pertama terkonfirmasi di Jepang (5) Langkah apa yang perlu diambil ke depannya?

Tiga tahun telah berlalu sejak kasus pertama COVID-19 terkonfirmasi di Jepang. Dalam serial terbaru ini, kami mengkaji mengenai perubahan dalam penularan virus korona selama periode ini. Pada bagian terakhir kali ini, kami akan membahas komentar Omi Shigeru, yang mengepalai panel penasihat pemerintah, mengenai langkah yang sebaiknya diambil untuk menghadapi virus korona.

Omi mengatakan bahwa COVID-19 merupakan penyakit menular yang muncul sekali dalam satu abad. Sindrom Pernapasan Akut Parah, atau SARS, menyebar di seluruh dunia pada 2003. Penyebaran ini disebut pandemi pertama abad ke-21 dan dianggap sebagai ancaman yang sangat serius atas kesehatan masyarakat. Namun, SARS berhasil dikendalikan hanya dalam waktu enam bulan, sedangkan virus korona masih aktif tiga tahun sejak mulai merebak. Tidak hanya itu, varian baru yang mampu menghindari kekebalan tubuh juga muncul.

Omi menambahkan bahwa meskipun orang-orang yang lebih muda jarang mengalami gejala parah, sejumlah orang menderita gejala sisa. Kasus pneumonia parah yang disebabkan secara langsung oleh virus korona lebih sedikit, tetapi makin banyak bukti yang bermunculan bahwa virus tersebut berdampak pada organ-organ kardiovaskular.

Menurut Omi, semua orang harus memahami karakteristik virus korona sepenuhnya dan mempertimbangkan langkah-langkah yang perlu diambil sesuai dengan pengetahuan tersebut. Hal yang penting adalah mengupayakan agar perekonomian dan kemasyarakatan tetap berjalan sambil mempertahankan sistem medis. Dibutuhkan pembahasan mendalam untuk mencari cara terbaik guna mewujudkan keduanya.

Informasi ini tertanggal 27 Januari.

Q528: Tiga tahun sejak kasus pertama terkonfirmasi di Jepang (4) Pusat kesehatan masyarakat bertugas terus-menerus

Tiga tahun telah berlalu sejak kasus pertama COVID-19 terkonfirmasi di Jepang. Pusat-pusat kesehatan masyarakat terus bertugas melakukan respons sejak awal pandemi dan mengalami tekanan di bawah beban kerja yang berat.

Pusat kesehatan di seluruh Jepang menjalankan berbagai tugas, seperti menghitung jumlah kasus keseluruhan, memantau kondisi kesehatan pasien, dan mengoordinasi penerimaan pasien rawat inap di rumah sakit.

Pada awal pandemi, para pekerja di sebuah pusat di Distrik Kita, Tokyo, bertugas menerima konsultasi melalui telepon untuk orang-orang yang mengalami demam dan gejala lainnya serta mengantarkan sampel dari orang-orang yang diduga terinfeksi ke fasilitas pemeriksaan.

Pada September 2022, pemerintah menyederhanakan ketentuan dalam menghitung total kasus sehingga beban kerja di pusat kesehatan bisa berkurang sekitar 70 persen. Para petugas mengatakan hal ini mengurangi beban. Akan tetapi, selama gelombang kedelapan penularan, mereka juga bertugas mengoordinasikan penerimaan pasien rawat inap di rumah sakit serta menelepon atau mengunjungi pasien di rumah. Jadi, mereka mengatakan tugas yang melibatkan pemantauan kesehatan pasien bertambah. Disebutkan juga bahwa para staf harus bekerja pada akhir pekan.

Pusat-pusat kesehatan mengungkapkan sangat kewalahan, tugas-tugas mereka bisa disebut tidak berjalan akibat ledakan jumlah penularan. Dikatakan bahwa di tengah situasi semacam itu, pihak pusat kesehatan mengalihkan sejumlah pekerjaan ke institusi-institusi swasta agar dapat menempatkan staf secara efisien. Pusat kesehatan mengungkapkan para staf bekerja terus-menerus selama tiga tahun terakhir dan tidak ada pilihan lain selain menggambarkannya sebagai kondisi yang sangat sulit.

Informasi ini tertanggal 26 Januari.

Q527: Tiga tahun sejak kasus pertama terkonfirmasi di Jepang (3) Sistem medis kewalahan di tengah gelombang penularan

Tiga tahun telah berlalu sejak kasus pertama COVID-19 terkonfirmasi di Jepang. Rumah-rumah sakit telah menerima pasien virus korona sejak awal pandemi dan kewalahan setiap kali terjadi gelombang penularan baru.

Rumah Sakit Minamitama di Kota Hachioji, Tokyo, menerima pasien virus korona sejak Februari 2020 ketika klaster penularan terdeteksi di sebuah kapal pesiar di Pelabuhan Yokohama.

Sejak saat itu, rumah sakit tersebut menyediakan 23 ranjang, atau 14 persen dari seluruh 170 ranjangnya, untuk kasus COVID dengan gejala sedang dan gejala ringan hingga sedang. Sejauh ini rumah sakit itu telah menerima hampir 1.000 pasien virus korona.

Sejak terjadinya penyebaran varian Omicron pada gelombang keenam penularan awal tahun 2022, jumlah pasien yang menderita pneumonia dan mengalami sakit parah telah menurun. Namun, jumlah pasien COVID yang dirawat inap melebihi batas ranjang rumah sakit tersebut sehingga mengakibatkan tekanan atas sistem medisnya dan berdampak pada penanganan pasien lain.

Selama gelombang penularan kedelapan saat ini, seluruh ranjang untuk pasien COVID telah terisi sejak awal Desember. Rumah Sakit Minamitama telah menutup sebagian dari bangsal lain untuk menyediakan ranjang bagi pasien virus korona. Hal ini mengakibatkan sulitnya menerima pasien darurat non-COVID.

Rumah sakit itu biasanya menerima lebih dari 90 persen pasien yang membutuhkan penanganan darurat. Namun, angkanya turun menjadi sekitar 50 persen sejak awal tahun ini.

Seorang pejabat rumah sakit mengatakan situasi sulit terus berlanjut karena fasilitasnya kewalahan tiap kali terjadi gelombang penularan baru. Dikatakannya bahwa rumah sakit itu perlu terus menjalankan langkah-langkah pencegahan penularan, tetapi juga perlu mencari cara untuk mengubah langkah penanganannya secara maksimal agar bisa menerima lebih banyak pasien.

Informasi ini tertanggal 25 Januari.

Q526: Tiga tahun sejak kasus pertama terkonfirmasi di Jepang (2) Varian dan subvarian baru yang muncul terus-menerus

Tiga tahun telah berlalu sejak kasus pertama COVID-19 terkonfirmasi di Jepang. Selama itu, varian dan subvarian baru virus korona terus bermunculan.

Galur virus korona pertama yang terkonfirmasi di Jepang adalah tipe yang sama dengan yang terdeteksi di Wuhan, Cina, pada awal pandemi. Setelah sejumlah varian bermunculan pada musim semi 2020, tipe yang dominan di Eropa juga menyebar di Jepang.

Sejak awal 2022, varian Omicron menjadi yang paling banyak ditemukan di Jepang. Karena varian ini sangat mudah menular, lebih banyak orang terinfeksi sehingga menyebabkan naiknya angka kematian.

Sejumlah subvarian Omicron bermunculan dan meningkatkan kemampuan virus tersebut dalam menghindari kekebalan tubuh. Keberadaan subvarian BQ.1 meningkat dalam gelombang kedelapan penularan pandemi di Jepang.

Subvarian XBB.1.5 juga telah terdeteksi di Jepang. Tipe ini tengah menyebar di Amerika Serikat dan dikhawatirkan lebih mudah menular.

Sato Kei, seorang pakar virus dan profesor di Institut Ilmu Kedokteran Universitas Tokyo, mengatakan bahwa subvarian baru muncul satu demi satu dan mampu menghindari kekebalan tubuh yang diperoleh lewat vaksinasi.

Sato mengungkapkan antibodi penetral kurang efektif terhadap subvarian XBB dibandingkan galur lainnya.

Menurut Sato, pertarungan melawan varian virus korona telah memasuki babak baru. Ia menambahkan bahwa saat ini penting untuk membahas cara membiarkan penularan tetap terjadi daripada mengharapkannya berakhir.

Informasi ini tertanggal 24 Januari.

Q525: Tiga tahun sejak kasus pertama terkonfirmasi di Jepang (1) Jumlah penularan dan tingkat kematian virus korona

Tiga tahun telah berlalu sejak kasus pertama COVID-19 terkonfirmasi di Jepang. Dalam serial terbaru ini, kami mengkaji mengenai perubahan dalam penularan virus korona selama periode ini.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat, jumlah kumulatif kasus COVID-19 hingga 20 Januari di seluruh dunia tercatat sekitar 668 juta dengan angka kematian mencapai 6,7 juta.

Kasus pertama COVID-19 di Jepang dilaporkan tiga tahun lalu pada 15 Januari. Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan bahwa hingga 20 Januari 2023, jumlah kumulatif kasus COVID-19 dilaporkan sekitar 32 juta dengan lebih dari 64.000 kematian.

Jumlah kasus COVID-19 khususnya mengalami ledakan selama satu tahun terakhir sejak varian Omicron mulai menyebar di Jepang pada Januari 2022. Total kasus COVID-19 selama satu tahun terakhir mencapai 95 persen dari jumlah penularan kumulatif selama tiga tahun terakhir.

Tingkat kematian pasien COVID-19 di Jepang turun secara signifikan dalam tiga tahun ini berkat perkembangan dalam pengobatan dan vaksin. Tingkat kematian selama gelombang pertama penularan pada Januari 2020 tercatat 5,34 persen. Sementara itu, sejak penyebaran varian Omicron terjadi pada Januari 2022, tingkat kematian dari gelombang keenam penularan hingga gelombang kedelapan saat ini mengalami penurunan tajam ke rentang 0,1 persen.

Informasi ini tertanggal 23 Januari.

Q524: Pembahasan Penggolongan Ulang COVID-19 Di Bawah UU Penyakit Menular
(7) Prospek pembahasan

NHK menyampaikan jawaban mengenai virus korona.

Pembahasan telah dimulai di Jepang mengenai pengkajian ulang penggolongan virus korona di bawah undang-undang yang mengatur penyakit menular. Untuk kali ini, kami akan mengulas prospek pembahasan itu.

Kementerian Kesehatan mengatakan tidak memiliki jadwal spesifik kapan kesimpulan akan dicapai oleh pembahasan mengenai pengkajian ulang penggolongan itu.

Berdasarkan kajian para pakar, seperti mengenai patogenisitas virus itu, lebih banyak diskusi tampaknya akan dilakukan, termasuk tentang penanggungan biaya medis. COVID-19 saat ini dipandang setara dengan penyakit Kategori 2 dan dana publik menanggung penuh biaya pengobatannya.

Pembahasan juga diperkirakan dilakukan mengenai apakah akan melanjutkan vaksinasi gratis yang ditanggung penuh oleh negara.

Guna mengubah penggolongan COVID-19 menjadi penyakit Kategori 5, masalah ini harus dirujuk ke panel pakar Kementerian Kesehatan serta revisi harus dibuat atas peraturan kementerian terkait.

Bahkan jika COVID-19 menjadi penyakit Kategori 5, pemerintah bisa mengambil sejumlah langkah agar terus menanggung biaya pengobatan menggunakan dana publik.

Jika kategori baru ini akan diciptakan bagi COVID-19, undang-undang pengendalian penyakit menular harus diamendemen dan hal itu memerlukan pembahasan di Parlemen.

Keterangan ini akurat tertanggal 23 Desember 2022.

Q523: Pembahasan Penggolongan Ulang COVID-19 Di Bawah UU Penyakit Menular
(6) Obat dan perawatan medis

Pembahasan telah dimulai di Jepang mengenai pengkajian ulang penggolongan virus korona di bawah undang-undang yang mengatur penyakit menular. Dalam episode ini, kami akan membahas obat dan perawatan medis apa yang saat ini tersedia di Jepang, serta juga kekhawatiran yang disampaikan oleh para pakar.

Di Jepang, dua obat COVID-19 yaitu Lagevrio dan Paxlovid telah digunakan untuk mengobati pasien yang berisiko mengalami gejala parah. Pada November lalu, Kementerian Kesehatan menyetujui penggunaan darurat obat oral Xocova, yaitu obat pertama di Jepang yang bisa diresepkan kepada pasien tanpa memandang tingkat risikonya. Perusahaan farmasi Shionogi dari Jepang adalah pengembang obat tersebut.

Terkait perawatan medis, kini semua institusi medis di Jepang menerima pasien COVID-19 selama langkah pencegahan penularan yang memadai telah diambil. Jumlah rumah sakit dan klinik yang menerima pasien COVID-19 telah meningkat.

Sementara itu, sebagian pakar mengutarakan kekhawatirannya. Pada Oktober, Profesor Oshitani Hitoshi dari Universitas Tohoku, Profesor Nishiura Hiroshi dari Universitas Kyoto, dan para peneliti lainnya memasukkan laporan mengenai prospek pandemi virus korona kepada panel pakar Kementerian Kesehatan. Mereka menyerukan kehati-hatian terhadap penyebaran penularan yang mendadak dan sangat tinggi akibat varian baru virus korona, serta juga kemungkinan lonjakan kembali tingkat kematian atau tingkat pasien yang jadi sakit serius jika inokulasi tidak berjalan seperti yang diperkirakan.

Wakita Takaji yang mengepalai panel pakar itu menyampaikan kepada wartawan pada 30 November lalu bahwa kita harus memantau saksama peralihan dalam masalah apa yang diakibatkan COVID-19 terhadap badan kita. Wakita mengatakan penularan virus korona cenderung memperburuk kondisi pernapasan, tetapi akhir-akhir ini para dokter mendapati makin banyak komplikasi yang melibatkan kondisi kardiovascular. Menurutnya, ini bisa berarti COVID-19 mungkin telah menjadi penyakit kardiovascular.

Keterangan ini akurat tertanggal 22 Desember 2022.

Q522: Pembahasan Penggolongan Ulang COVID-19 Di Bawah UU Penyakit Menular
(5) Tingkat vaksinasi

Pembahasan telah dimulai di Jepang guna mengkaji ulang penggolongan virus korona di bawah undang-undang yang mengatur penyakit menular. Kali ini, kami akan membahas tingkat vaksinasi di Jepang yaitu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembahasan tersebut.

Omi Shigeru, pimpinan subkomite pemerintah yang membahas langkah-langkah penanganan virus korona, mengisyaratkan diperlukannya sejumlah syarat guna penggolongan ulang COVID-19, di bawah prasyarat bahwa langkah penanggulangan penyebaran virus harus diterapkan tanpa merugikan langkah sosial ekonomi. Ia menyinggung wawancara yang dilakukan dengan NHK pada Juli mengenai vaksinasi yang sudah banyak dilakukan, tersedianya obat murah yang mudah didapat, makin banyak fasilitas medis yang merawat pasien, serta sejumlah syarat lainnya.

Pertama, tingkat vaksinasi. Menurut laman internet Kantor Perdana Menteri Jepang, hingga 20 Desember, sejumlah 81,4 persen populasi negara ini telah menerima vaksinasi COVID-19 dosis pertama, 80,4 persen telah mendapatkan dosis kedua, dan 67,5 persen menerima dosis ketiga. Namun, hanya 30,6 persen telah mendapatkan vaksin yang menargetkan varian Omicron. Pemerintah berencana untuk memberikan vaksin tersebut bagi orang-orang yang ingin menerimanya hingga akhir tahun.

Informasi ini akurat tertanggal 21 Desember 2022.

Q521: Pembahasan Penggolongan Ulang COVID-19 Di Bawah UU Penyakit Menular
(4) Perubahan dalam tingkat fatalitas

NHK menjawab pertanyaan mengenai virus korona.

Pembahasan telah dimulai di Jepang mengenai peninjauan kembali penggolongan virus korona di bawah undang-undang yang mengatur penyakit menular. Kali ini, kami akan membahas bagaimana tingkat fatalitas telah berubah selama terjadinya wabah karena ini tampaknya merupakan isu penting yang akan memengaruhi diskusinya.

Saat gelombang penularan pertama virus korona Januari 2020 yaitu ketika virus pertama kali dideteksi di Jepang, tingkat fatalitasnya adalah 5,34 persen. Tingkatnya turun menjadi 0,93 persen pada musim panas 2020 saat gelombang penularan kedua, sebagian berkat kemajuan langkah perawatan pasien yang memiliki gejala serius.

Tingkat fatalitas kembali naik menjadi 1,82 persen pada awal 2021 selama gelombang penularan ketiga karena fasilitas medis jadi kewalahan akibat penyebaran pesat virus itu. Tingkatnya naik menjadi 1,88 persen selama gelombang penularan keempat pada musim semi 2021 setelah terjadinya penyebaran varian Alfa, mutasi signifikan pertama virus korona. Tingkat fatalitasnya turun menjadi 0,32 persen selama wabah varian Delta pada musim panas 2021, yang mengakibatkan gelombang kelima karena terjadinya kenaikan jumlah orang yang mengalami gejala ringan atau tanpa gejala.

Tingkat fatalitas turun lebih lanjut selama gelombang keenam meskipun adanya penyebaran varian Omicron yang sangat menular pada awal 2022. Jumlah kematiannya naik, tetapi tingkat fatalitas menurun karena jumlah orang yang tertular naik tajam dengan sangat banyak.

Tingkat fatalitasnya selama gelombang keenam adalah 0,17 persen. Tingkat ini turun lebih lanjut menjadi 0,11 persen pada musim panas 2022 selama gelombang ketujuh. Meskipun tingkat fatalitasnya telah turun, jumlah orang yang meninggal tahun 2022 akibat virus korona telah mencapai jumlah tertinggi 31.000 akibat penyebaran varian Omicron yang sangat mudah menular. Jumlah kematian ini mencakup sekitar 60 persen dari semua orang yang telah meninggal di Jepang akibat virus itu dalam hampir tiga tahun sejak awal terjadinya wabah.

Keterangan ini akurat tertanggal 20 Desember 2022.

Q520: Pembahasan Penggolongan Ulang COVID-19 Di Bawah UU Penyakit Menular
(3) Perubahan apa yang dapat diwujudkan penggolongan ulang menjadi kategori 5?

Pembahasan telah dimulai di Jepang mengenai pengkajian ulang penggolongan virus korona di bawah undang-undang yang mengatur penyakit menular. Kali ini, kami akan mengulas mengenai perubahan yang bisa terjadi jika penggolongan saat ini akan direvisi menjadi Kategori 5.

Saat ini, institusi medis yang ditetapkan untuk pengobatan penyakit menular hanya dibolehkan menerima orang yang tertular virus korona sebagai pasien rawat inap. Namun, jika COVID-19 digolongkan ulang menjadi Kategori 5, rumah-rumah sakit biasa akan dapat menerima orang-orang tersebut. Hal ini diperkirakan akan meningkatkan jumlah ranjang rumah sakit yang tersedia bagi pasien virus korona dan melonggarkan beban sistem medis negara ini saat terjadinya penyebaran penularan yang lebih luas di masa mendatang.

Namun, ada kekhawatiran bahwa sebagian rumah sakit mungkin tidak akan bisa menerima pasien COVID-19 dengan alasan seperti kurang memadainya langkah pencegahan penularan.

Kekhawatiran mengenai biaya pengobatan juga menjadi hal yang dibahas. Sekarang semua biaya termasuk untuk tes dan rawat inap ditanggung oleh pemerintah. Namun, setelah penggolongan ulang, orang-orang akan diwajibkan untuk membayar sebagian biaya pengobatan karena penyakit ini tidak lagi ditanggung oleh asuransi publik mereka. Hal ini mungkin membuat sejumlah orang menunda berobat ke dokter yang dapat mengakibatkan penundaan diagnosis.

Terlebih lagi, pembatasan atas aktivitas masyarakat tidak lagi dapat diterapkan. Segala yang dapat dilakukan pemerintah adalah untuk meminta orang-orang agar bertindak dalam cara yang bertanggung jawab saat tertular.

Seorang anggota dewan eksekutif Asosiasi Medis Jepang Kamayachi Satoshi mengatakan dirinya menentang rencana untuk membuat pemotongan anggaran bagi masyarakat secara drastis pada masa prospek penularan masih belum jelas. Ia mengatakan daripada mengalihkannya ke Kategori 5, akan lebih baik untuk mengupayakan langkah baru guna merespons situasinya.
Informasi ini akurat tertanggal 19 Desember 2022.

Q519: Pembahasan Penggolongan Ulang COVID-19 Di Bawah UU Penyakit Menular
(2) Mengapa menggolongkan ulang sekarang?

Pembahasan telah dimulai di Jepang tentang pengkajian ulang penggolongan virus korona di bawah undang-undang yang mengatur penyakit menular. Dalam serial ini, kami akan membahas mengenai perubahan yang mungkin terjadi, termasuk pembatasan sosial dan beban biaya medis.

Pemerintah Jepang merevisi undang-undang yang mengatur influenza baru pada Februari 2020 dan menggolongkan COVID-19 sebagai “influenza pandemi yang merupakan influenza baru atau influenza yang kembali muncul”. Golongan ini dipandang kurang lebih setara dengan Kategori 2 di bawah undang-undang penyakit menular, jika memperhitungkan risikonya berkembang menjadi penyakit serius dan spesifikasi lainnya. Namun, tidak seperti dalam wabah penularan Kategori 2, pemerintah dibolehkan mengambil langkah-langkah pencegahan penularan yang lebih ketat, seperti mendesak orang agar tetap tinggal di rumah atau mengeluarkan status keadaan darurat.

Sejak saat itu, kita telah mendapat informasi bahwa virus korona varian Omicron, yang mendominasi saat gelombang penularan keenam dan ketujuh di Jepang awal tahun ini, menimbulkan risiko lebih rendah kepada pasien menjadi sakit serius. Jepang juga sudah mulai memberikan vaksinasi kepada populasinya menggunakan vaksin-vaksin baru yang menargetkan varian Omicron. Hal ini membuat pemerintah Jepang mempersingkat periode karantina mandiri bagi orang yang mendapat hasil tes positif, menyederhanakan sistem pelaporan penularan virus korona, dan melonggarkan pembatasan perbatasan.

Pada 2 Desember, Parlemen Jepang meloloskan revisi undang-undang lagi yang mencakup penyakit menular. Satu pasal tambahan dalam revisi itu mendesak pemerintah untuk segera membahas penggolongan ulang COVID-19 di bawah undang-undang. Kementerian Kesehatan telah mengumumkan akan membahas pengkajian ulang COVID-19. Kementerian mengisyaratkan bahwa pihaknya menurunkan level COVID-19 ke Kategori 5, yaitu golongan yang sama dengan flu musiman.

Informasi ini akurat tertanggal 16 Desember 2022.

Q518: Pembahasan Penggolongan Ulang COVID-19 Di Bawah UU Penyakit Menular
(1) Mengenai penggolongan

Pembahasan telah dimulai di Jepang mengenai pengkajian ulang penggolongan virus korona di bawah undang-undang yang mengatur penyakit menular. Dalam serial ini, kami akan meninjau perubahan apa yang mungkin terjadi, termasuk pembatasan sosial dan beban biaya medis.

Penyakit menular menurut undang-undang di Jepang digolongkan dari Kategori Satu hingga Kategori Lima, tergantung dari tingkat penularannya serta risikonya membuat pasien sakit serius. Undang-undang itu menetapkan langkah-langkah apa yang dapat diambil pemerintah pusat dan daerah.

Kategori 1 mencakup penyakit seperti Pes atau Ebola, yang mengancam nyawa dan amat sangat berbahaya.

Kategori 2 mencakup penyakit seperti tuberkolosis dan Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) yang sangat menular dan membuat orang berisiko jatuh sakit parah. COVID-19 saat ini dipandang setara dengan Kategori 2.

Ketika orang tertular oleh penyakit dalam kategori ini, institusi medis harus melaporkan jumlah total kasusnya ke otoritas kesehatan setempat. Pemerintah daerah bisa menyarankan orang-orang yang tertular agar membatasi pekerjaannya dan memasukkan dirinya ke rumah sakit. Negara menanggung penuh biaya pengobatannya.

Kategori 5 mencakup penyakit seperti influenza musiman dan sifilis. Pemerintah daerah tidak bisa meminta orang yang tertular agar membatasi pekerjaannya dan memasukkan diri ke rumah sakit. Mereka harus membayar sebagian biaya pengobatannya. Institusi medis biasanya bisa menerima orang dengan penyakit Kategori 5. Tidak semua institusi medis diharuskan untuk melaporkan jumlah total kasus. Kewajiban melaporkan berbeda dari satu penyakit dengan penyakit lainnya.

Informasi ini akurat tertanggal 15 Desember 2022.

Q517: Efikasi dan karakteristik Xocova (7) Penerapan sistem pemberian izin darurat yang baru

Pada 22 November, Kementerian Kesehatan Jepang mengeluarkan izin darurat penggunaan obat oral COVID-19 yang baru, Xocova. Kali ini kami akan membahas mengenai sistem perizinan darurat.

Di Jepang, izin penggunaan obat atau vaksin baru merupakan proses yang memakan waktu. Biasanya diperlukan satu tahun untuk pemeriksaan dan pemberian izin. Para pakar menyebutkan bahwa rentang waktu yang panjang ini merupakan alasan utama perizinan vaksin di Jepang tertinggal dibandingkan negara-negara asing.

Untuk memperbaiki situasi tersebut, Jepang memberlakukan sistem perizinan darurat pada Mei 2022 untuk diterapkan di bawah kondisi ketika terjadi situasi darurat, seperti wabah penyakit menular, dan saat tidak ada alternatif vaksin atau pengobatan lain.

Kementerian Kesehatan jepang memutuskan bahwa permohonan izin penggunaan Xocova harus diperiksa di bawah sistem baru tersebut. Sebuah panel pakar melakukan penilaian atas obat oral baru itu. Namun, para pakar dua kali gagal mencapai keputusan akhir atas perizinan Xocova dengan menyebutkan perlunya pembahasan cermat mengenai efikasinya. Para pakar akhirnya menyetujui penggunaan obat tersebut dalam pembahasan putaran ketiga yang diadakan pada November.

Profesor Universitas Tokyo Ono Shunsuke yang berpengetahuan luas dalam sistem perizinan obat-obatan mengatakan bahwa para pakar dan pihak otoritas tidak dapat sepakat mengenai seberapa banyak informasi efikasi dan keamanan yang harus ditunjukkan di bawah sistem perizinan darurat yang baru tersebut.

Ia merasa perdebatan itu terlihat membingungkan. Menurutnya, pandangan para pakar tampak konservatif dan jadi mendetail. Karena proses penilaian pada akhirnya hampir sama dengan yang dilakukan di bawah sistem sebelumnya, ia menekankan perlunya menyeimbangkan kedua tujuan untuk “mempercepat perizinan” serta “memastikan efikasi dan keamanan obat atau pengobatan”.

Informasi ini tertanggal 14 Desember 2022.

Q516: Efikasi dan karakteristik Xocova (6) Komentar pakar mengenai pengobatan COVID-19

Pada 22 November, Kementerian Kesehatan Jepang mengeluarkan izin darurat penggunaan obat oral COVID-19 yang baru, Xocova. Kali ini kami menghadirkan pandangan pakar mengenai hal yang bisa diharapkan dengan dikeluarkannya izin penggunaan Xocova.

Profesor Morishima Tsuneo dari Universitas Kedokteran Aichi yang ahli dalam pengobatan COVID-19 mengatakan, “Karena sulit untuk memprediksi apakah seseorang yang tertular virus korona hanya akan mengalami gejala ringan atau sakit parah, pengobatan yang bisa diberikan kepada pasien dengan risiko rendah mengalami gejala serius sangat dinantikan oleh tenaga kesehatan di garis terdepan.”

Terkait efikasi Xocova, Morishima mengatakan bahwa hasil uji klinis menunjukkan obat ini mampu mengurangi waktu yang diperlukan untuk meringankan gejala seperti batuk atau demam sebanyak satu hari. Ini sama dengan tingkat efektivitas obat anti-ifluenza dan dianggap cukup efektif.

Karena Xocova mampu mengurangi jumlah virus di dalam tubuh, obat ini diharapkan bisa mencegah munculnya gejala serius. Jika digunakan di fasilitas perawatan lansia atau rumah-rumah sakit, tempat banyak orang berisiko tinggi mengalami sakit parah, Xocova dapat membantu mencegah gejala memburuk, membendung penyebaran penularan, dan mencegah kegagalan fungsi fasilitas-fasilitas tersebut.

Sementara terkait isu yang perlu diatasi, Morishima mengatakan bahwa Xocova disebut-sebut paling efektif jika dikonsumsi dalam tiga hari sejak gejala muncul. Penting bagi pemerintah pusat dan daerah untuk membentuk sistem yang memungkinkan diagnosis dan pengiriman obat yang cepat kepada pasien yang membutuhkan. Penting juga untuk terus melakukan pemantauan setelah obat ini digunakan secara luas untuk mengetahui apakah terdapat efek samping serius di luar perkiraan atau jika muncul varian baru yang resistan terhadap pengobatan ini.

Informasi ini tertanggal 13 Desember 2022.

Q515: Efikasi dan karakteristik Xocova (5) Perubahan langkah penanganan setelah izin penggunaan Xocova dikeluarkan

Pada 22 November, Kementerian Kesehatan Jepang mengeluarkan izin darurat penggunaan obat oral COVID-19 yang baru, Xocova. Ini merupakan obat oral pertama yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Jepang. Yang membedakannya dari obat lain adalah Xocova bisa digunakan oleh pasien dengan gejala ringan yang berisiko rendah mengalami sakit parah. Kali ini kami akan membahas pengaruh izin penggunaan obat ini terhadap langkah-langkah penanggulangan virus yang perlu kita ambil.

Hampir tiga tahun berlalu sejak virus korona mulai menyebar. Sejak awal, vaksin dan obat-obatan dipandang sebagai dua pilar dalam memerangi virus. Banyak orang telah mendapatkan vaksinasi. Namun, hal yang penting adalah tidak membiarkan virus korona menyebabkan gejala serius pada orang yang tertular. Obat-obatan yang bisa digunakan dalam tahap awal penularan dapat mengurangi jumlah orang yang mengalami sakit parah.

Penting untuk memastikan tersedianya obat oral, yang disebut-sebut lebih mudah diberikan, karena kita masih harus hidup berdampingan dengan virus korona.

Namun, meskipun kita memiliki vaksin dan obat yang lebih mudah digunakan, tetap ada kemungkinan seseorang mengalami gejala serius ketika tertular virus korona. Para pakar meminta orang-orang agar terus menjalankan langkah-langkah pencegahan penularan, seperti mengenakan masker dalam situasi yang diperlukan, serta menghindari keramaian dan ruang tertutup. Para pakar juga menekankan pentingnya mendapatkan vaksinasi.

Informasi ini tertanggal 12 Desember 2022.

Q514: Efikasi dan karakteristik Xocova (4) Kapan Xocoba akan mulai tersedia?

Pada 22 November, Kementerian Kesehatan Jepang mengeluarkan izin darurat penggunaan obat oral COVID-19 yang baru, Xocova. Kali ini kami akan membahas mengenai jadwal distribusi obat ini ke institusi-institusi medis.

Kementerian kesehatan telah menandatangani kontrak dengan Shionogi, perusahaan farmasi Jepang yang mengembangkan Xocova. Kontrak tersebut mencakup dosis yang cukup untuk mengobati 1 juta pasien. Kementerian sebelumnya berencana memulai distribusi luas Xocova ke berbagai institusi medis pada awal Desember, tetapi mempercepat tanggal peluncurannya menjadi 28 November.

Namun, Xocova tidak dapat diberikan kepada wanita hamil atau wanita yang kemungkinan hamil. Pasien yang tengah mengonsumsi obat tertentu juga kemungkinan tidak diperbolehkan menggunakan obat ini.

Dengan pembatasan semacam itu, kementerian berencana membatasi distribusi pil Xocova hanya untuk institusi medis dan toko obat yang telah meresepkan Paxlovid, obat oral yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer, yang bekerja dengan cara yang sama. Hal ini dilakukan sebagai langkah keselamatan selama sekitar dua pekan pertama.

Setelah masa tersebut, kementerian menyatakan tidak akan ada prasyarat tertentu bagi pasokan Xocova. Kementerian akan membentuk sistem agar institusi medis dan toko obat yang ditetapkan pemerintah dapat meresepkan atau menyiapkan pil Xocova. Disebutkan bahwa daftar fasilitas yang ditetapkan tersebut akan diumumkan di situs web pemerintah daerah dan lainnya.

Informasi ini tertanggal 9 Desember 2022.

Q513: Efikasi dan karakteristik Xocova (3) Bagaimana cara kerja Xocova?

Pada 22 November, Kementerian Kesehatan Jepang mengeluarkan izin darurat penggunaan obat oral COVID-19 yang baru, Xocova. Kali ini kami akan memfokuskan pada cara kerja Xocova.

Ketika pasien tertular virus korona, virus tersebut memperbanyak diri dengan cara masuk ke dalam sel dan mereplikasi genom RNA-nya. Obat oral baru Xocova menekan proses replikasi ini dengan menghambat penggunaan enzim yang penting bagi replikasi virus korona.

Proses ini bekerja dengan cara yang sama seperti Paxlovid, obat oral yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer. Pasien yang berpartisipasi dalam uji klinis diberikan Xocova satu kali sehari selama periode lima hari. Pada hari keempat, jumlah virus berkurang menjadi sekitar 1/30 jumlah semula dan tidak teramati efek samping yang parah.

Xocova juga ditemukan sangat efektif terhadap subvarian Omicron BA.5 yang masih dominan, serta terhadap subvarian lainnya.

Sementara itu, eksperimen pada hewan menunjukkan bahwa Xocova berpengaruh terhadap janin. Wanita hamil dan wanita yang kemungkinan hamil tidak dapat menggunakan obat ini. Kementerian kesehatan juga mengimbau agar orang-orang yang memiliki penyakit kronis berhati-hati saat mengonsumsi Xocova karena terdapat kemungkinan munculnya efek samping ketika obat ini diberikan bersamaan dengan pengobatan lainnya.

Informasi ini tertanggal 8 Desember 2022.

Q512: Efikasi dan karakteristik Xocova (2) Efikasi pengobatan ini

Pada 22 November, Kementerian Kesehatan Jepang memberikan izin darurat penggunaan obat oral COVID-19 yang baru, Xocova. Disebutkan bahwa pengobatan tersebut dapat digunakan bagi pasien dengan gejala ringan yang berisiko rendah mengalami sakit parah. Ini adalah obat oral pertama yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Jepang. Kali ini, kami memfokuskan pada seberapa efektif Xocova dalam mengobati gejala terkait COVID-19.

Perusahaan farmasi Shionogi pada akhir September mengumumkan bahwa efikasi Xocova dipastikan pada tahap akhir uji klinis. Perusahaan itu mengatakan obat tersebut efektif dalam memperbaiki gejala terkait COVID dengan mempersingkat periode gejala yang dialami pasien seperti demam.

Perusahaan itu melakukan uji klinis di Jepang dan dua negara lainnya antara Februari hingga pertengahan Juli tahun ini. Uji klinis tersebut melibatkan 1.821 orang berusia 12 hingga 60-an tahun dengan gejala ringan hingga sedang, termasuk orang-orang yang berisiko rendah mengalami sakit parah dan mereka yang telah divaksinasi.

Pada kelompok pasien yang mulai menerima Xocova dalam tiga hari sejak pertama muncul gejala, yaitu seluruh lima karakteristik gejala varian Omicron, seperti batuk, sakit tenggorokan, pilek dan hidung tersumbat, lelah, demam dan panas, hilang dalam sekitar tujuh hari. Ini berarti periode pasien menderita gejala berkurang sebanyak 24 jam.

Informasi ini tertanggal 7 Desember 2022.

Q511: Efikasi dan karakteristik Xocova (1) Apa itu Xocova?

Pada 22 November, Kementerian Kesehatan Jepang memberikan izin darurat penggunaan obat oral COVID-19 yang baru, Xocova. Dalam seri ini, kami memfokuskan pada karakteristik dan efikasi Xocova.

Xocova adalah pil oral COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Jepang, Shionogi. Obat ini dapat digunakan untuk merawat pasien dengan gejala ringan. Pengobatan COVID-19 sebelumnya adalah untuk pasien yang berisiko mengalami sakit parah, tetapi Xocova dapat diminum bahkan oleh pasien dengan risiko rendah.

Jepang sejauh ini telah mengizinkan sembilan obat COVID-19, termasuk pil dan infus intravena. Beberapa di antaranya dapat digunakan untuk merawat pasien dengan gejala ringan hingga moderat, tetapi penggunaannya terbatas untuk pasien yang berisiko tinggi mengalami gejala parah, seperti orang-orang dengan diabetes, penyakit pernapasan, dan obesitas. Uji klinis tidak dilakukan pada orang-orang yang berisiko rendah mengalami sakit parah dan pasokan obat-obatan juga terbatas.

Xocova dapat digunakan secara luas, sama seperti Tamiflu untuk mengobati flu musiman. Xocova dapat digunakan untuk mengobati orang-orang berusia 12 tahun ke atas, termasuk mereka yang berisiko rendah mengalami gejala parah.

Panel pakar Kementerian Kesehatan Jepang mengizinkan penggunaan Xocova pada 22 November. Panel tersebut menilai obat ini diperkirakan efektif, melalui data klinis yang menunjukkan pil itu bekerja melawan demam dan gejala virus korona lainnya. Xocova adalah obat COVID-19 pertama yang dikembangkan di dalam negeri yang disetujui di Jepang. Diharapkan dengan disetujuinya Xocova dapat membawa pada pasokan pengobatan COVID yang stabil bagi institusi medis.

Informasi ini tertanggal 6 Desember 2022.

Q510: Puncak Gelombang Ke-8
(7) Mencegah penyebaran penularan

Panel pakar Kementerian Kesehatan Jepang mengimbau orang-orang berusia 12 tahun ke atas yang telah menerima dua dosis pertama vaksin virus korona untuk divaksinasi dalam melawan varian Omicron selambatnya akhir tahun ini guna mencegah institusi medis menjadi kewalahan.

Panel itu juga menyerukan bayi dan anak-anak sekolah dasar untuk divaksinasi.

Profesor Hamada Atsuo dari Rumah Sakit Universitas Medis Tokyo mengatakan sejumlah orang mungkin berpikir vaksinasi tidak efektif karena varian-varian baru dikatakan dapat menghindari imunitas tubuh, tetapi hal itu tidak benar.

Menurut Hamada, vaksin-vaksin yang menargetkan subvarian Omicron tampaknya efektif melawan subvarian BQ.1 dan XBB yang mungkin menyebar dalam beberapa bulan mendatang. Ia mendesak orang-orang untuk mendapatkan vaksinasi selambatnya akhir tahun ini guna bersiap bagi gelombang ke-8 pada musim dingin.

Hamada juga merekomendasikan orang-orang agar terus melakukan langkah pencegahan, seperti mengenakan masker, mencuci tangan, dan menghindari tempat-tempat yang ramai.

Profesor tersebut menambahkan bahwa banyak orang menghadiri pesta atau mengunjungi kampung halaman bagi perayaan akhir tahun dan Tahun Baru, tetapi mungkin mereka sebaiknya membatalkan rencana itu tergantung pada situasi penularan. Ia mengatakan penting untuk tetap mengamati situasi dan bertindak sepatutnya.

Informasi ini tertanggal 5 Desember 2022.

Q509: Puncak Gelombang Ke-8
(6) Wabah ganda dengan influenza

Sejumlah pakar mengatakan persiapan perlu dilakukan bagi wabah ganda virus korona dan flu karena musim dingin makin mendekat.

Jumlah pasien flu di Jepang saat ini masih rendah dibandingkan tingkat sebelum pandemi. Wabah influenza secara nasional dikatakan telah dimulai saat institusi medis yang ditetapkan melaporkan rata-rata lebih dari satu pasien per pekan. Angka tersebut pada pekan hingga 20 November mencapai 0,11.

Kasus influenza melonjak di belahan bumi selatan negara Australia pada bulan-bulan musim dingin yaitu Mei dan Juni pada tahun ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan jumlah kasus flu meningkat di Amerika Serikat dan Kanada dalam beberapa pekan terakhir. Disebutkan bahwa jumlah di Eropa masih rendah, tetapi trennya tengah meningkat.

Profesor Nishiura Hiroshi dari Universitas Kyoto mengatakan flu tengah menyebar dengan sangat lambat di Jepang, maka dari itu jumlah kasus dapat memuncak paling awal saat sekolah dilanjutkan usai liburan musim dingin. Menurutnya, puncak gelombang ke-8 penularan virus korona dan kasus flu tidak akan terjadi bersamaan.

Informasi ini tertanggal 2 Desember 2022.

Q508: Puncak Gelombang Ke-8
(5) Kemungkinan lonjakan wabah saat liburan akhir tahun dan tahun baru

Kasus penularan virus korona baru saat ini tengah meningkat. Apakah Jepang sudah mengalami gelombang kedelapan penularan? Dalam seri terbaru ini kami membahas tentang prospek penularan dan langkah pencegahan yang bisa diterapkan.

Orang-orang diperkirakan akan memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi saat memasuki musim liburan akhir tahun dan tahun baru.

Profesor Hamada Atsuo dari Rumah Sakit Universitas Kedokteran Tokyo menekankan pentingnya mencermati situasi penularan di luar negeri karena saat ini Jepang telah melonggarkan kontrol perbatasannya.


Pada pertengahan November, penularan menyebar bukan hanya di Jepang, tetapi juga di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Korea Selatan, Indonesia, dan Malaysia.

Hamada memperingatkan kemungkinan lonjakan kasus di Amerika Serikat saat merayakan Thanksgiving pada akhir November, serta dampak dari Piala Dunia yang tengah berlangsung di Qatar.

Hamada mengatakan pada masa lalu kasus baru di AS meningkat pada periode Thanksgiving ketika banyak keluarga berkumpul dan makan bersama.

Selain itu, ia mengatakan penularan bisa menyebar saat Piala Dunia. Ajang itu diperkirakan akan menarik sekitar 1,2 juta orang dari seluruh dunia untuk datang ke Qatar dan diselenggarakan dengan kondisi pembatasan yang lebih longgar dibandingkan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, atau Olimpiade dan Paralimpiade Musim Dingin di Beijing.

Hamada mengatakan tidak bisa mengabaikan kemungkinan para penggemar sepak bola bisa tertular di Qatar dan membawa virus ke negara masing-masing, yang kemudian bisa memicu lonjakan wabah di lingkungan masyarakat mereka.

Informasi ini tertanggal 1 Desember 2022.

Q507: Puncak Gelombang Ke-8
(4) Prediksi oleh kecerdasan buatan atau AI

Kasus baru virus korona tengah meningkat baru-baru ini. Apakah Jepang sudah memasuki gelombang ke-8 penularan? Dalam seri ini kami membahas informasi mengenai prospek masa depan dan langkah pencegahan yang bisa kita dijalankan.

Profesor Hirata Akimasa dari Institut Teknologi Nagoya dan timnya membuat prediksi penularan di masa depan dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), dengan asumsi bahwa BQ.1 dan beberapa subvarian lainnya akan menyebar. Prediksi ini dibuat berdasarkan data efikasi vaksin dan pergerakan orang-orang.

Saat diasumsikan bahwa tingkat penularan BQ.1 dan beberapa subvarian baru terhitung 20 persen lebih kuat dari BA.5 dan tingkat imunitas yang didapat melalui penularan sebelumnya tidak berfungsi menahan galur baru, rata-rata penularan harian baru dalam satu pekan di Tokyo diperkirakan akan mencapai 30.000 pada pertengahan Desember, dan menyentuh sekitar 36.000 pada pertengahan Januari, melampaui puncak gelombang ketujuh.

Berdasarkan skenario tersebut, jumlah kematian di Tokyo akan mencapai 20 atau lebih per hari mulai pertengahan Januari hingga awal Februari.

Jika BQ.1 dan beberapa subvarian baru lainnya dianggap sama menularnya dengan galur sebelumnya dan imunitas yang didapat dari penularan sebelumnya mampu menahan subvarian tersebut dalam tingkatan tertentu, jumlah penularan baru di Tokyo akan mencapai puncaknya sekitar 25.000 pada pertengahan Januari.

Profesor Hirata mengatakan dengan mempertimbangkan kemungkinan dampak BQ.1 dan subvarian baru lainnya, jumlah kasus baru mungkin akan mulai melonjak tidak lama lagi. Ia mengatakan dengan kondisi aktivitas ekonomi dan sosial yang telah kembali, serta suhu yang menurun, tampaknya tidak ada faktor yang bisa membantu menurunkan jumlah penularan.

Ia mengatakan apabila subvarian baru sangat menular dan mampu menembus imunitas, kemungkinan besar jumlah kasus baru akan meningkat dengan cukup pesat hingga akhir tahun.

Informasi ini tertanggal 30 November 2022.

Q506: Puncak Gelombang Ke-8
(3) Varian baru virus korona

Kasus baru virus korona tengah meningkat baru-baru ini. Apakah Jepang sudah memasuki gelombang ke-8 penularan? Dalam seri ini kami membahas informasi mengenai prospek masa depan dan langkah pencegahan yang bisa kita terapkan.

Kemungkinan peningkatan kasus sejumlah subvarian Omicron lainnya, misalnya BQ.1, menjadi perhatian utama.

Para pakar mengatakan subvarian tersebut sangat mungkin menembus imunitas yang didapat dari penularan sebelumnya dan vaksinasi. Di Amerika Serikat subvarian Omicron yang baru mulai menggantikan subvarian BA.5.

Data yang dirilis pada 24 November oleh Pemerintah Metropolitan Tokyo menunjukkan bahwa BA.5 mendominasi kasus yang tercatat pada bulan itu, jumlahnya mencakup 80,1 persen.

Namun, subvarian lain yang secara bertahap meningkat adalah BQ.1.1 sebanyak 6,2 persen, BN.1 mencapai 4,2 persen, BF.7, BA.2.75, BQ.1 mencakup kisaran 2 persen, BA.2 dan XBB masing-masing sekitar 1 persen, dan BQ.4.6 sebesar 0,3 persen.

Profesor Hamada Atsuo dari Rumah Sakit Universitas Kedokteran Tokyo mengatakan saat ini perhatian terpusat pada Omicron subvarian XBB dan BQ.1, tetapi XBB tidak menyebar secara meluas ke seluruh dunia. Di AS dan negara-negara Eropa, BQ.1 menggantikan BA.5

Hamada mengatakan AS dan negara-negara Eropa tidak mengalami peningkatan tajam jumlah kasus virus korona pada pertengahan November.

Namun, ia mengatakan puncak gelombang kedelapan di Jepang mungkin akan tinggi jika banyak subvarian yang masuk ke dalam negeri. Ia memperingatkan bahwa Jepang harus terus mengawasi penularan karena kemungkinan bisa menghadapi situasi genting pada Desember.

Informasi tertanggal 29 November 2022.

Q505: Puncak Gelombang Ke-8
(2) Tanda-tanda penyebaran penularan lainnya

Kasus baru virus korona tengah meningkat baru-baru ini. Apakah Jepang sudah memasuki gelombang ke-8 penularan? Dalam seri ini kami mengulas tentang prospek masa depan dan langkah pencegahan yang bisa kita lakukan.

Pada pembahasan sebelumnya kami memusatkan perhatian pada penyebaran penularan terbaru di Jepang yang melibatkan subvarian Omicron BA.5. Eropa juga mengalami peningkatan kasus BA.5 pada Oktober.

Menurut Our World in Data, publikasi ilmiah daring yang dikelola tim riset di Universitas Oxford, Inggris, rata-rata kasus harian baru dalam tujuh hari per populasi satu juta penduduk mencapai sekitar 1.300 di Jerman pada pertengahan Oktober. Angkanya melampaui puncak penularan sebelumnya pada Juli.

Jumlah di Prancis pada waktu yang sama tercatat sebanyak 840, yang terbesar sejar Juli.

Ketua Panel Pakar Kementerian Kesehatan Jepang Profesor Wakita Takaji pada 17 November mengatakan penyebaran subvarian BA.5 yang tengah berlangsung saat ini akan mencapai puncaknya sebelum akhir tahun.

Profesor Nishiura Hiroshi dari Universitas Kyoto selaku anggota panel pakar kementerian kesehatan dan pakar di bidang matematika epidemiologi mengatakan bahwa setelah penularan mencapai puncaknya, penurunan sepertinya akan berlangsung perlahan dan bertahap, karena penularan menyebar di setiap daerah sebagaimana kasus yang terjadi di Hokkaido.

Informasi ini tertanggal 28 November 2022.

Q504: Puncak Gelombang Ke-8
(1) Mengapa penularan menyebar sekarang?

Kasus baru virus korona tengah meningkat baru-baru ini. Pada 15 November, jumlahnya melampaui 100.000 untuk pertama kalinya dalam dua bulan. Apakah Jepang sudah memasuki gelombang ke-8 penularan? kami mulai seri baru dengan fokus pembahasan mengenai prospek masa depan dan langkah pencegahan.

Mengapa kasus baru menyebar sekarang? Para pakar meyakini bahwa petunjuk dari pertanyaan itu mungkin terletak pada fakta bahwa lonjakan penularan dimulai di daerah-daerah yang bukan kota besar.

Sebelumnya, ledakan penularan kerap terjadi di kawasan padat penduduk Metropolitan Tokyo dan menyebar ke seluruh penjuru negeri melalui orang-orang yang bepergian. Namun, kali ini peningkatan kasus dimulai di sejumlah tempat seperti Hokkaido dan kawasan Tohoku yang jauh dari Tokyo.

Panel pakar kementerian kesehatan menjabarkan pandangannya terkait tren ini dalam pertemuan 17 November. Para pakar mengatakan sebagian besar penduduk telah mendapatkan imunitas di daerah yang terdapat banyak orang tertular subvarian BA.5 saat gelombang ketujuh.

Mereka mengatakan penularan sekarang menyebar di daerah-daerah yang hanya sedikit orang tertular BA.5 dengan rasio imunitas yang rendah.

Profesor Hamada Atsuo dari Rumah Sakit Universitas Kedokteran Tokyo mengatakan lonjakan saat ini bisa dipandang sebagai efek lanjutan dari gelombang ketujuh. Ia mengatakan kota-kota besar juga mengalami peningkatan kasus, tetapi kecenderungannya tidak kentara sebagaimana yang terjadi di daerah.

Hamada menambahkan bahwa "api yang tersisa" dari gelombang ketujuh berkobar lagi di daerah-daerah yang sebelumnya tidak terpengaruh dan sebagian besar warganya tidak memiliki imunitas.

Informasi ini tertanggal 25 November 2022.

Q503: Subvarian baru Omicron (5) Bagaimana subvarian memengaruhi penularan yang sekarang terjadi?

Dalam bagian terakhir seri ini, kami melihat kemungkinan varian-varian baru ini memiliki dampak pada perkiraan lonjakan penularan berikutnya di Jepang, dengan menampilkan pandangan pakar-pakar penyakit menular.

Para peneliti di Institut Nasional Penyakit Menular Jepang mengatakan sejauh ini tidak ditemukan ada bukti yang mendukung bahwa XBB atau BQ.1.1 akan menyebabkan kasus parah COVID-19. Meski demikian, menurut mereka terdapat sejumlah kajian yang menyatakan subvarian tersebut dapat lolos dari respons imunitas. Mereka mengatakan akan terus memantaunya.

Di Jepang, rata-rata tujuh hari kasus harian berjumlah sekitar 26.000 pada 11 Oktober. Angka ini perlahan meningkat mencapai sekitar 88.000 pada 22 November.

Profesor Hamada Atsuo dari Rumah Sakit Universitas Kedokteran Tokyo mengatakan subvarian BQ.1 dikatakan lebih mampu lolos dari respons imunitas dibandingkan BA.5, dan bahkan jika Anda telah tertular atau divaksinasi, Anda kemungkinan lebih rentan mengalami reinfeksi. Jadi, jika subvarian ini menyebar pada musim dingin, ada kemungkinan jumlah kasus akan melonjak.

Hamada mengatakan karena vaksin yang menyasar varian-varian Omicron telah tersedia, ia ingin orang-orang divaksinasi. Menurutnya karena subvarian BA.5, BQ.1, dan XBB semuanya merupakan varian Omicron, dengan mendapat vaksinasi yang menyasar Omicron, Anda dapat berharap memperoleh perlindungan terhadapnya. Dengan demikian, menurutnya, akan membantu mengurangi jumlah kasus parah selama musim dingin ini.

Keterangan ini akurat tertanggal 24 November 2022.

Q502: Subvarian baru Omicron (4) Akankah mutasi berlanjut?

Subvarian-subvarian baru Omicron seperti BQ.1, BQ.1.1, dan XBB telah dilaporkan. Apakah situasi varian baru yang bermunculan satu demi satu akan berlanjut? Berikut sejumlah informasi dan satu pendapat pakar.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 26 Oktober menyatakan satu fenomena menarik tampak di antara subvarian baru: semuanya memiliki mutasi yang sama meskipun berbeda waktu dan tempat munculnya. Hal ini disebut "evolusi konvergen", yaitu organisme berbeda yang berevolusi secara terpisah akhirnya memiliki karakteristik yang sama. WHO mengatakan mutasi di subvarian baru terjadi di bagian-bagian yang diyakini perlu untuk beradaptasi ke manusia, dan dapat terjadi mutasi lebih lanjut.

Furuse Yuki, Profesor Universitas Nagasaki dan spesialis virologi mengatakan, dengan separuh populasi dunia dikatakan kini telah terinfeksi varian Omicron, subvarian-subvarian berbeda mungkin telah memiliki mutasi yang sama untuk lolos dari imunitas yang terbentuk pada banyak orang. Menurutnya, virus korona telah cukup bermutasi, dan tidak diketahui apakah virus ini akan beradaptasi pada manusia atau terus bermutasi.

Keterangan ini akurat tertanggal 23 November 2022.

Q501: Subvarian baru Omicron (3) Subvarian XBB

Kali ini, Kami membahas subvarian XBB, yang menyebar di Singapura dan tempat-tempat lain.

Jumlah kasus COVID akibat subvarian XBB meningkat di Singapura dan India. Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan XBB mencakup 54 persen dari kasus setempat selama pekan hingga 9 Oktober, bertambah dari 22 persen pada pekan sebelumnya, dan menjadi penyebab utama penularan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan XBB terdeteksi di 35 negara hingga akhir Oktober.

Sebuah kelompok pakar WHO mengatakan meskipun risiko penularan XBB diketahui lebih tinggi, tidak bisa dikatakan subvarian ini memiliki rasio lebih tinggi dalam parahnya sakit atau lolos dari imunitas. Kelompok itu juga mengatakan kasus-kasus reinfeksi utamanya terbatas pada orang yang tertular pertama kali pada masa sebelum Omicron dan tidak ada data yang mendukung lolosnya subvarian ini dari respons imunitas yang terbentuk dari subvarian Omicron lainnya.

Di Singapura, jumlah kasus XBB telah berkurang sejak mencapai puncaknya pada pertengahan Oktober.

Profesor Hamada Atsuo dari Rumah Sakit Universitas Kedokteran Tokyo mengatakan tidak ada penyebaran besar kasus XBB dari Singapura ke negara-negara tetangganya. Ia mengatakan subvarian ini juga terdeteksi di Jepang, tetapi jumlah kasusnya tetap rendah, sehingga tingkat kekhawatiran akan penyebarannya tidak setinggi sebelumnya.

Keterangan ini akurat tertanggal 22 November 2022.

Q500: Subvarian baru Omicron (2) Subvarian Omicron BQ.1 dan BQ.1.1

Kali ini, kami membahas subvarian baru Omicron BQ.1 dan BQ.1.1, yang menyebar di Amerika Serikat (AS) dan tempat-tempat lain.

Musim panas ini, Jepang menghadapi gelombang penularan COVID yang utamanya akibat subvarian BA.5. BQ.1 adalah subvarian BA.5 dengan mutasi spike, sementara BQ.1.1 memiliki mutasi spike tambahan. Di AS, BQ.1 menyebabkan sekitar 14 persen dari penularan baru dalam pekan yang berakhir 29 Oktober, sementara BQ.1.1 menyebabkan 13,1 persen dari penularan baru.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan BQ.1 dan semacamnya dilaporkan di 65 negara hingga awal Oktober.

Sebuah kelompok pakar WHO mengatakan rasio subvarian baru ini tengah meningkat dan mutasi-mutasi lanjutannya kemungkinan memberikan keunggulan lolos imunitas dibandingkan subvarian Omicron yang tengah menyebar. Namun, kelompok itu mengatakan sekarang ini tidak ada data yang mengisyaratkan peningkatan parahnya sakit atau lolos dari imunitas.

Para pakar mengatakan, secara umum, keunggulan lolos dari imunitas berarti ada kemungkinan tertular setelah vaksinasi atau risiko reinfeksi yang lebih tinggi, tetapi hal ini perlu penyelidikan lebih lanjut.

Mereka juga mengatakan perlindungan terhadap penularan oleh vaksin, baik vaksin awal dan juga vaksin yang menyasar varian Omicron, mungkin berkurang, tetapi tidak terlihat ada dampak yang besar terhadap perlindungan atas sakit parah.

Keterangan ini akurat tertanggal 21 November 2022.

Q499: Subvarian baru Omicron (1) Subvarian baru Omicron tengah menyebar

Subvarian-subvarian Omicron tengah menyebar di penjuru dunia. Dalam seri terbaru ini, kami membahas risiko mengalami gejala serius akibat subvarian-subvarian baru ini serta efikasi vaksin yang ada sekarang.

Pada musim panas ini, Jepang menghadapi gelombang ketujuh penularan COVID akibat varian Omicron BA.5. Meskipun BA.5 telah mendominasi di penjuru dunia selama beberapa waktu, proporsi keseluruhannya perlahan berkurang. Sementara itu, jumlah kasus virus korona akibat subvarian-subvarian Omicron, yaitu BQ.1, BQ.1.1, dan XBB, perlahan menyebar di seluruh dunia.

Hamada Atsuo, Profesor di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Tokyo, seorang spesialis penyakit menular, mengatakan sementara masih belum jelas subvarian mana yang akan dominan di masa depan, varian-varian baru ini seluruhnya menunjukkan kemampuan yang sama untuk menempel di sel manusia dan pada saat yang sama lebih baik dalam lolos dari respons imunitas kita. Hamada mengatakan, bahkan jika varian-varian baru muncul, penting memantau apakah varian tersebut dapat lolos dari respons imunitas kita dan juga mengecek seberapa besar tingkat penularan serta patogenitasnya.

Keterangan ini akurat tertanggal 18 November 2022.

Q498: Vaksinasi Bagi Anak-Anak Berusia Hingga 4 Tahun (8) Pandangan pakar

Pada bagian akhir pembahasan vaksinasi bagi anak-anak kecil, kami menyampaikan pandangan dari para pakar.

Kami bertanya kepada dua pakar terkait vaksinasi bagi anak-anak.

Profesor Saito Akihiko dari Universitas Niigata mengatakan anak-anak kecil sulit melakukan langkah pencegahan, termasuk pemakaian masker dan cuci tangan. Ia mengatakan untuk kalangan usia tersebut, vaksinasi menjadi satu-satunya cara aktif mencegah COVID-19 dan kemungkinan mengalami penyakit serius.

Profesor Nakayama Tetsuo dari Universitas Kitasato mengatakan salah satu sisi negatif vaksinasi adalah efek samping. Namun, ia menambahkan bahwa jika tidak divaksin, seseorang dapat mengalami komplikasi yang bahkan mungkin bisa menyebabkan kematian. Contoh dari komplikasi ini termasuk gangguan otak yang disebut ensefalopati akut dan miokarditis atau peradangan otot jantung.

Nakayama meminta orang-orang mempertimbangkan soal risiko dan manfaat dari vaksin, serta membuat keputusan berdasarkan fakta ilmiah.

Asosiasi Dokter Anak Jepang juga merekomendasikan vaksinasi bagi anak-anak usia enam bulan hingga 4 tahun. Asosiasi ini menyatakan vaksin lebih bermanfaat dalam mencegah COVID-19 ketimbang risiko efek sampingnya.

Keterangan ini akurat tertanggal 14 November 2022.

Q497: Vaksinasi Bagi Anak-Anak Berusia Hingga 4 Tahun (7) Anak-anak yang pernah terinfeksi virus dan vaksinasi lainnya.

Kali ini, kami mengulas tentang vaksinasi bagi anak-anak yang pernah terinfeksi virus dan keamanan multipel vaksinasi.

Para pakar merekomendasikan anak-anak untuk tetap divaksinasi COVID meski sebelumnya pernah tertular virus.

Profesor Saito Akihiko dari Universitas Niigata mengatakan bahkan kalau kita pernah tertular, bukan berarti kita mendapatkan tingkat imunitas yang tinggi jika gejalanya ringan. Ia juga mengatakan bahwa saat ini diketahui jumlah antibodi terhadap virus korona mengalami penurunan seiring dengan waktu.

Saito mengatakan jika kita mendapatkan vaksin setelah tertular virus, maka itu bisa menjamin bahwa tubuh kita memiliki tingkat imunitas yang cukup. Untuk waktunya, Saito mengatakan tidak apa-apa untuk mendapatkan suntikan vaksin saat gejala telah mereda dan anak-anak sudah kembali ke kondisi kesehatan semula.

Vaksin COVID juga bisa diberikan dengan vaksin jenis lainnya untuk anak-anak. Ia mengatakan tidak ada masalah untuk mendapatkan vaksin COVID dan vaksin influenza pada hari yang sama. Sedangkan untuk vaksin jenis lain, pada prinsipnya harus diberikan jeda waktu setidaknya dua pekan.

Terkait vaksin mana yang harus diprioritaskan bagi anak-anak, Profesor Saito mengatakan waktu pemberian vaksin telah ditentukan sesuai jadwal vaksinasi rutin. Ia merekomendasikan orang tua untuk mengikuti jadwal vaksinasi rutin tersebut dan membuat reservasi untuk vaksin COVID dua pekan sebelum atau sesudahnya.

Keterangan ini akurat tertanggal 11 November 2022.

Q496: Vaksinasi Bagi Anak-Anak Berusia Hingga 4 Tahun (6) Kasus serius di antara anak-anak

Kali ini, kami mengulas tentang gejala serius yang dialami anak-anak setelah terinfeksi virus korona sebagai referensi penilaian untuk menentukan apakah anak-anak usia dini perlu divaksinasi.

Asosiasi Dokter Anak Jepang mengatakan lebih dari 95 persen anak-anak yang terinfeksi virus korona hanya mengalami gejala ringan. Namun, jumlah anak-anak yang terinfeksi mengalami peningkatan setelah merebaknya varian Omicron, angka kematian dan kasus serius di antara anak-anak juga bertambah.

Institut Penyakit Menular Nasional mengkaji 41 orang berusia di bawah 20 tahun yang meninggal setelah tertular virus korona antara Januari hingga Agustus tahun ini, ketika varian Omicron menjadi dominan. Institut ini menelaah 29 kematian dan menemukan bahwa jumlah kematian anak usia empat tahun ke bawah mencapai 14 jiwa, enam di antaranya tidak memiliki penyakit bawaan.

Tidak ada data yang mengemuka terkait kasus serius yang hanya dialami anak-anak usia enam bulan hingga empat tahun. Namun, Asosiasi Perawatan Medis Intensif Jepang mengumpulkan data pasien virus korona berusia 20 tahun ke bawah yang dirawat di bangsal anak di seluruh Jepang mulai Maret hingga Agustus tahun ini. Datanya termasuk keterangan usia dan gejala yang dialami.

Asosiasi ini menyatakan sebanyak 220 orang tercatat mengalami gejala moderat hingga buruk, yang artinya mereka membutuhkan bantuan oksigen atau ventilator. Anak-anak pendidikan usia dini yang berusia enam tahun ke bawah mencakup 58,6 persen dari kasus tersebut. Asosiasi ini mengatakan banyak di antara anak-anak yang mengalami gejala serius menderita ensefalopati, kondisi yang membuat otak membengkak dan bisa menyebabkan penurunan kesadaran. Kasus pneumonia dan kejang juga terhitung tinggi.

Keterangan ini akurat tertanggal 10 November 2022.

Q495: Vaksinasi Bagi Anak-Anak Berusia Hingga 4 Tahun (5) Apakah berdampak terhadap fungsi reproduksi?

Jepang mulai memberikan vaksinasi COVID-19 kepada anak-anak usia 6 bulan hingga 4 tahun pada Oktober lalu. Kali ini, kami mengulas pertanyaan tentang apakah vaksinasi ini berdampak terhadap fungsi reproduksi manusia.

Vaksin virus korona untuk anak-anak di Jepang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer. Vaksin ini adalah jenis baru yang disebut vaksin mRNA. mRNa berfungsi sebagai "cetak biru" untuk sintesis protein. Sewaktu seseorang mendapatkan suntikan vaksin mRNA, sebagian protein virus korona dibuat di dalam sel tubuh orang tersebut. Protein itu memicu fungsi sistem kekebalan tubuh guna memproduksi antibodi.

Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan mRNA akan terurai dan keluar dari tubuh kita dalam hitungan menit hingga beberapa hari. Kementerian juga mengatakan mRNA di dalam vaksin tidak akan menyatu dengan DNA manusia yang membawa informasi genetik. Tubuh manusia memproduksi mRNA sendiri dari DNA, tetapi alur informasi genetiknya adalah satu arah, kita tidak bisa membuat DNA dari mRNA.

Maka itu para pakar meyakini bahwa saat seseorang mendapatkan vaksin mRNA, tidak ada risiko informasi genetik mRNA akan bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang lama, atau informasi genetik tersebut diteruskan ke kode genetik sperma atau ovum.

Keterangan ini akurat tertanggal 9 November 2022.

Q494: Vaksinasi Bagi Anak-Anak Berusia Hingga 4 Tahun (4) Apa risiko efek samping serius?

Kali ini, kami akan mengulas mengenai risiko efek samping serius vaksinasi tersebut.

Para dokter telah melaporkan peradangan otot jantung atau membran yang membungkus jantung di kalangan anak laki-laki yang kebanyakan berusia remaja dan 20-an tahun, sebagai efek samping serius yang langka dari vaksin COVID-19.

Mereka masih belum mendapatkan cukup data mengenai risiko kondisi jantung semacam itu di kalangan anak-anak berusia antara 6 bulan hingga 4 tahun. Namun, Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan tidak ada kondisi semacam itu yang dilaporkan dari sekitar 600.000 anak-anak berusia 6 bulan hingga 4 tahun yang menerima dosis Pfizer di Amerika Serikat hingga akhir Agustus.

Sedangkan di Jepang, data atas anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun menunjukkan bahwa dua hingga tiga kasus yang dicurigai adalah kondisi jantung dilaporkan per satu juta vaksinasi.

Kami menanyakan Profesor Nakayama Tetsuo dari Universitas Kitasato yang adalah pakar vaksin. Profesor Nakayama mengatakan anak-anak yang lebih muda memiliki risiko rendah mengalami kondisi jantung seperti itu setelah vaksinasi, dibandingkan dengan anak laki-laki berusia remaja dan dua puluhan. Menurutnya, meskipun mereka mengalaminya, kebanyakan anak-anak itu hanya mendapat gejala ringan dan pulih sepenuhnya.

Menurut profesor tersebut, jika anak-anak tampaknya mengalami kesulitan bernapas atau mengeluhkan sakit dada, baik gejala yang dicurigai atas otot jantung atau peradangan membran, dalam beberapa hari setelah vaksinasi, orang tua atau wali harus segera membawa mereka ke dokter

Keterangan ini akurat tertanggal 8 November 2022.

Q493: Vaksinasi Bagi Anak-Anak Berusia Hingga 4 Tahun (3) Efek Samping

Kali ini kami akan membahas mengenai efek samping vaksinasi.

Para pakar mengatakan kebanyakan efek sampingnya adalah ringan hingga menengah serta bersifat sementara, sehingga tidak mengakibatkan kekhawatiran keamanan yang serius.

Pfizer memonitor efek samping terhadap anak-anak yang divaksinasi selama satu pekan dalam uji klinis yang diadakannya. Ditemukan bahwa di kalangan anak-anak berusia antara 2 hingga 4 tahun, 5,1 persen mengalami demam 38 derajat Celsius atau lebih untuk rata-rata tiga suntikan, 26,6 persen mengeluhkan rasa lesu, 2,7 persen muntah-muntah, dan 6,5 persen mengalami diare.

Sementara bagi anak-anak berusia 6 bulan hingga 1 tahun, 7,1 persen mengalami demam 38 derajat Celsius ke atas, 21,5 persen menunjukkan tanda-tanda penurunan selera makan, dan 47,4 persen menjadi mudah kesal dan mengalami suasana hati yang buruk.

Pakar vaksin dari Universitas Niigata, Profesor Saito Akihiko, mengatakan meskipun perbandingan yang akurat sulit didapat, efek sampingnya terjadi lebih sedikit pada anak-anak berusia 6 bulan hingga 4 tahun dibandingkan dalam kelompok usia dewasa. Ia juga mengatakan bahwa frekuensi efek samping terhadap kelompok usia ini adalah lebih rendah atau sama dibandingkan anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun atau mereka yang berusia antara 12 hingga 15 tahun.

Informasi ini akurat tertanggal 7 November 2022.

Q492: Vaksinasi Bagi Anak-Anak Berusia Hingga 4 Tahun (2) Efek vaksinasi

Kali ini kami akan mengulas mengenai keefektifan inokulasi dalam kelompok usia ini.

Vaksinasi bagi anak-anak kecil diperkirakan akan efektif dalam mencegah berkembangnya gejala. Perusahaan farmasi Pfizer melaksanakan uji klinis atas anak-anak berusia 6 bulan hingga 4 tahun. Ditemukan bahwa saat tiga suntikan diberikan, level antibodinya sama dengan orang-orang dalam uji klinis yang melibatkan anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa.

Perusahaan itu juga mengadakan uji terhadap lebih dari 1.100 anak-anak berusia 6 bulan hingga 4 tahun di Amerika Serikat dan Eropa ketika varian Omicron mendominasi. Anak-anak tersebut diberikan vaksin atau plasebo dengan cairan garam fisiologis yang tidak berbahaya.

Saat membandingkan situasi penularannya, ditemukan bahwa hingga 17 Juni 2022, 13 dari 794 anak-anak yang diberikan vaksin telah tertular, sementara 21 dari 351 anak-anak yang diberikan plasebo terkena penularan. Dikatakannya, setelah tiga dosis, vaksin tersebut adalah 73,2 persen efektif dalam mencegah munculnya gejala.

Para pejabatnya mengatakan tidak ada cukup anak tertular untuk menganalisis sejauh mana vaksin itu mencegah penyakit serius.

Profesor Nakayama Tetsuo dari Universitas Kitasato yang adalah pakar vaksin memperkirakan bahwa vaksin itu akan secara efektif memadai untuk mencegah penyakit serius karena vaksin itu mencegah gejala berkembang. Menurutnya, meskipun datanya bervariasi tergantung riset, vaksin telah dilaporkan efektif antara 40-80 persen dalam mencegah penyakit serius di kalangan anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun.

Informasi ini akurat tertanggal 4 November 2022.

Q491: Vaksinasi Bagi Anak-Anak Berusia Hingga 4 Tahun (1) Penjelasan

Inokulasi masyarakat terhadap COVID-19 bagi anak-anak berusia mulai 6 bulan hingga 4 tahun telah dimulai pada Oktober lalu. Dalam serial ini, kami akan membahas mengenai apakah vaksinasi bagi anak-anak yang lebih kecil efektif dan apakah ada risiko efek samping. Kali ini, kami akan menyampaikan rincian mengenai vaksinasi itu.

Produsen vaksin itu adalah perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer. Jumlah bahan aktif per dosis adalah 1/10 dari vaksin untuk orang dewasa dan sekitar 1/3 dari vaksin untuk anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun. Vaksin ini didasarkan atas galur konvensional, tidak mengandung komponen yang diambil dari varian Omicron.

Vaksinasinya gratis, ditanggung penuh oleh negara. Vaksinasi yang penuh membutuhkan tiga suntikan dengan interval 3 pekan antara dosis pertama dan kedua, serta setidaknya 8 pekan antara dosis kedua dan ketiga.

Secara prinsipnya, anak-anak akan menerima tiket vaksinasi dari pemerintah kota setempat untuk mendapatkan vaksinnya dari klinik pediatri lokal dan lain-lain atau lokasi vaksinasi kelompok yang didirikan oleh pemerintah kota setempat.

Kementerian Kesehatan juga mendorong anak-anak berusia antara 6 bulan hingga 4 tahun agar divaksinasi, dengan menyebut alasannya adalah naiknya jumlah penularan dan kasus yang parah di kalangan anak-anak, selain keefektifan dan keselamatan vaksin yang telah dipastikan di tengah menyebarnya varian Omicron. Tidak ada kewajiban atau hukuman. Terserah kepada anak-anak dan orang tuanya untuk memutuskan apakah mau menerima vaksinasi.

Informasi ini akurat tertanggal 3 November 2022.

Q490: Wabah ganda dengan influenza (7) Bagaimana menghadapi kemungkinan wabah ganda?

Para pakar menyuarakan kekhawatiran mengenai kemungkinan wabah simultan virus korona dan influenza pada musim dingin tahun ini. Dalam bagian terakhir kali ini, kami akan memabahas mengenai langkah penanganan yang perlu diperhatikan untuk mencegah kemungkinan semacam itu.

Virus korona dan influenza adalah penyakit menular yang terutama berdampak pada sistem pernapasan dengan cara penularan yang serupa. Karena itu, tidak banyak perbedaan langkah pencegahan yang perlu diambil untuk kedua penyakit ini.

Pertama, kita disarankan untuk mendisinfeksi tangan dan jari, serta mengenakan masker saat berada di dalam ruangan dan berbicara dengan orang lain dalam jarak dekat. Menjaga ventilasi udara dengan baik di fasilitas-fasilitas seperti restoran dan bar juga sangat penting.

Kedua, kita harus menahan diri pergi sekolah atau bekerja dan menghindari kontak dengan orang lain jika mengalami demam atau gejala lainnya. Istirahat yang cukup juga merupakan langkah yang sangat penting.

Para pakar menyerukan orang-orang untuk tetap menjalankan langkah-langkah pencegahan dasar semacam ini sebagai upaya untuk membendung penyebaran penularan jika terjadi wabah simultan virus korona dan influenza.

Keterangan ini akurat tertanggal 2 November 2022.

Q489: Wabah ganda dengan influenza (6) Seruan untuk vaksinasi

Para pakar menyuarakan kekhawatiran mengenai kemungkinan wabah simultan virus korona dan influenza pada musim dingin tahun ini. Kali ini kami akan membahas tentang pendapat pakar mengenai cara melindungi diri terhadap wabah ganda dengan mendapatkan vaksinasi.

Vaksin virus korona dan influenza diketahui efektif untuk menghindari terjadinya penularan. Bahkan jika orang yang telah divaksinasi tertular, vaksin tersebut secara signifikan mengurangi risiko munculnya gejala serius.

Kami bertanya kepada Profesor Osaka Ken dari Universitas Tohoku yang merupakan anggota panel pakar Kementerian Kesehatan Jepang. Osaka mengatakan tidak ada masalah jika seseorang menerima vaksin virus korona dan influenza secara bersamaan. Ia menyebutkan bahwa sejumlah institusi medis menawarkan suntikan ganda dan penting untuk mendapatkan kedua vaksin tersebut sebelum musim dingin tiba. Profesor Osaka menyerukan semua orang agar mendapatkan vaksin penguat ketiga atau keempat untuk virus korona dan suntikan untuk influenza.

Wakita Takaji, yang mengepalai panel paker Kementerian Kesehatan, mengatakan sangat penting untuk mendorong pelaksanaan vaksinasi virus korona yang menargetkan varian Omicron serta pemberian vaksin influenza. Ia menyebutkan bahwa dengan melakukan hal itu, kita dapat meminimalkan penyebaran penularan dan membatasi jumlah pasien yang mengalami sakit serius.

Keterangan ini akurat tertanggal 1 November 2022.

Q488: Wabah ganda dengan influenza (5) Apa yang harus dilakukan jika mengalami demam tinggi?

Para pakar menyuarakan kekhawatiran mengenai kemungkinan wabah simultan virus korona dan influenza pada musim dingin tahun ini. Kali ini kami akan membahas tentang langkah yang perlu dilakukan jika Anda mengalami demam saat wabah ganda terjadi.

Pada 13 Oktober, pemerintah Jepang menyusun serangkaian rekomendasi mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan jika Anda merasa tidak enak badan, misalnya demam. Orang-orang yang berisiko mengalami gejala serius, seperti anak-anak berusia 12 tahun ke bawah, wanita hamil, mereka yang memiliki penyakit bawaan, serta para lansia, direkomendasikan untuk datang langsung ke klinik demam atau dokter keluarga. Mereka diimbau untuk menjalani tes virus korona dan influenza, kemudian menerima penanganan yang semestinya tergantung pada hasil tes, termasuk mendapatkan resep obat yang dibutuhkan.

Namun, orang-orang dengan risiko lebih rendah mengalami gejala parah, seperti orang-orang yang lebih muda, disarankan untuk memastikan apakah mereka tertular virus korona di rumah atau tempat lainnya dengan menggunakan alat tes antigen yang disetujui oleh pemerintah. Jika hasil tesnya negatif, Anda diimbau untuk berkonsultasi dengan dokter melalui telepon atau layanan daring, atau dengan dokter keluarga, dan mendapatkan resep obat anti-influenza jika diperlukan.

Jika hasil tesnya positif, Anda disarankan untuk melaporkannya ke pusat pelayanan lanjutan kesehatan dan menjalani pemulihan di rumah. Namun, jika gejalanya parah dan Anda ingin mendapatkan pemeriksaan dokter, disarankan untuk mendatangi klinik demam atau dokter keluarga masing-masing.

Para pakar merekomendasikan untuk menyiapkan alat tes dan obat penurun demam agar Anda bisa menanganinya secara mandiri.

Keterangan ini akurat tertanggal 31 Oktober 2022.

Q487: Wabah ganda dengan influenza (4) Situasi seperti apa yang bisa terjadi?

Di Jepang, muncul kekhawatiran atas kemungkinan wabah simultan virus korona dan influenza. Kali ini kami akan membahas tentang situasi yang bisa terjadi jika wabah simultan merebak.

Jepang mengalami gelombang penularan ketujuh dari Juli hingga September tahun ini. Gelombang tersebut merupakan yang terbesar sejauh ini yang menyebabkan hampir 12 juta penularan dan sekitar 13.500 kasus kematian. Sementara itu, Institut Nasional Penyakit Menular memperkirakan terdapat sekitar 12 juta pasien influenza sejak musim gugur 2018 hingga musim semi 2019 sebelum pandemi virus korona.

Selama gelombang penularan ketujuh, institusi-institusi medis yang memiliki fasilitas pasien rawat jalan untuk orang-orang yang mengalami demam dibanjiri oleh pasien. Hal ini mengakibatkan orang-orang kesulitan menghubungi institusi medis dan pusat kesehatan masyarakat. Di banyak wilayah, pasien kesulitan untuk mendapatkan perawatan inap di rumah-rumah sakit. Orang-orang yang berisiko mengalami sakit parah bahkan kesulitan memperoleh transportasi darurat ke rumah sakit.

Para pakar memperkirakan bahwa jika wabah ganda meluas, situasi serupa, atau bahkan lebih buruk, bisa terjadi.

COVID-19 dan influenza menunjukkan gejala serupa, seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, dan nyeri sendi. Dikatakan bahwa sulit untuk membedakan keduanya tanpa melakukan tes pada pasien. Pasien dengan gejala demam diperkirakan akan memenuhi fasilitas rawat jalan untuk mendapatkan diagnosis dan mengakibatkan tekanan terhadap layanan medis.

Profesor Tateda Kazuhiro dari Universitas Toho, anggota panel penasihat virus korona pemerintah, mengatakan bahwa para pejabat harus bersiap menghadapi skenario terburuk. Ia menyebutkan kemungkinan bahwa fasilitas rawat jalan akan lebih kewalahan dibandingkan saat gelombang ketujuh.

Keterangan ini akurat tertanggal 28 Oktober 2022.

Q486: Wabah ganda dengan Influenza (3) Mengapa wabah simultan tampaknya akan terjadi?

Kekhawatiran mengenai wabah simultan virus korona dan influenza meningkat. Kali ini, kami akan menjelaskan situasi itu diperkirakan akan terjadi.

Sejumlah pakar penyakit menular yang memperkirakan Jepang akan mengalami wabah flu pertama dalam tiga tahun ini karena alasan berikut.

Pertama, Amerika Serikat (AS), Eropa, dan banyak negara lainnya mulai membuka kembali dan melonggarkan pembatasan COVID-19 sejak musim semi hingga musim panas 2022. Kondisi itu membuat perjalanan internasional menjadi meningkat.

Sejak Jepang yang juga melonggarkan pembatasan masuk secara signifikan pada Oktober, peningkatkan arus orang tampaknya akan menyebabkan penyebaran virus korona dan influenza.

Kedua, Jepang tidak mengalami epidemi flu besar selama dua tahun terakhir. Ini berarti sebagian besar orang tidak memiliki kekebalan terhadap virus tersebut.

Sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh para pakar memperingatkan tingkat antibodi orang-orang yang rendah dapat memicu terjadinya wabah influenza yang serius.

Untuk musim-musim tersebut influenza dapat merebak di Jepang pada musim dingin tahun ini, digabungkan dengan potensi gelombang kedelapan COVID-19.

Sementara itu, kontak tatap muka secara langsung belum sepenuhnya pulih ke tingkat sebelum pandemi di Jepang. Masih ada kemungkinan situasi tersebut tidak menjadi buruk seperti tingkat sebelum pandemi.

Keterangan ini akurat tertanggal 27 Oktober 2022.

Q485: Wabah ganda dengan Influenza (2) Situasi pada dua tahun terakhir

Pakar penyakit menular menyampaikan kekhawatiran mengenai potensi wabah simultan virus korona dan influenza di Jepang dalam musim dingin ini.

Selama dua musim dingin terakhir sejak pandemi dimulai tidak ada wabah ganda COVID-19 dan Influenza yang dilaporkan. Kali ini kami akan mengkaji alasannya.

Sebelum terjadi pandemi virus korona, Jepang pernah mengalami wabah musiman influenza setiap musim dingin. Pejabat kesehatan memperkirakan 10 hingga 20 juta orang terinfeksi setiap tahun.

Namun, jumlah itu menurun tajam setelah virus korona mulai menyebar. Institut Nasional Penyakit Menular di Jepang menyebutkan jumlahnya sekitar 14 ribu pada musim dingin 2020 hingga awal 2021 dan sekitar 3.000 di musim dingin 2021 hingga awal tahun ini, berdasarkan laporan dari sekitar 5.000 institusi medis di seluruh Jepang.

Influenza menjadi lazim di Jepang, tetapi itu ditemukan sepanjang tahun di area dengan penduduk yang padat di negara-negara tropis atau subtropis Asia Tenggara dan Afrika.

Virus tersebut diperkirakan masuk ke negara lain bersamaan dengan pergerakan orang lintas perbatasan dan menyebabkan wabah pada musim dingin di Jepang karena kondisi musiman membuat virus menyebar dengan mudah.

Para pakar mengatakan wabah influenza tidak terjadi pada musim dingin dua tahun terakhir di Jepang mungkin karena pembatasan imbas virus korona seperti pengendalian perbatasan dan langkah jaga jarak.

Keterangan ini akurat tertanggal 26 Oktober.

Q484: Wabah ganda dengan Influenza (1) Para pakar memperkirakan kemungkinannya tinggi

Di Jepang jumlah kasus harian virus korona telah menurun sejak musim panas tahun ini. Pada 11 Oktober pembatasan perbatasan untuk pencegahan virus korona dilonggarkan secara signifikan.

Program subsidi perjalanan untuk mempromosikan pariwisata di seluruh Jepang juga dimulai. Namun, pakar penyakit menular menyampaikan kekhawatiran mengenai potensi wabah virus korona dan influenza secara simultan pada musim dingin kali ini. Dalam serial ini, kami menyajikan informasi mengenai perkiraan situasinya dan penanganannya, serta langkah-langkah pemerintah untuk merespons situasi tersebut.

Selama dua musim dingin terakhir sejak pandemi dimulai, tidak ada wabah ganda COVID-19 dan influenza yang telah dilaporkan. Apa yang berbeda dengan musim sekarang pada 2022 dan tahun sebelumya?

Pada 5 Oktober, sejumlah pakar memimpin upaya untuk menangani pandemi secara bersama mengajukan sebuah dokumen prediksi penularan kepada Kementerian Kesehatan. Disebutkan kemungkinannya besar penularan virus korona akan meluas secara simultan dengan wabah musiman influenza dalam 6 bulan antara Oktober hingga Maret 2023.

Sebagai respons, panel pakar itu mengungkapkan bahwa penting untuk mengatasinya dengan langkah-langkah untuk menangani kemungkinan wabah yang simultan.

Dan panel pakar penasihat pemerintah untuk virus korona pada 13 Oktober menyusun paket langkah-langkah untuk menyiapkan potensi wabah ganda dengan influenza. Langkah-langkah itu berdasarkan terhadap asumsi bahwa kasus harian virus korona akan mencapai 450.000 dan jumlah orang yang terkena influenza akan meningkat 300.000 dengan jumlah harian gabungan menjadi 750.000.

Keterangan ini akurat tertanggal 25 Oktober 2022.

Q483: Dua jenis vaksin virus korona yang menargetkan subvarian Omicron (3) Jadwal vaksinasi

Dalam serial ini kami akan menghadirkan informasi mengenai vaksinasi dengan dua jenis vaksin tersebut. Dalam bagian terakhir hari ini, kami akan mengulas tentang jadwal vaksinasi.

Semua orang berusia 12 tahun ke atas yang telah menerima dua kali suntikan vaksin jenis konvensional setidaknya tiga bulan sebelumnya diperbolehkan menerima vaksin yang menargetkan subvarian Omicron. Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa sekitar 100 juta orang akan dapat menerima vaksin jenis baru hingga akhir tahun ini.

Kementerian tersebut berencana mengirim total sekitar 99 juta dosis yang terdiri dari vaksin Pfizer bagi BA.1 dan BA.5, serta vaksin Moderna bagi BA.1 ke pemerintah daerah di penjuru Jepang selambatnya akhir November.

Secara terpisah, sebanyak 5 juta dosis vaksin Moderna bagi BA.1 telah diamankan untuk vaksinasi di tempat kerja. Sebagai persiapan atas kemungkinan serangan gelombang penularan kedelapan menuju liburan akhir tahun dan Tahun Baru, kementerian itu menyebutkan akan memastikan semua orang yang ingin divaksinasi untuk bisa menerimanya.

Keterangan ini akurat tertanggal 24 Oktober 2022.

Q482: Dua jenis vaksin virus korona yang menargetkan subvarian Omicron (2) Mana yang lebih efektif?

Jepang mulai memvaksinasi warganya pada Oktober dengan vaksin virus korona yang menargetkan subvarian Omicron BA.5. Pada saat yang bersamaan, Jepang juga memberikan suntikan menggunakan vaksin yang menargetkan subvarian BA.1. Dalam serial ini kami akan menghadirkan informasi mengenai vaksinasi dengan dua jenis vaksin tersebut.

Vaksin mana yang harus Anda pilih, BA.5 atau BA.1? Kementerian Kesehatan mengatakan kedua vaksin ini mengandung komponen varian Omicron dan keduanya jauh lebih efektif dalam melawan subvarian tersebut dibandingkan vaksin-vaksin sebelumnya. Diyakini bahwa vaksin-vaksin terbaru ini juga akan efektif dalam melawan varian-varian yang akan datang. Kementerian itu menambahkan bahwa karena tidak tersedianya data perbandingan efektivitas kedua vaksin tersebut pada saat ini, masyarakat sebaiknya menerima vaksin mana pun yang tersedia dari kedua jenis itu dengan sesegera mungkin.

Profesor Nakayama Tetsuo dari Universitas Kitasato yang adalah pakar vaksin mengatakan bahwa vaksin-vaksin terbaru ini lebih efektif dalam mencegah penularan dari subvarian BA.5, yaitu virus yang sedang menyebar saat ini, serta menghentikan gejala pada orang-orang yang tertular. Perbedaan antara subvarian BA.5 dan BA.1 tidak sesignifikan virus konvensional dan varian-varian sebelumnya. Vaksin yang menargetkan subvarian BA.1 seharusnya sama efektif dalam mencegah terjadinya gejala yang parah. Jika seseorang sudah memesan vaksin BA.1, Profesor Nakayama meyakini orang itu sebaiknya melanjutkan saja dan menerima vaksinasi.

Keterangan ini akurat tertanggal 21 Oktober 2022.

Q481: Dua jenis vaksin virus korona yang menargetkan subvarian Omicron (1) Bisakah kita memilih?

Jepang mulai memvaksinasi warganya pada Oktober dengan vaksin virus korona yang menargetkan subvarian Omicron BA.5. Pada saat yang bersamaan, Jepang juga memberikan suntikan menggunakan vaksin yang menargetkan subvarian BA.1. Dalam serial ini kami akan menghadirkan informasi mengenai vaksinasi dengan dua jenis vaksin tersebut.

Kementerian Kesehatan Jepang mendesak pemerintah daerah sebagai pihak yang memberikan vaksinasi untuk terlebih dahulu menggunakan vaksin dengan tanggal kedaluwarsa lebih awal. Ini berarti, saat vaksin yang menargetkan subvarian BA.5 dikirim ke tempat vaksinasi, sementara tempat itu masih memiliki stok vaksin yang menargetkan BA.1, para dokter diminta untuk terlebih dahulu memberikan suntikan vaksin BA.1 dengan tanggal kedaluwarsa lebih awal sehingga vaksin tidak terbuang sia-sia.

Pertanyaannya adalah apakah orang-orang yang disuntik dapat memilih vaksin yang akan diterimanya.

Kementerian Kesehatan mengatakan kepada pemerintah daerah bahwa semuanya diserahkan pada pemerintah daerah untuk menentukan apakah akan memberi tahu orang-orang yang mereservasi vaksinasi mengenai jenis vaksin yang akan mereka terima. Namun, kementerian tersebut menekankan bahwa menurut rencana vaksinasinya, tiap pemerintah daerah akan mendapatkan vaksin yang memadai untuk diberikan kepada warganya. Total jumlahnya merupakan kombinasi antara vaksin yang menargetkan BA.1 dengan vaksin yang menargetkan BA.5.

Keterangan ini akurat tertanggal 20 Oktober 2022.

Q480: Penyederhanaan sistem pelaporan penularan virus korona (7) Pendirian pemerintah

Kali ini, kami akan mengulas mengenai pendirian pemerintah terhadap perubahan itu.

Menteri Kesehatan Kato Katsunobu berbicara mengenai keuntungan dan kerugian dari sistem pelaporan kasus virus korona yang disederhanakan ini. Menurutnya, pemerintah-pemerintah kota yang menerapkan sistem tersebut lebih awal daripada lainnya telah melaporkan lebih sedikit beban atas sistem perawatan kesehatannya. Namun, di sisi lain, sistem baru ini telah menghapus perlunya mengumpulkan informasi mengenai kondisi kesehatan dan nomor kontak orang-orang yang telah mendapat uji virus yang positif. Tanpa data tersebut, bisa memakan lebih banyak waktu untuk memberikan perawatan yang layak atau menyiapkan rawat inap ketika kondisi pasien yang bersangkutan memburuk. Ditambahkan Menteri Kesehatan, kementeriannya akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan memperbaiki sistemnya jika diperlukan demi penerapan yang lancar langkah-langkah penanganan virus korona tersebut.

Yamagiwa Daishiro, menteri yang bertanggung jawab atas langkah penanganan virus korona mengatakan Jepang dapat terlanda gelombang kedelapan penularan pada musim gugur dan dingin. Ia memperingatkan bahwa selama periode ini, bisa juga terdapat kasus penularan virus korona dan influenza secara berbarengan. Ia menyerukan persiapan yang cermat guna memastikan penanganan yang tepat jika situasi itu terjadi. Menurutnya, penting untuk secara menyeluruh membahas apa yang harus dilakukan dan menyusun rencana. Ditambahkannya, ia akan berkonsultasi dengan para pakar dan mempertimbangkan dampak sosial saat menyusun kebijakan.

Keterangan ini akurat tertanggal 7 Oktober 2022.

Q479: Penyederhanaan sistem pelaporan penularan virus korona (6) Kekhawatiran atas sistem yang baru

Kali ini, kita akan membahas kekhawatiran yang diutarakan pakar yang merasa perubahan itu akan menyulitkan analisis terperinci terhadap situasi penularan.

Sebelum perubahan dilakukan, informasi atas semua orang yang mendapat hasil tes positif virus korona, termasuk lokasi tempat tinggalnya, waktu mereka mulai mengalami gejala, dan kemungkinan rute penularan, dicatat ke dalam basis data HER-SYS Kementerian Kesehatan. Para pakar menggunakan data itu guna melaksanakan analisis atas berbagai rincian, termasuk lokasi kasus tertinggi penularan, rute penularan yang umum, serta seberapa cepat virus menyebar di tiap wilayah. Pemerintah telah menyusun langkah-langkah penanganan virus korona berdasarkan analisis tersebut.

Namun, di sejumlah provinsi yang menerapkan sistem pelaporan yang disederhanakan sebelum sistem itu diterapkan secara nasional, jumlah kasus virus korona yang dimasukkan ke dalam basis data menjadi jauh lebih rendah dibandingkan jumlah sebenarnya dari orang yang mendapat hasil tes positif.

Profesor Nishiura Hiroshi dari Universitas Kyoto telah menganalisis data korona virus. Ia mengatakan akan menjadi tidak mungkin untuk segera mendapatkan tingkat reproduksi, yang menunjukkan jumlah orang yang tertular virus itu oleh satu orang. Ia mengatakan tidak lagi akan dapat menganalisis keefektifan langkah-langkah pencegahan penularan dan bagaimana perubahan dalam pergerakan masyarakat berpengaruh terhadap situasi penularan. Nishiura juga menyebutkan bahwa catatan vaksinasi orang yang telah tertular tidak lagi dicatat dalam sistem yang disederhanakan ini, mengakibatkannya mustahil untuk mempelajari keefektifan vaksin dan proporsi orang yang telah memiliki kekebalan terhadap virus tersebut. Ia mengatakan hal itu dapat memengaruhi keputusan mengenai waktu untuk mendapatkan suntikan penguat vaksin.

Profesor Nishiura mengatakan ada kebutuhan bagi pengumpulan data yang berlapis banyak serta pembahasan mengenai jenis penilaian risiko macam apa yang mungkin didapat darinya.

Keterangan ini akurat tertanggal 6 Oktober 2022.

Q478: Penyederhanaan sistem pelaporan penularan virus korona (5) Transisi dalam respons pemerintah terhadap pandemi

Kali ini kami membahas mengenai respons pemerintah Jepang terhadap pandemi yang telah mengalami transisi seiring berjalannya waktu.

Pemerintah Jepang telah mengubah kebijakannya mengenai pandemi virus korona mengikuti perubahan dalam varian virus yang dominan dan ciri-cirinya serta juga kemajuan vaksinasi. Misalnya, pemerintah telah mengubah kebijakannya supaya orang-orang yang tidak bergejala bisa memulihkan diri di rumah. Selain itu, pemerintah juga mengkaji ulang pembatasan terhadap kegiatan luar ruang dan aktivitas bisnis saat situasinya berubah.

Saat varian Omicron virus korona menjadi dominan di Jepang, pemerintah memutuskan untuk tidak menerapkan pembatasan baru. Ini karena para pakar menemukan bahwa dengan varian ini, anak-anak muda memiliki risiko rendah mengalami gejala serius dan penularan menyebar terutama di rumah, sekolah, dan fasilitas bagi orang lanjut usia, bukannya di bar atau restoran. Jadi pemerintah memilih untuk menargetkan pencegahan penyebaran penularan lebih lanjut sambil mempertahankan berlanjutnya aktivitas sosial dan ekonomi.

Sejak itu, Jepang mulai memvaksinasi orang-orang menggunakan vaksin yang menargetkan varian Omicron dan banyak negara di dunia secara bertahap telah memulihkan aktivitas sosial dan ekonomi ke tingkat sebelum pandemi. Langkah-langkah ini mendorong pemerintah untuk menyederhanakan sistem pelaporan, memfokuskan sumber daya medis bagi orang lanjut usia dan orang-orang dalam kelompok berisiko tinggi, mempersingkat periode isolasi bagi pasien, serta melonggarkan pembatasan masuk bagi pengunjung dari luar negeri.

Pemerintah mengatakan berencana untuk mempertahankan tingkat aktivitas sosial dan ekonomi saat ini sambil mempertahankan terus beroperasinya fasilitas medis dan kesehatan masyarakat negara ini, meskipun ketika terjadi lagi lonjakan jumlah kasus penularan. Pemerintah akan terus mengkaji kebijakan penanganan penularannya bagi era hidup berdampingan bersama virus korona, dengan mempertimbangkan pendapat para pakar dan situasi penularan dunia.

Keterangan ini akurat tertanggal 5 Oktober 2022.

Q477: Penyederhanaan sistem pelaporan penularan virus korona (4) Beban pada pusat kesehatan masyarakat

Kali ini kami menyampaikan pandangan kepala sebuah pusat kesehatan masyarakat di Tokyo mengenai apakah sistem baru ini akan mengurangi beban institusi medis dan pusat kesehatan masyarakat.

Maeda Hideo adalah kepala sebuah pusat kesehatan masyarakat di Distrik Kita, Tokyo. Ia juga anggota panel pakar pemerintah yang membahas virus korona.

Maeda mengatakan dalam gelombang ketujuh penularan, begitu banyak orang tertular hingga tidak semua orang bisa menemui dokter. Menurutnya, salah satu keuntungan dari penyederhanaan sistem pelaporan ini adalah warga lanjut usia dan mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid akan dapat datang ke klinik dan rumah sakit secara lebih mudah.

Terkait beban pusat kesehatan masyarakat, Maeda mengatakan jumlah pekerjaan simpel akan turun secara drastis. Namun, ia mengatakan karena rincian orang yang memiliki gejala ringan tidak lagi dicatat, pusat-pusat kesehatan masyarakat akan diharuskan untuk melaksanakan tugas rumit memeriksa rinciannya ketika kondisi seseorang memburuk dan memerlukan bantuan. Jadi menurutnya ia tidak bisa mengatakan beban kerjanya benar-benar telah dikurangi.

Di bawah sistem yang disederhanakan, orang-orang yang kasusnya tidak dilaporkan secara terperinci bisa mendaftar ke pusat-pusat tindak lanjut kesehatan. Kalau kondisinya memburuk saat melakukan isolasi di rumah, mereka bisa menghubungi dan berkonsultasi dengan pusat tersebut dan diarahkan ke institusi medis.

Di Tokyo, orang-orang berusia 64 tahun ke bawah yang mendapat uji tes positif bagi virus korona juga bisa mendaftar secara daring kepada sistem pemerintah Metropolitan guna menerima bantuan.

Namun, Maeda dari Distrik Kita, Tokyo, mengatakan bahwa orang-orang yang merasa kesulitan untuk berkomunikasi secara daring tidak boleh ragu untuk menghubungi dan mendatangi institusi medis atau klinik yang menangani demam.

Keterangan ini akurat tertanggal 4 Oktober 2022.

Q476: Penyederhanaan sistem pelaporan penularan virus korona (3) Penangan pasien dengan gejala ringan

Sebuah sistem pelaporan kasus virus korona yang disederhanakan telah diberlakukan pada 26 September di Jepang.

Dalam serial ini, kami membahas perubahan dalam sistem pelaporan serta kekhawatiran yang perlu diperhatikan. kali ini kami akan memfokuskan pada cara otoritas melacak orang-orang dengan gejala ringan atau tanpa gejala.

Di bawah sistem yang disederhanakan, orang-orang dengan gejala ringan atau tanpa gejala yang hasil tes mandirinya positif dapat mendaftar ke “pusat pelayanan tindak lanjut kesehatan” dan mulai menjalani pemulihan diri di rumah tanpa berkonsultasi ke institusi medis.

Mereka akan mendapatkan bantuan, seperti akomodasi yang terpisah dari rumah atau pengiriman makanan. Orang-orang dapat menghubungi atau berkonsultasi dengan pusat pelayanan tindak lanjut jika kondisi mereka memburuk saat pemulihan diri di rumah. Mereka akan diarahkan ke institusi medis.

Karena pusat kesehatan masyarakat tidak lagi dapat memantau kondisi orang-orang seperti sebelumnya, otoritas akan meningkatkan upaya untuk menghubungkan pasien dengan institusi medis secepatnya jika kondisi mereka memburuk di rumah.

Pihak otoritas menghadapi tantangan dalam menyebarkan informasi mengenai kontak pusat pelayanan tindak lanjut dan fasilitas bantuan lainnya, serta mempromosikan langkah pencegahan penularan seperti meminta orang-orang untuk melakukan isolasi mandiri.

Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa pelonggaran kewajiban pelaporan terperinci akan mempersulit identifikasi klaster. Kementerian menyerukan tiap provinsi agar terus berupaya mencegah penyebaran virus korona di fasilitas-fasilitas perawatan lanjut usia dan institusi berisiko tinggi lainnya.

Informasi ini tertanggal 3 Oktober 2022.

Q475: Penyederhanaan sistem pelaporan penularan virus korona (2) Bagaimana melacak jumlah pasien?

Sebuah sistem pelaporan kasus virus korona yang disederhanakan telah diberlakukan pada 26 September di Jepang.

Dalam serial ini, kami membahas perubahan dalam sistem pelaporan serta kekhawatiran yang perlu diperhatikan. Kali ini kami akan memfokuskan pada cara otoritas melacak orang yang tertular.

Pemerintah Jepang memberlakukan sistem pelaporan kasus virus korona yang disederhanakan di tengah penyebaran varian Omicron. Penyederhanaan ini ditujukan untuk mengurangi beban institusi medis serta memusatkan pemberian perawatan medis kepada para lansia dan pasien berisiko tinggi lainnya.

Institusi-institusi medis menggunakan sistem yang dikenal dengan nama "HER-SYS" untuk melaporkan nama seluruh pasien dan detail lainnya, misalnya ketika pasien mengalami gejala, serta informasi kontak mereka, kepada pusat kesehatan masyarakat. Di bawah sistem yang baru, institusi medis hanya perlu melaporkan pasien yang memiliki risiko tinggi, seperti orang-orang berusia 65 tahun ke atas serta pasien yang membutuhkan perawatan inap.

Sistem "HER-SYS" akan terus melacak jumlah total orang yang tertular virus korona pada tiap kelompok usia, termasuk yang tidak dianggap memiliki risiko tinggi.

Pada saat yang sama, sejumlah langkah telah diterapkan untuk membantu orang-orang menjalani pemulihan diri di rumah. Sebagai contoh, larangan penjualan alat tes antigen virus korona di internet telah dicabut. Pemerintah provinsi telah meluncurkan pusat pelayanan tindak lanjut kesehatan dan memulai vaksinasi yang menargetkan varian Omicron. Otoritas berharap langkah-langkah ini akan membantu mencegah penyebaran virus di masa mendatang.

Informasi ini tertanggal 30 September 2022.

Q474: Penyederhanaan sistem pelaporan penularan virus korona (1) Apa saja yang disederhanakan?

Di bawah sistem pelaporan kasus virus korona yang disederhanakan dan diberlakukan pada 26 September, pemerintah kini mewajibkan institusi medis di seluruh Jepang untuk hanya melaporkan detail pasien yang berisiko tinggi mengalami sakit serius.

Dalam serial ini, kami membahas perubahan dalam sistem pelaporan serta kekhawatiran yang perlu diperhatikan. Kali ini kami akan memfokuskan pada detail penyederhanaan sistem pelaporan tersebut.

Untuk mengurangi beban institusi-institusi medis, pemerintah pusat telah membatasi ketentuan pelaporannya menjadi seperti berikut:
- Orang berusia 65 tahun ke atas
- Individu yang memerlukan rawat inap
- Wanita hamil dan lainnya yang berisiko tinggi mengalami sakit serius

Sementara bagi orang-orang di luar kategori itu, institusi medis hanya perlu melaporkan jumlah total dan kelompok usianya.

Sistem pelaporan konvensional mewajibkan fasilitas-fasilitas medis untuk memasukkan informasi semua orang yang terinfeksi yang teridentifikasi ke dalam jaringan komputer milik negara. Provinsi yang telah mengadopsi sistem yang disederhanakan mengungkapkan beban institusi medisnya berkurang.

Namun, para dokter dan pakar lainnya menyebutkan perlunya mempersiapkan sistem yang memungkinkan pasien dengan gejala ringan mendapatkan pemeriksaan dokter dengan segera jika kondisinya memburuk.

Pemerintah pusat menyerukan otoritas provinsi agar mempersiapkan pengaturan semacam itu dan meminta pasien untuk menjalankan isolasi mandiri selama rentang waktu tertentu meskipun gejalanya ringan.

Informasi ini tertanggal 29 September 2022.

Q473: Masa isolasi mandiri yang dipersingkat: risiko dan yang harus diperhatikan (5) Meminimalkan risiko penularan

Kali ini, kami memfokuskan pada hal yang perlu dilakukan guna meminimalkan risiko penularan.

Wakita Takaji, kepala panel pakar kementerian kesehatan, mengatakan penting untuk memperingatkan masyarakat tentang risiko penularan yang masih ada setelah masa isolasi mandiri yang dipersingkat. Ia mengatakan setiap orang harus melakukan langkah inisiatif dan tindakan sendiri terhadap virus itu agar dapat mengurangi risikonya.

Para pakar dalam rapat tersebut menekankan bahwa orang-orang yang tertular virus korona dapat menularkannya hingga hari ke-10. Mereka menyerukan pentingnya melakukan langkah pencegahan penularan saat bepergian. Para pakar mengimbau orang-orang yang melakukan kontak setiap hari dengan mereka yang memiliki risiko tinggi agar lebih waspada, termasuk tenaga kesehatan dan karyawan fasilitas lansia. Para pakar mengatakan orang-orang ini perlu memastikan hasil tes mereka negatif sebelum kembali bekerja.

Kementerian kesehatan juga mengimbau pemerintah daerah di seluruh Jepang untuk meminta para warga yang tertular virus untuk tidak lengah hingga hari ke-10. Sejumlah langkah yang harus dilakukan termasuk memeriksa kondisi kesehatan, misalnya dengan mengecek suhu tubuh, menghindari kontak dengan mereka yang memiliki risiko tinggi seperti lansia, tidak pergi ke sejumlah tempat fasilitas jika tidak penting, menghindari tempat-tempat berisiko tinggi dan pertemuan yang melibatkan makan bersama, serta mengenakan masker.

Masa isolasi mandiri telah dipersingkat, tetapi karakteristik virus korona masih tetap sama. Kita harus bertindak dengan mengingat bahwa risiko menularkan virus tersebut masih ada meski setelah hari ke-7.

Informasi ini akurat hingga 28 September 2022.

Q472: Masa isolasi mandiri yang dipersingkat: risiko dan yang harus diperhatikan (4) Pandangan pakar

Kali ini, kami akan mengulas tentang pandangan pakar.

Banyak opini para pakar yang terbelah soal masa isolasi yang dipersingkat dalam rapat kementerian kesehatan pada 7 September.

Para pakar yang menyetujuinya mengatakan diketahui bahwa virus tersebut paling mudah menular selama tujuh hari sejak pasien mulai menunjukkan gejala. Mereka juga mengatakan langkah ini diperlukan guna menunjang fungsi medis dan sosial.

Sementara itu, para pakar yang menentang perubahan itu mengatakan sejumlah pembahasan berdasarkan penilaian risiko belum dilakukan. Menurut mereka, memutuskan untuk mencabut masa isolasi saat risiko penularan di atas 10 persen melampaui cakupan yang dapat dibuktikan secara ilmiah.

Sejumlah pakar mengatakan masa isolasi di rumah sakit dan fasilitas perawatan lansia sebaiknya tidak dipersingkat.

Profesor Nishiura Hiroshi dari Universitas Kyoto mengutarakan kekhawatiran. Ia mengatakan situasinya akan sangat berbeda tergantung pada seberapa menyeluruh langkah penularan dilakukan dari hari ke-8 sehingga sulit untuk menjelaskan dampak situasi penularan dengan angka. Namun, ia mengatakan setidaknya tingkat reproduksi yang menunjukkan jumlah orang yang dapat ditularkan oleh seorang pasien akan meningkat. Nishiura menyebutkan, sebagai akibatnya, saat gelombang penularan berikutnya terjadi, jumlah pasien akan meningkat lebih cepat dibandingkan sebelumnya dan dapat membebani layanan medis atau membuat lebih sulit dalam memanggil ambulans.

Informasi ini akurat hingga 27 September 2022.

Q471: Masa isolasi mandiri yang dipersingkat: risiko dan yang harus diperhatikan (3) Risiko penularan setelah Hari ke-8

Kali ini, kami berfokus pada risiko penularan setelah Hari ke-8.

Sebuah survei yang dilakukan Institut Nasional Penyakit Menular Jepang antara November 2021 dan Januari 2022 (, yang juga kami singgung pada episode lalu) mencari tahu seberapa lama virus terdeteksi di orang-orang bergejala.

Dengan hari gejala muncul sebagai Hari ke-0, virus terdeteksi di 96,3 persen pasien pada Hari ke-1, di 60,3 persen pada Hari ke-4, dan di 23,9 persen pada Hari ke-7. Angka ini turun ke 16,0 persen pada Hari ke-8, 10,2 persen pada Hari ke-9, 6,2 persen pada Hari ke-10. Angka ini terus turun menjadi 3,6 persen pada Hari ke-11, 2,0 persen pada Hari ke-12, 1,1 persen pada Hari ke-13, dan 0,6 persen pada Hari ke-14. Dengan kata lain, virus ditemukan dalam lebih dari 10 persen pasien pada Hari ke-8, ketika masa isolasi mandiri selesai berdasarkan peraturan baru.

Profesor Nishiura Hiroshi dari Universitas Kyoto menyampaikan hasil-hasil kajian oleh sebuah kelompok termasuk Universitas Harvard di Amerika Serikat dalam pertemuan pakar pada 7 September. Hasil itu menunjukkan bahwa virus ditemukan dalam lebih dari 50 persen pasien pada Hari ke-5 dan 25 persen pada Hari ke-8. Nishiura memperingatkan bahwa terdapat risiko menularkan virus meskipun setelah periode tertentu telah lewat sejak munculnya gejala.

Informasi ini akurat hingga 26 September 2022.

Q470: Masa isolasi mandiri yang dipersingkat: risiko dan yang harus diperhatikan (2) Landasan ilmiah

Pemerintah Jepang mempersingkat masa isolasi mandiri untuk pasien virus korona mulai 7 September 2022. Dalam serial ini, kami mengangkat landasan ilmiah dan dasar-dasar untuk keselamatan.

Masa isolasi bagi orang dengan gejala dipersingkat menjadi 7 hari dari 10 hari. Data seperti apa yang menjadi dasar keputusan ini?

Data virus dari 59 pasien virus korona bergejala disampaikan dalam sebuah pertemuan panel pakar Kementerian Kesehatan pada 7 September.

Dengan hari gejala muncul sebagai Hari ke-0, jumlah virus dari Hari ke-7 hingga ke-13 adalah sekitar satu per enam jumlah hingga Hari ke-3. Data ini berdasarkan sebuah kajian oleh Institut Nasional Penyakit Menular Jepang yang dilakukan antara November 2021 dan Januari 2022 saat subvarian Omicron BA.1 menyebar.

Para peneliti mengatakan meskipun para pasien masih terus mengeluarkan virus setelah Hari ke-7, risiko menularkan penyakit ke orang lain kemungkinan berkurang.

Informasi ini akurat hingga 23 September 2022.

Q469: Masa isolasi mandiri yang dipersingkat: risiko dan yang harus diperhatikan (1) Perubahan dari peraturan sebelumnya

Pemerintah Jepang melonggarkan pembatasan untuk pasien virus korona mulai 7 September 2022, termasuk masa isolasi mandiri yang dipersingkat. Orang-orang dengan gejala kini diwajibkan isolasi mandiri selama 7 hari, bukan 10 hari.

Dalam serial ini, kami membahas landasan ilmiah, dasar-dasar untuk keselamatan, dan pandangan para pakar mengenai aturan baru ini.

Mulai 7 September, aturan baru untuk isolasi mandiri adalah sebagai berikut:
  • Orang dengan gejala
    Masa isolasi berakhir 8 hari setelah gejala muncul, jika sekurangnya 24 jam telah berlalu setelah gejala membaik.
  • Orang tanpa gejala
    Masa isolasi berakhir 6 hari setelah tes awal jika hasil tes negatif didapat pada hari kelima.
    Namun, orang yang melakukan kontak dengan lansia atau makan bersama orang lain harus mengambil langkah pencegahan penularan secara menyeluruh.
    Orang dengan gejala mungkin menularkan virus ke orang lain selama 10 hari setelah mengalami gejala, dan orang tanpa gejala selama 7 hari.
  • Pasien rawat inap dan warga lansia di fasilitas perawatan
    Tidak ada perubahan. Masa isolasi berakhir 11 hari setelah gejala muncul, jika sekurangnya 72 jam lewat setelah gejala membaik.
Informasi ini akurat hingga 22 September 2022.

Q468: Informasi terbaru mengenai obat antivirus korona (5) Obat yang awalnya dikembangkan untuk penyakit lain

Dalam seri ini kami membahas perkembangan obat-obatan dan perawatan untuk COVID-19, termasuk efektivitasnya. Hari ini topiknya adalah obat-obatan yang awalnya dikembangkan untuk penyakit lain.

Remdesivir awalnya dikembangkan untuk pengobatan Ebola. Pada Mei 2020, obat ini menjadi yang pertama yang mendapatkan persetujuan untuk penggunaan darurat bagi pasien virus korona di Jepang. Obat ini awalnya diberikan kepada pasien dengan kondisi moderat hingga parah. Pada Maret 2022, kementerian kesehatan memperluas penggunaannya untuk pasien dengan gejala ringan hingga moderat yang kondisinya berisiko memburuk.

Pada Juli 2020, kementerian kesehatan menyetujui penggunaan obat steroid dexamethasone untuk pasien virus korona. Sebelumnya, obat ini biasa digunakan untuk pasien pneumonia parah atau reumatisme. Obat ini digunakan untuk pasien COVID yang menunjukkan gejala moderat hingga serius setelah mengalami pneumonia dan membutuhkan oksigen tambahan.

Obat antiinflamasi baricitinib yang mendapat persetujuan pada April 2021 juga diberikan kepada pasien dengan gejala moderat atau lebih parah. Awalnya obat ini diberikan secara oral bagi penderita reumatisme artritis. Di Jepang, obat ini digunakan secara terbatas, hanya bisa digunakan bersamaan dengan remdesivir.

Obat antireumatisme artritis, Actemra, yang juga dikenal dengan nama tocilizumab, mendapatkan persetujuan pada Januari 2022 untuk pengobatan virus korona. Obat ini digunakan bersamaan dengan steroid untuk merawat pasien COVID dengan gejala moderat atau buruk.

Informasi ini akurat hingga 2 September 2022.

Q467: Informasi terbaru mengenai obat antivirus korona (4) Obat antibody

Dalam seri ini kami membahas perkembangan obat-obatan dan perawatan untuk COVID-19, termasuk efektivitasnya. Kali ini topiknya adalah obat antibodi.

Antibodi buatan manusia yang ada di dalam obat antibodi diikat dengan protein yang berbentuk seperti paku di permukaan virus korona, guna mencegah virus masuk ke dalam sel manusia. Panel Kementerian Kesehatan Jepang telah menyetujui campuran antibodi untuk obat COVID-19, Ronapreve, pada Juli 2021.

Obat tersebut merupakan yang pertama yang disetujui di Jepang untuk digunakan oleh pasien COVID-19 dengan gejala ringan. Obat ini merupakan campuran dua virus penetral antibodi, casirivimab dan imdevimab, yang diberikan melalui injeksi atau infus.

Pada September 2021, panel kementerian menyetujui penggunaan obat antibodi lainnya, Xevudy, yang secara umum disebut sotrovimab. Obat ini mengandung salah satu jenis antibodi dan diberikan melalui infus ke pasien.

Dua obat antibodi tersebut diberikan untuk pasien lansia atau pasien yang memiliki penyakit bawaan dengan gejala ringan dan moderat, termasuk radang paru-paru, tetapi berisiko mengalami gejala yang memburuk.

Obat ini diberikan sekali dalam kurun waktu tujuh hari setelah mengalami gejala COVID-19.

Panel juga menyetujui penggunaannya untuk pencegahan, yang diberikan kepada mereka yang dinyatakan sebagai kontak dekat dengan risiko menjadi sakit parah jika tertular karena sistem imun yang lemah.

Hasil uji klinis obat ini menemukan bahwa pasien yang diberikan Ronapreve risikonya 70 persen lebih rendah untuk dirawat di rumah sakit atau meninggal. Sementara mereka yang dibe rikan Xevudy risikonya lebih rendah 85 persen.

Namun, obat antibodi memiliki kelemahan. Obat jenis ini kerap kurang efektif untuk mengatasi varian baru atau virus yang bermutasi. Ada sejumlah laporan yang menyebutkan bahwa obat antibodi yang ada saat ini secara signifikan kurang efektif terhadap varian omicron, yang jadi biang keladi lonjakan kasus terbaru. Pedoman perawatan COVID-19 terbaru yang dikeluarkan kementerian kesehatan menyarankan para dokter untuk menggunakan obat tersebut hanya ketika tidak ada pilihan lain.

Pada 30 Agustus, Jepang juga menyetujui obat baru untuk terapi antibodi yang disebut Evusheld, yang dikembangkan oleh produsen obat-obatan Inggris, AstraZeneca. Obat ini digunakan terutama untuk orang-orang dengan sistem imun yang rendah guna mencegah mengalami sakit parah atau gejala yang memburuk.

Informasi ini akurat hingga 1 September 2022.

Q466: Informasi terbaru mengenai obat antivirus korona (3) Xocova

Dalam seri ini kami membahas perkembangan obat-obatan dan perawatan untuk COVID-19, termasuk efektivitasnya. Kali ini topiknya adalah Xocova.

Perusahaan farmasi Jepang, Shionogi, telah mengajukan persetujuan penggunaan obat buatannya, Xocova. Obat ini bisa digunakan oleh pasien COVID-19 dengan gejala ringan, bahkan jika mereka memiliki risiko yang rendah untuk menjadi sakit parah.

Obat ini berfungsi menghalangi kemampuan sebuah enzim yang bisa menduplikasi RNA, yang bertindak sebagai pembentuk virus.

Pada April tahun ini, perusahaan itu merilis hasil uji klinis yang dilakukan pada Januari hingga Februari, terhadap 428 pasien berusia 12 hingga di bawah 70 tahun dengan gejala ringan dan moderat.

Perusahaan itu mengatakan pasien-pasien tersebut mendapatkan satu dosis tiap hari. Setelah hari ketiga, pemulihan tampak pada satu kelompok yang mengalami lima gejala, termasuk batuk, sakit tenggorokan, pilek, dan demam, dibandingkan kelompok yang diberikan plasebo.

Shionogi juga mengatakan proporsi virus yang terdeteksi di tubuh pasien yang terinfeksi menurun 90 persen d ibandingkan kelompok plasebo.

Namun, perusahaan ini mengatakan tidak ada perbedaan signifikan yang terpantau saat dibandingkan dengan kelompok plasebo dengan 12 gejala, termasuk diare dan muntah-muntah.

Panel kementerian kesehatan menggelar rapat evaluasi efikasi dan keamanan obat ini pada Juni dan Juli lalu. Meski beberapa anggota panel mengatakan obat ini dianggap efektif dalam mencegah penyakit serius, keraguan tetap mengemuka terkait efektivitasnya terhadap varian Omicron.

Panel ini menunda keputusan menyetujui penggunaan obat ini dan sepakat untuk melanjutkan proses evaluasinya. Shionogi mengatakan akan merilis data uji klinis tahap akhir pada akhir September.

Informasi ini akurat hingga 31 Agustus 2022.

Q465: Informasi terbaru mengenai obat antivirus korona (2) Paxlovid

Kali ini, kami memulai serial baru mengenai obat antivirus korona. Dalam bagian pertama ini kami akan memberikan informasi terbaru mengenai obat-obat yang telah disetujui di Jepang, termasuk efektivitasnya.

Pemerintah Jepang sampai saat ini telah menyetujui dua obat oral untuk merawat pasien virus korona, termasuk mereka dengan gejala ringan…Lagevrio yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi besar Merck dan Paxlovid dari Pfizer, juga dari Amerika Serikat (AS). Kedua obat itu digunakan untuk menangani pasien yang mengalami gejala serius dan efektif untuk menekan pergandaan virus dalam sel.

Pfizer menyebutkan analisis dalam uji coba kilinis yang dilakukannya menunjukkan Paxlovid mengurangi risiko dirawat di rumah sakit atau kematian hingga 89 persen bagi pasien yang ditangani dalam waktu tiga hari setelah muncul gejala dan 88 persen ketika diberikan dalam waktu lima hari setelah gejala timbul.

Perusahaan itu juga mengatakan efek samping yang muncul sebanding antara Paxlovid dan plasebo, serta sebagian dengan intensitas rendah.

Dalam kemasan tertulis penggunaan obat itu untuk merawat gejala COVID-19 yang ringan hingga moderat pada orang dewasa dan anak-anak berusia 12 tahun ke atas yang berisiko mengalami gejala serius. Obat itu harus dikonsumsi sebanyak dua kali sehari selama lima hari.

Paxlovid belum digunakan secara luas karena ada 40 jenis obat yang dilarang dikonsumsi bersamaan dengan obat itu. Penyesuaian dosis juga dibutuhkan bagi sejumlah pasien dengan gangguan ginjal.

Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan telah memiliki persediaan dosis yang cukup bagi 2 juta orang dan obat itu telah diberikan untuk sekitar 17.600 orang hingga 26 Juli. Diyakini bahwa Paxlovid, seperti Lagevrio, akan tetap efektif melawan mutasi virus.

Informasi ini akurat hingga 30 Agustus 2022.

Q464: Informasi terbaru mengenai obat antivirus korona (1) Lagevrio

Kali ini, kami memulai serial baru mengenai obat antivirus korona. Dalam bagian pertama ini kami akan memberikan informasi terbaru mengenai obat-obat yang telah disetujui di Jepang, termasuk efektivitasnya.

Pemerintah Jepang sampai saat ini telah menyetujui dua obat oral untuk merawat pasien virus korona, termasuk mereka dengan gejala ringan…Lagevrio yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi besar Merck dan Paxlovid dari Pfizer, juga dari Amerika Serikat (AS). Kedua obat itu digunakan untuk menangani pasien dengan gejala serius.

Lagevrio yang memiliki nama generik Molnupiravir, mendapatkan persetujuan darurat dari pemerintah Jepang pada 24 Desember 2021. Obat itu mencegah virus menyebar di dalam tubuh manusia dengan menghambat kemampuan enzim untuk menyalin RNA yang bertindak sebagai cetak biru dari virus tersebut.

Menurut yang tertera dalam kemasan dan informasi lainnya, obat itu ditujukan bagi pasien dengan gejala ringan dan moderat yang berusia 18 tahun ke atas yang berisiko mengalami sakit parah. Mereka termasuk lansia, orang yang mengalami obesitas, atau diabetes.

Obat itu direkomendasikan untuk diminum dua kali sehari selama lima hari, dimulai dalam lima hari setelah gejala muncul. Namun, obat itu tidak diizinkan untuk diberikan kepada ibu hamil atau yang mungkin sedang hamil karena kemungkinan akan berdampak terhadap janinnya. Lagevrio disebutkan mengurangi risiko rawat inap atau kematian sebesar 30 persen ketika diberikan kepada pasien berisiko tinggi. Frekuensi dari efek yang rendah serupa antara kelompok yang diberikan plasebo dan obat tersebut.

Lagevrio sampai saat ini telah didistribusikan kepada lebih dari 380.000 orang di Jepang. Produsen mengatakan akan dapat memasok obat tersebut secara stabil karena sistem produksi telah diterapkan. Pemerintah menanggung biaya obat itu secara penuh, tidak membebani pasien.

Informasi ini akurat hingga 29 Agustus 2022.

Q463: Vaksin virus korona yang menargetkan subvarian Omicron (5) Keefektifan dosis keempat dari vaksin yang saat ini tersedia (2)

Kali ini akan kami sampaikan keefektifan dosis keempat dari vaksin yang tersedia saat ini.

Institut Ilmu Pengetahuan Kedokteran Tokyo pada Juli memublikasikan data mengenai level antibodi penetral dalam sampel darah yang dikumpulkan dari para tenaga kesehatan yang telah menerima dosis keempat.

Analisis dari orang-orang tersebut yang berusia 60-an dan 70-an tahun menunjukkan bahwa median dari level antibodi penetral dalam empat bulan setelah suntikan ketiga adalah 855. Levelnya meningkat menjadi 3.942 setelah suntikan keempat.

Secara rata-rata, level antibodi penetral tetap relatif tinggi pada orang setelah menerima dosis yang ketiga, dibandingkan dengan level setelah dosis kedua. Namun, levelnya bervariasi besar antar invididu. Meski demikian, setelah dosis keempat, semua orang mendapatkan level antibodinya naik ke tingkat yang tinggi.

Salah seorang anggota panel pakar pemerintah yang membahas mengenai pandemi, Profesor Tateda Kazuhiro dari Universitas Toho, mengatakan satu varian selain Omicron mungkin akan menjadi galur dominan berikutnya. Ia mengatakan penting bagi orang-orang yang belum menerima dosis ketiganya serta orang-orang yang telah menerima kupon vaksin keempat agar segera mendapatkan vaksinasinya, guna menahan penyebaran virus saat ini.

Diyakini bahwa pemberian dosis berkali-kali dari vaksin yang saat ini tersedia adalah efektif dalam mencegah pasien virus korona agar tidak jadi sakit serius serta juga mencegah penularan hingga tingkat tertentu. Para pakar imunologi, virologi, dan penyakit menular sepakat bahwa orang-orang harus mempertimbangkan untuk segera mendapatkan dosis yang berhak didapatnya dan tidak terlalu khawatir mengenai jenis vaksinnya.

Keterangan ini akurat tertanggal 26 Agustus 2022.

Q462: Vaksin virus korona yang menargetkan subvarian Omicron (4) Keefektifan dosis keempat (1)

Kali ini, kami melaporkan mengenai keefektifan dosis keempat yang datanya disusun di Israel dan Amerika Serikat (AS).

Berbagai laporan dari seluruh dunia menunjukkan bahwa vaksinasi keempat sangat efektif dalam menurunkan risiko rawat inap serta kematian.

Sekelompok peneliti di Israel menganalisis keefektifan dosis keempat terhadap sekitar 29 ribu tenaga kesehatan. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal kedokteran JAMA Network Open pada 2 Agustus. Laporan itu menunjukkan bahwa lebih dari 5.300 tenaga kesehatan yang menerima dosis keempat pada Januari, yaitu ketika subvarian Omicron menyebar pesat di sana, 368 dari mereka tertular virus tersebut setelahnya. Namun, dari sekitar 24.000 orang yang divaksinasi tiga kali, 4.802 ditemukan telah tertular. Singkatnya, tingkat penularan di kalangan orang yang telah menerima vaksinasi tiga kali adalah 19,8 persen. Sedangkan tingkatnya di kalangan orang yang telah mendapatkan vaksinasi empat kali adalah lebih rendah, yaitu 6,9 persen.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengevaluasi keefektifan vaksin-vaksin mRNA COVID-19 di kalangan orang dewasa di 10 negara bagian saat terjadi penyebaran pesat subvarian Omicron, termasuk BA.2. Temuannya yang dilaporkan pada Juli menunjukkan bahwa di kalangan orang berusia 50 tahun ke atas, keefektifan vaksin mencegah rawat inap adalah 55 persen dalam lebih dari empat bulan setelah suntikan ketiga. Namun, tingkatnya melonjak menjadi 80 persen lebih dari satu pekan setelah suntikan keempat. CDC mendesak orang-orang untuk mendapatkan dosis tambahan tanpa menunda-nunda ketika telah direkomendasikan.

Keterangan ini akurat tertanggal 25 Agustus 2022.

Q461: Vaksin virus korona yang menargetkan subvarian Omicron (3) Waktu untuk mendapatkan vaksinasi

Dalam serial mengenai vaksin yang menargetkan subvarian Omicron, kami menyampaikan informasi mengenai waktu untuk mendapatkan suntikan penguat berikutnya.

Pemerintah Jepang diperkirakan akan mulai menyediakan vaksin virus korona yang menargetkan subvarian Omicron paling cepat pada pertengahan Oktober. Orang-orang yang masih belum mendapatkan suntikan ketiga atau keempat mungkin bertanya-tanya apakah harus menunggu vaksin baru ini, ataukah sebaiknya mendapatkan suntikan yang tersedia sekarang.

Situs internet Kantor Perdana Menteri mengatakan bahwa hingga 22 Agustus, sekitar 81,01 juta orang atau 64 persen populasi negara ini, telah mendapatkan tiga suntikan. Situs tersebut mengatakan bahwa suntikan keempat, yang direkomendasikan bagi orang-orang seperti warga lanjut usia, telah diberikan kepada 21,54 juta orang.

Direktur Jenderal Institut Nasional Penyakit Menular Wakita Takaji mengepalai panel pakar vaksinasi dalam Kementerian Kesehatan. Ia menyampaikan kepada wartawan pada 10 Agustus bahwa bahkan jika vaksin yang menargetkan subvarian Omicron tersedia pada pertengahan Oktober, masih belum diketahui apakah persediaannya cukup bagi semua orang untuk segera mendapatkannya. Ia mengatakan vaksin yang tersedia saat ini efektif untuk mencegah penyakit serius akibat penularan Omicron. Maka itu orang-orang harus segera mempertimbangkan untuk mendapatkan dosis ketiga atau keempatnya jika memungkinkan.

Keterangan ini akurat tertanggal 24 Agustus 2022.

Q460: Vaksin virus korona yang menargetkan subvarian Omicron (2) Seberapa efektif vaksin baru?

Dalam seri ini, kami akan mengulas tentang vaksin-vaksin baru yang menargetkan subvarian Omicron. Kali ini, kami memfokuskan pada efikasi vaksin baru tersebut.

Pfizer melaporkan bahwa dalam sejumlah uji klinis pada lebih dari 1.200 peserta berusia 56 tahun ke atas, vaksin yang diadaptasi dari Omicron yang digunakan sebagai dosis keempat meningkatkan antibodi penetral terhadap subvarian BA.1 sebanyak 1,56 kali lipat dibandingkan vaksin Pfizer saat ini. Perusahaan itu mengatakan vaksin tersebut tidak menimbulkan risiko keselamatan.

Sebuah laporan yang dikeluarkan Moderna sebelum peninjauan sejawat menyebutkan uji klinis di Amerika Serikat menunjukkan vaksin yang diadaptasi dari Omicron miliknya yang digunakan sebagai dosis keempat meningkatkan antibodi penetral terhadap BA.1 sebanyak 1,75 kali lipat dibandingkan vaksinnya saat ini.

Moderna mengatakan efek samping dari vaksinasi itu kebanyakan ringan hingga moderat, yaitu 77 persen mengalami rasa sakit pada lengan di sekitar bekas suntikan, 55 persen mengalami kelelahan, dan 44 persen mengalami sakit kepala.

Vaksin-vaksin tersebut diyakini dapat meningkatkan antibodi penetral terhadap subvarian Omicron BA.5 yang menjadi penyebab lonjakan infeksi saat ini.

Keterangan ini akurat tertanggal 23 Agustus 2022.

Q459: Vaksin virus korona yang menargetkan subvarian Omicron (1) Cara kerja vaksin baru

Kementerian Kesehatan Jepang memutuskan untuk mulai memberikan vaksin baru virus korona yang menargetkan subvarian Omicron paling awal pada pertengahan Oktober. Dalam seri ini, kami akan mengulas tentang mekanisme vaksin baru tersebut, efikasinya, serta jarak waktu yang diperlukan setelah vaksinasi sebelumnya. Kali ini, kami memfokuskan pada cara kerja vaksin baru itu.

Vaksin-vaksin tersebut tengah dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna. Vaksin yang disebut bivalen ini menggabungkan bahan-bahan yang digunakan bagi vaksinasi virus korona yang ada saat ini dengan vaksin yang berasal dari subvarian Omicron BA.1.

Vaksin-vaksin yang saat ini digunakan, dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna yang mengarahkan tubuh untuk memproduksi “protein spike”. Sistem kekebalan tubuh lalu menciptakan banyak antibodi dalam melawan protein spike ini dan menyerang saat virus sesungguhnya memasuki tubuh.

Namun, karena virus korona terus bermutasi, bentuk protein spike telah berubah. Hal ini mengakibatkan efektivitas vaksin menurun terhadap subvarian Omicron dalam mencegah infeksi dan timbulnya gejala.

Diyakini bahwa memperbarui vaksin dengan menggunakan informasi genetika varian Omicron untuk menyesuaikan protein spike akan memperbaiki efikasi vaksin.

Keterangan ini akurat tertanggal 22 Agustus 2022.

Q458: Kontak dekat dengan orang yang tertular virus korona (9) Pencegahan terhadap penularan yang kembali melonjak

Kali ini fokusnya adalah hal yang perlu kita perhatikan saat penularan kembali melonjak.

Varian Omicron dikatakan memiliki jalur penularan yang sama seperti galur-galur virus korona lainnya. Omicron dapat ditularkan melalui tetesan air liur, aerosol atau mikrodroplet, khususnya di ruangan berventilasi buruk.

Kita dapat mencegah penularan dengan melakukan langkah pencegahan secara menyeluruh. Varian Omicron dikenal mengakibatkan lebih banyak penularan di antara anggota keluarga. Maka dari itu penting untuk juga melakukan langkah pencegahan menyeluruh di rumah. Sejak varian Omicron mendominasi, pembatasan dilonggarkan bagi orang-orang yang melakukan kontak dekat dengan mereka yang tertular.

Namun, penting bagi kita semua untuk terus melakukan langkah pencegahan penularan. Kepala panel penasihat pemerintah bagi virus korona, Omi Shigeru, dalam wawancara bersama NHK mengatakan pengaturan dan situasi yang berisiko tinggi membuat orang-orang terpapar infeksi tetap tidak berubah. Omi meminta orang-orang mencoba menghindari tempat-tempat ramai atau tempat-tempat orang cenderung bicara dengan suara keras. Ia juga meminta orang-orang melakukan tes virus korona sebelum mengunjungi orang lanjut usia. Ia menambahkan bahwa setiap orang harus melakukan langkah pencegahan penularan dengan menggunakan pengetahuan yang dipelajari dari pengalaman selama pandemi.

Keterangan ini akurat tertanggal 19 Agustus 2022.

Q457: Kontak dekat dengan orang yang tertular virus korona (8) Kontak dekat dengan orang yang dinyatakan kontak dekat

Fokus kali ini adalah apa yang harus dilakukan apabila melakukan kontak dekat dengan orang-orang yang dinyatakan kontak dekat.

Apa yang terjadi jika seorang anggota keluarga dinyatakan sebagai kontak dekat dengan pasien virus korona? Pejabat di departemen yang bertanggung jawab dalam penanganan penyakit menular di Pemerintah Metropolitan Tokyo mengatakan tidak ada aturan terkait kontak dekat dengan orang yang dinyatakan kontak dekat. Pemerintah metropolitan tidak menerapkan larangan aktivitas bagi anggota keluarga selain orang yang dinyatakan sebagai kontak dekat.

Namun, mereka harus melaporkannya kepada tempat kerja atau sekolah mereka karena beberapa tempat memiliki aturan sendiri terkait kontak dekat.

Anggota keluarga dari orang yang dinyatakan kontak dekat diminta untuk melakukan tindakan pencegahan jika orang tersebut terinfeksi tetapi tidak mengalami gejala. Tindakan itu adalah:

- Hindari penggunaan handuk bersama dan makan secara terpisah, serta upayakan sebisa mungkin memisahkan ruangan dengan anggota keluarga.
- Gunakan masker di dalam rumah dan mencuci serta membersihkan tangan dari kuman.
- Membersihkan permukaan barang-barang yang kerap disentuh, seperti gagang pintu dan alat pengendali jarak jauh alat elektronik.
- Ventilasi ruangan secara rutin.

Kita cenderung lengah karena varian Omicron dinyatakan tidak terlalu berisiko menyebabkan sakit parah dibandingkan varian lainnya. Namun, kewaspadaan diperlukan jika ada lansia atau mereka yang memiliki penyakit bawaan di dalam anggota keluarga.

Informasi ini tertanggal 18 Agustus.

Q456: Kontak dekat dengan orang yang tertular virus korona (7) Apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan saat masa isolasi mandiri

Fokus kali ini adalah apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan saat menjalani isolasi mandiri.

Mereka yang menjalani isolasi mandiri sebisa mungkin harus menghindari aktivitas luar ruangan yang tidak penting. Jika terpaksa keluar karena kebutuhan penting, harus menerapkan langkah pencegahan penularan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kontak dengan orang lain. Mereka tidak boleh pergi bekerja atau sekolah pada masa isolasi mandiri.

Berikut ini panduan Pemerintah Metropolitan Tokyo bagi orang-orang yang menjalani isolasi mandiri:
- Tidak boleh keluar untuk keperluan tidak penting.
- Tidak boleh pergi bekerja atau sekolah, dan harus tetap di rumah.
- Memeriksa suhu tubuh tiap hari pada pagi dan sore hari.
- Jika mengalami gejala seperti demam dan batuk, harus berkonsultasi dengan dokter atau institusi medis yang menyediakan tes PCR dan perawatan virus korona.
- Menghindari penggunaan transportasi umum.

Sakamoto Fumie, pakar penyakit menular di Rumah Sakit Internasional ST Luke's di Tokyo menyarankan untuk menyiapkan beberapa benda yang berguna karena mereka yang menjalani isolasi mandiri mungkin tidak bisa dengan segera menemui dokter karena lonjakan kasus penularan.

Benda-benda itu adalah:
- Obat penurun demam dan pereda nyeri yang tersedia di toko obat tanpa resep.
- Minuman isotonik untuk hidrasi.
- Makanan siap santap, misalnya minuman jeli.
- Pasokan barang kebutuhan sehari-hari.
- Obat-obatan ekstra untuk perawatan bagi mereka yang memiliki penyakit bawaan.

Dia juga menyerukan orang-orang untuk divaksin dan mencatat nomor kontak otoritas kesehatan setempat yang mungkin dibutuhkan untuk konsultasi pada masa isolasi mandiri.

Informasi ini tertanggal 17 Agustus.

Q455: Kontak dekat dengan orang yang tertular virus korona (6) Kasus di tempat kerja

Kali ini, fokusnya adalah cara menangani kasus penularan di tempat kerja.

Kementerian kesehatan menyatakan jika seseorang di tempat kerja tertular virus korona, secara prinsip rekan-rekan kerjanya tidak perlu melakukan isolasi mandiri di rumah atau tempat lainnya.

Namun, mereka yang melakukan kontak dekat dengan orang yang tertular itu diminta untuk tidak melakukan aktivitas berisiko tinggi, misalnya mengunjungi lansia atau panti wreda, makan atau minum-minum dengan banyak orang, dan ikut dalam acara skala besar selama sekitar tujuh hari dari hari terakhir kontak dekat dengan orang yang tertular.

Jika ada yang makan bersama orang yang terinfeksi di tempat kerja tanpa menerapkan langkah pencegahan penularan, seperti memakai masker, maka mereka diimbau untuk berupaya melakukan tindakan pencegahan penyebaran penularan, misalnya dengan isolasi mandiri selama lima hari dan melakukan tes PCR secara sukarela.

Selain itu, penanganan ekstra diperlukan saat penularan terkonfirmasi di tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki risiko tinggi sakit parah, termasuk di institut medis atau fasilitas untuk lansia.

Dalam kasus tersebut, orang-orang yang melakukan kontak dekat diwajibkan untuk isolasi mandiri selama lima hari. Jika tes antigennya negatif di hari kedua dan ketiga, mereka bisa mengakhiri isolasi di hari ketiga, sama seperti kasus kontak dekat di antara anggota keluarga.

Pedoman ini berlaku untuk semua orang, bukan hanya para pekerja di sektor penting. Kementerian mengatakan pekerja medis dan perawat lansia bisa pergi ke tempat kerja bahkan apabila mereka dinyatakan sebagai kontak dekat, jika mereka melakukan tes tiap hari dan hasilnya negatif.

Informasi ini tertanggal 16 Agustus.

Q454: Kontak dekat dengan orang yang tertular virus korona (5) Kehidupan pasca-isolasi mandiri

Kali ini kami membahas mengenai masa setelah isolasi mandiri.

Orang-orang yang dinyatakan sebagai kontak dekat diwajibkan untuk menjalani isolasi mandiri. Namun, setelah pembatasan tersebut dicabut, mereka diperbolehkan pergi ke tempat kerja atau sekolah.

Dalam laporan pada tanggal 13 Januari, Institut Nasional Penyakit Menular menyatakan bahwa saat orang-orang tertular varian Omicron, terdapat 53,05% kemungkinan munculnya gejala dalam tiga hari, 82,65% dalam lima hari, dan 94,53% dalam tujuh hari.

Ini berarti masa isolasi mandiri lima hari yang diberlakukan saat ini kemungkinan tidak cukup untuk memastikan orang tersebut tidak terinfeksi.

Oleh karena itu, orang-orang yang dinyatakan sebagai kontak dekat disarankan agar memantau suhu tubuh dan kondisi kesehatan lainnya dengan saksama, serta melakukan langkah pencegahan penularan yang menyeluruh, seperti menghindari tempat-tempat dengan risiko tinggi dan makan di luar secara berkelompok, hingga periode tujuh hari berlalu. Langkah-langkah pencegahan penularan tentunya tetap harus dijalankan setelahnya.

Informasi ini tertanggal 15 Agustus.

Q453: Kontak dekat dengan orang yang tertular virus korona (4) Bagaimana jika ada anggota keluarga lain yang tertular

Kali ini kami mengulas tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan jika ada anggota keluarga lainnya yang terinfeksi virus korona setelah seorang anggota keluarga lain di rumah yang sama terlebih dahulu menunjukkan gejala.

Pedoman pemerintah menyebutkan bahwa jika penularan kedua teridentifikasi dalam keluarga, anggota keluarga lainnya harus mengulangi masa isolasi mandirinya. Jika seorang anak dikonfirmasi tertular virus korona dan menjalani pemulihan diri di rumah dengan gejala ringan, berikut instruksi berdasarkan pedoman pemerintah:
- Meskipun hasil tes belum keluar, hari ketika anak mengalami gejala dihitung sebagai Hari ke-0. Hal ini berlaku selama langkah-langkah pencegahan penularan dijalankan di rumah tangga sejak hari tersebut. Anggota keluarga lainnya diharuskan melakukan isolasi mandiri hingga Hari ke-5.
- Jika langkah pencegahan penularan tidak dijalankan hingga penularan terkonfirmasi, hari ketika hasil tes positif keluar dihitung sebagai Hari ke-0. Anggota keluarga lainnya harus menjalani isolasi mandiri selama lima hari sejak hari tersebut.
- Meskipun tanpa menjalani tes, masa pemulihan diri bagi anak yang tertular akan berakhir setelah 10 hari terhitung sejak satu hari setelah pertama kali munculnya gejala. Namun, periode isolasi mandiri baru berakhir setidaknya 72 jam setelah gejala hilang. Jika gejala memburuk, orang tua disarankan untuk berkonsultasi dengan otoritas kesehatan.
- Jika anak tidak menunjukkan gejala, hari pengambilan sampel dihitung sebagai Hari ke-0 dan periode pemulihan diri anak tersebut berlangsung hingga Hari ke-7. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa jika langkah pencegahan penularan tidak dijalankan hingga hari penularan terkonfirmasi, hari tersebut ditetapkan sebagai Hari ke-0 untuk menghitung masa isolasi mandiri bagi anggota keluarga lainnya.

Informasi ini tertanggal 12 Agustus.

Q452: Kontak dekat dengan orang yang tertular virus korona (3) Berapa lama masa isolasi mandiri jika seorang anggota keluarga tertular?

Kali ini, kami mengulas berapa lama orang kontak dekat harus isolasi mandiri di rumah ketika seorang anggota keluarga tertular.

Ketika seorang anggota keluarga dites positif virus korona dan anggota keluarga lain ditetapkan sebagai orang kontak dekat, mereka diminta isolasi mandiri di rumah.

Orang kontak dekat sebelumnya secara prinsipnya merampungkan isolasi mandiri dalam tujuh hari. Namun, mulai 22 Juli, Kementerian Kesehatan mempersingkat masa isolasi mandiri menjadi lima hari agar aktivitas sosial dan ekonomi tetap berjalan.

Berikut ini tiga tanggal yang dianggap sebagai Hari Ke-0.
- Hari pada saat orang tertular mengalami gejala
- Hari pada saat pengambilan sampel untuk tes virus korona jika orang tertular tidak bergejala
- Hari pada saat langkah pencegahan penularan dilakukan setelah orang tertular dites positif

Orang kontak dekat harus isolasi mandiri hingga Hari Ke-5. Isolasi mandiri dapat diakhiri pada hari keenam.

Namun, jika orang kontak dekat dites negatif pada Hari Ke-2 dan Hari Ke-3 menggunakan tes antigen yang disahkan pemerintah, isolasinya dapat dicabut pada Hari Ke-3.

Kebijakan pencegahan penularan dalam kasus ini termasuk mengenakan masker, mencuci tangan, dan sering membuka ventilasi ruangan. Anggota keluarga tidak harus memutus seluruh kontak dengan orang yang tertular, misalnya dengan menggunakan ruangan yang betul-betul terpisah.

Jika sulit bagi anak kecil mengenakan masker, lakukan langkah-langkah lain seperti mencuci bersih tangannya dan tidak menggunakan handuk yang sama. Selain itu, langkah pencegahan penularan dasar harus dilakukan termasuk, ventilasi ruangan, dan menghindari kontak sebisa mungkin.

Informasi ini akurat tertanggal 11 Agustus.

Q451: Kontak dekat dengan orang yang tertular virus korona (2) Bagaimana menentukan terjadinya kontak dekat?

Kali ini kami melihat bagaimana menentukan terjadinya kontak dekat.

Ketika wabah menyebar, Kementerian Kesehatan mengizinkan pemerintah kota secara fleksibel menentukan apakah seseorang melakukan kontak dekat dengan orang yang tertular. Menurut kementerian, tanggapannya berbeda bergantung pada di mana penularan terjadi.

Jika seorang yang tertular merupakan anggota keluarga, otoritas kesehatan akan menentukan siapa saja orang kontak dekat dan meminta mereka membatasi aktivitas sebagai anggota keluarga yang berada dalam risiko tinggi penularan. Namun, otoritas kesehatan tidak akan melakukan wawancara kepada setiap orang.

Sementara itu, risiko penularan di tempat kerja diyakini relatif rendah dibandingkan di dalam rumah tangga, jadi otoritas kesehatan tidak diharapkan dapat mengidentifikasi semua orang kontak dekat di tempat kerja. Jika seseorang tertular COVID-19 di tempat kerja, ia harus menentukan sendiri apakah melakukan kontak dekat.

Di sisi lain, otoritas kesehatan akan dengan cepat menentukan orang kontak dekat di lembaga-lembaga medis, serta fasilitas untuk lansia dan difabel, karena banyak di antaranya adalah risiko tinggi sakit parah.

Kementerian Kesehatan mengatakan pemerintah kota dan dewan pendidikan harus memutuskan kebijakan bagi tempat penitipan anak, TK, SD, dan SMP. Kebijakan mungkin berbeda antara anak prasekolah dan anak sekolah seperti mengenakan masker.

Informasi ini akurat tertanggal 10 Agustus.

Q450: Kontak dekat dengan orang yang tertular virus korona (1) Definisi

Ketika virus itu menyebar, siapa pun dapat tertular seberapa pun hati-hatinya orang tersebut. Otoritas kesehatan jepang telah mengubah persyaratan bagi orang-orang yang ditetapkan sebagai kontak dekat agar menjaga tetap rendah imbasnya terhadap aktivitas sosial dan ekonomi. Dalam serial ini, kami akan menjelaskan siapa yang ditetapkan sebagai kontak dekat dan apa yang perlu dilakukannya. Kali ini, kami memfokuskan mengenai bagaimana mereka didefinisikan.

Seorang kontak dekat adalah orang yang telah berada dekat dengan seseorang yang tertular virus itu atau menghabiskan waktu dengan kehadiran orang yang tertular. Orang-orang ini dianggap telah terpapar virus tersebut dan maka itu dapat tertular.

Terdapat sejumlah kriteria untuk menentukan apakah seseorang merupakan kontak dekat.

- Kita berada dalam jarak dekat dengan orang yang tertular virus itu antara dua hari sebelum gejala timbul dan sepuluh hari setelah gejala timbul. Namun, kalau gejalanya tidak hilang tujuh hari setelah timbul, periodenya diperpanjang tiga hari setelah gejalanya hilang. Kalau pasiennya tidak bergejala, periodenya dimulai sejak dua hari sebelum menjalani tes dan berakhir tujuh hari setelah menjalani tes.

- Kita tidak mengenakan masker saat menyentuh pasien atau kita menyentuh benda yang terkena cairan tubuh pasien. Berada dalam jarak bersentuhan dengan pasien selama lebih dari 15 menit juga dapat membuat kita sebagai kontak dekat.

- Kita belum tentu dianggap kontak dekat bahkan jika ada pasien di antara anggota keluarga kita atau kita merawat pasien. Kita dapat menghindari ditetapkan sebagai kontak dekat jika kita melakukan langkah-langkah yang menyeluruh seperti yang dilakukan di institusi medis dan panti wreda.

- Kita belum tentu dianggap kontak dekat bahkan jika kita melewati lebih dari 15 menit di dekat orang yang tertular. Keputusan itu diambil dengan pertimbangan faktor-faktor seperti apakah kita melakukan perbincangan, apakah ruangannya berventilasi baik, dan apakah kita mengenakan masker.

Informasi ini akurat tertanggal 9 Agustus.

Q449: Apa itu Omicron subvarian BA.5?
(6) Makin banyak subvarian yang mengkhawatirkan

Pada bagian keenam pembahasan tentang Omicron subvarian BA.5, kami mencermati subvarian Omicron yang mengkhawatirkan.

Pada 12 Juli, Kota Kobe di Jepang barat melaporkan kasus penularan domestik pertama Omicron subvarian BA.2.75 selain yang ditemukan di tempat karantina. Subvarian ini telah ditemukan di Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat setelah pertama kali dilaporkan di India pada Juni.

Subvarian ini dilaporkan memiliki kemampuan untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia, seperti subvarian BA.5. Sejumlah laporan menyebutkan subvarian ini menyebar lebih cepat dari BA.5 di India.

Profesor Hamada Atsuo dari Universitas Kedokteran Tokyo mengatakan subvarian BA.2.75 memiliki kemampuan lebih besar untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia dibandingkan BA.2.

Ia mengatakan itu artinya orang-orang yang telah mendapatkan imunitas menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan subvarian ini tengah dipantau sebagai varian turunan yang dikhawatirkan (VOC-LUM).

Profesor Hamada mengatakan otoritas kesehatan Jepang harus mencermati dengan saksama sejumlah fitur dalam subvarian baru ini.

Informasi ini akurat hingga 20 Juli.

Q448: Apa itu subvarian Omicron BA.5? (5)
Vaksin

Pada bagian kelima pembahasan tentang Omicron subvarian BA.5, kami mencermati efikasi vaksin virus korona terhadap subvarian ini.

Dalam laporan yang dirilis pada 24 Juni oleh otoritas kesehatan Inggris, analisis data orang-orang yang tertular virus korona pada satu bulan hingga akhir Mei menunjukkan perbedaan efikasi vaksin yang signifikan di antara mereka yang tertular subvarian BA.5 dan BA.2.

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dalam pengumuman pada 30 Juni merekomendasikan perusahaan-perusahaan farmasi untuk memasukkan tambahan spike protein yang telah direkayasa guna mengatasi subvarian BA.4 dan BA.5 ke dalam vaksin penguat.

Namun, FDA tidak meminta untuk mengubah vaksin yang ada saat ini karena vaksin itu berfungsi sebagai fondasi untuk mencegah pasien yang tertular dari gejala serius.

Profesor Hamada Atsuo dari Universitas Kedokteran Tokyo memperingatkan bahwa Jepang mungkin bisa mengalami gelombang penularan yang lebih besar mulai musim gugur tahun ini. Ia menyerukan pemerintah untuk segera memulai pembahasan rancangan program vaksinasi untuk musim gugur dan memastikan ketersediaan vaksin.

Informasi ini akurat hingga 19 Juli.

Q447: Apa itu subvarian Omicron BA.5? (4)
Apakah lebih patogenik?

Pada bagian keempat pembahasan tentang Omicron subvarian BA.5, kami mencermati apakah subvarian ini lebih patogenik atau lebih menimbulkan penyakit.

Satu tim yang disebut G2P-Japan yang dipimpin Profesor Sato Kei dari Institut Ilmu Kedokteran Universitas Tokyo melaporkan temuan mereka dalam sebuah artikel pracetak yang dirilis daring.

Para peneliti secara artifisial menciptakan virus yang memiliki karakteristik subvarian BA.5 dan virus lainnya dengan karakteristik subvarian BA.2.

Mereka kemudian menginfeksikan kultur sel dengan tiap subvarian tersebut guna mengkaji seberapa besar virus itu akan tumbuh.

Mereka menemukan bahwa 24 jam kemudian, tingkat virus di kultur sel yang diinfeksikan dengan BA.5 tercatat 34 kali lipat lebih tinggi dari sel yang ditularkan dengan BA.2.

Tim ini juga menyatakan bahwa eksperimen dengan hamster menunjukkan bahwa hamster yang diinokulasi dengan subvarian BA.2 hanya mengalami sedikit penurunan berat badan, tetapi hamster lain yang diinokulasi dengan subvarian BA.5 kehilangan sekitar 10 persen bobot tubuhnya.

Tim ini mengatakan tingkat inflamasi paru yang terpantau pada penularan BA.5 lebih tinggi secara signifikan dibandingkan penularan pada BA.2.

Tim ini mengatakan meski perlu melakukan lebih banyak penelitian atas gejala pada manusia, eksperimennya ini mengindikasikan bahwa BA.5 lebih patogenik dibandingkan BA.2.

Profesor Sato mengatakan toksisitas virus tidak selalu akan melemah. Ia mengatakan virus terus bermutasi dan perlu untuk tetap waspada.

Informasi ini akurat hingga 18 Juli.

Q446: Apa itu subvarian Omicron BA.5? (3)
Risiko gejala parah

Dalam bagian ketiga serial mengenai subvarian Omicron BA.5 kali ini, kami menyoroti kemungkinan sakit parah.

Mengenai hal ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan dalam laporan mingguannya pada 6 Juli bahwa tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa BA.5 berubah secara signifikan dibandingkan BA.2. Namun, WHO mengatakan jumlah kasus meningkat di banyak negara, dan jumlah orang yang dirawat inap atau dirawat di unit perawatan intensif, serta jumlah kematian, melonjak.

Selain itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa mengatakan dalam laporannya pada 13 Juni bahwa, meskipun datanya terbatas, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa subvarian ini menyebabkan lebih banyak orang mengalami gejala parah. Pada saat yang sama, dikatakan bahwa terdapat kemungkinan kematian lebih banyak dan lebih banyak orang yang harus dirawat inap jika penularan bertambah.

Profesor Hamada Atsuo dari Universitas Kedokteran Tokyo, yang merupakan pakar mengenai penularan di luar negeri, mengatakan BA.5 sedikit lebih menular dibandingkan jenis-jenis subvarian sebelumnya, dan BA.5 bahkan bisa menulari orang yang memiliki imunitas. Bukan saja BA.2 tengah digantikan, tetapi kenaikan jumlah yang tertular tidak bisa dihindari. Ia mengatakan kita harus tetap waspada karena jumlah kasus orang dengan gejala parah akan bertambah jika lebih banyak orang yang tertular.

Informasi ini akurat hingga 15 Juli.

Q445: Apa itu subvarian Omicron BA.5? (2)
Karakteristiknya

Dalam bagian kedua serial mengenai subvarian Omicron BA.5, kami akan melihat karakteristik dari galur tersebut.

BA.5 memiliki mutasi L452R dan perubahan dalam protein spike. Protein spike pada permukaan virus memainkan peranan penting dalam memulai infeksi pada sel inang. Mutasi L452R diketahui membantu virus itu untuk lolos dari respons kekebalan manusia. Perkembangan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada awal Juli menunjukkan bahwa BA.5 menurunkan efektivitas menetralkan antibodi lebih dari tujuh kali lipat dibandingkan BA.1.

Para pakar juga menduga bahwa kapasitas kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi tampaknya memudar seiring waktu, yang berkontribusi terhadap penyebaran infeksi pada baru-baru ini.

Di Jepang, dalam sebuah pertemuan panel pakar Kementerian Kesehatan pada 30 Juni, Profesor Nishiura Hiroshi dari Universitas Kyoto mempresentasikan sejumlah data yang mengindikasikan presentase orang-orang yang kebal terhadap varian Omicron menurun. Data itu menunjukkan bahwa, hingga akhir Juni, 44,6 persen dari kalangan usia 20-an tahun memiliki kekebalan. Jumlah itu mencapai 37,4 persen di antara orang yang berusia 70-an tahun.

Informasi ini akurat hingga 14 Juli.

Q444: Apa itu subvarian Omicron BA.5?(1) Penyebaran BA.5

Kali ini kami menghadirkan serial mengenai subvarian Omicron BA.5. Dalam bagian pertama ini akan dibahas mengenai virus bermutasi menjadi yang paling mendominasi di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa. Subvarian itu juga telah menyebar di Jepang.

BA.5 merupakan subvarian Omicron yang pertama kali terkonfirmasi di Afrika Selatan pada Februari 2022. Subvarian Omicron itu sebagian besar menyebar di AS dan Eropa sejak Mei. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hingga pertengahan Juni, jumlahnya mencapai 40 persen dari keseluruhan virus korona novel yang terdeteksi di seluruh dunia.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menyebutkan dalam laporan mingguannya bahwa hingga 2 Juli, BA.5 mencakup 53,6 persen dari kasus baru di seluruh negara itu. Subvarian itu diyakini sebagian besar menjadi penyebab lonjakan kasus yang tercatat baru-baru ini.

Otoritas kesehatan Inggris mengumumkan pada 24 Juni bahwa BA.5 diperkirakan menyebar 35,1 persen lebih cepat dibandingkan subvarian BA.2, yang lebih dominan hingga saat itu.

Panel pakar pemerintah Metropolitan Tokyo yang menilai situasi virus korona mengatakan 33,4 persen dari kasus di ibu kota Jepang ini pada pekan hingga 24 Juni diperkirakan terinfeksi subvarian BA.5.

Informasi ini akurat hingga 13 Juli.

Q443: Long COVID (8)
Pentingnya merawat pasien dengan baik

Dalam bagian terakhir serial mengenai long COVID, kami mengulas tentang pentingnya memberikan perawatan yang baik bagi para pasien dengan gejala yang bertahan.

Meski masih banyak hal yang belum diketahui mengenai long COVID dalam hal cakupan gejala yang berkembang sebagai gejala sisa dan penyebab gejala ini, dua pakar yang telah merawat para pasien long COVID menekankan pentingnya merawat pasien yang menderita kondisi semacam itu.

Profesor Yokoyama Akihito dari Universitas Kochi mengatakan apa pun penyebab gejala tersebut, faktanya terdapat orang-orang yang terus menderita akibat sejumlah gejala setelah tertular virus itu. Ia juga menekankan pentingnya menanggapi pasien tersebut dengan baik.

Profesor Shimohata Takayoshi di Universitas Gifu mengatakan sejumlah pasien menunjukkan peradangan pada sel-sel otaknya, sementara lainnya mungkin mengalami ketidakstabilan mental akibat harus menghadapi gejala sisa yang mungkin mengarah pada memburuknya gejala. Shimohata mengatakan dokter harus mendukung para pasien secara menyeluruh terlepas dari penyebab gejalanya. Ia menekankan bahwa guna memberikan dukungan medis yang diperlukan dan mendidik masyarakat mengenai situasi ini, pemerintah harus secara menyeluruh berinvestasi pada penelitian dan mendirikan pusat kesehatan yang khusus menangani perawatan long COVID.

Informasi ini akurat hingga 12 Juli 2022.

Q442: Long COVID (7)
Kecil kemungkinan kondisi pasca COVID-19 pada varian Omicron

Episode kali ini adalah mengenai gejala long COVID pasca tertular varian Omicron.

Pemerintah metropolitan Tokyo menyusun daftar gejala long COVID yang dilaporkan dari lebih 2.000 pasien yang tertular varian Omicron selama periode empat bulan hingga April.

Daftar itu menunjukkan 38,6 persen mengeluh batuk, 34 persen kelelahan, 10,6 persen kesulitan mengecap rasa, dan 9,5 persen memiliki masalah penciuman.

Para pakar yang menganalisis data itu mengatakan mereka menemukan sejumlah gejala seperti masalah pengecapan dan penciuman serta kerontokan rambut secara signifikan lebih sedikit dibandingkan gejala akibat penularan varian Delta dan lainnya.

Sekelompok peneliti di Pusat Nasional Jepang bagi Kesehatan dan Obat-obatan Global juga merilis penelitian yang membandingkan para pasien yang tertular varian Omicron dengan mereka yang tertular varian lain yang menyebar sebelumnya dalam hal usia, gender, dan status vaksinasi.

Sejumlah hasil tersebut menunjukkan bahwa pasien yang tertular varian Omicron menunjukkan satu persepuluh gejala yang diyakini merupakan long COVID dibandingkan mereka yang tertular varian lainnya.

Namun, para pakar memperingatkan bahwa karena jumlah penularan varian Omicron secara signifikan lebih besar dibandingkan varian lainnya, para pasien yang menderita long COVID tampaknya akan meningkat.

Data yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris menunjukkan bahwa di antara orang-orang yang menerima dua suntikan vaksin, frekuensi mereka yang melaporkan gejala long COVID setelah penularan varian Omicron adalah sekitar 50 persen lebih sedikit dibandingkan mereka yang melaporkan gejala semacam itu setelah penularan varian Delta.

Data tersebut sejauh ini masih belum mencakup laporan bahwa sejumlah gejala pasca COVID-19 akan berlanjut lebih lama pada kasus penularan Omicron.

Informasi ini akurat hingga 11 Juli 2022.

Q441: Long COVID (6)
Apakah itu "kabut otak”?

Bagian keenam kali ini membahas "kabut otak".

"Kabut otak", salah satu gejala paling umum pada long COVID, merujuk pada kondisi di mana orang merasa otaknya tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seolah-olah tertutupi kabut. Profesor Shimohata Takayoshi di Universitas Gifu, seorang ahli neurologi otak yang terlibat dalam penyusunan buku panduan Kementerian Kesehatan untuk long COVID, mengatakan "kabut otak" sulit didiagnosis karena sering tidak ada pembacaan abnormal dari MRI atau tes darah.

Namun, ia menambahkan bahwa penelitian terhadap penyebab kondisi ini telah membuat kemajuan. Shimohata mengatakan uji coba pada hewan-hewan di luar negeri mengindikasikan bahwa zat-zat seperti autoantibodi atau sitokin terbentuk sebagai akibat dari peradangan seluruh tubuh yang dipicu oleh penularan virus. Autoantibodi menyerang tubuh sendiri, sementara sitokin menimbulkan peradangan. Shimohata mengatakan diyakini luas bahwa zat semacam itu mencapai otak melalui aliran darah dan menyebabkan peradangan di otak.

Ditambahkannya, tidak ada obat yang diketahui untuk kondisi tersebut untuk saat ini, sementara dokter hanya bisa mengobati gejala-gejalanya. Ia menekankan pentingnya memahami bagaimana kondisi tersebut terjadi dan menciptakan cara perawatan yang lebih baik.

Informasi ini akurat tertanggal 8 Juli.

Q440: Long COVID (5)
Risiko efek jangka panjang mungkin terjadi bahkan untuk kasus tanpa gejala atau gejala ringan

Episode kali ini tentang risiko terjadinya kondisi tersebut.

Iwasaki Akiko, seorang profesor imunobiologi di Universitas Yale, Amerika Serikat (AS), mengutarakan kekhawatiran bahwa terjadinya berbagai gejala sisa tidak terbatas pada orang yang mengalami gejala parah virus korona.

Sebuah kajian yang dilakukan di AS menunjukkan bahwa 75 persen orang yang kemudian menderita kondisi pasca tertular COVID-19 tidak pernah dirawat inap ketika mereka tertular virus korona. Para peneliti yakin bahwa orang-orang yang tidak mengalami gejala atau mengalami gejala sangat ringan masih bisa menderita long COVID.

Iwasaki mengatakan penjelasan paling mungkin untuk hal ini adalah virus korona masih ada secara laten di dalam tubuh dan menyebabkan peradangan yang kemudian memicu berbagai gejala di organ-organ lain.

Menurutnya, terdapat kasus-kasus orang tanpa gejala yang mulai menunjukkan tanda-tanda apa yang seperti long COVID dua atau tiga bulan setelah tertular. Terdapat laporan yang menunjukkan persentase long COVID yang lebih rendah di antara orang-orang yang telah divaksinasi, tetapi persentase itu bervariasi pada tiap laporan. Iwasaki mengatakan kita tidak bisa merasa aman hanya karena kita telah divaksinasi.

Informasi ini akurat tertanggal 7 Juli.

Q439: Long COVID (4)
Bagaimana gejala long COVID terjadi?

Topik episode kali ini adalah “Bagaimana gejala kondisi COVID-19 terjadi?”

Sejauh apa informasi yang kita ketahui mengenai terjadinya gejala long COVID? Iwasaki Akiko, profesor imunobiologi dari Universitas Yale di Amerika Serikat (AS), mengusulkan hipotesis berikut.

1. Fragmen virus mengakibatkan inflamasi untuk waktu lama bahkan setelah gejala awal seperti batuk atau demam telah hilang.
2. Sistem kekebalan yang seharusnya melindungi tubuh malah menyerang.
3. Organ tubuh yang rusak akibat penularan pemulihannya lambat.
4. Virus yang telah ada di dalam tubuh sejak sebelum permulaan COVID-19, seperti herpes, kembali hidup

Iwasaki mengatakan mungkin saja beragam jenis gejala long COVID diakibatkan oleh campuran faktor-faktor tersebut.

Informasi ini akurat tertanggal 6 Juli.

Q438: Long COVID (3)
Apa gejala pasca kondisi COVID-19?

Serial terbaru kami memfokuskan pada efek jangka menengah dan jangka panjang yang dikenal sebagai kondisi pasca tertular COVID-19 atau “long COVID”. Episode hari ini adalah mengenai cara mendefinisikan kondisi pasca COVID-19.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kondisi pasca COVID-19 sebagai penyakit yang terjadi dalam orang yang memiliki catatan berkemungkinan atau telah terkonfirmasi penularan virus korona, biasanya dalam tiga bulan sejak awal penularan COVID-19, dengan gejala dan efek yang berlangsung setidaknya dua bulan. WHO juga mengatakan gejala dan efek kondisi itu tidak dapat dijelaskan dengan diagnosis alternatif.

Namun, terdapat beragam jenis gejala yang masuk ke dalam definisi WHO. Sejumlah pakar mempertanyakan jika semuanya memang benar diakibatkan oleh penularan virus korona.

Profesor Yokoyama Akihito dari Universitas Kochi memimpin sebuah tim penelitian di Kementerian Kesehatan Jepang. Menurutnya, survei yang dilakukannya telah menemukan bahwa sangat sulit untuk menentukan apakah gejala tersebut merupakan gejala sisa penularan virus korona atau tidak. Dikatakannya, ini disebabkan pihaknya tidak memiliki data atas orang-orang yang tanpa catatan penularan tetapi mengeluhkan gejala-gejala seperti itu. Sangat memungkinkan bahwa para pasien menderita gejala sisa kalau citra paru-parunya menunjukkan abnormalitas dan memiliki kesulitan bernapas. Namun, gejala seperti gangguan tidur dan masalah kesehatan jiwa sulit untuk ditentukan, apakah memang diakibatkan oleh penularan virus korona. Bisa saja gejala-gejala seperti itu diakibatkan oleh hal-hal lain dan pasien bisa mengalami masalah kalau tidak mendapat diagnosis yang sepatutnya.

Sejumlah gejala yang didefinisikan sebagai kondisi pasca COVID-19 itu sebenarnya bisa diakibatkan oleh penyakit lain yang bisa disembuhkan. Prof Yokoyama meyakini bahwa di masa mendatang, akan sangat penting untuk secara tepat memahami long COVID dengan membandingkan gejala-gejala orang yang telah tertular virus korona dengan orang-orang sehat atau mereka yang memiliki pneumonia yang tidak diakibatkan oleh virus korona.

Informasi ini akurat tertanggal 5 Juli.

Q437: Long COVID (2)
Penelitian Kementerian Kesehatan, bagian 2

Episode kali ini membahas survei kementerian kesehatan bagian dua.

Satu tim penelitian dari kementerian kesehatan yang dipimpin oleh Profesor Fukunaga Koichi dari Universitas Keio, menyurvei lebih dari 1.000 pasien yang pernah mengalami gejala moderat dan parah COVID-19. Para peneliti menanyakan tentang berbagai gejala yang dialami orang-orang tersebut pada masa setahun setelah diagnosis.

Para peneliti menemukan bahwa 12,8 persen masih merasakan lelah setahun setelah tertular, 8,6 persen mengalami sesak napas, 7,5 persen mengeluhkan penurunan kekuatan otot dan konsentrasi, 7,2 persen mengalami penurunan daya ingat, 7 persen mengatakan sulit tidur, 6,4 persen mengalami sakit persendian, 5,5 persen menyebutkan nyeri otot, 5,4 persen melaporkan gangguan pada indra penciuman, 5,2 persen menderita batuk berdahak, 5,1 persen mengalami kerontokan rambut, 5 persen mengeluh sakit kepala, 4,7 persen bermasalah pada indra perasa, 4,7 persen mengalami batuk, 3,9 persen melaporkan mati rasa pada anggota tubuh, dan 3,6 persen mengalami gangguan penglihatan. Orang-orang yang melaporkan beberapa gejala tertentu mencakup 33 persen dari angka total.

Sama seperti survei yang kami laporkan sebelumnya, para peneliti tidak melakukan survei perbandingan dengan orang-orang yang tidak terinfeksi virus. Maka itu, mereka mengatakan sulit untuk mengonfirmasi tiap gejala yang muncul sebagai gejala sisa COVID 19.

Beragam pengobatan diuji coba untuk berbagai gejala tersebut, tetapi semuanya merupakan pengobatan untuk kasus yang bergejala ketimbang untuk kasus spesifik.

Informasi ini akurat tertanggal 4 Juli.

Q436: Long COVID (1)
Penelitian Kementerian Kesehatan, bagian 1

Hingga akhir Juni 2022, jumlah penularan virus korona di Jepang telah mencapai lebih dari 9,3 juta kasus.

Sejumlah pasien tetap mengalami kondisi yang buruk meski telah sembuh. Para pakar meyakini kondisi buruk tersebut merupakan dampak yang dialami setelah menderita virus korona atau disebut dengan istilah gejala sisa COVID atau “long COVID”.

Mulai hari ini hingga beberapa episode mendatang, kami akan mengulas sejumlah penjelasan detail yang sejauh ini telah diketahui tentang “long COVID” dan bagaimana simtomnya.

Satu tim kementerian kesehatan yang dipimpin oleh Profesor Yokoyama Akihito dari Universitas Kochi menyurvei lebih dari 1.000 pasien di seluruh Jepang yang pernah dirawat di rumah sakit karena mengalami gejala moderat dan parah dalam kurun waktu satu tahun hingga September 2021.

Para peneliti memeriksa gejala yang dialami orang-orang tersebut tiap tiga bulan, berdasarkan catatan pertanyaan dari dokter dan jawaban pasien. Tiga bulan setelah tertular, sekitar 50 persen pasien yang disurvei melaporkan adanya pelemahan otot, sekitar 30 persen mengatakan merasakan sesak napas, 25 persen mengalami kelelahan, lebih dari 20 persen mengeluh sulit tidur, dan sekitar 18 persen kesulitan berkonsentrasi, nyeri otot, serta batuk. Beberapa di antara mereka melaporkan berbagai gejala.

Bagaimanapun, jumlah orang yang mengeluh berbagai gejala tersebut trennya menurun seiring dengan waktu. Satu tahun setelah tertular, 10,1 persen mengatakan sulit tidur, 9,3 persen mengeluhkan pelemahan otot, 6 persen mengaku sesak napas, 5,3 persen sulit berkonsentrasi, 5 persen mengalami batuk, 4,9 persen mengeluhkan kelelahan, dan 4,6 persen melaporkan nyeri otot.

Orang-orang yang melaporkan beberapa jenis gejala tersebut mencakup 13,6 persen dari angka total. Para peneliti mengatakan orang-orang yang menderita gangguan pernapasan yang berat, cenderung mengalami gejala sisa COVID yang lebih lama.

Informasi ini akurat tertanggal 1 Juli.

Q435: Menggunakan masker dan menghindari sengatan panas
(3) Keputusan tergantung dari situasi

Pembahasan kali ini adalah pertimbangan yang harus dibuat saat memutuskan untuk memakai masker atau tidak dalam kondisi tertentu.

Hirata Akimasa adalah seorang profesor di Institut Teknologi Nagoya dan anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengkaji risiko sengatan panas. Hirata mengatakan kita patut mewaspadai sengatan panas, terutama pada musim panas ketika suhu udara dan kelembapan sangat tinggi.

Ia mengatakan orang-orang cenderung lupa jika mereka haus sewaktu memakai masker. Akibatnya, asupan cairan ke dalam tubuh menjadi berkurang.

Hirata menjelaskan bahwa sengatan panas terjadi saat tubuh kita kehilangan cairan dan suhu tubuh meningkat. Ia menyarankan orang-orang untuk meminum banyak cairan, karena risiko mengalami sengatan panas dan dehidrasi akan meningkat ketika kita tidak mengasup cukup cairan.

Terkait pemakaian masker, Hirata mengatakan masker boleh dilepas selagi kita bisa menjaga jarak dengan orang lain. Bagaimanapun, orang-orang diminta untuk tetap menggunakan masker di lokasi yang sangat berisiko mengalami penularan.

Ia mengatakan yang terpenting adalah keputusan untuk tidak memakai masker dibuat dengan menyesuaikan tempat dan kondisinya.

Informasi ini akurat hingga 14 Juni 2022.

Q434: Menggunakan masker dan menghindari sengatan panas
(2) Apakah masker memiliki risiko?

Kali ini kami akan membahas tentang apakah memakai masker meningkatkan risiko sengatan panas.

Kami bertanya kepada Hirata Akimasa, profesor di Institut Teknologi Nagoya dan anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mempelajari risiko sengatan panas. Hirata mengatakan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa memakai masker sedikit memengaruhi suhu tubuh selain di area yang ditutupi masker dan sekitarnya. Ia menyebutkan suhu tubuh bagian dalam pemakai masker meningkat 0,06 hingga 0,08 derajat Celsius, yaitu jauh di bawah satu derajat, merupakan indikasi kasar risiko sengatan panas.

Hirata mengatakan hal ini mengisyaratkan bahwa memakai masker tampaknya tidak akan mengarah pada meningkatnya risiko sengatan panas secara signifikan. Namun, menurutnya seseorang dapat menghadapi peningkatan risiko sengatan panas jika orang itu memakai masker dan melakukan olahraga intens.

Ia juga mengatakan terdapat sedikit data mengenai anak kecil dan balita terkait memakai masker dan risiko sengatan panas. Ia mengimbau para wali anak agar meningkatkan kesiagaan terhadap sengatan panas sejalan dengan panduan pemerintah.

Informasi ini akurat hingga 13 Juni 2022.

Q433: Menggunakan masker dan menghindari sengatan panas
(1) Cara mempertimbangkan pemakaian masker

Memakai masker adalah bagian dari langkah pencegahan virus korona. Namun, dengan udara yang lebih hangat, memakai masker dapat terasa panas dan gerah. Dalam serial terbaru ini, kami memberikan informasi tentang cara menggunakan masker dengan efektif sambil menghindari sengatan panas di tengah temperatur yang meningkat.

Pada 23 Mei, pemerintah Jepang membuat perubahan atas kebijakan respons dasarnya bagi virus korona.

Para pejabat mengatakan pemakaian masker masih merupakan langkah pencegahan virus yang sangat penting, tetapi mereka mengatakan bisa melepaskan masker dalam situasi tertentu.

Di luar ruang, masker dapat dilepaskan saat jarak 2 meter atau lebih dapat dipertahankan. Meski jika terdapat orang-orang di dekat kita, pemakaian masker tidak diperlukan jika Anda tidak akan melakukan percakapan. Pemerintah merekomendasikan untuk melepaskan masker terutama pada bulan-bulan musim panas guna mencegah sengatan panas.

Di dalam ruang, masker dapat dilepaskan saat jarak 2 meter atau lebih dapat dipertahankan, atau saat tidak ada percakapan sama sekali.

Di sekolah, masker dapat dilepaskan selama kelas olahraga. Panduan ini juga berlaku bagi kegiatan klub ekstrakurikuler. Bagi pertandingan olahraga yang melibatkan kontak, panduan yang disiapkan oleh asosiasi olahraga harus diikuti.

Masker tidak direkomendasikan bagi anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Bagi anak-anak prasekolah usia dua tahun ke atas, masker tidak diperlukan di taman kanak-kanak, terlepas dari jarak fisik.

Informasi ini akurat hingga 10 Juni 2022.

Q432: Vaksinasi untuk anak-anak
(9) Haruskan anak-anak mendapat vaksinasi?

Dalam bagian terakhir serial ini, kami akan mengulas mengenai pandangan pakar terhadap vaksinasi bagi anak-anak.

Profesor Nakayama Tetsuo dari Universitas Kitasato, seorang dokter anak yang amat memahami vaksinasi, menyampaikan pandangannya. Menurut Profesor Nakayama, meski ia merekomendasikan anak-anak yang memiliki penyakit penyerta seperti asma parah agar divaksinasi, ia menganjurkan keluarga anak-anak yang tidak memiliki masalah kesehatan agar membuat keputusan berdasarkan gaya hidup anak tersebut serta situasi rumah tangga masing-masing. Nakayama merekomendasikan vaksinasi bagi anak-anak yang sering pergi ke sejumlah lokasi tempat banyak orang berkumpul, temasuk aktivitas di luar sekolah, aktivitas klub sekolah, atau mengikuti olahraga. Ia juga menganjurkan vaksinasi bagi anak-anak yang hidup bersama kakek-nenek guna melindungi orang-orang yang dicintainya itu.

Nakayama menambahkan, vaksin secara umum telah membantu kita menjalani hidup yang sehat. Dalam kasus campak, misalnya, hanya satu dari seribu orang yang tertular telah mengalami gejala parah, termasuk ensefalitis. Meski demikian, orang-orang tetap diberikan vaksinasi dan jarang mendapat penyakit itu.

Menurut Nakayama, kita harus menganggap vaksin virus korona seperti semua vaksin lainnya. Ia juga menekankan pentingnya masyarakat untuk mengedukasi diri sendiri mengenai vaksin dan penyakit menular.

Informasi ini akurat tertanggal 18 Mei 2022.

Q431: Vaksinasi untuk anak-anak
(8) Haruskan mengkhawatirkan teknologi baru vaksin?

Dalam bagian ini, kami akan mengulas mengenai apakah kita harus khawatir terhadap vaksin virus korona karena menggunakan teknologi baru.

Vaksin virus korona menerapkan teknologi mRNA atau RNA pengirim pesan untuk pertama kalinya di dunia. Teknologi ini telah dipelajari selama lebih dari 30 tahun terkait kemungkinan penggunaannya untuk mengobati penyakit. RNA pengirim pesan merupakan zat yang mudah memecah. Zat ini terpecah dan menghilang dalam beberapa hari setelah vaksinasi diberikan.

Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan zat tersebut tidak akan menetap di dalam tubuh atau berdampak buruk. Ditambahkannya, vaksin tersebut cenderung tidak akan menjadi penyebab penyakit dalam bertahun-tahun setelah vaksinasi dilakukan.

Informasi ini akurat tertanggal 17 Mei 2022.

Q430: Vaksinasi untuk anak-anak
(7) Kemungkinan efek samping yang serius

Fokus pembahasan kali ini adalah kemungkinan efek samping yang serius dari vaksinasi.

Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan pembengkakan otot jantung yang memengaruhi fungsinya diketahui terjadi setelah vaksinasi, namun jumlah kasusnya sangat jarang terjadi. Hingga 1 April, sebanyak 534.000 suntikan telah diberikan kepada anak-anak usia 5 hingga 11 tahun di Jepang. Hanya satu anak yang mengalami gejala semacam itu.

Amerika Serikat telah memulai vaksinasi kepada anak-anak sebelum Jepang. Negara itu melakukan lebih banyak penelitian terkait efek samping. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, tidak ada kasus efek samping yang memengaruhi jantung dalam 1 juta kasus setelah vaksinasi pertama yang diberikan kepada anak lelaki. Jumlahnya mencapai 4,3 kasus setelah suntikan kedua.

Untuk anak perempuan, data setelah vaksinasi pertama tidak mencukupi. Setelah vaksin dosis kedua, ada dua kasus efek samping semacam ini untuk tiap 1 juta vaksinasi. Dalam semua kasus, gejalanya ringan dan anak-anak tersebut telah pulih kembali.

AS melaporkan bahwa dua anak meninggal setelah divaksin. Namun, dua anak tersebut sebelumnya sudah memiliki penyakit bawaan dan dalam kondisi tidak sehat, bahkan sebelum menerima suntikan, dan tidak ada data yang mengaitkan antara kematian mereka dengan vaksin.

Informasi ini tertanggal 16 Mei 2022.

Q429: Vaksinasi untuk anak-anak
(6) Kemungkinan efek samping

Fokus pembahasan kali ini adalah kemungkinan efek samping vaksin.

Vaksinasi bisa menyebabkan reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi atau KIPI. Setelah divaksin, orang-orang bisa mengalami demam atau merasakan sakit di bekas suntikan. Itu terjadi karena sistem imun kita merespons vaksin, atau karena sistem imun tengah "belajar" mengindentifikasi virus korona.

Mari kita cermati sejumlah gejala spesifik KIPI tersebut.

Menurut penelitian perusahaan farmasi AS, Pfizer, terhadap anak-anak yang diberikan vaksin, sebanyak 74 persen melaporkan rasa sakit di sekitar titik bekas suntikan setelah pemberian dosis pertama. Sementara 71 persen menyatakan rasa sakit terjadi setelah dosis kedua.

Kelelahan dilaporkan terjadi dalam 34 persen kasus setelah dosis pertama dan 39 persen setelah suntikan kedua. Demam 38 derajat Celsius atau lebih dilaporkan sebanyak 3 persen kasus setelah dosis pertama dan 7 persen setelah injeksi dosis kedua.

Penelitian itu menunjukkan bahwa anak-anak usia 5 hingga 11 tahun tidak terlalu mengalami efek samping dibandingkan orang dewasa. Kebanyakan anak mengalami gejala ringan, seperti sakit pada otot atau sulit menggerakkan lengan, tetapi rasa tidak nyaman itu hilang dalam sehari atau dua hari.

Informasi ini tertanggal 13 Mei 2022.

Q428: Vaksinasi untuk anak-anak
(5) Efektivitas vaksin

Fokus pembahasan kali ini adalah efektivitas vaksin dalam mencegah penularan di antara anak-anak.

Pada 2021, perusahaan farmasi AS, Pfizer, melakukan uji coba klinis vaksin buatannya terhadap anak-anak usia 5 hingga 11 tahun. Produsen obat-obatan itu mengatakan hasilnya menunjukkan bahwa vaksin tersebut 90,7 persen efektif mencegah penularan bergejala pada anak-anak dalam kurun waktu tujuh hari atau lebih setelah mendapatkan dosis kedua.

Namun, diketahui bahwa vaksin tersebut tidak terlalu efektif dalam mengatasi Omicron, varian virus korona yang saat ini tengah menyebar di Jepang dan bagian dunia lainnya.

Dalam laporan yang dirilis pada 11 Maret 2022, para peneliti AS mengatakan kajian mereka menunjukkan bahwa dua dosis vaksin Pfizer mengurangi risiko penularan Omicron sebesar 31 persen bagi kalangan usia 5 hingga 11 tahun.

Dalam kajian yang diterbitkan pada 30 Maret, peneliti AS mengatakan efektivitas vaksin dalam mencegah rawat inap di antara anak-anak usia 5 hingga 11 tahun pada periode Omicron tercatat 68 persen. Kajian itu mengatakan hampir seluruh anak yang mengalami gejala parah adalah kelompok yang tidak divaksin.

Data tersebut menunjukkan bahwa meski vaksinasi tidak sepenuhnya mencegah penularan, tetapi efektif mencegah anak-anak mengalami gejala parah yang membutuhkan rawat inap.

Informasi ini tertanggal 12 Mei 2022.

Q427: Vaksinasi untuk anak-anak
(4) Gejala COVID-19 pada anak-anak

Kali ini kami akan menyajikan data mengenai gejala COVID-19 pada anak-anak.

Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan 314.370 kasus baru penularan virus korona dilaporkan di seluruh negeri selama satu pekan hingga 19 April. Dari jumlah kasus tersebut, penularan pada anak-anak berusia 10 tahun ke bawah mencapai 47.659, atau sekitar 15,2 persen. Ini merupakan yang tertinggi di antara seluruh kelompok usia.

Selama dua tahun terakhir sejak pandemi terjadi, 959.662 anak-anak berusia 10 tahun ke bawah dilaporkan tertular virus korona. Empat di antaranya meninggal dunia.

Dalam satu pekan hingga 19 April, empat orang anak berada dalam kondisi serius.

Sebagian besar pasien anak mengalami gejala ringan meskipun terkadang gejalanya mencakup suhu badan yang tinggi, muntah, dan kesulitan bernapas akibat pembengkakan di tenggorokan. Asosiasi Dokter Anak Jepang menyatakan anak-anak dengan penyakit jantung atau paru-paru memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala serius. Kasus tanpa gejala sekalipun dapat menyebabkan gejala berkepanjangan seperti batuk dan kesulitan bernapas.

Informasi ini tertanggal 11 Mei.

Q426: Vaksinasi untuk anak-anak
(3) Apakah anak-anak sebaiknya divaksinasi?

Kali ini kami akan membahas pertanyaan “Apakah anak-anak sebaiknya divaksinasi?”

Tiap keluarga menghadapi situasi berbeda dan memiliki cara berpikir masing-masing. Lantas, apa yang perlu dipertimbangkan saat memutuskan apakah akan memvaksinasi anak-anak?

Poin pentingnya adalah menimbang manfaat yang diharapkan serta risiko yang mungkin terjadi setelah divaksinasi. Di antara manfaat vaksinasi adalah mencegah anak-anak tertular virus korona dan mengalami sakit serius, mencegah penyebaran virus ke orang lain, serta memberikan rasa aman di sekolah dan tempat-tempat lainnya. Sementara itu, risiko vaksinasi mencakup ancaman munculnya efek samping, yaitu reaksi yang tidak diinginkan terhadap vaksin.

Para pakar mengungkapkan poin-poin lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah fakta bahwa penularan virus korona masih menyebar luas di kalangan anak-anak meskipun disebutkan bahwa kasus gejala parah jarang terjadi di Jepang. Sebagai tambahan, para pakar menyatakan bahwa poin lainnya yang perlu diperhatikan adalah berkurangnya efikasi vaksin dalam mencegah penularan varian Omicron yang dominan di Jepang dan seluruh dunia.

Vaksinasi virus korona tersedia gratis bagi anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun, sama seperti untuk kelompok usia lainnya. Namun, berbeda dengan vaksin lainnya, seperti untuk campak, cacar air, dan radang otak Encephalitis Jepang (JE), tidak ada ketetapan hukum yang mengharuskan wali mengupayakan vaksinasi untuk anaknya.

Penting bagi keluarga untuk mempertimbangkan bersama anak-anak mereka mengenai apa yang harus dilakukan. Dalam bagian berikutnya, kami akan menyajikan data untuk membantu orang-orang mengambil keputusan.

Informasi ini tertanggal 10 Mei.

Q425: Vaksinasi untuk anak-anak
(2) Bagaimana cara kerja vaksin?

Kali ini kami mengulas tentang cara kerja vaksin.

Vaksin memberikan perlindungan terhadap virus korona dengan memicu respons pada “sistem kekebalan” tubuh kita yang melawan penyerang dari luar seperti virus dan bakteri. Virus korona memiliki “protein spike” yang mencuat dari permukaannya. Vaksin-vaksin virus korona mengandung “messenger RNA”, sebuah zat yang mengirim instruksi tentang cara menghasilkan “protein spike”. Saat vaksin disuntikkan, “protein spike” dibuat di dalam tubuh kita berdasarkan instruksi tersebut.

“Protein spike” merupakan bagian dari virus korona dan “sistem kekebalan” kita mengenalinya sebagai sesuatu yang seharusnya tidak berada di sana serta menghasilkan sebuah zat yang disebut “antibodi” yang berperan sebagai senjata untuk melawan virus itu. Dengan begitu, tubuh kita mempelajari cara memerangi infeksi saat virus yang sesungguhnya masuk ke badan kita.

Saat kita terinfeksi virus korona tanpa divaksinasi, “sistem kekebalan” kita mencoba melawannya dengan memproduksi “antibodi” yang menyerupai bentuk virus korona yang telah masuk ke tubuh. Namun, tubuh kita mungkin tidak mampu memproduksi “antibodi” yang cukup dan kurang cepat, atau virus tersebut mungkin terlalu kuat untuk dilawan. Saat itulah kita mengalami gejala seperti batuk dan rasa lelah yang ekstrem, terkadang menjadi sakit parah. Dengan divaksinasi membuat tubuh kita menghasilkan “antibodi” penangkal virus sebelumnya. Dengan mempersiapkan tubuh kita bagi serangan virus di masa depan, kita dapat mencegah infeksi, berkembangnya gejala, serta menjadi sakit parah akibat virus tersebut.

Informasi ini akurat hingga 9 Mei 2022.

Q424: Vaksinasi untuk anak-anak
(1) Berapa anak telah divaksinasi?

Jepang mulai memvaksinasi anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun sejak sekitar dua bulan lalu. Sekitar 9 persen anak-anak pada kelompok usia tersebut telah menerima dua suntikan. Anak-anak tampaknya tidak mengalami gejala serius akibat virus korona. Namun, jumlah kasus penularan pada anak-anak mengkhawatirkan karena tidak menurun. Apakah manfaat vaksinasi juga melebihi risikonya terhadap anak-anak? Dalam serial ini kami memberikan informasi, termasuk data baru, guna membantu anak-anak dan orang tua bersama-sama memutuskan untuk menerima vaksinasi atau tidak.

Vaksinasi anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun dimulai di Jepang pada Februari 2022. Vaksinasi tersebut menggunakan vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat (AS), Pfizer. Dua suntikan diberikan kepada anak-anak dalam rentang waktu tiga pekan. Dosisnya adalah sepertiga dari suntikan yang diberikan kepada orang dewasa.

Hingga 2 Mei 2022, lebih dari 998.000 anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun telah menerima setidaknya satu suntikan. Jumlah ini mencakup sekitar 13,5 persen dari 7.410.000 anak-anak pada kelompok usia tersebut di Jepang. Hampir 660.000 anak-anak, atau 8,9 persen, telah menerima dua suntikan.

Beberapa negara mulai memvaksinasi anak-anak lebih cepat dibandingkan Jepang. Di AS, 28,3 persen anak-anak telah divaksinasi dua kali terhitung hingga 20 April. Di Kanada, 40,7 persen terhitung hingga 10 April.

Informasi ini akurat hingga 6 Mei 2022.

Q423: Apakah yang dimaksud varian “BA.2” dan “XE”?
(6) Langkah pencegahan mendasar tetap sama

Dalam bagian terakhir kali ini, kami melihat pada langkah sehari-hari untuk mencegah penularan.

Selain rekombinan dan subvarian yang kami angkat dalam bagian-bagian sebelumnya, juga terdapat subvarian Omicron "BA.4" dan "BA.5", yang ditemukan di Afrika Selatan dan tempat-tempat lain. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa kita masih menghadapi risiko tinggi varian-varian baru virus korona muncul dari kombinasi beberapa varian. Para pejabat WHO mengatakan, karena itu, kita harus melanjutkan analisis genetik virus korona dan berbagi datanya.

Profesor Hamada Atsuro dari Rumah Sakit Universitas Kesehatan Tokyo mengatakan "BA.4" dan "BA.5" adalah subvarian dari Omicron, seperti juga "BA.2". Ia mengatakan subvarian-subvarian ini terjadi saat virus korona varian Omicron bermutasi dalam proses penularan dan multiplikasi.

Menurutnya, penting memerhatikan setiap varian yang muncul bahkan sebelum kita tahu apakah varian itu akan menjadi ancaman yang besar. Ia mengatakan, meskipun para pakar menduga bahwa varian "XE" kemungkinan lebih menular di antara rekombinan-rekombinan lain, kita masih belum dapat mengatakan apakah varian itu akan menimbulkan gelombang besar penularan yang baru. Hamada mengatakan kita harus memperhatikan kemungkinan munculnya varian yang sama sekali berbeda. Ia mengatakan itulah mengapa kita harus mempertahankan sistem pemantauan dan terus menjalankan analisis genom virus.

Profesor Wda Koji dari Univeritas Internasional Kesehatan dan Kesejahteraan mengatakan varian-varian virus korona yang ditemukan sejauh ini tidak memiliki mutasi yang di luar imajinasi kita. Ia mengatakan sambil memperhatikan perkembangan lebih lanjut, ia memperkirakan tidak akan ada perubahan besar dalam langkah kita untuk menghadapi penularan.

Wada mengatakan sekarang ini penularan didominasi varian "BA.2", dan mungkin akan bergeser ke varian "XE". Tapi, menurutnya, perubahan dalam varian tidak akan mengubah langkah pencegahan penularan yang kita harus lakukan dalam kehidupan sehari-hari, maupun menurunkan perlunya mendapatkan suntikan vaksinasi penguat COVID-19.

Informasi ini akurat tertanggal 28 April.

Q422: Apakah yang dimaksud varian “BA.2” dan “XE”?
(5) Rekombinasi varian-varian COVID-19

Dalam bagian ini, kami berfokus pada varian-varian yang merupakan kombinasi dari beberapa varian.

Di bagian sebelumnya, kami membahas rekombinan "XE", yaitu kombinasi dari subvarian Omicron "BA.1" dan "BA.2". Namun, XE bukan satu-satunya varian rekombinasi.

Varian "XD" dan "XF" keduanya adalah kombinasi varian Delta, yang dominan dalam gelombang kelima yang menimpa Jepang pada musim panas 2021, dengan subvarian Omicron BA.1.

XD sebagian besarnya adalah Delta, tetapi dengan protein spike dari BA.1.

Dokumen-dokumen otoritas kesehatan Inggris mengatakan XD pertama kali terdeteksi pada 13 Desember 2021. Dokumen itu menyatakan bahwa hingga 1 April 2022, sebanyak 66 kasus XD telah dilaporkan di Prancis, 8 kasus di Denmark, dan satu kasus di Belgia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat XD sebagai varian yang tengah dipantau (VUM). VUM didefinisikan sebagai varian COVID-19 yang dampaknya belum jelas, seperti tingkat keparahan gejala yang diakibatkan dan apakah vaksin dapat efektif terhadap varian tersebut. WHO mengatakan penyebaran XD terbatas.

XF sebagian besarnya BA.1, termasuk protein spike-nya, dengan sejumlah unsur dari Delta. Otoritas kesehatan Inggris mengatakan sebanyak 39 kasus XF telah ditemukan di Inggris mulai 7 Januari tahun ini. Namun, mereka mengatakan tidak ada kasus yang dilaporkan setelah 14 Februari.

Informasi ini akurat tertanggal 27 April.

Q421: Apakah yang dimaksud varian “BA.2” dan “XE”?
(4) Galur XE

Dalam bagian ini kami akan memfokuskan pada galur “XE” dari varian Omicron.

Kasus-kasus galur “XE”, yang merupakan kombinasi dari berbagai varian, dilaporkan di Inggris dan negara-negara lainnya.

Kementerian Kesehatan Jepang mengumumkan pada 11 April telah mendeteksi kasus pertama galur XE di negara ini di lokasi karantina di bandara.

Virus mendapatkan karakteristik baru ketika mutasi ulang yang kecil, tetapi rekombinan baru varian itu terjadi ketika varian yang berbeda menginfeksi orang yang sama dan menggabungkan material genetikanya.

“XE” merupakan rekombinan Omicron “BA.1” dan “BA.2”. Sebagian besar “XE” termasuk protein spike pada permukaan virus yang memainkan peranan penting ketika menginfeksi sel manusia, serupa dengan “BA.2”, sementara sisanya mirip “BA.1”.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan “XE” merupakan tipe dari Omicron. Otoritas kesehatan Inggris menyatakan sebuah laporan sejak pertama kali galur “XE” terdeteksi pada 19 Januari 2022, sebanyak 1.179 kasus varian rekombinan telah dilaporkan di negara itu hingga 5 April.

Ada infeksi klaster yang kecil, tetapi galur itu telah terjadi pada kurang dari 1 persen dari kasus yang dianalisisnya telah dilakukan di negara tersebut.

Otoritas kesehatan Inggris melakukan analisis dengan menggunakan model matematika berdasarkan data hingga 30 Maret dan memperkirakan tingkat infeksi galur XE lebih cepat 12,6 persen dibandingkan BA.2.

Informasi ini akurat hingga 26 April.

Q420: Apakah yang dimaksud varian “BA.2” dan “XE”?
(3) “BA.2” dominan dalam gelombang ke-7

Dalam bagian ini kami akan memfokuskan pada kemungkinan penyebaran dari sub-varian Omicron “BA.2” di Jepang, mendatang.

Suzuki Motoi merupakan kepala Pusat Pengawasan, Imunisasi, dan Riset Epidemologi di Institut Nasional Penyakit Menular. Ia mengatakan “BA.2” diperkirakan akan menjadi galur yang dominan dalam gelombang ketujuh penularan COVID-19. Ia mengatakan bahwa “BA.2” diyakini sedikit lebih menular dibandingkan “BA.1”, persiapan untuk memperkuat sistem perawatan medis akan dibutuhkan dengan memperhitungkan bahwa gelombang ketujuh akan lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

Ketika varian Omicron “BA.1” mulai menyebar di gelombang keenam, orang-orang tampak kurang waspada karena Omicron disebutkan memiliki risiko lebih rendah menjadi penyakit serius dibandingkan varian Delta. Namun, jumlah penularan dalam gelombang keenam secara signifikan lebih besar dengan gelombang sebelumnya dan menyebabkan jumlah kematian yang lebih tinggi. Ada kekhawatiran bahwa situasi itu dapat terjadi dengan “BA.2”.

Profesor Hamada Atsuo dari Rumah Sakit Universitas Kedokteran Tokyo mengatakan galur “BA.2” diyakini telah menggantikan varian lainnya sebagai sumber infeksi terbesar di sebagian besar negara di dunia. Ia menekankan situasi itu terjadi lebih dari 90 persen kasus di sejumlah negara Eropa. Ia menekankan penting bagi Jepang untuk sedikit lebih memperketat langkah-langkah pencegahan penularan dengan mengurangi kontak orang per orang, juga mendorong vaksin penguat.

Ia menambahkan bahwa jumlah kasus baru meningkat terutama di kalangan usia 20-an tahun, langkah-langkah menargetkan kelompok usia tersebut mungkin merupakan kunci untuk mengurangi lonjakan infeksi.

Informasi ini akurat hingga 25 April.

Q419: Apakah yang dimaksud varian “BA.2” dan “XE”?
(2) Karakteristik dari “BA.2” dan efikasi vaksin

Dalam bagian ini kami akan memfokuskan pada sub-varian yang lebih mudah menular dan efikasi dari vaksin.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan “BA.2” lebih mudah menular dibandingkan “BA.1” yang menjadi galur utama di seluruh dunia selama gelombang keenam penularan. Sebuah analisis data dari Denmark menunjukkan bahwa waktu penularan “BA.2” 15 persen lebih pendek dibandingkan “BA.1” dan menemukan bahwa jumlah reproduksi yang efektif, yang merupakan jumlah rata-rata orang pembawa virus akan menginfeksi orang lain tampaknya 26 persen lebih tinggi dibandingkan “BA.1”. Risiko mengembangkan penyakit serius, di sisi lain, tampaknya akan lebih rendah.

WHO menyinggung analisis dari Inggris yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam tingkat rawat inap rumah sakit antara orang yang terinfeksi “BA.1” dan “BA.2”. WHO menambahkan orang yang terinfeksi dengan “BA.1” masih dapat tertular “BA.2”.

Para peneliti di Inggris menemukan bahwa orang yang terinfeksi dengan “BA.1” setidaknya satu pekan setelah menerima vaksin penguat tidak mengalami gejala dalam 71,3 persen kasus. Jumlah itu hanya sedikit meningkat menjadi 72,2 persen untuk “BA.2”. Efikasi vaksin menurun menjadi 45,5 persen untuk “BA.1” dan 48,4 persen untuk “BA.2” setidaknya 15 pekan setelah tiga kali vaksin.

Informasi ini akurat hingga 22 April.

Q418: Apakah yang dimaksud varian “BA.2” dan “XE”?
(1) “BA.2” menyebar ke seluruh dunia

“BA.2” merupakan subvarian Omicron yang lebih mudah menular. Pada 11 April, Jepang mengonfirmasi kasus pertama “XE” yaitu varian berbeda dari Omicron. Kasus ini ditemukan pada seorang wanita yang tiba dari Amerika Serikat (AS). Ini adalah bagian pertama dari serial mengenai varian virus korona dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah penularan dan penyebarannya.

Virus korona sudah berulang kali bermutasi saat menyebar ke seluruh dunia. Saat ini varian yang dominan di seluruh dunia adalah subvarian “BA.2” Omicron yang bermutasi dari “BA.1”. Mutasi ditemukan dalam bagian dari material genetik protein spike di permukaan virus. Protein spike tersebut memainkan peran penting ketika virus menular ke sel manusia.

Persentase orang yang tertular “BA.2” terus meningkat. Otoritas kesehatan Inggris mengatakan mereka yang tertular subvarian ini mencakup 93,9 persen dari orang-orang yang tertular dalam satu pekan hingga 27 Maret. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memperkirakan bahwa “BA.2” mencakup 72,2 persen dalam satu pekan hingga 2 April.

Menurut perkiraan Institut Nasional Penyakit Menular Jepang yang didasarkan atas data dari perusahaan pengetesan swasta, penularan dari subvarian “BA.2” mencapai sekitar 30 persen dari mereka yang tertular di seluruh negeri hingga pertengahan Maret. Namun, institut itu meyakini bahwa jumlah penularan akan melonjak menjadi 93 persen dalam pekan pertama Mei dan mendekati 100 persen pada pekan pertama Juni.

Transmisi komunitas “BA.1” pertama kali dikonfirmasikan di Jepang pada akhir Desember 2021. Dalam hanya beberapa pekan hingga pertengahan Januari tahun ini, varian ini sudah menggantikan varian Delta sebagai varian dominan penularan.

Transmisi komunitas “BA.2” pertama kali dikonfirmasi di Tokyo pada pertengahan Februari. Lajunya dalam menggantikan “BA.1” tidaklah secepat peralihan dari varian Delta ke “BA.1”, tetapi secara stabil mendominasi.

Informasi ini akurat tertanggal 21 April.

Q417: Studi kasus 422 pasien yang mengalami gejala sisa virus korona
(5) Hasil studi yang akan digunakan untuk perawatan mendatang

Dalam bagian kelima dari serial mengenai gejala sisa jangka panjang virus korona, kami akan mengulas mengenai pengobatan di masa mendatang bagi pasien.

Otoritas di Provinsi Saitama dan Asosiasi Medis Saitama telah menganalisis pasien dengan gejala sisa jangka panjang yang kebanyakan tertular dari melonjaknya varian Omicron. Mereka mengubah hasil analisis menjadi panduan untuk diagnosis dan pengobatan. Para pejabat juga berencana mempelajari pasien yang tertular Omicron bergejala sisa jangka panjang.

Para pejabat Saitama berencana untuk meningkatkan jumlah institusi medis di provinsi itu yang dapat menangani pasien dengan gejala sisa jangka panjang hingga lebih dari 140. Mereka ingin memiliki institusi semacam itu tersebar rata di penjuru provinsi tersebut. Maruki Yuichi, pejabat tinggi Asosiasi Medis Saitama memperkirakan pasien bergejala sisa jangka panjang dalam gelombang penularan berikutnya jumlahnya akan menjadi dua kali lipat atau lebih dari tingkat yang tercatat dalam gelombang kelima. Ia mengatakan pengetahuan baru yang didapat dari mengamati pasien-pasien semacam itu akan ditambahkan ke dalam panduan. Ia berharap ini akan memungkinkan para dokter untuk merawat pasien virus korona dengan pemahaman lebih baik atas kondisinya.

Informasi ini akurat tertanggal 20 April.

Q416: Studi kasus 422 pasien yang mengalami gejala sisa virus korona
(4) Upaya tak kenal lelah membuahkan hasil

Dalam bagian keempat serial mengenai gejala sisa jangka panjang setelah tertular, kami melaporkan satu kasus seorang pasien yang kondisinya membaik berkat upaya berkelanjutan.

Pasien ini adalah gadis berusia 16 tahun di Provinsi Saitama. Ia tertular virus korona pada Mei 2021, tak lama setelah masuk SMA. Ia mengalami sakit kepala yang parah, kesulitan bernapas, dan demam hampir 39 derajat Celsius. Ia memulihkan diri di hotel karantina yang ditetapkan pemerintah lalu kembali ke sekolah. Namun, tak lama kemudian ia menderita sejumlah masalah seperti pusing, sakit kepala, kelelahan ekstrem, serta perubahan indra pengecap dan penciuman. Pada musim gugur tahun itu, ia tidak dapat pergi ke sekolah karena vertigo yang melumpuhkan. Ia harus menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat tidur. Ia mendatangi empat institusi medis, tetapi gejala-gejala yang dialaminya tidak membaik.

Pelajar itu kemudian mengunjungi klinik telinga, hidung, dan tenggorokan yang memiliki bagian spesialis kondisi pasca COVID-19. Seorang dokter di sana mengusulkan pasien ini menjalani pelatihan untuk mengurangi rasa pusing dan merehabilitasi indra penciumannya.

Pasien itu diminta untuk menatap satu titik di dinding dan mengerakkan matanya ke atas, bawah, kiri, dan kanan seperti yang diperintahkan, tanpa menggerakkan kepala atau bagian tubuh lainnya. Latihan ini ditujukan untuk memulihkan indra keseimbangannya. Dalam latihan lain yang ditujukan untuk memulihkan indra penciumannya, pasien ini diminta untuk mencium minyak esensial dengan aroma seperti lavender atau lemon sambil melihat gambar-gambar tanamannya. Tujuan latihan ini adalah membentuk kembali hubungan antara aroma dan memorinya. Ia menjalani latihan-latihan itu di rumah setiap hari dan kondisinya berangsur membaik.

Direktur klinik tersebut, Sakata Hideaki, menyampaikan bahwa pasien yang menemui dengan segera dan menerima perawatan yang tepat cenderung pulih relatif baik. Namun, ia mengatakan bahwa sejumlah pasien yang menunggu tiga atau enam bulan sebelum mengupayakan bantuan medis merasakan sedikit perbaikan kondisi. Ia mengatakan situasinya tidak memberikan rasa optimis karena ia memperkirakan lebih banyak pasien pasca COVID-19 dari gelombang penularan keenam.

Informasi ini akurat tertanggal 19 April.

Q415: Studi kasus 422 pasien yang mengalami gejala sisa virus korona
(3) Setelah lebih dari enam bulan

Pada bagian ketiga seri mengenai gejala sisa jangka panjang pasca tertular virus korona, kami mengulas tentang kasus yang dialami seorang pasien yang masih mengalami gejala sisa meski lebih dari enam bulan telah sembuh dari penyakit ini.

Kasus itu dialami seorang pria berusia 60 tahun yang tinggal di Provinsi Saitama. Ia tertular virus korona pada Agustus 2021. Ia mengalami kelelahan, pneumonia, dan demam hampir 39 derajat. Ia memulihkan diri di rumah tetapi kehilangan indra penciuman dan perasa, akibatnya ia menjadi tidak nafsu makan dan berat badannya turun lebih dari 10 kilogram.

Setelah sembuh, ia kembali bekerja di lokasi konstruksi. Namun, ia mengeluhkan kelelahan yang berlanjut dan sulit tidur. Ia berhenti bekerja pada Desember 2021 karena tidak bisa melanjutkan pekerjaannya.

Pria itu mengatakan ia mungkin hanya tidur sekitar satu jam dan saat terbangun tidak bisa tidur kembali sampai pagi. Saat bekerja ia mengatakan tidak memiliki daya tahan. Ia mengatakan sadar bahwa harus melakukan sesuatu, tetapi pikirannya mulai melayang dan anggota tubuhnya tidak bisa bergerak. Ia menyadari bahwa ia tidak akan bisa bekerja dengan kondisi seperti itu.

Seorang pakar kondisi pasca-COVID memberi tahu pria itu bahwa ia mengalami gejala yang disebut kabut otak, yang mencakup kelinglungan dan melemahnya daya ingatan serta konsentrasi. Ia minum obat dan mengikuti arahan dokter dalam menjalani kehidupan sehari-hari, tetapi kondisinya tidak membaik tujuh bulan setelahnya. Ia masih mengeluh lelah dan linglung. Pria itu mengatakan tidak menyangka bahwa kondisi ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Ia cemas akan masa depannya.

Dokter pria itu, Kodaira Makoto, mengatakan kelelahan dan kabut otak adalah dua gejala sisa yang cenderung berlangsung lebih lama, kadang selama enam bulan atau lebih lama. Ia mengatakan orang-orang dengan kondisi itu memerlukan dukungan berkelanjutan.

Informasi ini akurat tertanggal 18 April.

Q414: Studi kasus 422 pasien yang mengalami gejala sisa virus korona
(2) Panduan bagi dokter

Pada bagian kedua seri mengenai gejala sisa jangka panjang pasca tertular virus korona, kami mengulas tentang panduan untuk diagnosis dan perawatan yang disusun oleh para dokter di garda depan.

Provinsi Saitama dan Asosiasi Medis Saitama merilis hasil penelitian yang dilakukan antara Oktober 2021 hingga Januari 2022, terhadap 422 pasien yang mengalami gejala sisa jangka panjang virus korona. Para dokter yang menghimpun kajian ini menyusun sejumlah gejala sisa pasca COVID serta tindakan yang bisa dilakukan para pakar guna memperbaiki kondisi pasien.

Pertama, kita simak panduan yang diberikan oleh para dokter penyakit dalam.

1. Pasien cenderung mengalami beberapa gejala, termasuk kelelahan dan kabut otak, yaitu keadaan linglung, hilang ingatan, serta tidak fokus.
2. Butuh waktu enam bulan atau lebih untuk pulih kembali. Gejala ini kerap mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya.
3. Dokter harus memandu pasien yang tengah memulihkan diri untuk menyeimbangkan masa istirahat dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
4. Dokter harus membantu pasien dalam mengelola dan hidup bersama gejala sisa tersebut.

Sementara dokter THT memberikan panduan berikut ini.

1. Kondisi pasca-COVID cenderung lebih biasa terjadi di kalangan remaja.
2. Penderitanya mengalami penurunan kualitas hidup akibat perubahan pada indra penciuman dan perasa. Dukungan moral dan psikologis dari dokter berperan penting dalam pemulihan.
3. Latihan olfaktori. Ini adalah metode yang ditujukan untuk memperbaiki indra penciuman dengan mengendus beragam aroma, sebagai opsi perawatan.

Informasi ini akurat tertanggal 15 April.

Q413: Studi kasus 422 pasien yang mengalami gejala sisa virus korona
(1) Gejala apa saja yang dilaporkan terjadi?

Dalam seri ini kami akan mencermati gejala sisa jangka panjang virus korona.

Provinsi Saitama dan Asosiasi Medis Saitama merilis hasil penelitian yang dilakukan antara Oktober 2021 hingga Januari 2022, terhadap pasien-pasien yang mengalami gejala sisa jangka panjang virus korona. Kajian ini menelaah gejala yang dialami 422 pasien yang dipantau oleh tujuh rumah sakit di provinsi tersebut.

Studi ini menemukan 25,6 persen pasien mengalami gangguan penciuman, 16,6 persen bermasalah dengan pernapasan, termasuk sesak napas, 15,6 persen mengalami kelelahan, dan 14, 7 persen mengeluhkan batuk-batuk serta berdahak.

Sebanyak 9,7 persen mengalami kerontokan rambut, 9 persen menderita demam, sakit kepala, atau rasa tidak nyaman di bagian belakang kepala, dan 7,1 persen melaporkan adanya gangguan indra perasa.

Kajian ini juga menemukan sejumlah pasien yang terus mengalami gejala sisa selama sekitar satu tahun setelah didiagnosis.

Dalam segmen berikutnya, kami akan mencermati rangkuman panduan medis dalam laporan studi kasus ini.

Informasi ini akurat tertanggal 14 April.

Q412: Mengapa jumlah penularan masih tinggi pada gelombang ke-6 dan bagaimana perkembangan situasi mendatang? (5) Apa yang dapat dilakukan?

Dalam bagian kelima dan terakhir hari ini, kami melihat apa yang dapat kita lakukan untuk mempersiapkan kemungkinan apa yang akan terjadi.

Omi Shigeru, yang mengepalai panel penasihat virus korona bagi pemerintah Jepang, mengatakan pada 17 Maret bahwa jumlah kasus baru mungkin naik lagi setelah pencabutan langkah pencegahan intensif. Ia mengatakan hal yang penting adalah mempertahankan jumlah pasien dengan kondisi serius tetap rendah dan mencegah sistem layanan kesehatan kewalahan.

Omi mengatakan perlu divaksinasi, tetapi hal itu tidak cukup. Menurutnya, jumlah kematian akibat COVID akan bertambah, sebagaimana di negara-negara Eropa, kecuali jika kita tetap menjalankan prosedur pencegahan penularan. Ia menyerukan masyarakat agar terus mengenakan masker guna melindungi diri sendiri dan orang lain karena kasus penularan akibat droplet kecil dan aerosol tengah meningkat.

Profesor Wada Koji dari Universitas Kesehatan dan Kesejahteraan Internasional menekankan pentingnya mendapatkan vaksinasi penguat sesegera mungkin demi melindungi diri sendiri, keluarga, dan teman. Ia menyerukan semua orang termasuk warga muda agar divaksinasi penuh karena mereka menghadapi risiko tertular lebih tinggi setelah pelonggaran pembatasan. Ia juga mengatakan pemerintah harus menjelaskan apa yang akan pemerintah minta masyarakat dan tempat usaha lakukan setelah langkah pencegahan intensif dicabut.

Takayama Yoshihiro dari Universitas Chubu Okinawa mengatakan cukup besar kemungkinan kita mengalami penularan gelombang ketujuh, karena angka penularan melonjak setelah masa liburan musim semi sekolah tahun lalu dan 2020. Ia mengatakan kita harus bersiap.

Takayama berharap kita dapat melewati gelombang ketujuh tanpa memberlakukan pembatasan ketat bagi masyarakat. Demi mencapai hal ini, ia menyebut dua poin. Yang pertama adalah segera mengambil langkah saat seseorang ditemukan terinfeksi di fasilitas lansia guna mencegah penyebaran penularan. Yang kedua adalah mempercepat pemberian vaksinasi penguat.

Informasi ini akurat tertanggal 1 April 2022.

Q411: Mengapa jumlah penularan masih tinggi pada gelombang ke-6 dan bagaimana perkembangan situasi mendatang? (4) Apakah Subvarian Omicron BA.2 akan menggantikan subvarian asli?

Dalam bagian keempat, kami membahas apakah subvarian Omicron BA.2 akan menggantikan subvarian asli.

Subvarian Omicron BA.2 adalah faktor yang menjadi perhatian dalam putaran terbaru penularan di Jepang. Panel pakar Kementerian Kesehatan bertemu pada 15 Maret dan menyampaikan prediksi bagaimana perkiraannya akan penyebaran BA.2 di Jepang.

Profesor Universitas Kyoto Nishiura Hiroshi menganalisis data di Tokyo dan memperkirakan BA.2 akan mencakup 82 persen dari seluruh penularan Omicron dan menggantikan subvarian asli di ibu kota selambatnya 1 April.

Suzuki Motoi adalah kepala Pusat Riset Pengamatan, Imunisasi, dan Epidemiologi di Institut Nasional Penyakit Menular. Ia menganalisis sampel hasil tes dari dua lembaga tes swasta dan memperkirakan persentase penularan BA.2 di penjuru Jepang. Ia memperkirakan subvarian ini akan mencakup 70 persen dari seluruh penularan pada pekan pertama April dan 97 persen dalam pekan pertama Mei.

Subvarian BA.2 diperkirakan sekitar 20 persen lebih menular dibandingkan BA.1, yang saat ini adalah subvarian yang dominan. Jika BA.2 mulai menggantikan BA.1, langkah-langkah yang sekarang mungkin tidak cukup untuk membendung penularan.

Informasi ini akurat tertanggal 31 Maret 2022.

Q410: Mengapa jumlah penularan masih tinggi pada gelombang ke-6 dan bagaimana perkembangan situasi mendatang? (3) Kekhawatiran mengenai kemungkinan lonjakan kembali tanpa terlihat penurunan yang substansial.

Dalam bagian ketiga, kami akan membicarakan mengenai kemungkinan kembali terjadinya lonjakan tanpa terlihat adanya penurunan yang substansial.

Sebuah kelompok penelitian yang dipimpin oleh Profesor Hirata Akimasa dari Institut Teknologi Nagoya telah membuat simulasi situasi mendatang di Tokyo dengan cara memasukan beragam data ke dalam sebuah sistem kecerdasan buatan. Data itu di antaranya mencakup pergerakan orang, tren penularan sebelumnya, serta efek dari vaksinasi.

Satu anggapan adalah bahwa menyusul akhir dari langkah pencegahan intensif, arus manusia kembali ke tingkat serupa dengan periode yang sama tahun lalu. Dalam hal ini, kasus penularan harian di Tokyo diperkirakan akan menurun menjadi sekitar 5.400 pada awal April, kemudian sedikit naik dan tetap rata, dengan jumlah kasus sedikit lebih dari 5.600 pada akhir April.

Dengan anggapan bahwa arus manusia akan meningkat sebanyak 20 persen dibandingkan tahun lalu, kasus penularan harian diperkirakan akan secara bertahap naik mulai dari awal April dan mencapai lebih dari 7.700 di pertengahan April.

Simulasi ini dilakukan juga dengan anggapan bahwa arus manusia akan meningkat serta jumlah orang yang berkumpul sambil makan dan minum akan naik ke level ketika libur tahun baru. Dalam kasus ini, kasus penularan baru akan mulai naik pada akhir Maret dan akan mencapai lebih dari 13.000 pada pertengahan April.

Para peneliti mengatakan, dengan mempertimbangkan efek dari suntikan dosis penguat, jumlah pasien yang dengan kondisi serius sepertinya tidak akan meningkat secara dramatis. Namun, mereka mengatakan mungkin perlu untuk membatasi jumlah orang yang bersantap bersama guna mengekang lonjakan kembali penularan.

Hirata mengatakan arus manusia dan bersantap dengan kelompok besar cenderung meningkat pada periode seperti sekarang ini, yang dapat menyulitkan untuk mengurangi jumlah kasus penularan.

Informasi ini akurat tertanggal 30 Maret 2022.

Q409: Mengapa jumlah penularan masih tinggi pada gelombang ke-6 dan bagaimana perkembangan situasi mendatang? (2) Alasan penyebab penurunan yang lambat & kenaikan penularan di kalangan anak-anak.

Dalam serial ini, kami memfokuskan pada penyebab kasus tidak turun secara pesat serta apa yang terjadi selanjutnya. Selain itu, dalam bagian kedua serial ini, kami juga akan mengamati kasus penularan di antara anak-anak.

Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan lebih dari 65.000 anak-anak berusia kurang dari 10 tahun telah tertular selama satu pekan hingga 15 Maret, meskipun penularan gelombang keenam telah melewati puncaknya.

Jumlah tersebut tinggi dibandingkan dengan 10.380 kasus baru di kalangan anak-anak selama satu pekan hingga 31 Agustus tahun lalu saat terjadinya gelombang kelima.

Persentase penularan terhadap anak-anak dibandingkan keseluruhan kasus juga naik. Tingkatnya adalah sekitar lima persen pada awal Januari, tetapi naik menjadi 21 persen dalam satu pekan hingga 15 Maret. Ini melampaui seluruh kelompok usia, meskipun jumlah keseluruhan penularan mulai menurun pada pertengahan Februari.

Jumlah klaster penularan di fasilitas kesejahteraan anak-anak seperti tempat penitipan anak meningkat ke jumlah tertinggi 229 selama satu pekan hingga 14 Maret, yang lebih tinggi 56 dibandingkan pekan sebelumnya. Klaster penularan di sekolah-sekolah juga naik 59 menjadi 318 dalam periode yang sama.

Para pakar mengatakan varian Omicron lebih mudah menyebar dibandingkan varian Delta terhadap anak-anak di tempat-tempat mereka menghabiskan waktu bersama, seperti sekolah dan taman kanak-kanak. Para pakar juga menyebutkan bahwa tingkat vaksinasi di kalangan anak-anak lebih rendah dibandingkan generasi lainnya.

Informasi ini akurat tertanggal 29 Maret 2022.

Q408: Mengapa jumlah penularan masih tinggi pada gelombang ke-6 dan bagaimana perkembangan situasi mendatang? (1) Alasan di balik lambatnya penurunan jumlah penularan, terlambatnya pelaksanaan vaksinasi penguat, dan penyebaran virus di kalangan lansia.

Di Jepang, penularan gelombang keenam dengan varian Omicron telah melewati puncaknya. Namun, laju penurunan jumlah penularannya lambat dan kasus baru tetap tinggi. Muncul kekhawatiran bahwa situasi penularan bisa mengarah pada lonjakan gelombang ketujuh. Kami menghadirkan serial yang membahas mengenai alasan mengapa jumlah kasus tidak turun dengan cepat serta mengenai perkembangan situasi ke depannya.

Para pakar menyebutkan sejumlah alasan utama di balik lambatnya penurunan jumlah penularan. Sebagai alasan pertama, mereka mengatakan bahwa terlambatnya pelaksanaan vaksinasi penguat mengakibatkan penularan terus berlanjut di kalangan lansia. Alasan lainnya adalah virus korona terus menyebar di antara anak-anak dalam skala yang belum pernah terjadi.

Jika mengamati penularan di kalangan lansia pada gelombang kelima, lebih dari 70 persen orang berusia 65 tahun ke atas telah memperoleh suntikan kedua hingga akhir Juli 2021 ketika terjadi lonjakan penularan. Saat itu, virus korona menyebar luas di antara generasi muda, tetapi tidak berpengaruh terhadap lansia. Para pakar menganalisis bahwa ini menyebabkan jumlah kasus turun dengan cepat.

Sementara itu, hingga awal Januari 2022 di tengah gelombang keenam, perlindungan vaksin terhadap COVID-19 melemah setelah waktu berselang sejak suntikan kedua. Terlebih lagi, kelompok usia 65 tahun ke atas yang telah menerima suntikan penguat tercatat kurang dari 1 persen.

Hingga 5 Februari, tingkat vaksinasi masih berada pada angka 15 persen ketika jumlah kasus tertinggi dilaporkan. Di bawah situasi semacam itu, penularan tampaknya menyebar ke kalangan para lansia setelah meluas di antara generasi muda.

Virus korona masih menyebar di antara kelompok usia lanjut. Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa selama satu pekan hingga 14 Maret, sebanyak 341 klaster penularan terkonfirmasi di fasilitas perawatan lansia di seluruh Jepang.

Informasi ini tertanggal 28 Maret 2022.

Q407: Apakah alergi atau COVID-19? (8) Segera temui dokter jika mengalami gejala alergi polen

Pada bagian kedelapan dan terakhir dari seri ini, kami membahas mengenai pentingnya menemui dokter lebih awal jika Anda merasa mengalami gejala alergi polen.

Jika tahun ini Anda tiba-tiba merasakan gejala yang menyerupai gejala alergi polen meskipun tidak megalaminya hingga tahun lalu, Anda harus waspada dan jangan mengasumsikannya sebagai gejala alergi.

Situs web informasi serbuk sari dari Kementerian Lingkungan Hidup Jepang menyebutkan bahwa serbuk sari pohon cedar telah mulai menyebar di seluruh Jepang. Menurut perkiraan yang dikeluarkan Asosiasi Cuaca Jepang untuk musim ini, penyebaran polen sedikit lebih banyak atau jauh lebih banyak dibandingkan musim sebelumnya di banyak wilayah, terutama di Jepang timur.

Jika Anda sering bersin atau mengalami hidung berair saat bepergian ke luar rumah, orang-orang di sekeliling Anda mungkin akan merasa waswas karena tidak bisa memastikan apakah itu merupakan gejala alergi atau COVID-19. Dapatkan pengobatan alergi polen sesegera mungkin jika Anda mengalami gejalanya.

Informasi ini tertanggal 25 Maret 2022.

Q406: Apakah alergi atau COVID-19? (7) Ketika tidak yakin apakah gejala yang dialami adalah COVID-19 atau alergi

Pada bagian ketujuh dalam seri ini, kami membahas mengenai apa yang harus dilakukan saat kesulitan menentukan apakah gejala yang Anda alami disebabkan oleh COVID-19 atau alergi polen.

Kimura Yurika adalah dokter yang memimpin tim untuk langkah-langkah pencegahan virus korona di Asosiasi Dokter Otolaringologi (THT) Bedah Kepala dan Leher Jepang. Ia mengatakan jika Anda mengalami gejala alergi yang sama seperti biasa tanpa gejala unik lainnya, seperti demam tinggi, dan tidak ada orang di sekitar Anda yang tertular COVID-19, Anda dapat memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan alergi seperti biasa.

Kimura menyebutkan bahwa jika Anda biasanya menderita bersin-bersin dan hidung berair, tetapi mengalami gejala seperti demam tinggi, tenggorokan sakit, atau sakit kepala tahun ini, sebaiknya Anda menyampaikan informasi tersebut sebelum datang ke klinik.

Kimura menganjurkan agar orang-orang yang menderita alergi polen mendapatkan pengobatan lebih awal musim ini untuk melindungi diri dan orang-orang di sekitar mereka.

Informasi ini tertanggal 24 Maret 2022.

Q405: Apakah alergi atau COVID-19? (6) Bagaimana jika Anda mengalami gejala bersin atau hidung ingusan?

Pada bagian keenam dalam seri ini, kami membahas tentang apa yang harus dilakukan ketika Anda mulai bersin atau hidung keluar ingus.

Asosiasi Dokter Otolaringologi (THT) Bedah Kepala dan Leher Jepang mengimbau orang-orang dengan alergi polen untuk memeriksakan diri ke dokter lebih awal dari biasanya.

Para dokter mengatakan perawatan dini bisa mengurangi gejala alergi polen. Mereka mengatakan kajian menunjukkan bahwa perawatan dini sebelum gejala muncul atau ketika gejalanya masih ringan bisa meredakan gejala di kemudian hari.

Ada banyak pengobatan untuk alergi polen. Pakar mengatakan para penderita alergi polen akan bisa menerima perawatan yang tepat untuk gejala dan kondisi kesehatan mereka jika memeriksakannya ke dokter THT.

Apabila Anda mengalami gejala seperti sakit tenggorokan, sakit kepala, atau lelah berlebihan meski telah mengonsumsi obat untuk meringankan gejala alergi polen, mungkin ada dugaan bahwa Anda tertular virus korona. Selain itu, Anda mungkin tertular virus korona jika Anda merasa gejala alerginya tidak membaik setelah menerima perawatan untuk alergi polen.

Informasi ini akurat hingga 23 Maret 2022.

Q404: Apakah alergi atau COVID-19? (5) Risiko menyebarkan virus tanpa sengaja

Pada bagian kelima dalam seri ini, kami membahas kemungkinan penyebaran virus karena orang-orang tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi.

Asosiasi Dokter Otolaringologi (THT) Bedah Kepala dan Leher Jepang dalam imbauannya menyusun daftar sejumlah masalah yang bisa terjadi di tengah wabah Omicron sewaktu musim alergi polen.

Salah satunya adalah risiko orang-orang menyebarkan virus ini karena tidak menerapkan langkah pencegahan yang diperlukan lantaran meyakini bahwa gejala yang mereka alami disebabkan oleh alergi polen ketimbang tertular virus korona.

Orang-orang yang mengalami alergi polen dan tertular varian Omicron secara khusus harus berhati-hati saat bersin. Asosiasi ini mengatakan bersin dapat memproduksi droplet sebanyak sepuluh kali lipat dari batuk.

Asosiasi ini juga memperingatkan bahwa risiko tertular akan meningkat jika alergi polen tidak diobati. Salah satu gejala alergi polen adalah mata dan hidung yang gatal. Untuk menghilangkan rasa gatal tersebut, orang-orang mungkin menggaruk mata atau hidungnya dengan tangan yang terkontaminasi virus. Akibatnya, bisa terinfeksi melalui selaput lendir.

Informasi ini akurat hingga 22 Maret 2022.

Q403: Apakah alergi atau COVID-19? (4) Cemas karena tidak bisa membedakan

Dalam bagian keempat serial ini, kami membahas kecemasan yang muncul akibat tidak bisa membedakan.

Dalam saran yang dikeluarkan oleh Asosiasi Dokter Otolaringologi (THT) Bedah Kepala dan Leher Jepang, asosiasi ini mendata sejumlah masalah yang dihadapi saat musim alergi polen di tengah penularan Omicron.

Pertama-tama, asosiasi itu menyebutkan kecemasan yang orang-orang rasakan karena mereka tidak dapat membedakan apakah mereka memiliki alergi atau COVID-19. Para pakar mengatakan saat Anda mengalami alergi polen, sulit bagi Anda untuk mengetahui jika Anda terinfeksi virus korona. Hal ini sulit bahkan bagi seorang dokter berpengalaman untuk mengetahui apakah penyakit pasien tersebut berasal dari alergi polen atau penularan Omicron. Tidak mengherankan jika pasien itu sendiri tidak mengetahui penyebab gejala yang dialami.

Jika Anda hidung berair akibat alergi polen, Anda dapat pergi ke sekolah atau ke kantor. Namun, jika diduga penularan varian Omicron, Anda harus tinggal di rumah dan pergi ke dokter. Orang-orang merasa cemas karena tidak mengetahui apa yang harus dilakukan.

Informasi ini akurat hingga 18 Maret 2022.

Q402: Apakah alergi atau COVID-19? (3) Tidak semua penderita alergi polen dapat dites COVID-19

Dalam bagian ketiga serial ini, kami mengulas tentang saran yang diberikan oleh sekelompok dokter THT.

Dalam sebuah survei nasional yang dilakukan pada 2019 oleh sebuah tim termasuk Asosiasi Imunologi dan Ilmu Alergi Jepang pada Otolaringologi, sebanyak 42,5 persen responden mengatakan mereka memiliki semacam alergi polen, dengan 38,8 persen mengatakan mereka memiliki alergi polen pohon cedar. Hasil itu menunjukkan bahwa lebih dari satu pada setiap tiga orang di Jepang menderita alergi polen. Namun, tidak mudah bagi orang dalam jumlah yang banyak semacam itu untuk dites COVID-19 ketika mereka mengalami gejala seperti bersin dan hidung berair.

Guna mengantisipasi kebingungan tersebut, Asosiasi Dokter Otolaringologi (THT) Bedah Kepala dan Leher Jepang mengunggah sebuah saran di situs webnya pada 25 Januari menjelang dimulainya musim alergi polen.

Dikatakan bahwa sejumlah gejala yang dialami orang-orang dengan alergi polen seperti hidung berair, bersin, hidung tersumbat, hilangnya indra penciuman, dan kelelahan juga merupakan gejala umum COVID-19, khususnya varian Omicron. Asosiasi itu mengatakan hal ini menyulitkan orang-orang dengan gejala alergi untuk menentukan apakah mereka telah terinfeksi virus korona.

Dalam bagian berikutnya, kami akan menghadirkan lebih lanjut mengenai saran Asosiasi tersebut.

Informasi ini akurat hingga 17 Maret 2022.

Q401: Apakah alergi atau COVID-19? (2) Bahkan dokter kesulitan membedakan alergi musiman & virus korona

Dalam bagian kedua serial ini, kami berbicara kepada seorang dokter yang memeriksa pasien dengan gejala semacam itu.

Kimura Yurika, dokter yang memimpin tim bagi langkah virus korona di Asosiasi Dokter Otolaringologi (THT) Bedah Kepala dan Leher Jepang, mengatakan bahkan para pakar medis kesulitan membedakan antara alergi polen musiman dengan varian Omicron.

Kimura menjelaskan sebuah kasus saat seorang pasien datang untuk menerima pengobatan rutin guna menangani gejala bersin dan hidung berair karena alergi polen. Namun, dua hari kemudian pasien tersebut datang kembali dengan gejala sakit tenggorokan dan didiagnosis tertular virus korona.

Kimura mengatakan kasus itu membuatnya menyadari sulitnya membedakan gejala virus korona pada tahap awal penyakit tersebut. Menurutnya, alergi polen pada dasarnya menunjukkan tanda-tanda khas selaput lendir dari hidung berubah putih, tetapi ada banyak kasus gejala ini tidak muncul pada tahap awal alergi. Kimura menambahkan akan makin sulit bagi dokter untuk membedakan antara alergi polen dan COVID-19 jika tidak dilakukan tes terhadap pasien.

Informasi ini akurat hingga 16 Maret 2022.

Q400: Apakah alergi atau COVID-19? (1) Infeksi Omicron dan alergi serbuk memiliki gejala yang sama

Dalam serial baru ini kami akan membahas mengenai alergi atau COVID-19.

Jepang memasuki musim alergi pohon cedar dan cemara hinoki di tengah penyebaran varian Omicron. Ketika Anda bersin atau mengalami hidung berair, Anda mungkin terkena alergi polen atau COVID-19. Dalam serial terbaru ini kami menyampaikan informasi mengenai apa yang harus Anda lakukan jika tidak mengetahui penyebab gejalanya, juga apa yang harus diwaspadai dan dipersiapkan.

Dokter Telinga, hidung, dan Tenggorok (THT) membuat daftar gejala utama alergi polen yaitu bersin-bersin, hidung berair, hidung tersumbat, mata gatal, kelelahan, gangguan indra perasa, demam, radang tenggorokan, tenggorokan gatal, batuk, sakit kepala ringan, dan telinga gatal.

Sementara, Institut Nasional Penyakit Menular Jepang mengatakan orang-orang yang terinfeksi virus korona varian Omicron menunjukkan gejala-gejala berikut ini, 66,6 persen pasien mengalami demam, 41,6 persen batuk, 22,5 persen kelelahan, dan 21,1 persen sakit kepala. Institut itu juga mengatakan 12,9 persen mengalami gejala pernapasan selain batuk, 2,7 persen mual atau muntah, 2,3 persen mengalami diare, dan 0,8 persen merasakan gangguan indra penciuman dan indra perasa.

Survei lain yang dilakukan oleh institute nasional itu menunjukkan bahwa 45,1 persen pasien mengalami batuk, 32,8 persen demam, 32,8 persen radang tenggorokan, 20,5 persen hidung berair, 1,6 persen gangguan indra penciuman, dan 0,8 persen gangguan indra perasa. Namun, survei lain oleh kelompok riset di Inggris melaporkan bahwa 60 persen pasien tanpa gejala yang terinfeksi Omicron mengalami bersin-bersin.

Sementara itu gejala setiap orang berbeda, bagi orang yang mengalami alergi serbuk sari atau yang terinfeksi varian Omicron cenderung menunjukkan gejala serupa termasuk bersin dan hidung berair.

Dalam serial selanjutnya kami bertanya kepada dokter yang memeriksa pasien dengan gejala tersebut.

Informasi ini akurat hingga 15 Maret.

Q399: Vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak sudah dimulai (10) Pakar mempertimbangkan pro dan kontra

Dalam bagian ke-10 mengenai vaksinasi bagi anak-anak, kami menanyakan pendapat pakar.

Dokter anak dan pakar mengenai vaksinasi dari Universitas Kitasato, Profesor Nakayama Tetsuo mengatakan salah satu yang harus dipahami mengenai manfaat dan juga kekurangan seperti reaksi setelah vaksinasi atau apa yang dapat terjadi jika anak-anak terkena infeksi.

Nakayama menyinggung beberapa faktor yang dapat dijadikan pertimbangan. Ia mengatakan jika anak-anak terinfeksi, mereka harus di rumah saja untuk periode yang diperpanjang bahkan jika gejala ringan dan memiliki gangguan kesehatan fisik dan mental.

Nakayama mengatakan vaksin tidak sepenuhnya mencegah infeksi, tetapi tampaknya mempertahankan gejala ringan. Ia mengatakan vaksin dapat mencegah anak-anak membawa virus itu ke rumah dan menginfeksi orang tua dan kakek/nenek yang tinggal bersama mereka.

Nakayama mengatakan vaksin harus secara aktif direkomendasikan bagi anak-anak dengan gangguan penyakit yang dapat mengalami sakit parah. Meski begitu, ia mengatakan terjadi perbedaan pendapat di kalangan para pakar mengenai apakah vaksinasi harus direkomendasikan bagi semua orang.

Ia mengatakan salah satunya menganggap meski infeksi di kalangan anak-anak meningkat, tidak banyak dari mereka mengalami sakit parah, jadi tidak perlu divaksinasi. Namun, Nakayama mengatakan tidak mengetahui terlebih dahulu siapa yang akan mengalami sakit parah.

Nakayama mengatakan vaksin seharusnya tidak dipaksakan. Ia menyebutkan penting bagi orang-orang untuk memahami dan memutuskan sendiri. Ia menginginkan agar orang-orang mendapatkan informasi yang akurat dan pandangan ilmiah untuk membuat pertimbangan sendiri.

Informasi ini akurat hingga 14 Maret.

Q398: Vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak sudah dimulai (9) Bagaimana perasaan orang tua dan wali mengenai vaksinasi bagi anak

Di bagian kesembilan, kami melihat bagaimana perasaan orang tua dan wali terhadap vaksinasi bagi anak-anak.

Distrik Koto di Tokyo mengadakan survei kepada warga yang terdaftar di aplikasi LINE pemerintah distrik, yang memiliki anak berusia 5 hingga 11 tahun. Lebih dari 2.000 orang menanggapi survei tersebut, yang diadakan antara 10 hingga 13 Februari.

Untuk pertanyaan apakah mereka ingin anak mereka divaksinasi, 31,3 persen responden menjawab "ya, secepat mungkin" dan 48,7 persen menjawab "menunggu sementara waktu, dan jika tidak ada masalah, iya." Sementara, 20 persen menjawab tidak ingin anak mereka divaksinasi.

Untuk pertanyaan apakah mereka ada kekhawatiran anak mereka divaksinasi, 39,6 persen menjawab "sangat khawatir" dan 49,7 persen menjawab "sedikit khawatir," menunjukkan bahwa banyak orang memiliki kekhawatiran ketika memikirkan vaksinasi bagi anak mereka.

Informasi ini akurat hingga 11 Maret 2022.

Q397: Vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak sudah dimulai (8) CDC AS: Vaksinasi efektif dalam mencegah rawat inap terkait virus korona pada anak dan remaja

Di bagian kedelapan, kami mengulas keefektifan vaksinasi.

Pada 1 Maret, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, CDC, merilis hasil kajian keefektifan vaksin Pfizer-BioNTech pada anak dan remaja berusia dari 5 hingga 17 tahun. Kajian itu dilakukan antara awal April tahun lalu hingga akhir Januari tahun ini. Subjek kajian termasuk sekitar 40.000 anak dan remaja yang tertular COVID-19 dan mendapatkan perawatan segera atau dirawat inap di lembaga-lembaga medis di penjuru AS.

Menurut kajian ini, rawat inap dapat dicegah bagi 74 persen anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun yang telah mendapatkan vaksin dosis kedua. Pada remaja berusia 12 hingga 17 tahun, rawat inap dapat dicegah bagi 73 hingga 94 persen, bergantung pada waktu vaksinasi mereka.

CDC tetap merekomendasikan vaksinasi bagi kelompok usia ini. Badan itu mengatakan efikasi vaksin cenderung menurun sejalan waktu, tetapi tetap sangat efektif dalam mencegah rawat inap.

Informasi ini akurat hingga 10 Maret 2022.

Q396: Vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak sudah dimulai (7) Pakar: Vaksinasi bisa mencegah anak-anak mengalami gejala serius

Di bagian ketujuh, kami membahas tentang pentingnya vaksinasi bagi anak-anak.

Otoritas kesehatan negara bagian New York, AS, merilis kajian yang menunjukkan kemampuan vaksin Pfizer untuk mencegah penularan pada anak-anak usia 5 hingga 11 tahun mengalami penurunan signifikan saat varian Omicron menjadi dominan.

Profesor Nakayama Tetsuo dari Universitas Kitasato adalah seorang dokter anak yang sangat memahami soal vaksinasi.

Ia mengatakan anak-anak usia 5 hingga 11 tahun mendapatkan sepertiga dosis dari yang diberikan kepada mereka yang berusia 12 tahun ke atas. Ia menekankan bahwa ukuran tubuh anak-anak usia 11 dan 12 tahun biasanya tidak terlalu berbeda.

Ia mengatakan makin sedikit dosisnya, makin kurang efektif vaksinnya. Oleh karena itu, mudah untuk memperkirakan bahwa durasi efikasi vaksin akan lebih pendek untuk anak-anak yang lebih muda.

Profesor Nakayama mengatakan tujuan awal vaksinasi adalah mencegah orang-orang yang tertular dari sakit parah. Dengan pertimbangan tersebut, vaksin Pfizer dinilai memberikan pengaruh karena efektivitasnya dalam mencegah rawat inap diketahui mencapai sekitar 50 persen. Ia mengatakan upaya pengebalan terhadap penyakit melalui vaksinasi lebih baik dari pada terinfeksi tanpa ada perlindungan.

Ia menambahkan bahwa cara untuk memutuskan dosis yang tepat untuk anak-anak adalah masalah yang rumit. Ia mengatakan penting untuk mempertimbangkan dengan cermat mengenai seberapa banyak dosis yang dikurangi dari yang diterima orang dewasa dan alasan dasar untuk pengurangan tersebut.

Ia mengatakan bukan hanya faktor usia, tetapi ukuran tubuh seorang anak juga harus dipertimbangkan. Selain itu, menurunkan dosis sesuai usia anak-anak juga bisa menjadi opsi.

Informasi ini akurat hingga 9 Maret 2022.

Q395: Vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak sudah dimulai (6) Perlindungan terhadap penularan mungkin menurun seiring waktu

Di bagian keenam, kami mengulas tentang perlindungan terhadap penularan yang menurun seiring waktu.

Otoritas kesehatan di negara bagian New York, AS, pada 28 Februari merilis kajian tentang efektivitas vaksin Pfizer dalam mencegah penularan dan rawat inap di antara anak-anak usia 5 hingga 17 tahun.

Laporan itu menunjukkan bahwa perlindungan vaksin terhadap penularan di antara anak-anak usia 12 hingga 17 tahun turun dari 66 persen pada pertengahan Desember menjadi 51 persen pada akhir Januari, saat varian Omicron menjadi dominan.

Namun, efikasi di antara anak-anak usia 5 hingga 11 tahun menunjukkan penurunan yang lebih signifikan, anjlok dari 68 persen menjadi 12 persen.

Para peneliti mengatakan penurunan di antara anak-anak yang lebih muda mungkin disebabkan oleh fakta bahwa mereka hanya menerima sepertiga dosis dari anak-anak usia 12 tahun dan yang lebih tua.

Hingga akhir Januari, efektivitas vaksin Pfizer dalam mencegah rawat inap mencapai 73 persen untuk anak-anak usia 12 hingga 17 tahun dan 48 persen untuk anak-anak usia 5 hingga 11 tahun.

Para peneliti mengatakan tidak memiliki data memadai untuk menyajikan analisis yang akurat karena tidak banyak anak-anak yang mengalami gejala parah.

Meski hasilnya masih harus diverifikasi oleh pihak ketiga, para pakar menyoroti pentingnya untuk mempelajari alternatif pemberian dosis kepada anak-anak, termasuk suntikan dosis penguat.

Informasi ini akurat hingga 8 Maret 2022.

Q394: Vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak sudah dimulai (5) CDC nyatakan vaksin “aman, efektif, dan menguntungkan”

Di bagian kelima kali ini, kami akan mengulas mengenai evaluasi vaksinasi anak-anak oleh otoritas kesehatan Amerika Serikat.

Otoritas kesehatan AS merekomendasikan vaksinasi saat keuntungannya lebih besar dibandingkan risikonya, misalnya kemungkinan reaksi atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS merekomendasikan vaksinasi COVID bagi anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun dengan mengatakan bahwa vaksinasi aman dan efektif, serta memiliki keuntungan lebih besar daripada risikonya.

Otoritas kesehatan di Kanada dan Prancis berpendapat sama, sementara otoritas di Inggris dan Jerman menyatakan hanya anak-anak berisiko tinggi dan yang tinggal bersama anggota keluarga dengan sistem imunitas lemah yang harus divaksinasi.

Pada November 2021, Komite Penasihat CDC untuk Praktik Imunisasi menyampaikan tentang keuntungan memvaksin anak-anak. Dikatakan bahwa vaksinasi mencegah anak-anak tertular atau mengalami gejala serius jika tertular virus korona, menghentikan penyebaran penularan melalui anak-anak, memberikan rasa aman kepada anak-anak untuk bersekolah, dan lainnya. Sementara untuk risikonya, komite itu menyebutkan reaksi jangka pendek serta efek samping serius yang jarang terjadi, termasuk miokarditis, atau inflamasi otot jantung.

Informasi ini akurat hingga 7 Maret 2022.

Q393: Vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak sudah dimulai (4) Laporan CDC mengenai efek samping vaksin

Di bagian keempat kali ini, kami akan mengulas sebuah laporan di Amerika Serikat mengenai efek samping vaksin.

Vaksinasi anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun telah dimulai di Amerika Serikat pada November 2021. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS merilis analisis atas 4.249 laporan mengenai reaksi atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di antara anak-anak yang menerima vaksin sebelum 19 Desember. Sekitar 8,7 juta suntikan diberikan kepada anak-anak dalam rentang usia tersebut selama periode itu.

Di AS, orang-orang yang mengalami masalah setelah divaksinasi dapat sesegera mungkin melaporkannya sebagai efek samping. Analisis CDC itu menyebutkan bahwa 4.149 kasus, atau 97,6 persen dari laporan itu, tidak serius.

Berikut data lebih lanjut mengenai gejala spesifik yang dilaporkan. Gejala muntah dilaporkan sebanyak 316 kasus, atau 7,6 persen dari keseluruhan. Demam dilaporkan sebanyak 291 kasus atau 7 persen, sakit kepala 255 kasus atau 6,2 persen, dan pingsan 255 kasus atau 6,2 persen. Laporan kasus yang merasakan pusing berjumlah 244, atau 5,9 persen, dan kelelahan 201 kasus, atau 4,8 persen.

Dari 100 laporan yang dikategorikan CDC sebagai reaksi serius, sebanyak 29 kasus di antaranya menunjukkan gejala demam, 21 kasus melaporkan muntah, dan 12 kasus mengalami nyeri dada.

Sebelas dari anak-anak yang divaksin tersebut didiagnosis mengalami inflamasi otot jantung, miokarditis, tetapi seluruhnya dilaporkan telah pulih. Analisis itu menyebutkan bahwa rasio anak-anak yang diketahui mengalami miokarditis jauh lebih rendah dalam kelompok usia ini dibandingkan pada usia 12 tahun ke atas.

Dua anak meninggal setelah menerima suntikan vaksin. Namun, CDC menyatakan bahwa keduanya memiliki riwayat medis yang kompleks dan berada dalam kondisi kesehatan yang rentan sebelum vaksinasi. Analisis tersebut menambahkan bahwa tidak satu pun dari data itu yang mengindikasikan hubungan bersebab akibat.

Informasi ini akurat hingga 4 Maret 2022.

Q392: Vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak sudah dimulai (3) Tingkat keamanan pada uji klinis

Di bagian ketiga kali ini, kami akan mengulas tentang tingkat keamanan pada uji klinis.

Pfizer dan BioNTech telah melakukan uji klinis atas lebih dari 2.200 anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun di Amerika Serikat, Spanyol, dan wilayah lainnya. Terdapat laporan mengenai sejumlah reaksi atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) seperti rasa sakit pada tempat suntikan serta kelelahan. Namun, sebagian besar di antaranya bersifat ringan hingga sedang dan membaik dalam 1 hingga 2 hari.

Berikut keterangan lebih lanjut terkait gejala spesifik yang muncul.

Rasa sakit di bagian yang disuntik dilaporkan terjadi pada 74 persen kasus setelah dosis pertama dan 71 persen kasus setelah dosis kedua.

Kelelahan dilaporkan pada 34 persen kasus setelah dosis pertama dan 39 persen kasus setelah suntikan kedua.

Sakit kepala dilaporkan pada 22 persen kasus setelah suntikan pertama dan 28 persen kasus setelah suntikan kedua.

Kemerahan di tempat suntikan teramati pada 15 persen kasus setelah dosis pertama dan 19 persen kasus setelah dosis kedua.

Pembengkakan dilaporkan pada 10 persen kasus setelah suntikan pertama dan 15 persen kasus setelah suntikan kedua.

Sakit otot dilaporkan terjadi pada 9 persen kasus setelah dosis pertama dan 12 persen kasus setelah dosis kedua.

Meriang teramati pada 5 persen kasus setelah dosis pertama dan 10 persen kasus setelah dosis kedua.

Demam hingga 38 derajat Celsius dilaporkan pada 3 persen kasus setelah dosis pertama dan 7 persen kasus setelah suntikan kedua.

Dilaporkan bahwa antipiretik digunakan pada 14 persen kasus setelah dosis pertama dan 20 persen kasus setelah dosis kedua.

Informasi ini akurat hingga 3 Maret 2022.

Q391: Vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak sudah dimulai (2) Uji klinis menunjukkan keefektifan 90,7% dalam mencegah gejala

Dalam bagian kedua serial vaksinasi terhadap anak-anak ini, kami akan mengulas mengenai keefektifan vaksinasi.

Pfizer mengadakan uji klinis yang melibatkan lebih dari 2.200 anak-anak di negara-negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Spanyol yang berusia antara 5 hingga 11 tahun. Produsen obat-obatan itu mengatakan hasilnya memastikan keefektifan 90,7 persen atas vaksinnya dalam mencegah penularan bergejala. Pfizer juga mengatakan vaksin itu aman karena gejala yang timbul pada anak-anak setelah mendapatkan vaksin, kebanyakan adalah ringan hingga sedang.

Dalam uji klinis tersebut, 1.500 di antaranya menerima 10 mikrogram per dosis atau sepertiga jumlah yang diberikan kepada orang dewasa, sebanyak dua kali dengan interval waktu tiga pekan. Sejumlah 750 anak-anak diberikan plasebo atau suntikan yang tidak mengandung vaksin. Para peneliti mengonfirmasi bahwa tingkat antibodi penetral dalam anak-anak yang menerima vaksinasi adalah sama tingginya dengan orang-orang berusia 16 hingga 25 tahun yang menerima vaksinasi dosis reguler. Jumlah anak-anak yang mengalami COVID-19 bergejala dalam tujuh hari atau lebih setelah mendapatkan dosis yang kedua adalah tiga orang dalam kelompok yang divaksinasi, dibandingkan 16 orang dalam kelompok plasebo. Para peneliti menyimpulkan bahwa vaksin itu 90,7 persen efektif dalam mencegah gejala.

Informasi ini akurat tertanggal 2 Maret 2022.

Q390: Vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak sudah dimulai (1) Kebijakan pemerintah dalam memvaksinasi anak-anak

Jepang mulai memberikan vaksin COVID-19 kepada anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun pada akhir Februari. Dalam serial ini, kami akan memfokuskan pada vaksinasi terhadap anak-anak, mengulas efek samping yang mungkin ada serta bagaimana program ini dijalankan. Dalam bagian pertama ini, kami akan membahas mengenai kebijakan pemerintah.

Pemerintah Jepang secara resmi memberikan izin vaksinasi bagi anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun pada 21 Februari. Dosis bagi kelompok usia ini adalah satu pertiga dari jumlah yang diberikan kepada orang berusia 12 tahun ke atas. Anak-anak menerima vaksinasinya dengan interval tiga pekan. Pemerintah tidak merekomendasikan vaksinasi massal di sekolah. Anak-anak menerima vaksin di tempat-tempat vaksinasi dalam kota tempat tinggal atau klinik pediatri secara masing-masing.

Saat ini, anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun tidak wajib untuk mencoba mendapatkan vaksin karena tidak ada cukup data untuk memverifikasi keefektifannya terhadap varian Omicron. Saat anak-anak dalam kelompok usia ini mendapatkan vaksinasi, persetujuan orang tua atau wali diperlukan. Kementerian Kesehatan mendesak mereka untuk sebelumnya membahas vaksinasi secara menyeluruh bersama anak-anak dengan data keefektifan dan keamanannya. Konsultasi dengan dokter pribadi juga direkomendasikan sebelum memutuskan apakah akan mendapatkan vaksinasi.

Kementerian mendesak anak-anak yang memiliki masalah pernapasan atau penyakit penyerta lain agar mendapat vaksinasi karena mereka berisiko lebih tinggi mengalami gejala COVID-19 yang parah.

Informasi ini akurat tertanggal 1 Maret 2022.

Q389: Tim peneliti memublikasikan penemuan mengenai penggunaan vaksin penguat yang berbeda (3) Pilihan vaksin penguat harus pertimbangkan efikasi & efek samping

Dalam bagian ketiga dan terakhir ini, kami akan mengulas pandangan para pakar.

Ito Suminobu, Profesor di sekolah kedokteran Universitas Juntendo yang mengepalai tim peneliti tersebut mengatakan vaksin penguat campuran dan menerima suntikan ketiga dari vaksin Moderna lebih tinggi tingkat antibodinya dibandingkan menerima seluruh tiga dosis vaksin dari Pfizer. Meski lebih banyak efek samping yang dilaporkan, hanya terdapat sedikit perbedaan dalam jumlah orang yang mengambil cuti sakit. Ia mengatakan orang-orang harus mempertimbangkan efikasi dan efek samping saat memilih vaksin.

Profesor Hamada Atsuo dari Rumah Sakit Universitas Kedokteran Tokyo adalah pakar penyakit menular. Ia mengatakan negara-negara di Amerika Serikat dan Eropa dengan cepat beralih untuk memulihkan kehidupan dan kondisi sosial ekonomi ke periode sebelum pandemi. Namun, ia menyebutkan jumlah kasus penularan baru mencapai puncaknya di Jepang baru-baru ini dan hanya sedikit di atas 10 persen populasi yang telah menerima vaksin penguat. Ia mengatakan tidak masalah bagi wilayah yang tidak melaporkan banyak kasus baru untuk beralih memulihkan kondisi sosial ekonomi, tetapi untuk wilayah seperti Tokyo dan Osaka yang terus melaporkan kasus baru dalam jumlah besar, otoritas harus mempertimbangkan situasi medis, khususnya persentase warga lansia yang telah menerima vaksin penguat, sebelum memutuskan untuk mencabut langkah pencegahan intensif.

Informasi ini akurat hingga 28 Februari 2022.

Q388: Tim peneliti memublikasikan penemuan mengenai penggunaan vaksin penguat yang berbeda (2) Efek samping

Dalam bagian kedua ini, kami akan mengulas potensi efek sampingnya.

Sebuah laporan oleh tim peneliti Kementerian Kesehatan berisi daftar efek samping yang dialami orang-orang setelah mereka menerima vaksin penguat. Di antara mereka yang menerima tiga dosis vaksin Pfizer, 21,4 persen mengalami demam di atas 38 derajat Celsius, 69,1 persen merasa lelah, 55 persen menderita sakit kepala.

Di antara mereka yang menerima dua vaksin Pfizer dan satu vaksin penguat Moderna, 49,2 persen mengalami demam di atas 38 derajat Celcius, 78 persen merasa lelah, dan 69,6 persen menderita sakit kepala. Dalam seluruh kasus, efek samping paling parah adalah pada sehari setelah mereka menerima vaksin penguat dan efek sampingnya hilang dalam dua atau tiga hari.

Dua kasus yang diduga peradangan otot jantung dilaporkan di antara mereka yang menerima tiga vaksin Pfizer, tetapi gejalanya dilaporkan tidak serius. Tidak ada efek samping serius yang diamati pada orang-orang yang menerima dua vaksin Pfizer dan satu vaksin penguat Moderna.

Informasi ini akurat hingga 25 Februari 2022.

Q387: Tim peneliti memublikasikan penemuan mengenai penggunaan vaksin penguat yang berbeda (1) Efikasi vaksin penguat

Sebuah tim peneliti pemerintah Jepang untuk pertama kalinya merilis sejumlah penemuan mengenai efikasi dan keamanan penggunaan vaksin penguat dengan merek berbeda dari dua suntikan sebelumnya.

Kali ini kami akan melaporkan hasil analisis data orang yang mendapatkan vaksin penguat dengan merek berbeda dibandingkan orang yang menerima vaksin penguat merek yang sama dengan suntikan pertama dan kedua.

Tim peneliti Kementerian Kesehatan menganalisis data tenaga kesehatan yang pertama kali mendapatkan suntikan ketiga di Jepang. Mereka seluruhnya menerima dua dosis Pfizer. Untuk suntikan ketiga, sebanyak 2.826 orang menerima vaksin Pfizer, sementara 773 menerima vaksin Moderna pada 28 Januari.

Para peneliti mengukur tingkat antibodi dalam tubuh mereka terhadap galur asli dan mengamati efek sampingnya. Tim itu menjelaskan mengenai hasil tersebut dalam rapat panel pakar Kementerian Kesehatan pada 18 Februari.

Tim itu mempelajari tingkat antibodi orang-orang selama satu bulan setelah suntikan ketiga. Mereka tidak memiliki antibodi dari penularan dengan virus. Tingkat antibodi orang-orang yang menerima vaksin penguat Pfizer rata-rata 54,1 kali lebih banyak dibandingkan tingkat sebelum vaksin penguat. Sementara tingkat tersebut meningkat rata-rata 67,9 kali di antara orang-orang yang mendapatkan vaksin penguat Moderna.

Para peneliti mengatakan, dengan mempertimbangkan sejumlah hasil penelitian di luar negeri, tampaknya vaksin penguat Moderna juga lebih efektif dalam melawan Omicron.

Informasi ini akurat hingga 24 Februari 2022.

Q386: Apa yang kita ketahui tentang Omicron? (4): Keefektifan vaksin

Dalam bagian keempat ini, kami akan mengulas mengenai seberapa efektif vaksin melawan Omicron.

Sejumlah kasus telah melaporkan bahwa bahkan orang-orang yang telah mendapatkan vaksinasi dua kali bisa tertular varian Omicron. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam kabar terbaru mingguan yang diterbitkan pada 11 Januari mengeluarkan peringatan bahwa terdapat kenaikan risiko penularan kembali atau reinfeksi. Informasi tersebut juga mengatakan bahwa terkait penularan Omicron, vaksinasi memberikan perlindungan berkurang terhadap penularan dan penyakit simtomatis serta juga kemungkinan perlindungan berkurang terhadap penyakit parah.

Otoritas kesehatan Inggris dalam penjelasan pada 31 Desember mengatakan bahwa dua dosis vaksin mRNA, seperti yang dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna, adalah efektif 65 hingga 70 persen dalam mencegah penularan Omicron simtomatis. Ini adalah dua hingga empat pekan setelah dosis kedua diberikan. Tingkat keefektifannya merosot menjadi sekitar 10 persen setelah 20 pekan.

Data tersebut juga menunjukkan bahwa dosis penguat Pfizer atau Moderna bagi mereka yang telah menerima dua dosis Pfizer adalah 65 hingga 75 persen efektif dalam mencegah penyakit simtomatis setelah dua hingga empat pekan. Namun, tingkat keefektifannya merosot menjadi 55 hingga 70 persen setelah lima hingga sembilan pekan, serta menjadi 40 hingga 50 persen setelah 10 pekan.

Sementara itu, didapati bahwa vaksinasi adalah lebih efektif dalam mengurangi risiko menjadi gejala parah dan dirawat inap. Dalam kasus orang-orang yang telah diberikan vaksin Pfizer, Moderna, atau AstraZeneca, vaksinasi ganda merupakan 72 persen efektif dalam mencegah rawat inap antara dua hingga 24 pekan setelah menerima suntikan, serta 52 persen efektif setelah 25 pekan. Data tersebut menunjukkan bahwa dosis penguat merupakan 88 persen efektif dalam menghindari rawat inap setelah dua pekan dari pemberian dosis terbaru.

Informasi ini akurat tertanggal 20 Januari.

Q385: Apa yang kita ketahui tentang Omicron? (3): Terus waspada meskipun risiko lebih rendah menjadi penyakit parah (Bagian 2)

Dalam bagian ketiga ini, kami akan mengulas mengenai apakah Omicron mengakibatkan penyakit parah.

Otoritas kesehatan di Inggris mengatakan dalam penjelasan yang disampaikan pada 31 Desember bahwa risiko rawat inap atas orang yang tertular Omicron adalah satu pertiga dibandingkan Delta. Mereka juga mengatakan bahwa orang-orang yang telah melewati 14 hari atau lebih setelah menerima vaksinasi dosis kedua memiliki risiko harus dirawat inap 65 persen lebih rendah dibandingkan orang yang belum divaksinasi. Mereka yang telah mendapatkan dosis ketiga lebih dari 14 hari dilaporkan memiliki risiko rawat inap 81 persen lebih rendah.

Namun, kita harus berhati-hati dalam menginterpretasikan data tersebut. Otoritas Inggris mengatakan dosis penguat efektif dalam mencegah pasien yang tertular Omicron mengalami gejala serius. Sejumlah 62,3 persen populasi Inggris telah menerima dosis ketiganya hingga 10 Januari.

Sementara di Jepang, hanya 1,1 persen populasi yang telah menerima dosis penguat hingga 17 Januari. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengisyaratkan bahwa varian ini memberikan tekanan lebih besar terhadap sistem perawatan kesehatan setiap negara meskipun terdapat risiko lebih rendah harus rawat inap. Hal ini karena jumlah kasus yang amat banyak meningkatkan jumlah penyakit parah serta kematian.

Informasi ini akurat tertanggal 19 Januari.

Q384: Apa yang kita ketahui tentang Omicron? (2): Terus waspada meskipun risiko lebih rendah menjadi penyakit parah (Bagian 1)

Dalam bagian kedua ini, kami akan mengulas mengenai apakah Omicron mengakibatkan penyakit yang parah.

Terdapat makin banyak bukti bahwa varian Omicron kurang parah dibandingkan varian lainnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan mingguan yang diterbitkan pada 11 Januari mengatakan bahwa selama periode yang didominasi Omicron, tingkat keterisian rumah sakit tampaknya lebih rendah dan lebih sedikit pasien mengalami penyakit parah.

Pada 4 Januari, para pejabat WHO mengatakan bahwa dibandingkan varian lainnya, Omicron tampaknya lebih berdampak terhadap saluran pernapasan atas, termasuk hidung dan tenggorokan, tetapi kurang menjangkau paru-paru dan menyebabkan kondisi serius. Namun, para pejabat memperingatkan bahwa lebih banyak kajian diperlukan untuk membuktikan sejumlah pandangan tersebut.

Bagi Jepang, data pendahuluan yang disusun di Okinawa menyediakan informasi mengenai tingkat keparahan penyakit yang diakibatkan oleh berbagai varian virus korona.

Para pejabat mengadakan survei terhadap pasien COVID-19 di provinsi itu ketika jumlah kasusnya mencapai 650. Mereka menemukan bahwa 84,8 persen pasien mengalami gejala ringan atau tanpa gejala serta 0,6 persen pasien mengalami gejala serius pada 1 April tahun lalu, ketika galur orisinal masih dominan.

Pada 18 Juli, selama periode varian Alpha sebagai dominan, sejumlah 72,8 persen menunjukkan gejala ringan atau tanpa gejala, sementara 0,9 persen dalam kondisi serius.

Pada 4 Januari tahun ini, ketika Omicron menjadi dominan, sejumlah 92,3 persen mengalami gejala ringan atau tanpa gejala. Tidak ada yang berada dalam kondisi serius.

Namun, para pakar memperingatkan bahwa saat ini kebanyakan pasien di Okinawa adalah orang-orang muda dan jumlah kasus serius dapat meningkat jika penularan menyebar di kalangan warga lanjut usia.

Informasi ini akurat tertanggal 18 Januari.

Q383: Apa yang kita ketahui tentang Omicron? (1): WHO menegaskan bahwa Omicron sangat menular

Varian Omicron menyebar cepat dengan laju yang belum pernah terjadi sebelumnya. Laporan beruntun dari seluruh dunia menunjukkan varian ini memiliki daya tular tinggi.

Penularan Omicron juga melonjak di Jepang dengan kasus harian mencapai lebih dari 20.000. Apa saja risiko penularan, gejala serius, dan bagaimana dampaknya atas layanan medis di Jepang?

Dalam seri terbaru kami melaporkan tentang sejumlah hal yang telah diketahui mengenai Omicron. Di bagian pertama, kami membahas daya tular Omicron.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan mingguan pada 11 Januari menyatakan varian Omicron memiliki daya tular yang tinggi.

Laporan tersebut menyebutkan kajian yang dilakukan di Denmark pada 2021 menemukan bahwa penularan sekunder di dalam rumah tangga untuk varian Omicron tercatat 31 persen, sementara varian Delta 21 persen.

Pusat Pengendalian Penyakit Menular AS (CDC) mengatakan telah menemukan bahwa daya tular Omicron maksimal tiga kali lipat dibandingkan varian Delta.

Di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, Omicron dengan cepat menggeser varian Delta sebagai varian dominan.

Di Inggris, hingga 30 Desember 2021, sekitar 95 persen kasus virus korona baru yang dilaporkan di sebagian besar wilayah negara itu berasal dari varian Omicron.

CDC menyatakan penularan baru varian Omicron di AS yang tercatat hingga 8 Januari, mencapai sekitar 98,3 persen. Itu menunjukkan bahwa Omicron telah menjadi varian dominan dan hampir sepenuhnya menggantikan varian virus korona lainnya.

Informasi ini akurat tertanggal 17 Januari.

Q382: Bagaimana mengetahui apakah seseorang tertular virus korona (4): Alat tes antigen

Ulasan kali ini adalah cara menggunakan alat tes antigen saat kita mengalami gejala.

Para pakar mengatakan alat tes antigen virus korona yang tersedia di toko-toko obat bisa membantu ketika kita mengalami gejala pada malam hari atau sulit untuk datang ke dokter. Namun, penggunaan alat tes antigen tidak direkomendasikan jika kita tidak memiliki gejala, karena kurang akurat dalam kondisi semacam itu.

Ketika kita mengalami gejala, alat tes antigen dikatakan bisa memberikan hasil yang dapat diandalkan jika digunakan dalam kurun waktu sembilan hari saat gejala muncul. Namun, dalam kasus itu harus dipastikan untuk menggunakan alat dengan label "in vitro diagnostics" atau IVD. Para pakar mengimbau orang-orang memiliki alat tersebut untuk berjaga-jaga.

Bagaimanapun, alat tes antigen bisa saja memberikan hasil negatif palsu. Kita harus mengunjungi dokter jika gejalanya bertahan bahkan setelah hasil tesnya negatif. Otsuka Yoshihito dari Pusat Medis Kameda mengatakan alat tes antigen yang disetujui oleh pemerintah dijual dengan harga kurang dari 2.000 yen (20 dolar) per alat.

Ia mengatakan menyiapkan alat tersebut di rumah adalah ide yang baik. Namun, ia memperingatkan bahwa alat tes antigen bisa memberikan hasil negatif palsu saat virus tidak sampai ke tingkat tertentu. Otsuka mengimbau kita untuk pergi ke dokter saat gejalanya tidak hilang dan kita merasa khawatir.

Informasi ini akurat tertanggal 14 Januari.

Q381: Bagaimana mengetahui apakah seseorang tertular virus korona (3): Apa yang mesti dilakukan dalam kasus ringan atau tanpa gejala

Pembahasan kali ini adalah tindakan yang semestinya dilakukan dalam kasus dengan gejala ringan atau tanpa gejala sama sekali.

Pemerintah pusat telah menginformasikan pemerintah-pemerintah daerah di wilayah "yang perlu menerapkan langkah pencegahan penularan" untuk menyediakan tes gratis virus korona, bahkan dalam kasus seseorang yang tidak memiliki gejala.

Secara terpisah, pemerintah-pemerintah daerah sudah menyediakan tes gratis bagi orang-orang yang tidak bisa divaksin. Namun, tes-tes tersebut untuk orang-orang yang tidak menunjukkan gejala penularan virus korona.

Apa yang semestinya dilakukan dalam kasus seseorang yang menunjukkan gejala ringan?

Panel pakar Kementerian Kesehatan mendesak orang-orang untuk datang ke fasilitas medis jika merasa demam ringan, mengalami kelelahan, atau tidak enak badan.

Salah satu anggota panel pakar yang merancang pedoman tes virus korona adalah Otsuka Yoshihito dari Pusat Medis Kameda. Ia mengatakan orang-orang yang mengalami gejala pilek seperti radang tenggorokan, ingusan, demam, sakit kepala, atau merasa kelelahan, harus dites virus korona.

Informasi ini akurat tertanggal 13 Januari.

Q380: Bagaimana mengetahui apakah seseorang tertular virus korona (2): Gejala varian Omicron

Kali ini kita melihat apa saja gejala-gejala penularan varian Omicron.

Panel pakar Kementerian Kesehatan bertemu pada 6 Januari dan mendengar laporan mengenai 50 pasien dari Provinsi Okinawa yang ditemukan hingga 1 Januari tertular varian Omicron.

Laporan itu menunjukkan bahwa 72 persen pasien mengalami demam 37,5 derajat Celsius atau lebih, sementara 58 persen mengalami batuk, dan 50 persen merasa kelelahan. Juga dinyatakan bahwa 44 persen mengalami sakit tenggorokan, 36 persen hidung tersumbat atau berair, 32 persen sakit kepala, dan 24 persen mengalami nyeri sendi. Sebanyak 8 persen mual atau muntah, 6 persen mengalami sulit bernapas, dan 2 persen mengalami gangguan indra pengecap atau penciuman. Berdasarkan laporan itu, hanya 4 persen yang tidak bergejala.

Ketua panel itu, Direktur Jenderal Institut Nasional Penyakit Menular Wakita Takaji, mengatakan meskipun pasien COVID-19 dikatakan sering mengalami gangguan pencernaan atau kehilangan kemampuan indra pengecap atau penciuman, laporan dari Okinawa mengindikasikan penularan varian Omicron tidak demikian. Menurutnya, gejala-gejala Omicron lebih mirip dengan gejala flu biasa.

Informasi ini akurat tertanggal 12 Januari.

Q379: Bagaimana mengetahui apakah seseorang tertular virus korona (1): Gejala umum COVID-19

Jepang mengalami peningkatan cepat penularan virus korona varian Omicron. Musim dingin adalah puncak musim flu biasa. Banyak orang merasa cemas apakah mereka menderita COVID-19 ketika mengalami gejala flu ringan. Apa yang harus kita lakukan ketika ini terjadi?

Gejala-gejala COVID-19 berbeda-beda, tergantung orangnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut hal-hal berikut sebagai gejala umum yang dialami orang ketika mereka tertular virus korona. Gejala tersebut adalah demam, batuk kering, rasa lelah, dan kehilangan kemampuan indra pengecap atau penciuman. Gejala-gejala lain yang mungkin terjadi pada sebagian pasien adalah sakit tenggorokan, sakit kepala, diare, ruam-ruam atau jari tangan dan kaki yang berubah warna, serta mata merah.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat, atau CDC, juga menyebut napas yang pendek atau sulit bernapas, sakit otot atau tubuh, hidung tersumbat atau berair, mual atau muntah, dan rasa menggigil sebagai gejala-gejala COVID-19.

Pertanyaannya adalah apakah gejalanya sama untuk penularan oleh varian Omicron.

Seorang pejabat WHO mengatakan pada 4 Januari bahwa makin banyak kajian yang menunjukkan bahwa varian ini menginfeksi saluran pernapasan atas, berbeda dari varian-varian lain yang mempengaruhi paru-paru dan menimbulkan pneumonia yang parah. Ia mengindikasikan bahwa peradangan akibat Omicron utamanya terjadi di hidung dan tenggorokan. Hal ini mengindikasikan gejala-gejala utama mungkin berbeda dari satu varian ke varian lain.

Informasi ini akurat tertanggal 11 Januari.

Q378: Tokyo laporkan lonjakan kasus virus korona mulai akhir tahun hingga awal Tahun Baru, termasuk penularan komunitas Omicron (2) Laporan kasus Omicron bertambah

Tokyo melaporkan kenaikan kasus virus korona pada akhir tahun dan awal Tahun Baru. Kasus-kasus yang diyakini merupakan kasus varian Omicron transmisi komunitas juga bertambah. Hari ini kami membahas kasus varian Omicron yang merupakan transmisi komunitas.

Tokyo memastikan kasus pertama penularan Omicron pada 16 Desember. Dalam dua pekan sejak hari itu hingga 28 Desember, total kasus Omicron berjumlah 13. Sebagai perbandingan, terdapat 9 kasus harian pada 30 Desember dan 25 kasus pada 3 Januari.

Meskipun hanya ada satu kasus yang tampak merupakan kasus transmisi komunitas hingga 28 Desember, jumlahnya melonjak menjadi 12 untuk 30 Desember dan 3 Januari.

Seorang pejabat Pemerintah Metropolitan Tokyo mengatakan terdapat kenaikan tajam kasus Omicron setelah Natal dan ada kemungkinan varian ini menyebar cepat mulai akhir tahun hingga Tahun Baru.

Mengenai sistem medis, maksimum sebanyak 6.919 ranjang rumah sakit telah disiapkan bagi orang-orang yang tertular virus korona. Tingkat okupansi pada 3 Januari adalah 3,5 persen. Para pakar Pemerintah Metropolitan mengatakan, dalam kondisi sekarang, lembaga-lembaga medis dapat secara stabil menyeimbangkan perawatan COVID-19 dengan perawatan penyakit biasa bukan COVID-19. Namun, mereka memperingatkan bahwa mereka mungkin menghadapi kekurangan ranjang rumah sakit bergantung pada penyebaran varian Omicron.

Informasi ini akurat tertanggal 7 Januari.

Q377: Tokyo laporkan lonjakan kasus virus korona mulai akhir tahun hingga awal Tahun Baru, termasuk penularan komunitas Omicron (1) Kecepatan pertambahan kasus meningkat

Tokyo melaporkan kenaikan kasus virus korona pada akhir tahun dan awal Tahun Baru. Kasus-kasus yang diyakini merupakan kasus varian Omicron transmisi komunitas juga bertambah. Kami melihat perkembangan jumlah kasus dari 29 Desember hingga 5 Januari.

Tokyo memastikan 76 kasus baru pada 29 Desember. Jumlah ini mengakhiri rekor 73 hari berturut-turut kasus harian di bawah 50. Pada 30 Desember, jumlah kasus baru adalah 64, dan pada 31 Desember sebanyak 78, yaitu rekor untuk bulan itu. Jumlah untuk hari-hari tersebut hampir dua kali lipat hari yang sama satu pekan sebelumnya.

Kasus harian semakin bertambah pada awal Tahun Baru. Jumlah kasus yang dipastikan adalah 79 pada 1 Januari dan 84 pada 2 Januari. Pada 3 Januari, jumlahnya melonjak ke 103, melampaui 100 untuk pertama kalinya sejak 8 Oktober 2021. Pada 5 Januari, kasus harian mencapai 390. Seorang pejabat Pemerintah Metropolitan Tokyo mengatakan kecepatan kenaikan ini memperoleh momentum, dan bahwa otoritas bersiap menghadapi krisis.

Selama periode ini, jumlah kasus yang menular di antara anggota keluarga khususnya mencolok. Dari 484 orang yang tertular dalam enam hari hingga 3 Januari, jalur penularan diketahui bagi 175 orang, atau 36,2 persen. Di antaranya, 101 orang, yaitu jumlah terbesar, adalah penularan di dalam keluarga. Ini mencakup 57,7 persen. Berikutnya, sebanyak 12,0 persen, adalah penularan di tempat kerja. Ini diikuti oleh penularan pada orang-orang yang makan di luar, yaitu 9,1 persen, dan penularan di berbagai fasilitas, pada 7,4 persen.

Informasi ini akurat tertanggal 6 Januari.

Q376: Pengetahuan akan varian Omicron sejauh ini (2) Kita harus terus waspada akan keparahan Omicron

Dalam serial ini, kami akan menyampaikan hal yang diketahui sejauh ini mengenai varian Omicron, yang merupakan varian virus korona terbaru yang menjadi kekhawatiran.

Terdapat pendapat yang mengatakan jika orang tertular oleh varian Omicron, maka gejalanya mungkin akan kurang parah dibandingkan varian sebelumnya. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan kita harus terus waspada mengenai tingkat keparahan Omicron.

Laporan dari Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Korea Selatan mengatakan kebanyakan pasien yang tertular varian ini tidak bergejala atau menunjukkan gejala ringan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan, “Data pendahuluan mengisyaratkan bahwa penularan Omicron mungkin kurang parah dibandingkan penularan oleh varian-varian sebelumnya. Meski demikian, data yang dapat diandalkan mengenai keparahan klinis masih terbatas. Bahkan jika proporsi penularan yang dikaitkan dengan kasus yang parah lebih rendah dibandingkan varian-varian sebelumnya, dengan kemungkinan naiknya jumlah penularan, maka jumlah pasti orang yang mengalami kasus parah dapat cukup besar.

Terlebih lagi, terdapat kesenjangan waktu antara ketika jumlah penularan meningkat dengan ketika jumlah kasus serius dan kematian meningkat.

WHO dalam edaran mingguan yang diterbitkan pada 21 Desember 2021 menyebutkan bahwa data tingkat keparahan Omicron jumlahnya masih terbatas. Ditambahkan, “Tingkat rawat inap di Inggris dan Afrika Selatan terus naik, dan dengan jumlah kasus yang meningkat pesat, ada kemungkinan sistem perawatan kesehatan dapat jadi kewalahan.”

Informasi ini akurat tertanggal 28 Desember 2021.

Q375: Pengetahuan akan varian Omicron sejauh ini (1) Laporan isyaratkan varian ini amat mudah menular

Omicron merupakan varian terbaru virus korona yang memicu perhatian. Di Amerika Serikat (AS) dan di negara-negara Eropa yang mengalami penyebaran varian ini di komunitas, Omicron secara cepat mengganti varian Delta sebagai varian yang dominan. Transmisi komunitas Omicron telah juga dikonfirmasi di Jepang. Dalam serial baru yang dimulai hari ini, kami akan meninjau apa yang kita ketahui mengenai varian Omicron sejauh ini.

Laporan dari seluruh dunia mengisyaratkan bahwa Omicron lebih mudah menular dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya. Omicron dengan cepat menjadi varian dominan di negara-negara seperti AS dan Inggris, yang sebelumnya hampir semua kasusnya disebabkan varian Delta.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan dalam negara-negara dengan transmisi komunitas Omicron, jumlah kasusnya menjadi dua kali lipat dalam 1,5 hingga 3 hari. Pada konferensi pers 20 Desember, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan sekarang ada bukti konsisten bahwa Omicron menyebar secara signifikan lebih cepat daripada varian Delta. Ia juga mengatakan, orang-orang yang telah divaksinasi atau telah pulih dari COVID-19, cenderung dapat tertular atau tertular kembali.

Informasi ini akurat tertanggal 27 Desember.

Q374: Suntikan penguat & varian Omicron (7) Studi mengindikasikan tiga dosis dapat memberikan perlindungan lebih tinggi (Bagian 4)

Dalam serial ini, kami sampaikan pandangan pakar mengenai bagaimana dosis penguat dapat melawan varian Omicron yang baru muncul. Kali ini kami bawakan bagian
ketujuh.

Produsen obat-obatan Amerika Serikat (AS) Moderna mengatakan dosis penguat vaksin virus koronanya tampak sangat efektif melawan varian Omicron di dalam uji laboratorium.

Temuan pendahuluan yang diumumkan perusahaan itu pada 20 Desember menunjukkan bahwa orang-orang yang mendapatkan dua suntikan vaksin tersebut memiliki level antibodi penetral yang rendah terhadap Omicron.

Suntikan penguat dengan dosis 50 mikrogram yang diizinkan untuk diberikan baik di Jepang maupun di AS, meningkatkan level antibodi penetral terhadap varian Omicron sekitar 37 kali dibandingkan level sebelum suntikan penguat.

Level antibodinya kira-kira 83 kali lebih tinggi daripada level sebelum suntikan penguat ketika dosisnya 100 mikrogram, yaitu dosis yang sama dengan masing-masing dua suntikan pertama.

Moderna mengatakan garis pertahanan pertama melawan Omicron adalah dosis penguat vaksin yang saat ini digunakan. Perusahaan itu mengatakan, meskipun pihaknya terus mengembangkan vaksin yang khusus bagi varian Omicron, vaksin-vaksin terhadap varian ini belum diperlukan pada saat ini.

Informasi ini akurat tertanggal 24 Desember.

Q373: Suntikan penguat & varian Omicron (6) Studi mengindikasikan tiga dosis dapat memberikan perlindungan lebih tinggi (Bagian 3)

Dalam serial ini, kami menyampaikan pandangan para pakar mengenai bagaimana suntikan penguat dapat melawan varian Omicron yang baru muncul. Dalam bagian keenam serial ini, kami akan mengulas mengenai langkah yang dilaksanakan di Amerika Serikat (AS).

Kepala Penasihat Medis Gedung Putih Anthony Fauci pada 15 Desember mengatakan bahwa vaksin penguat yang saat ini tersedia cukup efektif melawan varian Omicron.

Fauci mengatakan vaksinasi penuh yang menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna telah terganggu secara signifikan oleh varian ini, dalam hal mencegah penularan dan menghindari penyakit serius.

Ditambahkannya, jumlah kajian terbaru mengisyaratkan bahwa suntikan penguat secara besar meningkatkan level antibodi penetral dan meningkatkan perlindungan terhadap varian Omicron.

Fauci menyatakan bahwa pada saat ini ia tidak merasa diperlukannya dosis penguat khusus untuk satu varian. Pfizer dan Moderna telah mengumumkan pengembangan vaksin baru yang secara khusus menargetkan varian Omicron. Fauci menyampaikan kembali seruannya kepada masyarakat AS untuk mendapatkan vaksinasi serta suntikan penguat dari vaksin yang tersedia.

Informasi ini akurat tertanggal 23 Desember.

Q372: Suntikan penguat & varian Omicron (5) Studi mengindikasikan tiga dosis dapat memberikan perlindungan lebih tinggi (Bagian 2)

Dalam serial ini, kami bertanya kepada para pakar mengenai seberapa efektif suntikan penguat dalam melawan varian Omicron yang baru-baru ini muncul. Dalam bagian kelima kali ini, kami akan membahas mengenai hasil studi dari Afrika Selatan.

Sebuah riset laboratorium yang dipimpin oleh Profesor Alex Sigal dari Institut Riset Kesehatan Afrika mengindikasikan bahwa varian Omicron secara signifikan mengakibatkan turunnya imunitas antibodi yang terbentuk setelah menerima vaksin Pfizer-BioNTech. Studi yang menggunakan plasma darah dari 12 orang yang telah divaksinasi ini menemukan bahwa kemampuan antibodi dari vaksin untuk menetralkan varian tersebut turun menjadi seperempat puluh dibandingkan terhadap galur aslinya.

Perkiraan terbaru dari institut tersebut menunjukkan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech mungkin hanya 22,5 persen efektif terhadap infeksi simtomatik varian Omicron.

Hasil studi itu memperlihatkan bahwa di antara sampel darah dari enam orang, yang pernah tertular dan menerima dua suntikan vaksin, lima di antaranya menunjukkan tingkat antibodi penetral yang relatif tinggi. Juru bicara institut tersebut mengatakan bahwa orang-orang yang menerima suntikan ketiga kemungkinan besar bisa mengalami peningkatan antibodi dan terhindar dari risiko gejala serius.

Informasi ini tertanggal 22 Desember.

Q371: Suntikan penguat & varian Omicron (4) Studi mengindikasikan tiga dosis dapat memberikan perlindungan lebih tinggi (Bagian 1)

Dalam serial ini, kami bertanya kepada para pakar mengenai seberapa efektif suntikan penguat dalam melawan varian Omicron yang baru-baru ini muncul. Kali ini kami bawakan bagian keempat.

Raksasa farmasi Amerika Serikat, Pfizer, dan mitranya dari Jerman, BioNTech, pada 8 Desember merilis hasil studi pendahuluan mengenai efikasi vaksin yang diproduksinya terhadap varian Omicron. Hasil studi itu menunjukkan bahwa suntikan ketiga vaksinnya meningkatkan jumlah antibodi sebanyak 25 kali lipat dibandingkan dua dosis, serta memberikan perlindungan pada tingkat yang sama dengan perlindungan terhadap galur aslinya.

Dalam studi tersebut, kedua perusahaan itu menguji sampel darah, satu bulan sejak orang-orang menerima suntikan ketiga, untuk mengamati tingkat antibodi penetral terhadap varian Omicron. Ditemukan bahwa tingkat antibodinya setara dengan antibodi terhadap galur aslinya yang teramati pada orang-orang yang telah menerima dosis kedua tiga pekan sebelumnya.

Pfizer dan BioNTech menyebutkan bahwa suntikan ketiga diperkirakan dapat memberikan perlindungan yang tinggi terhadap varian Omicron.

Kedua perusahaan itu juga mengungkapkan bahwa 80 persen dari bagian protein spike, yang dikenali sel imun sebagai target, tidak terpengaruh oleh mutasi pada varian Omicron. Disebutkan bahwa ini berarti dua dosis vaksin masih dapat memberikan perlindungan terhadap kemungkinan sakit parah. Pfizer dan BioNTech mengungkapkan suntikan ketiga diyakini dapat menaikkan tingkat sel imun dan membantu mencegah pasien COVID-19 mengalami sakit parah.

Informasi ini tertanggal 21 Desember.

Q370: Suntikan penguat & varian Omicron (3) Sel imun yang menyerang virus bisa mencegah pasien sakit parah

Dalam serial ini, kami bertanya kepada para pakar mengenai seberapa efektif suntikan penguat dalam melawan varian Omicron yang baru-baru ini muncul. Dalam bagian ketiga hari ini, kami memfokuskan pembahasan pada fungsi sel imun.

Seorang pakar di bidang virus dan vaksinasi, Profesor Nakayama Testuo di Universitas Kitasato, menyebutkan bahwa meskipun varian Omicron memiliki 30 mutasi pada protein spike-nya, mutasi itu hanya terjadi pada tiga persen dari seluruh protein spike, bagian menonjol dari virus yang berikatan dengan sel manusia. Karena itu, ia berpendapat kecil kemungkinan bahwa vaksin sama sekali tidak efektif terhadap Omicron.

Nakayama mengatakan efikasi vaksin dalam mencegah penularan bisa turun hingga tingkat tertentu, tetapi kemampuannya untuk mencegah orang-orang yang terinfeksi mengalami sakit serius tidak berkurang terlalu banyak.

Menurut Nakayama, suntikan penguat mampu menaikkan tingkat antibodi serta meningkatkan kemampuan sel imun yang menyerang virus yang masuk ke dalam tubuh. Ia menyebutkan bahwa meskipun mutasi mungkin membantu virus menghindari antibodi, perlindungan yang diberikan sel imun yang bisa merespons berbagai mutasi akan dipertahankan pada tingkat yang tinggi dengan suntikan penguat sehingga kasus kritis dapat ditekan.

Informasi ini tertanggal 20 Desember.

Q369: Suntikan penguat & varian Omicron (2) Strategi vaksin utama dan penguat

Seiring negara-negara memberikan suntikan penguat dengan munculnya varian-varian baru virus korona, kami bertanya kepada para pakar mengenai seberapa efektif vaksinasi tambahan tersebut dalam melawan varian Omicron. Kali ini merupakan bagian kedua dari serial tersebut.

Taniguchi Kiyosu adalah kepala penelitian klinis di Rumah Sakit Nasional Mie dan anggota panel pakar pemerintah Jepang bagi virus korona. Menurutnya, memberikan dosis ketiga vaksin tidak hanya akan meningkatkan jumlah antibodi, tetapi juga akan memainkan peran penting dalam secara kuat menciptakan memori sistem kekebalan.

Saat dosis pertama vaksin yang disebut sebagai “utama” diberikan, tubuh mengenali virus sebagai target musuh yang harus diserang oleh sistem kekebalan alami. Dosis kedua vaksin kemudian diberikan agar sistem kekebalan menciptakan memori target musuh. Dosis ketiga yang disebut sebagai “penguat”, bertujuan untuk memperkuat dan membuat memori ini bertahan lebih lama. Maka dari itu, strategi “utama dan penguat” menargetkan untuk mendidik sistem kekebalan terhadap “musuh” dan untuk memperkuat memori ini.

Taniguchi mengatakan karena strategi ini membutuhkan kekebalan yang cukup melalui vaksinasi yang bertujuan mencegah berkembangnya gejala serius, strategi ini seharusnya juga efektif terhadap varian-varian baru yang muncul termasuk Omicron. Ia menekankan pentingnya memajukan upaya dalam memberikan suntikan penguat.

Informasi ini akurat hingga 17 Desember 2021.

Q368: Suntikan penguat & varian Omicron (1) Memperkuat antibodi membantu melawan varian baru

Kekhawatiran tengah meningkat karena vaksin virus korona yang ada saat ini kurang efektif dalam mencegah varian Omicron. Kasus yang melibatkan varian baru tersebut makin meningkat di seluruh dunia. Kecemasan ini muncul di saat dunia tengah memberikan suntikan penguat bagi orang-orang yang telah mendapatkan dua suntikan. Vaksin-vaksin yang digunakan sebagai suntikan penguat sama seperti dua dosis pertama dan dirancang bagi virus yang muncul sebelumnya. Kami bertanya kepada para pakar mengapa kita masih memerlukan suntikan ketiga serta seberapa efektif vaksinasi tambahan itu dalam melawan varian Omicron. Kali ini merupakan bagian pertama dari serial tersebut.

Varian Omicron memiliki sejumlah mutasi pada protein spike atau protein berbentuk paku. Protein spike memainkan peran penting dalam menginfeksi sel inang. Mutasi berarti mungkin menjadi lebih sulit menetralkan antibodi untuk terikat dengan protein spike tersebut dan mencegah infeksi.

Taniguchi Kiyosu adalah kepala penelitian klinis di Rumah Sakit Nasional Mie dan anggota panel pakar pemerintah Jepang bagi virus korona. Ia mengatakan suntikan penguat akan berarti, meski jika vaksinasi kurang efektif terhadap varian Omicron. Menurut Taniguchi, bahkan jika mutasi pada varian mengurangi efektivitas antibodi penetralisir menjadi seperempatnya, kita masih dapat memiliki tingkat perlindungan yang sama jika jumlah antibodi menjadi empat kali lipat setelah suntikan penguat memperkuat sistem kekebalan kita. Ia mengatakan bahwa dengan menerima suntikan ketiga dan meningkatkan total jumlah antibodi, kita akan dapat memiliki lebih banyak antibodi yang mengikat varian Omicron.

Informasi ini akurat hingga 16 Desember 2021. Untuk membaca semua informasi terkait virus korona baru bisa Anda akses melalui situs web NHK World Japan.

Q367: Apakah pengobatan akan efektif terhadap varian Omicron? (4) Obat yang menekan respons kekebalan yang berlebihan “diperkirakan efektif terhadap Omicron.”

Kasus infeksi baru varian Omicron terkonfirmasi secara global. Apakah pengobatan akan efektif terhadap varian terbaru ini? Kami bertanya kepada para pakar mengenai efektivitas bermacam obat, yang sudah digunakan saat ini dan yang tengah dikembangkan dalam merawat orang terinfeksi Omicron. Kali ini merupakan bagian keempat dari serial tersebut.

Deksametason dan baricitinib menekan respons kekebalan yang berlebihan guna meningkatkan jumlah virus sehingga keduanya diyakini efektif melawan COVID-19 terlepas dari mutasinya.

Profesor Morishima Tsuneo dari Universitas Medis Aichi Jepang mengatakan tampaknya tidak mungkin obat antibodi benar-benar tidak dapat menangani varian baru tersebut. Namun, ia menyebutkan bahwa kita tidak dapat mengetahui sejauh mana efektivitas obat itu akan menurun terhadap varian Omicron kecuali kita memastikannya dengan pasien yang mendapatkan obat tersebut.

Berdasarkan obat-obatan oral yang tengah dikembangkan, ia mengatakan obat tersebut diperkirakan efektif terhadap varian Omicron seperti halnya terhadap varian-varian sebelumnya karena obat-obatan ini mencegah virus dalam sel berkembang biak.

Morishima mengatakan strategi saat ini adalah memberikan obat-obatan oral jika disetujui serta obat antibodi pada tahap awal. Menurutnya strategi tersebut tidak akan berubah meski jika efektivitas obat-obatan itu akan berubah dalam kasus varian Omicron.

Informasi ini akurat hingga 15 Desember 2021.

Q366: Apakah pengobatan akan efektif terhadap varian Omicron? (3) Apakah pengobatan untuk mencegah pertumbuhan di dalam sel akan efektif terhadap varian Omicron?

Kasus infeksi baru varian Omicron terkonfirmasi secara global. Apakah pengobatan akan efektif terhadap varian terbaru ini? Kami bertanya kepada para pakar mengenai efektivitas bermacam obat, yang sudah digunakan saat ini dan yang tengah dikembangkan dalam merawat orang terinfeksi Omicron. Kali ini merupakan bagian ketiga dari serial tersebut.

Di antara pengobatan yang dikembangkan untuk merawat pasien virus korona, sejumlah obat bertujuan untuk mencegah terjadinya enzim yang penting bagi pertumbuhan di dalam sel virus tersebut. Remdesivir yang telah disetujui oleh otoritas kesehatan Jepang merupakan salah satu obat yang diberikan melalui infus intravena kepada pasien dengan gejala moderat hingga serius.

Pengembangan obat oral yang akan diminum oleh terutama bagi pasien dengan gejala ringan yang memulihkan diri di rumah juga tengah dilakukan. Obat-obat itu termasuk Molnupiravir yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi AS Merck, yang telah mengajukan permohonan kepada pemerintah Jepang, Paxlovid yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi AS Pfizer, yang mengajukan permohonan kepada pemerintah AS untuk penggunaan darurat, dan obat oral yang serupa saat ini tengah dikembangkan oleh perusahaan farmasi Jepang Shionogi.

Morishima Tsuneo dari Universitas Kedokteran Aichi mengatakan karena perawatan ini menargetkan virus yang telah masuk ke tubuh manusia, obat itu seharusnya efektif terhadap varian Omicron.

Informasi ini tertanggal 14 Desember.

Q365: Apakah pengobatan akan efektif terhadap varian Omicron? (2) Kekhawatiran terhadap perawatan untuk mencengah terjadinya invasi sel manusia dapat terganggu

Kasus infeksi baru varian Omicron terkonfirmasi secara global. Apakah pengobatan akan efektif terhadap varian terbaru ini? Kami bertanya kepada para pakar mengenai efektivitas bermacam obat, yang sudah digunakan saat ini dan yang tengah dikembangkan dalam merawat orang terinfeksi Omicron. Kali ini merupakan bagian kedua dari serial tersebut.

Di antara pengobatan yang disetujui di Jepang, campuran obat antibodi dan sotrovimab telah digambarkan sebagai pengobatan antibodi. Keduanya mencegah invasi oleh virus korona dengan menargetkan protein spike, tonjolan di permukaan virus yang digunakan virus tersebut sebagi pijakan untuk masuk ke sel manusia. Pengobatan ini diberikan dengan infus intravena kepada pasien dengan gejala ringan untuk mencegah mereka sakit parah. Para pakar menekankan varian Omicron memiliki 30 mutasi protein spike dan hal itu dapat merusak efektivitas perawatan untuk mencegah virus masuk ke sel manusia.

Morishima Tsuneo dari Universitas Kedokteran Aichi mengatakan pengobatan antibodi menargetkan protein spike itu, jadi ia yakin mutasi terbaru akan memiliki dampak besar terhadap efektivitas perawatan tersebut. Pada saat yang bersamaan, ia mengatakan efektivitas perawatan dapat tetap utuh jika mutasi tidak tumpang tindih dengan protein spike yang menjadi target.

Sotrovimab diyakini dapat menangani varian Omicron karena perusahaan farmasi raksasa Inggris GlaxoSmithKline, yang mengembangkan obat tersebut, melakukan uji coba terhadap virus yang serupa dengan varian itu dan diketahui efektif.

Informasi ini tertanggal 13 Desember.

Q364: Apakah pengobatan akan efektif terhadap varian Omicron? (1) Apa perbedaan pemberian obat melalui infus atau pil?

Kasus infeksi baru varian Omicron terkonfirmasi secara global. Apakah pengobatan akan efektif terhadap varian terbaru ini? Kami bertanya kepada para pakar mengenai efektivitas bermacam obat, yang sudah digunakan saat ini dan yang tengah dikembangkan dalam merawat orang terinfeksi Omicron. Kali ini merupakan bagian pertama dari serial tersebut.

Terdapat tiga jenis obat untuk merawat orang yang terinfeksi virus korona. Obat-obatan ini untuk mencegah virus tersebut masuk ke dalam sel manusia, obat guna mencegah virus yang sudah masuk ke sel berkembang biak dan obat yang menekan respons kekebalan yang berlebihan terhadap virus yang telah bertambah.

Morishima Tsuneo dari Universitas Kedokteran Aichi, seorang pakar dalam perawatan kasus virus korona, mengatakan efektivitas dari pemberian obat melalui infus intravena yang menargetkan “protein spike” pada permukaan virus itu mungkin bervariasi tergantung pada lokasi tonjolannya, tetapi pil bagi pasien dengan gejala ringan dirancang untuk mencegah virus itu dari berkembang biak tampaknya masih efektif. Detailnya akan dibahas dalam bagian berikutnya.

Informasi ini tertanggal 10 Desember.

Q363: Jepang memulai vaksinasi penguat (3) Siapkah pemerintah kota?

Pada bagian ketiga seri ini, kami membahas bagaimana pemerintah kota bersiap untuk memberikan vaksinasi penguat.

Pemerintah kota dan desa di penjuru Jepang bertanggung jawab dalam pelaksanaan vaksinasi bagi warga. Pemerintah daerah tersebut menghadapi masalah saat banyak orang mengalami kesulitan melakukan reservasi suntikan pertama karena jalur telepon sibuk dan situs web tidak dapat dibuka karena banyak yang mengakses.

Pada 26 November, NHK bertanya kepada pemerintah 23 distrik di pusat Tokyo bagaimana rencana menangani isu ini ketika melaksanakan vaksinasi ketiga. Sebanyak 19 distrik menjawab tengah mengambil langkah untuk mencegah kekacauan seperti itu terulang kembali. Enam distrik mengatakan akan menetapkan terlebih dahulu tanggal, waktu, dan tempat pemberian vaksin dan mengirimkannya ke warga. Delapan distrik mengatakan akan menambah jumlah jalur telepon untuk pemesanan dan tempat-tempat yang dapat didatangi orang untuk mendapatkan bantuan guna melakukan reservasi.

Distrik Edogawa Tokyo berencana agar warga lansia, yang mendapatkan vaksin kedua mereka di tempat vaksinasi massal distrik itu, mendapatkan vaksin ketiga tepat delapan bulan kemudian pada waktu dan tanggal yang sama. Mereka juga bisa mendapatkan vaksin itu di tempat yang sama atau yang berdekatan. Warga yang ingin mengubah tanggal atau tempat dapat melakukannya dengan menelepon atau mengakses situs web distrik. Para pejabat distrik mengatakan tengah mempertimbangkan langkah serupa bagi orang-orang dalam kelompok usia lain jika langkah untuk warga lansia ini berjalan lancar.

Informasi ini tertanggal 9 Desember.

Q362: Jepang memulai vaksinasi penguat (2) Vaksin penguat boleh menggunakan vaksin lain

Pada bagian kedua seri ini, kami membahas penggunaan vaksin yang berbeda dari vaksin yang sebelumnya.

Pemerintah memutuskan untuk mengizinkan penggunaan vaksin yang berbeda dari dua suntikan sebelumnya. Para pejabat membuat keputusan itu karena mereka tidak yakin apakah vaksin Pfizer akan segera tersedia dalam jumlah yang cukup bagi semua yang telah mendapatkan dua suntikan Pfizer.

Kementerian Kesehatan mengatakan telah memperoleh vaksin Pfizer bagi sekitar 4 juta orang yang dapat menerima vaksin ketiga pada Desember dan Januari. Sementara pada bulan Februari dan Maret sekitar 34 juta orang seharusnya bisa mendapatkan vaksin ketiga, tetapi sekarang ini pemerintah kemungkinan dapat mempersiapkan vaksin Pfizer hanya bagi 20 juta orang.

Kementerian telah mengizinkan penggunaan vaksin Moderna jika keamanan dan efektivitasnya dipastikan dan vaksin ini mendapatkan pengesahan untuk suntikan ketiga.

Kementerian mengatakan masih belum jelas apakah vaksin Pfizer akan tersedia bagi semua orang yang ingin mendapatkan suntikan ketiga delapan bulan setelah suntikan kedua. Dikatakan, untuk kasus ini, penggunaan vaksin Moderna harus dipertimbangkan.

Informasi tertanggal 8 Desember.

Q361: Jepang memulai vaksinasi penguat (1) Kapan kita akan dapat divaksinasi?

Pemberian dosis ketiga vaksin virus korona dimulai pada 1 Desember bagi tenaga kesehatan di penjuru Jepang. Orang-orang berusia 65 tahun ke atas bisa mendapatkan suntikan ketiga mulai Januari 2022. Kami akan membahas pelaksanaan vaksinasi ketiga dalam serial yang dimulai kali ini.

Kementerian Kesehatan Jepang pada awalnya mengatakan bahwa pada prinsipnya orang-orang yang mendapatkan vaksinasi kedua sekurangnya delapan bulan lalu bisa mendapatkan vaksin penguat. Namun, pemerintah baru-baru ini mengisyaratkan bahwa pemerintah menargetkan untuk mempersingkat jarak antara suntikan kedua dan ketiga. Waktu pemberian vaksin penguat bagi tiap kelompok masyarakat akan ditentukan berdasarkan apakah pemerintah kota siap melaksanakannya dan seberapa banyak vaksin yang tersedia. Kupon-kupon vaksin akan dikirim dari pemerintah kota ke warga yang sudah bisa mendapatkan vaksin ketiga.

Kementerian Kesehatan sebelumnya mengatakan bahwa pada bulan Desember, 1,04 juta tenaga kesehatan bisa mendapatkan suntikan ketiga. Mulai Januari, orang-orang berusia 65 tahun ke atas dan sebagian orang berusia di bawah 65 tahun yang mendapat dua vaksinasi pertama lebih awal juga akan bisa mendapatkan suntikan ketiga. Pada bulan Maret, vaksinasi ketiga akan dimulai di tempat kerja dan universitas.

Kementerian mengatakan vaksinasi penguat akan dilaksanakan sekurangnya hingga September 2022.

Informasi ini tertanggal 7 Desember.

Q360: Hokkaido melaporkan kenaikan bertahap kasus baru (4) Menerapkan langkah dasar penularan adalah penting

Kali ini merupakan bagian terakhir dari seri yang mengulas tentang situasi di Hokkaido.

Profesor Tateda Kazuhiro dari Universitas Toho, salah satu anggota panel pakar pemerintah terkait pandemi, mengatakan pada 2020 Hokkaido merupakan salah satu provinsi pertama di Jepang yang mengalami tren peningkatan kasus penularan pada November dan Desember.

Ia mengatakan saat suhu udara menjadi dingin, virus yang dilepaskan oleh orang-orang cenderung mengambang di udara dalam waktu yang lebih lama. Ia juga mengatakan membran di saluran pernapasan cenderung mudah terluka di suhu kering, yang meningkatkan kemungkinan infeksi virus. Ia menambahkan bahwa orang-orang cenderung berada di dalam ruangan tertutup dalam waktu lama saat cuaca dingin. Hal itu bisa memicu risiko penularan.

Tateda mengatakan virus korona baru masih ada di berbagai tempat dan bisa berkembang biak serta menyebar di waktu yang tidak terduga. Ia mengatakan musim dingin adalah masa yang rentan dengan penularan. Kita harus menerapkan langkah dasar pencegahan penularan dengan menyeluruh, seperti misalnya memakai masker, ventilasi ruangan dengan sepatutnya, dan menghindari situasi yang disebut dengan istilah ‘3C’, yaitu closed space atau tempat tertutup, crowded places atau tempat dengan kerumunan orang, serta close contact atau kontak fisik jarak dekat.

Informasi tertanggal 6 Desember.

Q359: Hokkaido melaporkan kenaikan bertahap kasus baru (3) Satgas provinsi menilai tidak ada tanda-tanda penularan Kembali

Pada bagian ketiga seri ini, kami mengulas tentang situasi di Hokkaido.

Satuan tugas virus korona Hokkaido mengatakan kasus meningkat karena kluster penularan. Satgas mengatakan tidak ada penularan komunitas, dan hingga saat ini tidak ada indikasi penularan akan menyebar dengan cepat.

Satuan tugas juga mengatakan kebanyakan kasus baru terjadi di antara orang-orang yang belum divaksin.

Para petugas pusat kesehatan masyarakat Hokkaido mengambil langkah pencegahan penularan klaster dengan menelusuri orang-orang yang pernah kontak dekat para pasien. Para petugas berupaya menentukan sumber penularan guna mencegah peningkatan kasus dan menyerukan orang-orang untuk menerapkan langkah dasar pencegahan penularan.

Satuan tugas menyatakan jika kasus baru terus bertambah, itu akan menjadi awal dari gelombang keenam, oleh karena itu mereka akan mencermati situasinya dengan saksama.

Informasi tertanggal 3 Desember.

Q358: Hokkaido melaporkan kenaikan bertahap kasus baru (2) Ventilasi dan rekomendasi ‘3C’

Pada bagian kedua seri ini, kami mengulas tentang situasi di Hokkaido.

Virus korona diketahui lebih mudah menyebar di tempat tertutup tanpa ventilasi udara. Risiko penularan juga diketahui meningkat di musim dingin saat suhu udara menurun dan kesempatan untuk melakukan pertukaran udara di dalam ruangan juga berkurang.

Virus korona pertama kali diketahui lebih menular di tempat tertutup setelah orang-orang terpapar virus ini di sebuah area peristirahatan dalam ruangan di Festival Salju Sapporo pada Februari 2020, kemudian kasus serupa lainnya bermunculan. Analisis pakar menunjukkan bahwa droplet atau percikan ludah yang sangat kecil yang mengandung virus mengambang di udara untuk beberapa waktu tertentu di tempat tertutup dan orang-orang terinfeksi karena menghirupnya.


Berdasarkan temuan tersebut, orang-orang diimbau untuk mencuci tangan mereka, menggunakan disinfektan, menghindari perbincangan tanpa masker dan menghindari tempat tertutup, kerumunan orang, serta kontak fisik jarak dekat, di Jepang rekomendasi itu disebut dengan istilah ‘3C’. Ventilasi juga diketahui bisa menurunkan risiko penularan.

Namun, saat suhu udara menurun di musim dingin, orang-orang cenderung beraktivitas di dalam ruangan dan ada banyak kesempatan bagi orang-orang untuk berdekatan dengan yang lainnya pada masa liburan akhir tahun dan Tahun Baru. Panel pakar Kementerian Kesehatan mengatakan risiko penularan mungkin meningkat, dan menyerukan orang-orang untuk menerapkan langkah dasar pencegahan penularan yang menyeluruh, misalnya dengan membuka ventilasi ruangan.

Informasi tertanggal 2 Desember.

Q357: Hokkaido melaporkan kenaikan bertahap kasus baru (1) Hokkaido bisa menjadi indikator gelombang keenam

Kasus baru di Jepang saat ini berada pada tingkat terendah dalam tahun ini. Namun, angka harian di Provinsi Hokkaido, Jepang utara, sempat naik pada November lalu.

Virus korona cenderung menyebar lebih awal di Hokkaido dibandingkan kawasan lainnya di Jepang saat suhu udaranya rendah. Para pakar mengungkapkan kita harus memantau tren di provinsi di utara Jepang ini karena bisa menjadi pertanda dimulainya gelombang keenam penularan.

Hokkaido merupakan wilayah pertama di Jepang yang mengalami penyebaran virus korona pada akhir Februari 2020. Setelah itu, kasus baru mulai naik di Tokyo pada pertengahan Maret.

Selain itu, dalam gelombang ketiga penularan pada musim dingin 2020, terdapat kecenderungan penyebaran penularan virus korona dua pekan lebih awal di Hokkaido sebelum di wilayah lainnya di Jepang, termasuk Tokyo. Akhir Oktober tahun lalu, Hokkaido mulai mencatat kenaikan rata-rata kasus baru mingguan dibandingkan pekan sebelumnya. Di Tokyo, angkanya mulai naik pada pertengahan November sebelum trennya makin terlihat sekitar satu bulan setelahnya.

Jumlah rata-rata tersebut baru mulai benar-benar naik di seluruh Jepang setelah pertengahan November 2020. Kasus harian baru tetap berada di bawah 1.000 hingga awal November, tetapi jumlahnya menjadi 2.000 pada akhir November, dan mencapai 4.000 pada akhir Desember. Pada 8 Januari 2021, angkanya hampir mencapai 8.000.

Para pakar menyebutkan bahwa pada musim dingin tahun ini, virus korona tampaknya berhasil dibendung hingga tingkat tertentu berkat progres vaksinasi. Namun, mereka memperingatkan bahwa berada di ruangan tertutup dalam periode waktu yang lama bisa meningkatkan risiko tertular virus korona. Dikatakan bahwa kita harus terus memantau situasi virus korona di Hokkaido untuk mendeteksi segala kemungkinan pertanda gelombang keenam penularan.

Informasi ini tertanggal 1 Desember.

Q356: Kapan gelombang keenam akan terjadi? (9) Bagaimana mencegah lonjakan kembali penularan musim dingin tahun ini?

Kali ini kami akan menghadirkan bagian terakhir dari serial wawancara dengan para pakar mengenai apakah gelombang penularan keenam akan terjadi di Jepang dan kapan kemungkinan terjadinya.

Dalam serial wawancara ini, seluruh pakar memperingatkan bahwa gelombang keenam penularan tampaknya akan terjadi musim dingin tahun ini. Banyak di antara para pakar yang menyebutkan bahwa meningkatnya kontak antara orang-orang akan menjadi faktor utama dalam memprediksi apakah lonjakan kembali penularan akan terjadi dan kapan terjadinya.

Omi Shigeru, kepala panel pakar pemerintah untuk langkah penanggulangan virus korona, dan Wakita Takaji, ketua panel pakar di bawah kementerian kesehatan, memperingatkan masyarakat agar melakukan tindakan pencegahan selama liburan akhir tahun dan Tahun Baru ketika aktivitas sosial kemungkinan akan meningkat. Keduanya juga meminta semua orang agar terus menjalankan langkah-langkah dasar pencegahan penularan, seperti mengenakan masker dan menghindari kondisi ruangan tertutup, tempat yang ramai, serta kontak jarak dekat.

Profesor Wada Koji dari Universitas Internasional Kesehatan dan Kesejahteraan mengatakan tidak mudah untuk memprediksi apakah lonjakan kasus akan kembali terjadi mengingat berbagai faktor saling memengaruhi secara kompleks. Meskipun demikian, Wada mengungkapkan bahwa vaksin dan pengembangan pengobatan baru virus korona merupakan faktor yang memberikan sedikit harapan.

Untuk mencegah terjadinya kembali lonjakan kasus pada musim dingin tahun ini, penting bagi semua orang untuk belajar dari pengalaman yang diperoleh hingga gelombang kelima penularan, dan terus menerapkan berbagai langkah pencegahan.

Informasi ini tertanggal 30 November.

Q355: Kapan gelombang keenam akan terjadi? (8) Chiba Asako dari Yayasan Tokyo untuk Riset Kebijakan (Bagian 2)

Kali ini kami akan menghadirkan bagian kedelapan dari serial wawancara dengan pakar mengenai apakah gelombang keenam akan terjadi di Jepang dan kapan kemungkinan terjadinya. Kita akan kembali menyimak pendapat dari Chiba Asako, peneliti pascadoktoral di Yayasan Tokyo untuk Riset Kebijakan.

Chiba mengatakan bahwa gelombang keenam penularan tampaknya akan terjadi saat efek vaksinasi berkurang bersamaan dengan naiknya jumlah orang yang bepergian ke luar. Kami menanyakan kepada Chiba mengenai apa yang bisa dilakukan untuk menghadapi gelombang berikutnya.

Menurut Chiba, yang menjadi poin penting adalah memanfaatkan “paket vaksin dan tes PCR” pemerintah semaksimal mungkin. Pemerintah menargetkan untuk menggunakan kombinasi bukti vaksinasi dan hasil tes negatif virus korona dalam melonggarkan pembatasan sosial.

Chiba melakukan simulasi pada model “Tokyo mini” yang diambilnya. Ia menemukan bahwa jumlah kasus baru kemungkinan akan turun meskipun jumlah orang yang keluar rumah, setelah divaksinasi atau dinyatakan negatif, kembali ke tingkat sebelum pandemi. Namun, ia menekankan bahwa hal ini hanya akan terjadi jika jumlah keseluruhan orang yang bepergian keluar dengan tidak divaksinasi dan tidak menjalani tes virus korona bisa dipertahankan pada tingkat setengahnya dibandingkan sebelum pandemi.

Chiba menyebutkan bahwa upaya mempertahankan jumlah penularan di bawah kendali dapat dilakukan secara efektif dengan membendung pergerakan orang-orang secara menyeluruh. Namun, ia menambahkan bahwa untuk menyeimbangkan aktivitas ekonomi dengan langkah pencegahan penularan, satu cara yang efektif adalah membatasi pergerakan orang-orang yang memiliki risiko tinggi penularan, misalnya mereka yang belum divaksin. Ia menyebutkan pemerintah harus membahas lebih lanjut mengenai cara penerapan “paket vaksin dan tes PCR” yang efektif.

Informasi ini tertanggal 29 November.

Q354: Kapan gelombang keenam akan terjadi? (7) Chiba Asako dari Yayasan Tokyo untuk Riset Kebijakan (Bagian 1)

Kali ini kami akan menghadirkan bagian ketujuh dari serial wawancara dengan para pakar mengenai apakah gelombang keenam akan terjadi di Jepang dan kapan kemungkinan terjadinya. Kita akan menyimak pendapat dari Chiba Asako, peneliti pascadoktoral di Yayasan Tokyo untuk Riset Kebijakan.

Chiba mengkhawatirkan kemungkinan lonjakan kembali jumlah penularan pada musim dingin tahun ini. Ia meyakini bahwa gelombang keenam penularan akan disebabkan oleh kombinasi berkurangnya efek vaksinasi serta naiknya arus pergerakan orang-orang.

Chiba mencari tahu cara menekan gelombang penularan sekecil mungkin melalui simulasi dengan mengambil model “Tokyo mini”. Ia menyimulasikan bagaimana penularan akan menyebar di kota yang menjadi hipotesis dengan populasi sekitar 70.000 orang. Berdasarkan sensus dan data lainnya, kota itu merupakan versi mini dari Tokyo, dengan struktur usia, pekerjaan, dan susunan keluarga penduduk yang mirip dengan ibu kota Jepang sebenarnya.

Dalam simulasinya, Chiba menetapkan angka 4 kasus harian baru pada Oktober 2021 atau setelahnya. Ini berarti sekitar 800 kasus harian di Tokyo yang sesungguhnya. Di bawah skenario semacam itu, jika arus pergerakan orang-orang dipertahankan pada angka 30 persen di bawah tingkat sebelum pandemi, perhitungan menunjukkan bahwa jumlah penularan baru tidak berubah, bahkan ketika efek vaksin berkurang. Begitu makin banyak orang menerima suntikan ketiga vaksin virus korona, jumlah kasus akan mulai menurun di bawah skenario ini.

Namun, jika arus pergerakan orang-orang hanya berjumlah 20 persen di bawah tingkat sebelum pandemi, kasus baru akan terus naik meskipun lebih banyak orang menerima suntikan ketiga.

Menurut Chiba, simulasi tersebut menunjukkan bahwa kenaikan arus pergerakan orang yang kecil sekalipun bisa mengubah drastis situasi penularan. Ia mengatakan bahwa saat atmosfer keseluruhan di masyarakat mengarah pada diadakannya acara kumpul-kumpul akhir tahun, ada kemungkinan kasus penularan akan naik.

Namun, ia juga menyebutkan kemungkinan sulitnya untuk terus mempertahankan arus pergerakan orang-orang pada tingkat yang lebih rendah jika mempertimbangkan perekonomian.

Informasi ini tertanggal 26 November.

Q353: Kapan gelombang keenam akan terjadi? (6) Takayama Yoshihiro dari Rumah Sakit Chubu Okinawa

Kali ini, kami akan hadirkan bagian keenam dari serial wawancara dengan para pakar mengenai jika dan bila datangnya gelombang keenam kemungkinan melanda. Kami akan sampaikan lagi penjelasan bagian kedua Takayama Yoshihiro dari Rumah Sakit Chubu Okinawa.

Takayama memperingatkan bahwa kembali melonjaknya penularan dapat terjadi selama liburan akhir tahun dan Tahun Baru mendatang. Menurutnya, apa pun langkah pencegahan penularan yang kita ambil, tidak dapat dihindari bahwa virus tersebut akan ditransmisikan hingga tingkat tertentu ke daerah selama musim liburan.

Sejumlah warga lanjut usia sudah menantikan untuk melewatkan Tahun Baru bersama anak-anak dan cucu-cucunya, setelah cukup lama tidak dapat berjumpa. Maka itu penting baik bagi warga lanjut usia maupun keturunannya untuk memastikan bahwa mereka telah mendapatkan vaksinasi dan mengambil langkah pencegahan lainnya agar dapat menghabiskan waktu bersama tanpa kekhawatiran.

Takayama menekankan pentingnya meningkatkan persiapan bagi kemungkinan terjadinya gelombang keenam penularan. Ia mengatakan bahwa dengan memandang situasi penularan saat ini di Amerika Serikat dan Eropa, kita harus menambah persiapan dengan asumsi bahwa gelombang yang lebih besar lagi dapat melanda. Menurutnya, menambah jumlah ranjang rumah sakit bukanlah hal yang mudah khususnya di kawasan luar kota besar, saat jumlah pasien dengan penyakit lain bertambah seiring datangnya musim dingin. Maka dari itu, ia berpendapat amatlah penting untuk meningkatkan jumlah fasilitas tempat pasien dapat memulihkan diri setelah keluar dari rumah sakit agar periode rawat inapnya bisa dipersingkat. Jika panjang perawatan inapnya bisa dikurangi setengah, hal tersebut akan memiliki efek yang sama dengan menggandakan jumlah ranjang rumah sakit. Takayama menyerukan pemerintah dan rumah sakit daerah untuk melakukan konsultasi guna memastikan semuanya siap penuh menghadapi kemungkinan gelombang baru penularan.

Informasi ini akurat tertanggal 25 November.

Q352: Kapan gelombang keenam akan terjadi? (5) Takayama Yoshihiro dari Rumah Sakit Chubu Okinawa

Kali ini, kami menyajikan bagian kelima dari serial wawancara dengan para pakar, mengenai jika dan bila datangnya gelombang keenam kemungkinan melanda. Kali ini kita akan mendengar pendapat Takayama Yoshihiro dari Rumah Sakit Chubu Okinawa. Ia adalah pakar penyakit menular dan duduk dalam panel pakar kementerian kesehatan.

Takayama mencatat perbedaan cara virus menyebar di daerah perkotaan dan kawasan di luar kota besarnya.

Menurutnya, kawasan perkotaan dan kawasan di luar kota besar harus mengambil pendekatan yang berbeda terhadap penularan virus. Di kawasan perkotaan, ada sejumlah titik panas tempat penularan terus terjadi. Begitu orang mulai lebih sering melakukan kontak di tempat-tempat seperti itu, maka wabah dapat pecah, seperti ketika sekring terbakar.

Sementara mayoritas kawasan di luar kota besar, termasuk Provinsi Okinawa, telah mengalami penularan yang sebagian besar telah tertangani, tanpa adanya kasus yang dilaporkan pada sejumlah kawasan. Orang-orang di daerah tersebut harus memperhatikan arus masuk orang-orang yang telah tertular dari kawasan perkotaan. Kuncinya adalah bila “paket tes PCR” tersedia bagi pengunjung dari luar dan jika otoritas setempat mengeluarkan permintaan untuk tidak melakukan perjalanan lintas batas provinsi ketika wabah terjadi. Masyarakat di kawasan daerah lebih khawatir terhadap penularan dan ingin diterapkannya pencegahan. Namun, tidak ada manfaatnya jika pesan mereka tidak sampai ke penduduk di kawasan perkotaan.

Sekarang setelah jumlah kasus penularan relatif rendah, lebih sedikit orang yang menganggap pesan ini dengan serius. Maka itu penting bagi otoritas di kawasan perkotaan untuk terus mengingatkan masyarakat agar mereka terus waspada.

Demikian penjelasan Takayama Yoshihiro dari Rumah Sakit Chubu Okinawa.

Informasi ini akurat tertanggal 24 November.

Q351: Kapan gelombang keenam akan terjadi? (4) Profesor Wada Koji, Universitas Kesehatan dan Kesejahteraan Internasional

Kali ini, kami akan menghadirkan bagian keempat dari serial perbincangan dengan para pakar, mengenai jika dan bila datangnya gelombang keenam kemungkinan melanda. Berikut adalah penjelasan Wada Koji, profesor dari Universitas Kesehatan dan Kesejahteraan Internasional yang juga adalah pakar kesehatan masyarakat, termasuk terkait penyakit menular. Selain itu, Profesor Wada adalah anggota panel pakar yang membantu Kementerian Kesehatan.

Wada, seperti para pakar lainnya, memperingatkan bahwa kehati-hatian harus dilaksanakan untuk menghadapinya. Kehati-hatian juga diperlukan pada permulaan tahun ketika arus pergerakan orang meningkat.

Ia menyebutkan bahwa adanya faktor-faktor musiman seperti udara dingin dan kelembaban yang digabungkan dengan arus manusia, membuat virus itu kemungkinan besar akan menyebar cepat pada akhir tahun dan Tahun Baru, ketika terjadi perayaan dan orang-orang menjadi aktif. Ini adalah situasi yang sama dengan flu musiman. Perhatian khusus harus diterapkan.

Wada mengatakan bahwa bahkan para pakar merasa sulit untuk memperkirakan mengenai kemungkinan gelombang keenam, karena hal tersebut tergantung dari sejumlah faktor seperti kemajuan vaksinasi, pelonggaran pembatasan aktivitas sosial, serta seiring berjalannya waktu, seberapa banyak keefektivan vaksin akan turun. Selain itu, masih ada banyak lagi yang belum diketahui.

Namun, Wada meyakini bahwa berkat meningkatnya vaksinasi, maka tidak seperti gelombang penularan sebelumnya, risiko orang menjadi jatuh sakit serius tampaknya akan menurun.

Ia mengatakan melalui kajian kasus di luar negeri, tidak ada keraguan bahwa orang-orang yang belum divaksinasi akan menjadi golongan utama yang akan menyebarkan dan menjadi kasus yang serius di masa mendatang. Di Tokyo, satu dari lima orang yang berusia 40-an tahun masih belum divaksinasi. Menurut Profesor Wada, penting untuk meningkatkan vaksinasi agar orang-orang dan komunitas merasa tenang.

Informasi ini akurat tertanggal 22 November.

Q350: Kapan gelombang keenam akan terjadi? (3) Profesor Hirata Akimasa, Institut Teknologi Nagoya

Kali ini kami menghadirkan bagian ketiga dari rangkaian wawancara bersama para pakar mengenai jika dan kapan gelombang keenam akan terjadi. Kita akan mendengarkan upaya dalam memperkirakan penularan di masa depan dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI).

Hirata Akimasa, profesor di Institut Teknologi Nagoya, menghasilkan sebuah simulasi situasi masa depan di Tokyo dengan memasukkan data infeksi masa lalu ke dalam sistem AI. Berbagai data digunakan, termasuk kemajuan jumlah orang yang terinfeksi, suhu, kelembapan, arus orang-orang serta apakah keadaan darurat diberlakukan atau tidak.

Anggapannya adalah arus orang-orang akan secara bertahap kembali seperti biasa. AI tersebut menjalankan 27 pola simulasi berdasarkan kondisi yang berbeda-beda, seperti perbandingan orang-orang yang telah divaksinasi dua kali dan saat vaksinasi penguat akan dimulai. Dalam seluruh pola, hasilnya menunjukkan bahwa gelombang keenam akan terjadi sekitar awal Januari.

Hirata mengatakan prediksi AI adalah puncak gelombang keenam akan terjadi pada awal Januari dalam seluruh situasi. Saat periode inkubasi virus tersebut diperhitungkan, arus orang-orang yang keluar untuk menikmati liburan selama periode mulai Natal hingga Tahun Baru dan jumlah pertemuan dengan keluarga dan kerabat akan memengaruhi penyebaran virus korona.

Pada saat yang bersamaan, prediksi AI menunjukkan bahwa jika vaksinasi penguat segera diberikan, jumlah orang-orang yang terinfeksi akan mulai berkurang pada tanggal yang relatif awal. Prediksi itu juga menunjukkan bahwa jumlah orang-orang yang sakit serius akan terbendung.

Hirata menyebutkan penting untuk mendapatkan suntikan ketiga, dan untuk populasi secara keseluruhan guna mempertahankan tingkat efikasi vaksin yang tinggi. Vaksinasi di Jepang telah diterapkan dengan cepat, yang juga berarti terdapat kemungkinan bahwa efektivitas vaksin menurun dengan cepat. Menurutnya jika vaksinasi penguat tidak segera dimulai, akan sulit bagi Jepang untuk mempertahankan efikasi.

Informasi ini akurat hingga 19 November 2021.

Q349: Kapan gelombang keenam akan terjadi? (2) Furuse Yuki, pakar epidemiologi

Kali ini kami menghadirkan bagian kedua dari serangkaian wawancara bersama para pakar mengenai jika dan kapan gelombang keenam akan terjadi. Kami kembali menghadirkan Furuse Yuki, pakar epidemiologi penyakit menular.

Furuse mengatakan kita dapat menunda permulaan infeksi gelombang keenam jika kita mengurangi kontak antarorang. Namun, simulasi yang ia lakukan menunjukkan bahwa meski kita mengurangi kontak sebanyak 40 persen, dengan kata lain 60 persen dari tingkat sebelum pandemi, gelombang penularan berikutnya akan datang dalam waktu sekitar lima bulan. Simulasi ini tidak termasuk kemungkinan efek dari pemberian vaksinasi penguat. Menurutnya dosis penguat dapat mengurangi dampak gelombang keenam.

Sangat sulit untuk memahami seberapa banyak penurunan kontak antarorang. Furuse memberi tahu bahwa kuncinya adalah meningkatkan kesadaran menjelang akhir tahun dan musim Tahun Baru.

Furuse mengatakan musim dingin adalah musim yang rentan terhadap penyebaran penyakit pernapasan menular. Ia juga menyebutkan ini adalah musim untuk mengadakan pesta. Jika orang-orang berkumpul dan minum minuman beralkohol atau banyak melakukan perjalanan seperti sebelum pandemi, maka dapat memicu perluasan infeksi. Ia mengatakan meski sejumlah orang mengkhawatirkan pelonggaran langkah pencegahan penularan yang dilakukan secara bertahap, banyak orang masih mengenakan masker, tidak banyak mengadakan pesta dengan menyajikan minuman beralkohol dan lebih memilih mengadakan pertemuan daring ketimbang bertemu secara langsung. Menurutnya sebagian besar hidup kita kini berdasarkan “tatanan normal baru” selama pandemi virus korona dengan mengurangi kontak. Furuse mengatakan jika kita dapat melanjutkan langkah-langkah seperti ini, kita mungkin dapat meminimalkan dampak gelombang penularan berikutnya, serta tidak terlalu membebani sistem perawatan medis, meskipun kita tidak dapat secara penuh mencegahnya.

Informasi ini akurat hingga 18 November 2021.

Q348: Kapan gelombang keenam akan terjadi? (1) Furuse Yuki, pakar epidemiologi

Kasus COVID-19 di Jepang berada pada level terendah tahun ini. Meski demikian, pemerintah pada 12 November mengumumkan rencana untuk bersiap bagi kemungkinan gelombang penularan virus korona berikutnya. Mulai hari ini, kami akan menghadirkan serangkaian wawancara bersama para pakar mengenai jika dan kapan gelombang keenam akan terjadi.

Pakar pertama adalah Furuse Yuki, seorang pakar epidemiologi penyakit menular dan spesialis di bidang analisis menggunakan model matematika. Furuse yang merupakan penasihat satgas klaster kementerian kesehatan mengatakan gelombang keenam tampaknya akan datang pada musim dingin ini.

Pakar epidemiologi tersebut selama ini bertanggung jawab atas simulasi situasi penularan bagi panel pakar virus korona kementerian kesehatan. Ia melakukan simulasi tersebut dengan memperhitungkan berbagai faktor yang berkontribusi terhadap menyebarnya virus korona dan memasukkannya ke dalam rumus matematika untuk memperoleh prognosis atau perkiraan tentang peristiwa yang akan terjadi.

Berikut ini daftar asumsi yang digunakannya untuk simulasi tersebut.
1) Tingkat vaksinasi adalah 90 persen di kalangan orang-orang berusia 60 tahun ke atas, 80 persen berusia 40-an dan 50-an tahun, serta 75 persen berusia 20-an dan 30-an tahun.
2) Vaksinasi penuh, yang berarti telah menerima dua suntikan, efektif dalam mencegah penularan sebesar 70 persen.
3) Kontak antarorang akan menjadi sekitar 80 persen dari level sebelum pandemi (20 persen lebih rendah dari sebelumnya).

Simulasi ini menunjukkan bahwa jumlah orang yang baru terinfeksi yang awalnya rendah, akan mulai meningkat setelah satu bulan dan peningkatan cepat akan dimulai setelah dua bulan.

Informasi ini akurat hingga 17 November 2021.

Q347: Kompensasi kecelakaan kerja untuk gejala sisa virus korona (Bagian 2) Siapa saja yang berhak?

Para pekerja asing yang bekerja sebagai karyawan telah dilindungi dengan asuransi kecelakaan kerja di Jepang terlepas dari kewarganegaraan mereka. Tidak hanya bagi mereka yang memiliki status yang diizinkan bekerja tetapi juga mahasiswa yang bekerja paruh waktu. Pemerintah Jepang mengatakan orang-orang tersebut berhak mendapatkan kompensasi kecelakaan kerja ketika terinfeksi virus korona di tempat kerja atau mereka mengalami sakit gejala sisa COVID-19 sehingga tidak dapat bekerja.

Kementerian Kesehatan mengimbau orang-orang agar berkonsultasi dengan Kantor Inspeksi Standar Tenaga Kerja ketika mereka terinfeksi virus korona atau masih mengalami gejala tersebut.

Temuan Kementerian Kesehatan hingga akhir September, sebanyak 14.567 orang telah dianggap memenuhi syarat untuk memperoleh kompensasi kecelakaan kerja setelah terinfeksi virus tersebut di tempat kerja. Di antara orang-orang ini, sebanyak 11.214 merupakan pekerja medis atau layanan perawatan lansia, termasuk dokter, perawat, dan perawat lansia yang terdaftar. Jumlahnya sekitar 70 persen dari keseluruhan. Namun, ada juga 376 pekerja di sektor transportasi atau layanan pos, 315 orang di sektor manufaktur, dan 245 pekerja di sektor layanan jasa termasuk hotel dan restoran.

Sebuah organisasi nonprofit yang berbasis di Hyogo membantu para pekerja yang terdampak COVID-19 dan berupaya untuk memperbaiki lingkungan kerja. Sekretaris Jenderalnya Nishiyama Kazuhiro mengatakan orang-orang yang menderita gejala berkepanjangan setelah terinfeksi di tempat kerja memenuhi syarat untuk mendapatkan kompensasi kecelakaan kerja kembali. Ia mengatakan pemerintah harus lebih berupaya agar orang-orang mengetahuinya.

Informasi ini tertanggal 16 November.

Q346: Kompensasi kecelakaan kerja untuk gejala sisa virus korona (Bagian 1) Studi kasus pekerja pria

Jumlah orang yang terinfeksi virus korona di tempat kerja dan mendapatkan kompensasi kecelakaan kerja meningkat. Juga terdapat kasus gejala sisa COVID-19 diakui berhak mendapatkan kompensasi tersebut. Kali ini, kami membahas mengenai kompensasi bagi gejala sisa COVID-19.

Seorang pria yang berusia 40-an tahun yang bekerja sebagai terapis fisik di sebuah fasilitas perawatan lansia di Provinsi Hyogo dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan kompensasi bagi pekerja untuk gejala sisa COVID-19 yang dialaminya. Pria itu terinfeksi COVID-19 setelah kontak dekat dengan salah seorang penghuni tempat perawatan tersebut yang tertular virus korona. Ia melakukan tes PCR pada Desember 2020, hasilnya positif dan dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan kompensasi. Pria itu kembali bekerja setelah memulihkan diri sekitar dua bulan, tetapi tidak pergi bekerja lagi sejak April 2021 karena mengalami gejala seperti sangat lelah, napas pendek, dan gangguan indra perasa. Dokter mendiagnosisnya mengalami gejala sisa COVID-19.

Ia kembali mengajukan permohonan untuk mendapatkan kompensasi bagi pekerja dan pada Agustus, Kantor Inspeksi Standar Tenaga Kerja menganggap infeksi virus korona di tempat kerja merupakan penyebab gejala tersebut. Pria itu masih belum dapat bekerja hingga kini dan fokus untuk pemulihan diri di rumah dengan dukungan istri dan putrinya yang berusia 5 tahun.

Pria itu mengatakan dirinya merasa lega setelah mendapatkan kompensasi untuk gejala sisa yang dialaminya. Ia mengatakan merasa sedih karena tidak cukup tenaga untuk bangun dan bermain secara fisik dengan anak perempuannya. Ia ingin dapat kembali melakukan semuanya sehingga bisa kembali bekerja secepat mungkin.

Setelah gejala sisa COVID-19 diakui sebagai bagian dari kompensasi bagi pekerja, maka pemerintah meminta orang-orang yang mengalami kondisi serupa untuk berkonsultasi dengan otoritas tenaga kerja.

Informasi ini tertanggal 15 November.

Q345: Cara Jepang Dan Negara-Negara Lain Menangani “Suntikan Ketiga” (9) Belajar dari gelombang kelima

Di bagian kesembilan seri mengenai dosis penguat atau suntikan ketiga, kami mempertimbangkan pelajaran yang diperoleh dari infeksi gelombang kelima.

Profesor Oka Hideaki dari Universitas Kedokteran Saitama mengatakan sebagian besar pasien COVID selama gelombang kelima merupakan mereka yang belum divaksinasi atau baru mendapatkan vaksinasi pertama. Meski begitu, ia mengatakan seorang pasien yang berusia 80 tahun dirawat di rumah sakit karena mengalami gejala parah dan meninggal pada pertengahan Agustus, meskipun telah mendapatkan vaksinasi kedua pada Juli.Pasien ini mulai mengalami sistem kekebalannya melemah karena perawatan kanker.

Oka mengatakan pasien mengalami sakit parah meskipun telah mendapatkan dua kali vaksinasi. Berbagai studi di luar negeri menunjukkan bahwa pasien dengan sistem kekebalan yang melemah tidak dapat menerima manfaat dari dua kali vaksinasi. Studi itu menekankan terhadap kemungkinan bahwa efektivitas vaksin bagi orang-orang tersebut telah hilang.

Oka menambahkan ada risiko pasien itu menerima imunosupresan sebagai perawatan bagi penyakit lain mungkin juga tidak menghasilkan antibodi yang cukup meski setelah dua suntikan.

Oka mengatakan mereka mengakumulasi data vaksin virus korona dan mereka kini mengetahui bahwa dua dosis tidak cukup untuk melindungi orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah, tetapi antibodi mereka meningkat dengan suntikan ketiga.

Oka mengatakan saat ini vaksin menjadi umum, sebagai antisipasi untuk gelombang berikutnya, harus dipertimbangkan bagaimana dapat melindungi orang-orang yang memiliki risiko mengalami sakit serius dan menangani kelemahan tersebut. Ia menyampaikan, cara ini akan dapat membendung peningkatan jumlah pasien yang sakit serius juga melindungi sistem layanan kesehatan.

Informasi ini tertanggal 12 November.

Q344: Cara Jepang Dan Negara-Negara Lain Menangani “Suntikan Ketiga” (8) Sebagian orang tidak dapat memperoleh vaksin penguat

Di bagian kedelapan seri mengenai dosis penguat atau suntikan ketiga, kami berbicara dengan satu orang yang ingin mendapatkan vaksin, tetapi tidak bisa karena satu alasan.

Ikeda Masahiro adalah seorang penjaga bar berusia 49 tahun yang bekerja di kawasan Roppongi di Distrik Minato, Tokyo. Ia tidak divaksinasi. Ia memiliki dermatitis atopik dan gejala-gejala alergi lain.

Ia jatuh sakit setelah mendapatkan vaksin flu sembilan tahun lalu. Dokternya mengatakan itu adalah syok anafilaksis. Ikeda menceritakan pengalaman menyeramkan yang dialaminya saat itu.

Ia mengatakan saat berdiri hendak pulang setelah divaksin, ia tidak dapat berjalan lurus. Ia mengatakan merasakan ada yang aneh dan jantungnya mulai berdebar.

Ikeda menanyakan kepada dokter pribadinya mengenai vaksinasi virus korona. Dokter mengatakan kepadanya mungkin tidak masalah, tetapi Ikeda yang harus memutuskan, karena sebelumnya pernah mengalami syok anafilaksis.

Penjaga bar itu juga memiliki asma, jadi ia berisiko mengalami gejala serius jika terinfeksi virus korona. Ia mengatakan ingin divaksinasi demi dirinya sendiri serta para pelanggan di barnya, tetapi ia bingung.

Ia mengatakan kepada kami, sejujurnya, ia iri pada orang-orang yang bisa divaksinasi tiga kali. Menurutnya, ia akan melakukan hal itu jika dirinya sehat. Ia merasa cemas dan terasing ketika melihat peraturan dicabut satu per satu dan orang-orang mulai dapat bepergian jika memiliki bukti vaksinasi. Ia mengatakan ingin masyarakat paham ada orang seperti dirinya yang tidak bisa divaksinasi dan membahas apa yang dapat dilakukan bagi mereka.

Informasi ini akurat tertanggal 11 November.

Q343: Cara Jepang Dan Negara-Negara Lain Menangani “Suntikan Ketiga” (7) Fasilitas perawatan lansia sangat berharap terhadap vaksin penguat

Di bagian ketujuh seri mengenai dosis penguat atau suntikan ketiga kali ini, kami mengangkat pandangan dari sebuah fasilitas perawatan lansia.

Diyakini bahwa pada tahun ini sejumlah klaster penularan terjadi di fasilitas-fasilitas perawatan lansia yang merupakan penularan terobosan di antara orang-orang yang telah divaksin dua kali, selama apa yang disebut sebagai gelombang kelima penularan virus korona tahun ini.

Pada November tahun lalu, sebuah fasilitas perawatan lansia di Distrik Setagaya di Tokyo yang ditempati 90 orang dan mempekerjakan lebih dari 100 staf yang bekerja bergiliran, lebih dari 10 orang lansia dan staf dites positif virus ini meskipun tidak ada yang menunjukkan gejala.

Fasilitas itu mendorong vaksinasi, dan antara April hingga Mei tahun ini sebagian besar lansia yang tinggal di sana serta staf divaksinasi penuh. Fasilitas itu juga meningkatkan upaya untuk mencegah penularan, dan hasilnya, hingga sekarang tidak ada laporan kasus baru penularan.

Sampai beberapa waktu lalu, fasilitas itu membatasi kontak dengan pengunjung menjadi bertemu yang dipisahkan dengan jendela atau secara daring. Sejak Oktober, lansia di sana dapat menerima pengunjung di fasilitas perawatan itu setelah langkah-langkah pencegahan diambil.

Fasilitas perawatan lansia itu mengatakan sangat berharap atas keefektifan vaksin penguat dalam melindungi warga lansia yang berisiko lebih tinggi sakit parah. Dikatakan, suntikan ketiga juga perlu agar pihaknya dapat terus menerima kunjungan yang hampir seperti keadaan normal.

Tanaka Misa, kepala fasilitas Hakusui-no Sato, mengatakan dirinya yakin vaksinasi akan efektif dalam melindungi warga lansia.

Anggota-anggota keluarga meminta vaksinasi penguat agar mereka dapat terus bertemu dengan lansia di fasilitas itu. Tanaka mengatakan, pada bulan Januari 2022 sudah lewat delapan bulan sejak vaksinasi kedua, dan dirinya berharap pemerintah daerah akan mengambil langkah-langkah segera untuk memberikan vaksinasi ketiga.

Informasi ini akurat tertanggal 10 November.

Q342: Cara Jepang Dan Negara-Negara Lain Menangani “Suntikan Ketiga” (6) Bagaimana urutan dan siapa yang bisa mendapat vaksinasi di Jepang?

Di bagian keenam seri mengenai dosis penguat atau suntikan ketiga, kami melihat situasi di Jepang. Bagaimana urutan serta siapa yang bisa mendapat vaksinasi?

Kementerian Kesehatan Jepang berencana menawarkan dosis ketiga vaksin virus korona kepada mereka yang telah divaksinasi dua kali dan ingin mendapatkan dosis ketiga.

Di Jepang, giliran pertama vaksinasi diberikan kepada para tenaga kesehatan mulai Februari tahun ini. Vaksinasi ini disusul dengan warga lansia mulai April. Mereka yang memiliki masalah kesehatan adalah yang berikutnya.

Kementerian tidak berencana menetapkan prioritas untuk vaksinasi ketiga. Namun, kementerian akan menawarkan vaksin penguat ke masyarakat sekitar delapan bulan setelah suntikan kedua.

Hal ini berarti tenaga medis berhak mendapatkan dosis ketiga mulai Desember dan warga lansia mulai Januari tahun depan.

Mereka akan disusul oleh orang-orang yang tidak masuk dalam kedua kategori tersebut.

Kementerian Kesehatan menyerukan pemerintah daerah agar melakukan persiapan untuk memberikan vaksin penguat. Hal ini termasuk membahas cara-cara menerima reservasi, mendapatkan tempat, dan mengirim kupon kepada mereka yang sebentar lagi delapan bulan setelah vaksinasi kedua.

Informasi ini akurat tertanggal 9 November.

Q341: Cara Jepang Dan Negara-Negara Lain Menangani “Suntikan Ketiga” (5) Siapa yang harus divaksin terlebih dahulu?

Pada bagian kelima seri mengenai dosis penguat atau suntikan ketiga vaksin virus korona, seorang pakar menjelaskan bahwa orang-orang dengan penyakit bawaan atau memiliki faktor risiko lainnya harus menjadi yang pertama mendapatkan suntikan ketiga.

Profesor Tateda Kazuhiro dari Universitas Toho adalah anggota panel pakar virus korona pemerintah. Tateda menjelaskan bahwa orang-orang yang berisiko mengalami gejala serius harus diberikan prioritas untuk mendapatkan dosis penguat.

Ia menambahkan bahwa pemberian dosis penguat kepada kelompok dengan risiko yang lebih rendah, termasuk kalangan muda, baru bisa diputuskan setelah hasil studi lanjutan dikeluarkan.

Profesor Tateda mengatakan ada laporan yang disebut penularan terobosan yang terjadi pada orang-orang yang telah divaksin. Namun, ia menjelaskan laporan itu mengungkapkan bahwa vaksinasi masih efektif dalam mencegah orang-orang menjadi sakit parah atau sekarat.

Ia menambahkan masih ada lansia dan orang-orang dengan imunodefisiensi yang dapat mengalami gejala serius, kadang menyebabkan kematian, jika mengalami penularan terobosan.

Tateda juga mengatakan bahwa para tenaga kesehatan, meski tidak masuk dalam kelompok berisiko tinggi, mungkin perlu mendapatkan suntikan ketiga agar mereka tidak memaparkan virus ke pasien dengan risiko tinggi.

Menurutnya, pemerintah harus mempertimbangkan prioritasnya dan tetap mencermati progres vaksinasi serta hasil kajian di seluruh dunia dalam memutuskan kebijakan vaksinasi di Jepang.

Informasi ini akurat tertanggal 8 November.

Q340: Cara Jepang Dan Negara-Negara Lain Menangani “Suntikan Ketiga” (4) Vaksin mana yang harus digunakan?

Di bagian keempat seri mengenai dosis penguat atau suntikan ketiga, kami menjawab pertanyaan berikut, “Apakah kita harus mendapatkan suntikan ketiga dengan vaksin yang sama atau yang berbeda?”

Belum dipastikan apakah kita harus mendapatkan suntikan dosis penguat dari vaksin yang sama dengan vaksin yang sudah diterima sebelumnya, atau boleh menggunakan vaksin berbeda.

Di AS dan Inggris, uji klinis tengah berlangsung. Orang-orang diberikan suntikan ketiga dengan vaksin virus korona yang berbeda-beda guna mengkaji vaksin mana yang bisa meningkatkan imunitas sewaktu orang-orang yang sudah divaksin dua kali menerima dosis penguat.

Pada awal Oktober, Institut Kesehatan Nasional AS, NIH, merilis laporan paruh waktu atas uji klinis terhadap 458 orang dewasa yang telah sepenuhnya divaksin dengan Pfizer-BioNTech, Moderna, atau Johnson & Johnson. Para peneliti itu memberikan orang-orang tersebut suntikan ketiga dengan jenis vaksin yang sama atau berbeda dari yang didapat sebelumnya, kemudian mengkaji perbedaan tingkat antibodi yang tercipta.

Para peneliti itu mengatakan, apa pun vaksin awal yang diterima orang-orang tersebut, tingkat antibodi penetral terhadap virus korona bagi mereka yang mendapatkan dosis penguat dari Pfizer atau Moderna, meningkat hingga 10 sampai 30 kali lipat dalam dua pekan. Ini mengindikasikan bahwa dosis penguat dengan dua vaksin tersebut meningkatkan imunitas.

NIH mengatakan uji coba tersebut dilakukan dalam kelompok kecil, tetapi tidak ada kekhawatiran terkait keamanan. Institut ini juga mengatakan akan mengumumkan tingkat antibodi penetral terhadap varian Delta.

Informasi ini akurat tertanggal 5 November.

Q339: Cara Jepang Dan Negara-Negara Lain Menangani “Suntikan Ketiga” (3) Apakah vaksin korona tetap efektif ketika antibodi menurun seiring dengan waktu?

Di bagian ketiga seri mengenai dosis penguat atau suntikan ketiga, kami mengulas pertanyaan berikut, “Apakah vaksin tetap efektif seiring dengan waktu meski tanpa dosis penguat?”

Beberapa laporan mengatakan perlindungan yang diberikan oleh vaksin akan berkurang seiring dengan waktu setelah suntikan kedua karena penurunan tingkat antibodi penetral.

Namun, kajian lain menunjukkan bahwa meski ada penurunan antibodi, tetapi vaksin cukup efektif untuk mencegah orang-orang yang tertular menjadi sakit parah atau terhindar dari rawat inap di rumah sakit.

Satu kelompok peneliti dari sejumlah universitas di Amerika Serikat merilis hasil penelitiannya terhadap efikasi vaksin yang terdapat dalam laporan mingguan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular AS (CDC) pada September lalu. Penelitian ini dilakukan di 21 rumah sakit di 18 negara bagian AS.

Penelitian ini menemukan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech 91 persen efektif mulai dua pekan hingga 120 hari setelah suntikan kedua, dan 77 persen efektif setelah 121 hari. Temuan ini juga menunjukkan bahwa vaksin Moderna 93 persen efektif antara dua pekan dan 120 hari setelah dosis kedua, dan 92 persen efektif setelah 121 hari.

Di Jepang dan wilayah lainnya di dunia terdapat laporan kasus yang disebut “penularan terobosan” yang dialami oleh orang-orang setelah dua pekan lebih mendapatkan vaksin penuh. Namun, rasio orang-orang yang mengalami sakit parah dalam kasus tersebut dilaporkan rendah.

Pusat Nasional Jepang untuk Kesehatan dan Pengobatan Global mengkaji data dari 3.400 lebih orang yang menjalani rawat inap akibat COVID-19 di lebih dari 600 institusi medis di Jepang. Kajian itu menemukan bahwa rasio orang-orang yang harus menjalani perawatan di unit perawatan intensif atau ICU, jumlahnya seperdelapan dari mereka yang tidak divaksin, bahkan di antara pasien kalangan lanjut usia.

Kajian ini juga menemukan bahwa tingkat kematian pasien lansia yang telah divaksin dosis penuh adalah sepertiga dari mereka yang tidak divaksin. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa vaksin efektif dalam menurunkan risiko mengalami gejala serius.

Informasi ini akurat tertanggal 4 November.

Q338: Cara Jepang Dan Negara-Negara Lain Menangani “Suntikan Ketiga” (2) Kembali naiknya tingkat antibodi penetral

Dalam bagian kedua dari serial mengenai “dosis penguat” vaksin virus korona, kami akan membahas mengenai tingkat antibodi penetral yang dilaporkan oleh para produsen vaksin.

Dengan adanya sejumlah negara yang telah melakukan atau sedang mempertimbangkan untuk memberikan suntikan tambahan, terdapat laporan bahwa keefektifan vaksin virus korona pada orang-orang yang telah divaksinasi penuh tampaknya akan melemah dengan berjalannya waktu akibat penurunan tingkat antibodi penetral yang membantu melindungi orang terhadap virus itu.

Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca mengatakan pemberian dosis penguat akan makin meningkatkan keefektifan vaksin dengan meningkatkan tingkat penetralan antibodi.

Pfizer mengatakan dalam uji yang membandingkan tingkat antibodi penetral terhadap varian Delta pada kelompok orang-orang yang telah menerima dosis ketiga dibandingkan kelompok orang yang menerima dua dosis, ditemukan bahwa tingkat antibodi pada mereka yang telah menerima dosis penguat berusia 55 tahun ke bawah, meningkat sebanyak lebih dari lima kali. Sementara pada orang berusia 65 hingga 85 tahun, tingkatnya meningkat lebih dari 11 kali. Uji tersebut dilaksanakan satu bulan setelah kedua kelompok menerima vaksinasi.

Moderna juga mengatakan bahwa tingkat antibodi terhadap varian Delta yang ditemukan pada kelompok orang yang menerima dosis penguat dua pekan setelah vaksinasinya meningkat sebanyak sekitar 42 kali dibandingkan dengan dalam kelompok orang yang sudah enam hingga delapan bulan setelah menerima dosis keduanya.

AstraZeneca juga melaporkan kenaikan tingkat antibodi penetral setelah suntikan tambahan.

Informasi ini akurat tertanggal 2 November.

Q337: Cara Jepang Dan Negara-Negara Lain Menangani “Suntikan Ketiga” (1) Haruskah “dosis penguat” dijadikan standar?

Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara lain yang melaksanakan vaksinasi dalam tahap awal kini mulai memberikan suntikan ketiga atau “dosis penguat”. Negara-negara tersebut mengatakan efikasi dari vaksin berkurang dengan berjalannya waktu. Kali ini kami hadirkan bagian pertama dari serial mengenai “dosis penguat”.

Para penasihat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pada 11 Oktober agar orang-orang yang memiliki sistem kekebalan yang telah melemah untuk mendapatkan dosis penguat vaksin virus korona, seperti misalnya Pfizer-BioNTech, Moderna, dan AstraZeneca.

Para pakar mengatakan orang-orang dengan masalah kekebalan atau imunokompromais memiliki risiko tinggi mengalami kasus parah bahkan jika mereka telah divaksinasi penuh karena perlindungan yang diberikan oleh dua suntikan sebelumnya tidak memadai.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana untuk memberikan suntikan tambahan bagi orang-orang yang telah divaksinasi penuh setelah periode waktu tertentu dari suntikan keduanya. Pemerintah mengatakan efikasi dari vaksin virus korona tampaknya akan melemah dengan berjalannya waktu.

Pada September lalu, Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (FDA) AS mengeluarkan izin darurat bagi dosis penguat vaksin virus korona Pfizer-BioNTech. Orang-orang yang berhak mendapatkan suntikan ketiga harus berusia 65 tahun ke atas, usia 18 tahun ke atas yang berisiko tinggi mengalami penyakit parah, dan para tenaga kesehatan atau lainnya yang menghadapi kemungkinan tinggi terpapar virus tersebut.

FDA mengatakan dosis penguat akan diberikan paling cepat enam bulan setelah suntikan kedua. Pelaksanaan pemberian vaksin penguat tersebut sudah mulai dilaksanakan.

Pada 14 Oktober, panel penasihat FDA membuat rekomendasi serupa terkait vaksin Moderna, dengan mengusulkan suntikan ketiga vaksin bagi orang-orang berusia 65 tahun ke atas dan mereka yang berusia 18 tahun ke atas dengan risiko tinggi mengalami penyakit parah.

Informasi ini akurat tertanggal 1 November.

Q336: Gejala Sisa Virus Korona (4) Pencegahan melalui vaksinasi

Pusat Nasional Kesehatan dan Obat-obatan Global serta sejumlah institusi lainnya melakukan survei terhadap orang-orang yang telah pulih dari COVID-19 sejak Februari 2020. Kelompok tersebut berhasil menganalisis tanggapan dari 457 orang yang berusia 20-an hingga 70-an tahun.

Morioka Shinichiro yang adalah salah satu peneliti dari lembaga tersebut yang mengikuti survei ini, mengatakan bahwa para wanita diyakini lebih mungkin terkena gejala sisa. Kajian itu menunjukkan bahwa para wanita memang lebih cenderung mengalami kerontokan rambut dan masalah yang terkait dengan indra perasa dan penciuman serta juga kelelahan. Dalam tahap yang sudah akut, para pria lanjut usia yang cenderung kelebihan berat badan menghadapi risiko lebih tinggi jatuh sakit parah akibat virus ini. Morioka mengatakan masih belum jelas alasan para wanita melaporkan gejala sisa seperti misalnya yang berdampak pada indra perasa dan penciuman.

Ia menambahkan bahwa bahkan para wanita muda yang langsing tidak boleh menganggap ringan kemungkinan gejala sisa. Bahkan adalah sangat penting mereka harus menganggap serius hasil yang menunjukkan bahwa orang-orang seperti itu cenderung lebih mungkin mengalami disfungsi indra perasa atau penciuman. Morioka mengatakan masalah-masalah yang terkait dengan indra perasa atau penciuman cenderung lebih nyata di kalangan generasi muda. Maka itu, gejala sisa mengakibatkan masalah besar baik bagi mereka yang hanya mengalami gejala COVID-19 ringan maupun generasi muda.

Selain itu, terdapat laporan bahwa dibandingkan dengan orang-orang yang belum divaksinasi, mereka yang telah divaksinasi dua kali cenderung kurang berisiko mengalami gejala selama lebih dari 28 hari. Ini artinya bahwa vaksin juga cenderung membantu mencegah gejala sisa, yang artinya sangat penting bagi generasi muda untuk divaksinasi dua kali. Terlebih lagi, penting untuk terus melakukan langkah-langkah pencegahan dasar bahkan setelah divaksinasi dua kali karena risiko tertular oleh virus korona serta menderita dari gejala sisa masih tetap ada.

Informasi tertanggal 29 Oktober.

Q335: Gejala Sisa Virus Korona (3) Efek obat antiviral serta perbedaan pada laki-laki dan perempuan

Kali ini kami akan membahas mengenai efek obat yang digunakan, serta perbedaan persentase gejala sisa pada laki-laki dan perempuan.

Sejak Februari 2020, Pusat Nasional Kesehatan dan Obat-obatan Global serta sejumlah pihak lainnya melakukan survei atas orang-orang yang telah pulih dari COVID-19. Analisis dilakukan atas respons dari 457 orang berusia 20-an hingga 70-an tahun.

Para peneliti mengamati apakah jenis pengobatan yang diterima responden saat mengalami gejala COVID-19, misalnya obat antiviral atau steroid apa yang diberikan, berpengaruh pada “long COVID”. Namun, para peneliti tidak dapat menemukan hubungan yang jelas. Mereka mengimbau orang-orang agar mendapatkan vaksinasi dan melakukan langkah-langkah pencegahan penularan karena gejala sisa tentu tidak akan terjadi jika tidak tertular virus korona.

Berikut ini hasil survei mengenai perbedaan “long COVID” yang teramati pada laki-laki dan perempuan.

Data menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemungkinan sekitar 1,9 kali lebih tinggi mengalami gangguan penciuman dibandingkan laki-laki, sekitar 1,6 kali lebih mungkin mengalami gangguan indra perasa, sekitar dua kali lipat lebih mungkin merasakan kelelahan, dan memiliki kemungkinan tiga kali lipat lebih tinggi mengalami rambut rontok.

Survei ini juga menunjukkan bahwa laki-laki ataupun perempuan yang lebih muda dan lebih kurus memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami gangguan indra penciuman atau perasa, dan lebih besar kemungkinannya mengalami gejala sisa meskipun hanya mengalami gejala ringan saat tertular COVID-19.

Informasi ini tertanggal 28 Oktober.

Q334: Gejala Sisa Virus Korona (2) Napas pendek, rambut rontok, mudah lupa

Berikut ini data selanjutnya dari survei berdasarkan gejala sisa yang dialami.

4. Napas pendek
Sekitar 20 persen responden merasakan napas pendek dalam satu bulan setelah mengalami gejala COVID-19. Sekitar 5 persen menyatakan mengalaminya sekitar 100 hari sejak gejala pertama, 3,9 persen setelah enam bulan, dan 1,5 persen masih menderita masalah ini setelah satu tahun.

5. Rambut rontok
Sejumlah responden mengalami kerontokan rambut pada awal penularan. Sekitar 10 persen melaporkan masalah ini beberapa bulan setelahnya, sekitar 8 persen mengalaminya setelah 100 hari, 3,1 persen setelah enam bulan, dan 0,4 persen setelah satu tahun.

6. Mudah lupa dan masalah lainnya
Untuk gejala sisa mudah lupa atau menurunnya daya ingat, 11,4 persen menyadarinya setelah enam bulan dan 5,5 persen setelah satu tahun. Sementara untuk gejala berkurangnya tingkat konsentrasi, 9,8 persen mengalaminya setelah enam bulan dan 4,8 persen setelah satu tahun. Sejumlah responden juga menderita depresi dengan 8,1 persen mengalaminya setelah enam bulan dan 3,3 persen setelah satu tahun.

Informasi ini tertanggal 27 Oktober.

Q333: Gejala Sisa Virus Korona (1) Gangguan indra perasa dan penciuman, serta kelelahan

Dalam serial baru kali ini, kami akan membahas tentang hasil survei Jepang mengenai gejala sisa virus korona, atau yang juga dikenal dengan sebutan “long COVID”.

Sejak Februari 2020, Pusat Nasional Kesehatan dan Obat-obatan Global serta sejumlah pihak lainnya melakukan survei atas orang-orang yang telah pulih dari COVID-19. Analisis dilakukan atas respons dari 457 orang berusia 20-an hingga 70-an tahun.

Hasil survei menunjukkan bahwa 26,3 persen di antara responden mengalami gejala setelah enam bulan sejak diagnosis awal atau sejak pertama kali memperlihatkan gejala, sementara 8,8 persen masih melaporkan gejala setelah 12 bulan.

Data survei berdasarkan gejalanya adalah sebagai berikut.

1. Gangguan indra penciuman
Lebih dari 10 persen responden mengalami gangguan setelah sekitar 100 hari sejak didiagnosis atau sejak gejala pertama muncul, 7,7 persen mengalami gejala sisa setelah enam bulan, lebih dari 5 persen mengalaminya setelah 200 hari, dan 1,1 persen masih menderita gangguan setelah satu tahun.

2. Gangguan indra perasa
Sekitar 5 persen melaporkan gangguan setelah 100 hari, 3,5 persen setelah enam bulan, dan 0,4 persen setelah satu tahun.

3. Kelelahan
Sekitar 50 persen responden mengatakan mengalami kelelahan tak lama setelah merasakan gejala COVID, 10 persen masih mengalaminya setelah 100 hari, 6,6 persen setelah enam bulan, dan 3,1 persen setelah satu tahun.

Informasi ini tertanggal 26 Oktober.

Q332: Haruskah anak-anak divaksinasi? (6) Mengamati Keuntungan & Risiko

Dalam bagian keenam dan terakhir dari pembahasan mengenai anak-anak dan vaksinasi, kami akan mengulas keuntungan dan risikonya.

Perusahaan farmasi Amerika Serikat (AS) Pfizer dan mitranya dari Jerman BioNTech telah memastikan keamanan dan efikasi vaksin mereka bagi anak-anak berusia lima hingga sebelas tahun serta mendaftarkan izin penggunaan darurat kepada Badan Pangan dan Obat-obatan Amerika (FDA). Menyusul langkah tersebut, Jepang mungkin akan mengkaji apakah anak-anak pada kelompok usia ini dapat ditambahkan ke dalam program vaksinnya.

Profesor Nakayama Tetsuo dari Universitas Kitasato mengatakan perbedaan sejumlah tren antara AS dan Jepang harus dipertimbangkan dalam perdebatan mengenai vaksinasi di masa depan.

Nakayama mengatakan di AS, otoritas mungkin berupaya untuk memvaksinasi anak-anak SD karena klaster penularan meningkat di sekolah-sekolah di tengah melambatnya kenaikan tingkat vaksinasi secara keseluruhan. Namun, ia menyebutkan bahwa di Jepang, tingkat vaksinasi di antara orang-orang berusia 20-an dan 30-an tahun serta di antara orang tua anak-anak SD mungkin naik, jadi para pejabat dapat menunggu dan mencermati agak lebih lama.

Seiring berlanjutnya penularan, vaksin akan menjadi sarana yang penting dalam melindungi orang-orang. Maka dari itu, minat meningkat bagi gagasan untuk memperluas rentang usia orang-orang yang dapat divaksinasi sebagai cara untuk mencegah penularan di antara anak-anak. Penting bagi otoritas untuk mencapai keputusan sambil mempertimbangkan keseimbangan antara efektivitas atau manfaat lainnya serta risiko seperti reaksi merugikan. Selain itu, apakah orang tua dan anak-anak ingin divaksinasi juga harus dipertimbangkan.

Informasi ini akurat hingga 25 Oktober 2021.

Q331: Haruskah anak-anak divaksinasi? (5) Efek Samping Vaksin

Dalam bagian kelima pembahasan mengenai anak-anak dan vaksinasi, kami akan mengulas tentang efek samping vaksin.

Dalam jumpa pers pada 20 September, perusahaan farmasi Amerika Serikat Pfizer mengatakan hanya uji coba terhadap anak-anak berusia lima hingga sebelas tahun yang menunjukkan efek samping pada kelompok usia ini yang sama dengan orang-orang berusia 16 hingga 25 tahun. Mereka diberikan dosis vaksin dalam jumlah reguler.

Dokter anak Nakayama Tetsuo yang juga adalah profesor di Universitas Kitasato mengatakan ia meyakini bahwa vaksin-vaksin tersebut tidak berbahaya untuk anak-anak, tetapi menyebabkan beberapa efek samping. Ia melanjutkan bahwa salah satu efek samping yang memungkinkan adalah demam, dengan menyebutkan bahwa sejumlah anak rentan terhadap kejang-kejang akibat demam. Nakayama menekankan bahwa orang tua perlu secara penuh memahami hal ini sebelum memvaksinasi anak-anaknya dan menambahkan bahwa penting agar anak-anak disuntik oleh dokter keluarga yang mengetahui kondisi fisik mereka dengan baik.

Profesor Okada Kenji dari Perguruan Tinggi Keperawatan Fukuoka yang juga presiden Masyarakat Jepang bagi Vaksinologi mengatakan vaksin harus diberikan kepada anak-anak yang memiliki kondisi kesehatan yang perlu diperhatikan serta para murid yang bersiap bagi ujian masuk dan ingin divaksinasi, tetapi ia menyebutkan bahwa vaksinasi bagi anak-anak 12 tahun ke bawah tidak akan menjadi prioritas utama.

Okada mengatakan bahwa jika anak-anak mengalami efek samping yang serius, hal itu akan menciptakan masalah di masa depan. Ia menyebutkan bahwa saat memvaksinasi anak-anak yang sehat, penting untuk mempertimbangkan keseimbangan antara parahnya gejala jika mereka divaksinasi, efikasi vaksin, serta keamanannya.

Informasi ini akurat hingga 22 Oktober 2021.

Q330: Haruskah anak-anak divaksinasi? (4) Manfaat Vaksinasi Bagi Anak-Anak

Dalam bagian keempat pembahasan mengenai anak-anak dan vaksinasi, kami akan mengulas tentang manfaat vaksinasi bagi anak-anak.

Meski terdapat efek samping vaksin COVID-19 sampai tingkat tertentu, manfaat vaksinasi bagi anak-anak dianggap lebih sedikit dibandingkan orang dewasa karena anak-anak jarang mengalami sakit parah akibat virus korona.

Lalu, apa manfaatnya?
- Mencegah penularan dan penyakit serius
Vaksin COVID-19 yang kini digunakan terbukti sangat efektif terhadap varian Delta dalam mencegah penularan dan penyakit serius.

- Mengurangi penyebaran di sekolah dan tempat kursus
Pada penularan gelombang kelima, banyak penyebaran virus korona terjadi di antara anak-anak di sekolah dan mereka yang mengikuti les privat seperti bimbingan belajar. Vaksinasi dikatakan efektif dalam mengurangi klaster penularan semacam itu.

- Mengurangi risiko penularan di dalam rumah
Vaksinasi bagi anak-anak membantu mengurangi risiko menyebarkan penularan di dalam rumah kepada mereka yang belum divaksinasi atau tidak dapat divaksinasi.

Informasi ini akurat hingga 21 Oktober 2021.

Q329: Haruskah anak-anak divaksinasi? (3) Sedikit kasus serius pada anak dilaporkan

Dalam bagian ketiga dari serial anak-anak dan vaksinasi, kami membahas rasio pasien anak yang mengalami sakit serius.

Telah diketahui bahwa sebagian besar anak-anak hanya memiliki gejala ringan dan hanya sedikit yang mengalami sakit serius bahkan ketika mereka terinfeksi virus korona. Data yang dikumpulkan Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa hingga 15 September 2021 sekitar 1.625.000 kasus virus korona telah dilaporkan di Jepang, sebanyak 14.229 orang meninggal dunia.

Hal itu berarti tingkat kematian sekitar 0,9 persen. Dari total kasus, sekitar 84.000 merupakan anak-anak berusia di bawah 10 tahun, 163.000 berusia remaja. Di antara mereka seorang berusia remaja meninggal dunia. Data statistik lain dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa mereka yang terdiagnosis COVID-19 antara Juni dan Agustus tahun lalu, rasio kasus serius di kalangan anak-anak di bawah usia 10 tahun mencapai 0,09 persen dan tidak ada kasus usia remaja. Para pakar mengatakan anak-anak dengan masalah kesehatan dapat mengalami gejala yang serius. Meski begitu, sejauh ini ada sedikit kasus serius di kalangan anak-anak.

Panel pakar Kementerian Kesehatan mengatakan infeksi sebagian besar menyebar dari orang dewasa ke anak-anak di rumah dan kasus anak-anak menularkan ke orang dewasa relatif sedikit. Panel mengatakan bahwa situasi itu tampaknya berbeda dari influenza, yang sering kali menyebar dari anak-anak ke anggota keluarganya setelah mereka terinfeksi di sekolah.

Informasi ini tertanggal 20 Oktober.

Q328: Haruskah anak-anak divaksinasi? (2) Jepang mulai pembahasan

Dalam bagian kedua dari serial anak-anak dan vaksinasi, kami membahas vaksinasi untuk anak-anak di Jepang.

Pada 28 Mei, Kementerian Kesehatan Jepang mengumumkan akan memperluas vaksinasi virus korona bagi anak-anak usia 12 hingga 15 tahun menyusul pengajuan perusahaan farmasi AS Pfizer dan mitranya dari Jerman BioNTech untuk memperluas vaksinasi bagi kelompok usia tersebut. Pada 31 Mei, anak-anak usia 12 hingga 15 tahun ditambahkan dalam program resmi vaksinasi Jepang, dimulai dengan pemberian vaksin bagi anak-anak dalam kelompok usia tersebut.

Setelah Pfizer dan BioNTech mengumumkan hasil uji coba klinisnya yang menunjukkan keamanan dan efikasi vaksin bagi usia 5 hingga 11 tahun, Jepang mungkin melakukan pemeriksaan apakah anak-anak dalam kelompok usia tersebut dapat dimasukan dalam program vaksinasi di negara ini.

Kami bertanya kepada Dokter anak Nakayama Tetsuo, yang juga merupakan profesor di Universitas Kitasato, mengenai bagaimana pendapatnya tentang pemberian vaksinasi bagi anak-anak SD. Nakayama mengatakan karena tidak ada vaksinasi yang tersedia bagi anak-anak hingga saat ini, jadi penting untuk memiliki cara guna mengatasi penyebaran virus korona, karena penularan telah dilaporkan di sekolah, program penitipan anak setelah pulang sekolah dan di tempat les privat.

Informasi ini tertanggal 19 Oktober.

Q327: Haruskah anak-anak divaksinasi? (1) AS pertimbangkan turunkan usia vaksinasi menjadi 5 tahun

Amerika Serikat (AS) mulai mempertimbangkan untuk mengizinkan vaksinasi bagi anak sekolah dasar. Kami menampilkan serial baru yang membahas isu-isu terkait vaksinasi untuk anak. Dalam bagian pertama ini, kami mengangkat vaksinasi untuk anak-anak di Amerika.

Pada 20 September, perusahaan farmasi AS Pfizer dan mitranya dari Jerman BioNTech merilis hasil-hasil uji klinis virus korona yang dilakukan di AS dan negara-negara lain terhadap 2.268 anak berusia antara 5 hingga 11 tahun. Anak-anak itu diberikan vaksin dengan dosis satu per tiga dosis untuk orang dewasa sebanyak dua kali. Sebulan setelah vaksinasi kedua, para peneliti dapat memastikan respons imun yang kuat saat anak-anak itu dites untuk mengukur antibodi penetral, yang membendung aktivitas virus. Respons imun dan efek samping yang dilaporkan serupa dengan yang ditemukan pada orang berusia antara 16 hingga 25 tahun yang mendapat vaksin dengan dosis biasa. Pada 7 Oktober, perusahaan itu mengumumkan telah secara resmi mendaftar ke Badan Makanan dan Obat-obatan (FDA) bagi izin penggunaan darurat untuk anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun.

Vaksin Pfizer awalnya diberikan pada orang berusia 16 tahun ke atas. Pada bulan Mei, usia tersebut diturunkan sehingga mencakup usia remaja 12 hingga 15 tahun. Perusahaan itu mengumumkan bahwa uji klinis pada 31 Maret telah memastikan keamanan dan efikasi vaksinnya untuk kelompok usia ini. Pada 9 April, perusahaan itu meminta FDA agar memasukkan vaksinasi bagi kelompok usia ini, dan mendapat izin penggunaan darurat pada 10 Mei. Pada 13 Mei, pelaksanaan vaksinasi dimulai bagi yang berusia 12 tahun ke atas.

Informasi ini akurat tertanggal 18 Oktober.

Q326: Pandangan Pakar Atas Penurunan Tajam Kasus Baru (5) Profesor Wakita Takaji, Direktur Jenderal Lembaga Nasional Penyakit Menular

Kali ini dalam bagian kelima kami hadirkan opini Direktur Jenderal Lembaga Nasional Penyakit Menular Jepang, Wakita Takaji.

Wakita juga adalah kepala panel pakar Kementerian Kesehatan terhadap penularan virus korona. Ia mengatakan meski para pakar menyebutkan penurunan jumlah orang yang keluar pada malam hari ke distrik hiburan dan kemajuan pelaksanaan vaksinasi sebagai alasan di balik merosotnya kasus, faktor-faktor ini tidak cukup menjelaskan cepatnya penurunan.

Ia mengatakan dalam gelombang penularan terbaru ini, anak-anak muda yang tertular tidak menulari virus ke warga lansia sebagiannya berkat efek vaksinasi. Ditambahkan, penularan di antara generasi muda selalu cenderung naik tajam dan turun tajam. Menurutnya, mungkin tren di antara generasi muda ini menjadi tren umum dalam gelombang terbaru. Ia mengatakan kajian dan analisis lebih lanjut diperlukan karena mereka belum menemukan seberapa besar setiap faktor berefek pada merosotnya kasus baru.

Atas pertanyaan apakah ia memandang virus korona telah bermutasi lebih jauh, menurutnya tidak. Wakita mengatakan mereka telah menganalisis genom virus korona namun hanya melihat sedikit perbedaan antara virus setelah penularan berkurang dibandingkan dengan virus pada saat terjadi lonjakan. Menurutnya, untuk sementara ini, ia memandang virus ini tidak lebih lemah dibandingkan sebelumnya.

Mengenai langkah apa yang harus diambil mulai sekarang, Wakita mengatakan di sejumlah wilayah Jepang, penularan terjadi di antara warga asing, yang cenderung tingkat vaksinasinya rendah. Menurutnya, penting bagi pemerintah untuk menyusun langkah-langkah menggalakkan vaksinasi di antara orang-orang yang rentan dalam hal kesehatan masyarakat serta di daerah dan komunitas di mana orang-orang mengalami kesulitan mendapatkan akses ke vaksinasi.

Informasi ini akurat tertanggal 15 Oktober.

Q325: Pandangan Pakar Atas Penurunan Tajam Kasus Baru(4) Profesor Nishiura Hiroshi, Universitas Kyoto

Kali ini dalam bagian keempat kami hadirkan opini Profesor Nishiura Hiroshi dari Universitas Kyoto.

Profesor Nishiura adalah anggota panel pakar Kementerian Kesehatan terhadap penularan virus korona. Ia mengatakan ingin menjelaskan sepenuhnya sebab-sebab penurunan itu setelah mendapatkan hasil-hasil analisis yang tengah dilakukan.

Namun, Nishiura mengatakan ada satu hal yang dapat ia sampaikan dengan jelas, tingkat reproduksi, yang mengindikasikan berapa banyak orang yang mungkin ditulari orang pembawa virus, cenderung meningkat setelah masa liburan atau akhir pekan yang panjang. Menurutnya, kenaikan tingkat ini teramati setelah masa liburan bahkan saat sebagian Jepang berada dalam kondisi darurat virus korona. Ditambahkan, ia dapat dengan jelas mengatakan bahwa perilaku setiap orang saat libur, seperti bertemu orang yang jarang mereka temui atau berjalan jauh dan makan di luar, berkontribusi pada penularan sekunder.

Ia mengatakan meningkatnya kontak antarorang yang tidak dikendalikan jelas akan membawa pada gelombang besar penularan berikutnya, meskipun setelah Jepang mencapai kemajuan lebih lanjut dalam pelaksanaan vaksinasi. Menurutnya, kita harus bersiap atas kemungkinan kenaikan kasus pada musim dingin.

Informasi ini akurat tertanggal 14 Oktober.

Q324: Pandangan Pakar Atas Penurunan Tajam Kasus Baru(3) Profesor Yamamoto Taro, Institut Obat-obatan Tropis, Universitas Nagasaki

Kali ini dalam bagian ketiga kami hadirkan opini Profesor Yamamoto Taro dari Institut Obat-obatan Tropis, Universitas Nagasaki.

Profesor Yamamoto mengatakan tidak dapat secara akurat mengukur faktor-faktor penyebab penurunan kasus itu, kecuali ia dapat memeriksa seberapa akuratnya jumlah kasus harian yang dilaporkan setiap hari oleh pemerintah daerah dibandingkan kenyataannya.

Namun, Profesor Yamamoto menambahkan, dirinya yakin lebih banyak orang yang mendapatkan kekebalan melalui vaksinasi atau telah tertular virus. Menurutnya, virus telah menjadi bagian dari kehidupan orang sehari-hari dan jika kita ingin mencapai masyarakat yang menerima penyakit tersebut pada level tertentu dalam hal aspek manusia, sosial, dan ekonomi, maka harus ada pembahasan yang dilakukan mengenai level yang dapat diterima. Ia yakin Jepang tengah memasuki fase baru kriteria untuk menentukan situasi penularan beralih dari fokus jumlah kasus kepada fokus atas jumlah pasien yang sakit serius atau meninggal.

Untuk langkah di masa mendatang, Yamamoto mengatakan jika virusnya bermutasi dan menjadi lebih mudah menular meskipun langkah menyeluruh dan pembatasan terus menghalangi virus, maka orang-orang mungkin akan mengalami kondisi yang lebih sulit daripada saat ini. Profesor Yamamoto mengatakan meskipun perlu memikirkan untuk hidup berdampingan dengan virus korona dari sudut pandang yang luas, tetapi dari sudut pandang personal, akan ada risiko orang-orang itu sendiri, atau anggota keluarga mereka, jadi sakit serius atau sekarat. Maka itu Profesor Yamamoto mengatakan metode pengobatan dan sistem perawatan kesehatan harus ditetapkan sebagai jaring pengaman agar setidaknya mencegah terjadinya kematian.

Informasi ini akurat tertanggal 13 Oktober.

Q323: Pandangan Pakar Atas Penurunan Tajam Kasus Baru(2) Profesor Wada Koji, Universitas Kesehatan dan Kesejahteraan Internasional

Kali ini dalam bagian kedua kami hadirkan opini Profesor Wada Koji dari Universitas Kesehatan dan Kesejahteraan Internasional.

Profesor Wada adalah anggota panel pakar pemerintah terhadap virus korona. Ia mengatakan kemungkinan alasan penurunan dalam jumlah kasus tersebut termasuk kemajuan dalam vaksinasi serta sejumlah faktor musiman. Menurutnya, temperatur yang lebih rendah membuat berkurangnya kegiatan dalam ruang yang menggunakan pendingin udara, sehingga memudahkan orang-orang untuk menjaga jarak antara satu sama lain.

Namun, menurutnya cukup sulit untuk mengukur seberapa besar masing-masing faktor tersebut berkontribusi terhadap penurunan ini.

Mengenai kondisi yang diperkirakan terjadi dalam beberapa bulan mendatang, Wada mengatakan penularan dapat menyebar lagi seiring temperatur yang turun mendekati musim dingin.

Menurutnya, penularan tampaknya terlebih dahulu akan menyebar terutama di kalangan remaja dewasa dan orang-orang berusia 20-an tahun, yaitu kelompok usia dengan persentase lebih rendah atas orang-orang yang telah mendapatkan kekebalan terhadap virus melalui penularan dan vaksinasi.

Wada mengatakan virus kemudian tampaknya akan menyebar dari generasi muda kepada generasi usia paruh baya yang belum divaksinasi dan orang lanjut usia yang mungkin jatuh sakit parah akibat virus. Ia mengatakan terdapat kekhawatiran virus menyebar di kalangan orang lanjut usia, yang tingkat antibodinya telah menurun dengan berlalunya waktu setelah vaksinasinya.

Sebagai langkah pencegahan, Wada mengatakan dengan datangnya musim dingin, semakin tinggi tingkat vaksinasi maka semakin mungkin kita dapat menghindari terjadinya kewalahan sistem medis. Ia meminta orang-orang yang masih belum divaksinasi agar mendapatkan vaksinasi sebelum akhir Oktober. Namun, ia juga mengatakan dengan kemajuan dalam pelaksanaan vaksinasi, meskipun jumlah kasus harian naik ke level tertentu, tekanan terhadap sistem medis mungkin tidak seberat sebelumnya.

Wada juga menyebutkan bahwa perlu adanya pembahasan mengenai cara memandang virus korona dan langkah yang harus diambil untuk menanganinya.

Informasi ini akurat tertanggal 12 Oktober.

Q322: Pandangan Pakar Atas Penurunan Tajam Kasus Baru(1) Omi Shigeru, Ketua Panel Penasihat Pemerintah

Kasus harian penularan baru di Jepang saat terjadi gelombang kelima musim panas lalu, naik ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya, melampaui 25.000 pada pertengahan Agustus. Namun, jumlahnya anjlok setelah akhir bulan. Jumlah kasus harian terus berada di bawah 1.000 selama tiga hari berturut-turut hingga 5 Oktober, sekitar seperdualima jumlah tertingginya. Mulai episode ini, kami sampaikan pandangan para pakar mengenai faktor penyebab penurunan tajam itu.

Pemerintah memutuskan untuk mencabut status keadaan darurat pada 28 September. Omi Shigeru, pimpinan dari panel pakar pemerintah, memberikan sejumlah alasan atas keputusan tersebut dalam konferensi pers yang digelar pada hari yang sama.

Pertama, akan ada sedikit akhir pekan lebih panjang atau hari libur seperti misalnya libur musim panas ketika pergerakan manusia cenderung meningkat. Ini bermakna peluang lebih kecil bagi penyebaran virus dari satu orang ke lainnya.

Kedua, perasaan krisis telah sama-sama dimiliki oleh anggota masyarakat setelah mendengar mengenai rumah sakit kewalahan akibat lonjakan kasus baru serta banyak pasien yang terpaksa memulihkan diri di rumah masing-masing.

Ketiga, pelaksanaan vaksinasi telah mengalami kemajuan, sehingga menurunkan kasus penularan baru tidak hanya di kalangan warga lanjut usia tetapi juga di antara generasi muda.

Terakhir, terdapat perubahan kondisi cuaca, seperti misalnya temperatur dan curah hujan, yang dianggap sebagai faktor risiko.

Dalam pandangan Omi, di cuaca yang lebih sejuk, orang-orang cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruang, sehingga mengurangi kontak di ruang sempit yang lebih mungkin terjadi penularan. Namun, Omi mengatakan hal ini tidak dapat diverifikasi secara ilmiah. Ia mengatakan akan terus mempelajari mengenai faktor penyebab serta tingkat kontribusi faktor tersebut terhadap penurunan kasus baru.

Informasi ini akurat tertanggal 11 Oktober.

Q321: Mereka yang berisiko sakit parah (2) Kelompok usia yang berisiko berdasarkan barometer baru

Para peneliti di Pusat Nasional Jepang untuk Kesehatan dan Pengobatan Global bersama beberapa institusi lainnya telah menciptakan barometer baru menggunakan sejumlah poin guna mengukur pasien virus korona yang berisiko sakit parah.

Di segmen kedua dalam topik kali ini, kami mengulas kelompok usia yang berisiko mengalami gejala serius berdasarkan sistem barometer baru tersebut.

Barometer ini membagi orang-orang dalam tiga kelompok usia. Kalangan usia 18 hingga 39 tahun, 40 hingga 64 tahun, dan 65 tahun ke atas.

Untuk kelompok usia 18 hingga 39 tahun, barometer ini memberikan 1 poin bagi jenis kelamin pria. Sedangkan pria dan wanita berusia 30 tahun ke atas juga mendapatkan 1 poin.

Mereka dengan Indeks Massa Tubuh atau BMI 23 hingga 29,9 mendapatkan 1 poin, dan mendapatkan 2 poin jika BMI-nya 30 ke atas. BMI adalah penilaian untuk mengetahui rentang berat badan ideal berdasarkan ukuran tinggi dan berat badan.

Para penderita kanker mendapatkan 3 poin. Barometer ini juga memberikan dua poin bagi pasien di kalangan usia ini yang mengalami demam 37,5 derajat atau lebih. Dua poin juga diberikan bagi pasien yang bengek atau mengeluarkan suara khas saat bernapas. Mereka yang sesak napas mendapatkan satu poin.

Barometer ini mengindikasikan orang-orang di kalangan usia tersebut yang mendapatkan enam poin atau lebih pada masa lonjakan kasus baru, berada dalam risiko tinggi mengalami gejala memburuk. Oleh karena itu, mereka harus mendapatkan perawatan sepatutnya.

Untuk kelompok usia 40 hingga 64 tahun, barometer ini mematok satu poin bagi para pria. Satu poin juga diberikan bagi pria dan wanita berusia 50 hingga 59 tahun. Sedangkan mereka yang berusia 60 hingga 64 tahun mendapatkan tiga poin.

Orang-orang dengan BMI 25 atau lebih mendapatkan dua poin. Penderita diabetes mendapatkan satu poin.

Barometer ini memberikan dua poin bagi para penderita COVID-19 di kalangan usia ini yang mengalami demam 37.5 derajat ke atas. Pasien dengan sesak napas mendapatkan dua poin, dan satu poin lagi jika mengalami batuk. Satu poin juga ditambahkan untuk mereka yang merasa kelelahan.

Barometer ini mengindikasikan orang-orang yang mendapatkan lima poin atau lebih pada masa lonjakan kasus, berisiko mengalami gejala serius dan harus menerima perawatan yang layak.

Bagi kalangan usia 65 tahun ke atas, barometer ini memberikan dua poin untuk yang berusia 75 tahun ke atas. Dua poin juga diberikan bagi mereka dengan BMI 25 atau lebih.

Dua poin tambahan bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit gagal jantung. Para penderita diabetes dan mereka dengan penyakit tekanan darah tinggi juga mendapatkan dua poin. Pasien gangguan pembuluh darah otak mendapatkan satu poin.

Barometer ini memberikan 4 poin bagi pasien COVID-19 di kalangan usia ini yang mengalami demam 37.5 derajat ke atas. Mereka dengan sesak napas juga mendapatkan empat poin, dan tambahan 1 poin untuk batuk.

Orang-orang di kelompok usia ini yang mendapatkan total tiga poin lebih, dimasukkan ke dalam kategori berisiko tinggi mengalami gejala serius. Maka, mereka harus secepatnya menerima perawatan dan tidak boleh diabaikan oleh otoritas kesehatan.

Informasi ini tertanggal 8 Oktober.

Q320: Mereka yang berisiko sakit parah (1) Menciptakan barometer baru

Pusat Nasional Jepang untuk Kesehatan dan Pengobatan Global bersama beberapa institusi lainnya telah menciptakan barometer baru menggunakan sejumlah poin guna mengukur pasien virus korona yang berisiko sakit parah.

Para peneliti mengkaji sekitar 4.500 pasien yang dibawa ke rumah sakit di seluruh Jepang mulai Juni hingga September 2020. Mereka menganalisis karakteristik pasien yang sakit moderat atau parah yang membutuhkan oksigen, dan menciptakan barometer berdasarkan sejumlah poin yang mengukur tingkat keseriusan penyakit tersebut.

Barometer ini membagi pasien berdasarkan kelompok usia. Misalnya di kalangan usia 40 hingga 64 tahun, jika berjenis kelamin pria mendapatkan 1 poin. Pasien pria atau wanita dengan indeks massa tubuh atau BMI di atas 25 yang dianggap kegemukan, mendapatkan 2 poin. BMI adalah penilaian untuk mengetahui rentang berat badan ideal berdasarkan kalkulasi tinggi dan berat badan.

Seseorang dengan diabetes mendapatkan tambahan 1 poin. Jika demam di atas 37,5 derajat Celsius poinnya adalah 1. Tambahan 2 poin lagi untuk sesak napas, batuk 1 poin, dan merasa lelah diganjar 1 poin.

Sewaktu barometer ini dikaji dengan data dari gelombang ketiga penularan, pasien berusia 40 hingga 64 tahun dengan jumlah 5 poin yang mengalami sakit serius akibat virus korona mencapai 23 persen. Jumlahnya meningkat menjadi 76 persen bagi pasien dengan jumlah 10 poin.

Para peneliti mengatakan para pasien yang mendapatkan lebih dari 5 poin, masuk dalam kelompok berisiko tinggi pada masa ketika virus menyebar cepat. Mereka harus diawasi dengan saksama dan dibawa ke fasilitas medis secepatnya.

Yamada Gen, peneliti di Pusat Nasional untuk Kesehatan dan Pengobatan Global, mengatakan jika gelombang penularan virus kembali terjadi dan jumlah orang yang menjalani isolasi mandiri di rumah mulai meningkat, barometer ini bisa digunakan untuk menentukan pasien yang berisiko tinggi mengalami sakit parah, dan membantu mereka mendapatkan perawatan rumah sakit yang dibutuhkan.

Ia menambahkan bahwa barometer tersebut tidak mencakup seluruh kemungkinan risiko, tetapi bisa diterapkan untuk menilai kelompok usia yang berisiko.

Informasi ini tertanggal 7 Oktober.

Q319: Survei NHK terhadap pandangan dan perilaku warga terhadap COVID-19 (8) Tindakan yang harus dilakukan dengan kondisi pandemi virus korona yang masih berlanjut

Kami melanjutkan serial tentang hasil survei NHK pada September untuk mengetahui pandangan dan perilaku orang-orang terhadap pandemi virus korona. Di bagian terakhir ini kami mencermati pertanyaan survei tentang tindakan yang harus dilakukan orang-orang dengan kondisi pandemi virus korona yang masih berlanjut.

Sebanyak 63,6 persen responden mengatakan orang-orang harus tetap memprioritaskan upaya untuk mengakhiri pandemi dengan terus menerapkan pembatasan dalam aktivitas sehari-hari. Sebanyak 7,5 persen mengatakan orang-orang harus memprioritaskan aktivitas sosial ekonomi dengan melonggarkan pembatasan.

Artinya, jumlah orang yang mengatakan harus memprioritaskan upaya mengakhiri pandemi walaupun mengorbankan aktivitas sosial ekonomi, mencapai delapan kali lipat lebih besar dari mereka yang mengatakan harus ada pelonggaran.

Meskipun ada banyak orang dari berbagai kalangan dan usia memiliki beragam pandangan dan kekhawatiran tentang pandemi, vaksinasi, dan pembatasan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka, tetapi survei ini mengungkap perasaan warga yang berharap bisa kembali menjalani kehidupan sehari-hari dengan damai.

Informasi ini tertanggal 6 Oktober.

Q318: Survei NHK terhadap pandangan dan perilaku warga terhadap COVID-19 (7) Apa yang perlu dilakukan untuk mengubah perilaku orang-orang?

Kami melanjutkan serial tentang hasil survei NHK pada September untuk mengetahui pandangan dan perilaku orang-orang terhadap pandemi virus korona. Kali ini kami akan membahas tentang pendapat orang-orang mengenai hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengubah perilaku di tengah pandemi.

Sama halnya dengan vaksinasi, perubahan perilaku dianggap sebagai kunci dalam membendung penyebaran virus korona. Survei NHK menanyakan kerangka kerja atau sistem seperti apa yang diperlukan untuk membuat orang-orang mengubah perilaku mereka. Survei ini memberikan beberapa pilihan jawaban.

Persentase terbesar dari responden, yaitu 69,2 persen, menjawab “kompensasi finansial”. Sementara itu, sebanyak 45 persen menjawab “diwajibkannya langkah penanggulangan virus dengan hukuman bagi yang melanggar”, 43,7 persen menjawab “promosi kerja jarak jauh”, 43,2 persen memilih jawaban “penjelasan dan penyampaian pesan yang meyakinkan dari pemerintah serta para pakar”, dan 34,9 persen menjawab “penyediaan pendidikan daring”.

Survei ini juga menanyakan langkah-langkah wajib dengan hukuman seperti apa yang bisa mereka terima.

Sebanyak 66,5 persen menjawab “kewajiban mengenakan masker”, 54,4 persen mengatakan “pembatasan yang diterapkan pada acara dan aktivitas rekreasi”, 40,3 persen menjawab “kewajiban vaksinasi”, 34,8 memilih jawaban “pembatasan jam buka tempat makan dan minum”, 24,1 persen menjawab “aturan bagi orang-orang untuk memperoleh izin keluar rumah”, dan 6,8 persen mengatakan “tidak ingin menerima langkah apa pun yang diwajibkan”.

Informasi ini tertanggal 5 Oktober.

Q317: Survei NHK terhadap pandangan dan perilaku warga terhadap COVID-19 (6) Apa pendapat orang-orang mengenai vaksinasi virus korona?

Kami melanjutkan serial tentang hasil survei NHK pada September untuk mengetahui pandangan dan perilaku orang-orang terhadap pandemi virus korona. Kali ini kami akan membahas tentang pendapat orang-orang mengenai vaksinasi virus korona.

Terdapat harapan tinggi bahwa vaksin virus korona bisa menjadi langkah penentu untuk mengakhiri prosedur isolasi mandiri dan langkah-langkah pembatasan virus korona lainnya.

Ketika ditanya mengenai pendapat mereka terhadap program vaksinasi, 78 persen dari responsen menjawab merasa sebaiknya mendapat suntikan vaksin. Sebanyak 19,4 persen menjawab tidak bisa mengatakan apakah lebih baik disuntik vaksin atau tidak, sementara 2,6 persen mengatakan merasa sebaiknya tidak divaksinasi.

Di antara responden yang memberikan jawaban positif, hampir 70 persen dari seluruh kelompok usia mengatakan meyakini sebaiknya mendapat vaksinasi. Tren respons positif ini lebih mencolok di kalangan kelompok usia yang lebih tua.

Sementara itu, terkait responden yang berpandangan pesimistis dan menjawab sebaiknya tidak divaksinasi, angka terbanyak 7,1 persen berasal dari kalangan usia remaja, disusul 4,6 persen dari usia 20-an tahun, dan 4 persen dari usia 30-an tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah orang-orang usia muda yang enggan divaksinasi lebih banyak dibandingkan usia yang lebih tua.

Saat ditanya mengenai alasan mereka berpandangan negatif terhadap vaksin virus korona, sebagian di antara responden menyampaikan kekhawatiran atas keamanan dan kemungkinan efek samping vaksin. Seorang karyawan berusia 20-an tahun mengatakan bahwa keamanan dan kemungkinan dampak vaksin dalam beberapa tahun ke depan masih belum jelas. Seorang pelajar berusia belasan tahun menjawab merasa takut dengan kemungkinan efek samping dari vaksin atau kontaminasi zat asing di dalamnya.

Banyak di antara responden yang juga mengatakan ragu-ragu untuk mendapat vaksinasi. Seorang karyawan perusahaan berusia 20-an tahun menjawab bahwa tidak tersedia informasi yang memadai sejak program vaksinasi baru dimulai. Seorang wanita berusia 50-an tahun mengatakan sulit untuk melakukan generalisasi menyeluruh apakah sebaiknya mendapat vaksinasi atau tidak.

Informasi ini tertanggal 4 Oktober.

Q316: Survei NHK terhadap pandangan dan perilaku orang-orang terhadap COVID-19 (5) Berapa lama orang-orang merasa bisa bertahan dengan kondisi pembatasan saat ini?

Kami melanjutkan serial tentang hasil survei NHK pada September untuk mengetahui pandangan dan perilaku orang-orang terhadap pandemi virus korona. Kali ini kami akan membahas tentang pendapat orang-orang mengenai berapa lama mereka merasa bisa bertahan dengan langkah-langkah pembatasan virus korona.

Orang-orang di Jepang saat ini hidup di bawah pemberlakuan aturan pembatasan ketat untuk mengendalikan penularan. NHK menanyakan berapa lama mereka merasa bisa bertahan dalam kondisi seperti ini.

Dari seluruh responden, sebanyak 42,5 persen menjawab “hingga penularan terkendali”, sementara 18,6 persen mengatakan “hingga akhir tahun”, dan 18,1 persen mengatakan “tidak tahu”. Sementara itu, 10,7 persen lainnya menjawab “tidak bisa lagi bertahan”, 5,9 persen mengatakan “enam bulan lagi”, dan 4,3 persen menjawab “12 bulan lagi”.

Meskipun hampir separuh responden menjawab akan mematuhi aturan pembatasan hingga pandemi virus korona terkendali sepenuhnya, lebih dari seperempat responden mengatakan tidak bisa lagi menjalani kondisi seperti ini lebih lanjut atau hingga akhir tahun, yang hanya tinggal empat bulan lagi.

Informasi ini tertanggal 1 Oktober.

Q315: Survei NHK terhadap pandangan dan perilaku orang-orang terhadap COVID-19 (4) Mengapa orang-orang kurang menerapkan pengendalian diri?

Kami melanjutkan serial tentang hasil survei NHK pada September untuk mengetahui pandangan dan perilaku orang-orang terhadap pandemi virus korona. Kali ini, kami membahas tentang mengapa sejumlah orang kurang menerapkan pengendalian diri seperti sebelumnya.

Ketika ditanya apakah mereka menerapkan pengendalian diri seperti yang mereka lakukan pada April tahun lalu saat keadaan darurat pertama kali diumumkan, sekitar 20 persen menjawab mereka tidak melakukannya. Kami menanyakan alasannya. Mereka diminta untuk memilih beberapa jawaban.

Jumlah terbanyak yaitu 42,6 persen mengatakan mereka lelah menerapkan pengendalian diri, sementara 33,6 persen menyebutkan karena kini makin banyak orang yang divaksinasi, dan 32,6 persen mengatakan karena mereka melakukan langkah pencegahan penularan yang memadai. Sebanyak 31,1 persen menjawab karena mereka nanti tidak bisa mencari nafkah.

Informasi ini akurat hingga 30 September 2021.

Q314: Survei NHK terhadap pandangan dan perilaku orang-orang terhadap COVID-19 (3) Perubahan pada tingkat pengendalian diri orang-orang

Kami melanjutkan serial tentang hasil survei NHK pada September untuk mengetahui pandangan dan perilaku orang-orang terhadap pandemi virus korona. Kali ini, kami membahas tentang seberapa banyak pengendalian diri orang-orang telah berubah.

Seiring penularan virus korona yang terus berlanjut dan banyaknya orang yang memiliki berbagai kekhawatiran mengenai hidupnya, apakah terdapat perubahan pada tingkat pengendalian diri orang-orang?

Ketika ditanya mengenai seberapa banyak mereka mengamati langkah-langkah pembatasan dibandingkan ketika keadaan darurat pertama diterapkan pada April 2020, tingkat responden yang mengatakan mereka mengamati sama seperti dulu digabungkan dengan mereka yang mengatakan lebih dari yang dulu, jumlahnya adalah sekitar 80 persen.

Jumlah terbanyak yaitu 54 persen orang mengatakan tidak terdapat perubahan, sementara 26,6 persen mengatakan mereka menerapkan pengendalian diri lebih banyak dari sebelumnya, dan 19,4 persen mengatakan tidak sebanyak sebelumnya.

Juga tampak lebih jelas bahwa lebih banyak responden berusia lebih muda yang mengatakan mereka tidak menerapkan pengendalian sebanyak tahun lalu. Sementara 12,5 persen responden berusia 60-an tahun, 15,5 persen berusia 50-an tahun, dan 17,4 persen berusia 40-an tahun mengatakan mereka tidak menerapkan pembatasan terlalu banyak, serta 22 persen berusia 30-an tahun, 28,5 persen berusia 20-an tahun, dan 28,9 persen usia remaja mengatakan mereka tidak menerapkannya.

Informasi ini akurat hingga 29 September 2021.

Q313: Survei NHK terhadap pandangan dan perilaku orang-orang terhadap COVID-19 (2) Kekhawatiran saat ini

Kami melanjutkan serial tentang hasil survei NHK pada September untuk mengetahui pandangan dan perilaku orang-orang terhadap pandemi virus korona. Kali ini kami akan membahas hal yang diungkapkan oleh survei tersebut mengenai apa yang orang-orang paling khawatirkan saat ini.

Para responden diminta untuk memilih beberapa jawaban atas pertanyaan tersebut.

Jumlah responden tertinggi yaitu 61,4 persen mengatakan mereka khawatir mengenai sistem perawatan kesehatan, 49,5 persen mengatakan tertular di rumah atau anak-anak mereka tertular, dan 33,3 persen mengatakan perpanjangan langkah pengendalian diri lebih lanjut (termasuk deklarasi keadaan darurat) oleh pemerintah nasional dan daerah.

Dalam bagian komentar tambahan pertanyaan ini, banyak yang menyebutkan mereka khususnya khawatir dirinya tertular.

Seorang karyawan pria berusia 40-an tahun mengatakan ia merasa khawatir bagaimana sistem perawatan kesehatan menangani dirinya jika ia tertular virus tersebut. Seorang wanita pekerja paruh waktu berusia 50-an tahun mengungkapkan dirinya khawatir mengenai penyebaran penyakit tersebut di rumahnya atau cepatnya perkembangan gejala karena terdapat banyak kasus orang-orang yang terinfeksi melakukan isolasi mandiri di rumah karena mereka tidak dapat dirawat inap.

Sementara lainnya mengatakan mereka khawatir mengenai pekerjaan dan pendapatan atau merasa stres secara psikis akibat langkah pengendalian diri yang berkepanjangan.

Seorang pria wiraswasta berusia 40-an tahun mengatakan ia kesulitan untuk membayar tagihan bulanan dari pendapatannya yang menurun akibat jumlah pekerjaan yang lebih sedikit.

Informasi ini akurat hingga 28 September 2021.

Q312: Survei NHK terhadap pandangan dan perilaku orang-orang terhadap COVID-19 (1) Seberapa takut Anda terhadap virus korona?

Dalam serial yang dimulai kali ini, kami mengulas tentang hasil survei NHK pada awal September untuk mengetahui pandangan dan perilaku orang-orang terhadap virus korona.
Survei ini melibatkan 1.200 orang di seluruh Jepang yang berusia 15 hingga 69 tahun. Hasil survei tersebut menjelaskan pandangan yang beragam dan kegelisahan orang-orang, juga perbedaan antar generasi mengenai masalah pembatasan aktivitas yang berkepanjangan dan vaksinasi.

Para responden ditanya seberapa takut mereka terhadap virus korona, 50,4 persen mengatakan mereka sangat takut. Sebanyak 42,4 persen mengatakan mereka agak takut dan 6,1 persen menyebutkan mereka tidak takut. Hasil survei itu menunjukkan bahwa hampir 93 persen dari responden takut terhadap virus korona.

Dalam bagian selanjutnya akan dibahas apa yang dikhawatirkan orang pada saat ini.

Informasi ini tertanggal 27 September.

Q311: Survei tentang gejala sisa virus korona (2) Ketidaknormalan indra penciuman masuk daftar teratas

Distrik Setagaya Tokyo mensurvei orang-orang di area tersebut yang menderita gejala sisa COVID-19 dan menemukan sekitar separuh dari mereka mengalami kelelahan.

Jumlah tertinggi dari responden sekitar 54 persen, melaporkan ketidaknormalan indra penciuman, 50 persen melaporkan kelelahan, 45 persen menyebutkan ketidaknormalan indra perasa, dan 34 persen mengeluhkan batuk yang tak kunjung hilang.

Survei menemukan ada perbedaan gejala sisa menurut usia orang-orang tersebut.

Mereka yang termasuk antara usia remaja hingga 30-an tahun dilaporkan jumlah terbesar dalam kasus kehilangan indra penciuman, sementara mereka yang berusia di atas 40-an tahun dilaporkan sebagai jumlah terbesar yang merasakan kelelahan.

Sejumlah orang dilaporkan mengalami gejala sisa lebih dari enam bulan, termasuk gangguan memori dan rambut rontok.

Distrik Setagaya akan menganalisis dampak dari gejala sisa dan langkah-langkah pencegahan di masa mendatang.

Wali Kota Setagaya Hosaka Nobuto mengatakan sementara banyak orang terus menderita gejala sisa virus korona dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, sistem dukungan untuk orang-orang ini masih belum memadai. Wali kota mengindikasikan dirinya berharap dengan dirilisnya data ini akan membantu menyerukan kepada pemerintah untuk membuat sebuah sistem yang mengembangkan perawatan bagi pasien yang mengalami gejala sisa COVID-19 akan menjalani perawatan simultan dengan perawatan virus korona yang canggih.

Informasi ini tertanggal 24 September.

Q310: Survei tentang gejala sisa virus korona (1) Survei menunjukkan separuh penyintas virus korona melaporkan gejala sisa

Kali ini kami akan mengulas tentang serial dari gejala sisa virus korona.

Hingga April 2021, Distrik Setagaya Tokyo mensurvei orang-orang di area itu yang telah sembuh dari COVID-19 di rumah sakit atau di rumah.

Di antara 3.710 orang yang merespons, sekitar 1.800 orang yang hampir 50 persen menjawab bahwa mereka mengalami gejala sisa. Persentase itu tinggi terutama bagi responden yang berusia 30-an hingga 50-an tahun dengan lebih dari separuh dari mereka melaporkan gejala sisa.

Selanjutnya kami akan mengulas tentang bentuk gejala yang mereka alami.

Informasi ini tertanggal 22 September.

Q309: Obat untuk virus korona (11) Obat-obatan yang ada sekarang yang dapat digunakan untuk virus korona

Kali ini, kami melihat sejumlah obat yang telah mendapat izin untuk digunakan pada penyakit-penyakit lain.

Pemerintah Jepang hingga saat ini mengesahkan penggunaan empat jenis obat untuk perawatan virus korona baru. Selain obat-obatan tersebut, uji klinis tengah berlangsung bagi obat-obatan yang ada sekarang yang digunakan untuk perawatan penyakit-penyakit lain untuk memastikan apakah obat tersebut juga efektif melawan virus korona.

Obat-obatan yang tengah ditinjau ulang tersebut adalah Actemra, Avigan, Alvesco, Futhan, dan Ivermectin. Actemra untuk mengobati artritis reumatoid dan Avigan adalah untuk influenza galur baru. Alvesco mengurangi gejala asma, sementara Futhan digunakan untuk merawat penyakit yang memicu pankreatitis akut atau pembentukan penggumpalan darah. Ivermectin dikenal manjur melawan penyakit-penyakit menular yang diakibatkan parasit.

Ivermectin tersedia melalui toko-toko daring. Ivermectin mendapat perhatian sebagai obat yang diperkirakan efektif melawan COVID-19.

Pelanggan perorangan dapat membeli sendiri obat ini. Namun, otoritas kesehatan di banyak negara dan WHO serta perusahaan-perusahaan farmasi mengatakan efikasi obat ini terhadap virus korona belum dipastikan melalui uji klinis. Para pakar mengatakan pasien seharusnya tidak menggunakan obat ini berdasarkan keputusan sendiri.

Informasi ini akurat per tanggal 21 September.

Q308: Obat untuk virus korona (10) Obat-obatan dalam pengembangan (2) Roche, Shionogi

Perusahaan farmasi terkemuka Swiss Roche mencoba mengetahui apakah AT-527, sebuah obat antiviral yang dikembangkannya untuk merawat pasien hepatitis C, bisa menjadi alat yang efektif untuk melawan COVID-19. Perusahaan itu kini melakukan uji klinis tahap akhir obat itu dengan melibatkan pasien di Jepang dan negara-negara lain. Chugai Pharmaceutical, yang membantu pengembangan obat itu di Jepang, mengatakan berharap dapat mengajukan untuk mendapat izin dari Kementerian Kesehatan tahun depan.

Satu perusahaan farmasi terkemuka Shionogi tengah mengembangkan obat antiviral baru untuk melawan virus korona. Perusahaan itu pada bulan Juli mengumumkan telah memulai uji klinis tahap pertama untuk memastikan keamanan obat tersebut.

Informasi ini tertanggal 17 September.

Q307: Obat untuk virus korona (9) Obat-obatan dalam pengembangan (1) Merck, Pfizer

Serial kali ini membahas obat-obatan baru untuk perawatan COVID-19. Kali ini kami menampilkan obat-obatan yang sedang dikembangkan.

Banyak orang di seluruh dunia tengah isolasi mandiri di rumah setelah tertular virus korona. Ini berarti terdapat permintaan yang tinggi untuk obat yang dapat diminum sendiri oleh pasien di rumah saat mengalami gejala ringan guna mencegah menjadi sakit parah. Perusahaan-perusahaan farmasi di Jepang dan di luar negeri tengah berupaya mengembangkan obat-obatan jenis ini.

Perusahaan farmasi terkemuka Amerika Serikat (AS) Merck & Co. tengah mengembangkan obat antiviral yang disebut molnupiravir. Obat ini tengah dalam uji klinis tahap akhir dengan melibatkan pasien di Jepang dan negara-negara lain. Anak perusahaannya di Jepang mengatakan hasil-hasil uji klinis ini akan keluar secepatnya dalam bulan September atau bulan Oktober. Perusahaan itu mengatakan berencana meminta Badan Makanan dan Obat AS (FDA) selambatnya akhir tahun ini menerbitkan izin penggunaan darurat jika hasilnya tampak menjanjikan.

Satu perusahaan farmasi besar AS lain, Pfizer, sedang melakukan uji klinis tahap akhir di luar negeri untuk pengobatan yang perlu dua obat antiviral sekaligus. Perusahaan itu mengatakan hasil sementara kemungkinan akan keluar antara Oktober dan Desember. Menurutnya, perusahaan itu berencana mengajukan izin penggunaan darurat FDA paling cepat akhir tahun ini. Pfizer juga mengatakan persiapan tengah dilakukan agar pasien-pasien di Jepang dapat ambil bagian dalam uji klinis tersebut.

Informasi ini akurat per tanggal 16 September.

Q306: Obat untuk virus korona (8) Jenis Obat No. 3: Menahan respons kekebalan yang berlebihan

Serial kali ini memfokuskan pada obat-obatan baru guna mengobati virus korona.

Perawatan virus korona yang diberikan izin oleh pemerintah Jepang terutama digolongkan menjadi tiga jenis, sesuai dengan mekanisme efikasinya.

1. Obat yang mencegah virus menyerang sel.
2. Obat yang mencegah penggandaan virus yang sudah memasuki sel.
3. Obat yang mencegah respons kekebalan yang berlebihan terhadap virus yang sudah berlipat ganda.

Dexamethasone dan baricitinib masuk ke dalam obat-obatan kategori nomor 3, yang dirancang untuk menahan respons kekebalan yang berlebihan. Ketika terinfeksi virus, sel-sel mengeluarkan beragam unsur peradangan guna memberi tenaga bagi sel kekebalan. Namun, seiring virus bereplikasi, jumlah unsur peradangan yang berlebihan kadang dapat dikeluarkan dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh ke tingkat yang tidak terkendali. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan serius terhadap paru-paru dan bagian tubuh lainnya, sehingga membuat pasien sakit parah. Pada tahap ini, obat-obatan steroid kemungkinan besar akan diberikan guna menekan aktivitas sistem kekebalan dan mengurangi peradangan. Dexamethasone dan baricitinib diketahui efektif terutama bagi orang-orang bergejala parah.

Informasi ini akurat tertanggal 15 September.

Q305: Obat untuk virus korona (7) Jenis Obat No. 2: Mencegah replikasi virus

Serial kali ini memfokuskan pada obat-obatan baru untuk menangani virus korona. Episode kali ini mengulas mengenai berbagai jenis perawatan COVID-19.

Perawatan virus korona yang diberikan izin oleh pemerintah Jepang terutama dibagi menjadi tiga jenis, sesuai dengan mekanisme efikasinya.

1. Obat yang mencegah virus menyerang sel.
2. Obat yang mencegah penggandaan virus yang sudah memasuki sel.
3. Obat yang mencegah respons kekebalan yang berlebihan terhadap virus yang sudah berlipat ganda.

Remdesivir adalah obat kategori nomor dua, yaitu mencegah penggandaan virus di dalam sel. Begitu masuk ke dalam sel, virus akan terus menyalin dirinya sendiri untuk membuatnya berlipat ganda, dengan menggunakan tenaga inangnya. Obat yang masuk dalam kategori nomor dua ini, termasuk remdesivir, mencegah virus menggandakan diri dengan cara memangkas fungsi enzim yang terlibat dalam penyalinan virus.

Ada obat-obatan lain yang diberikan secara oral yang kini tengah dikembangkan bagi pasien COVID-19 bergejala ringan. Kebanyakan obat-obatan itu tergolong pada kategori dua. Mekanisme penyalinannya sudah umum di kalangan virus. Hal ini memungkinkan perusahaan farmasi untuk mengembangkan obat virus korona berdasarkan obat yang telah dikembangkan bagi virus lainnya. Otoritas kesehatan diperkirakan akan merekomendasikan obat-obatan tersebut untuk digunakan dalam tahap awal penularan.

Informasi ini akurat tertanggal 14 September.

Q304: Obat untuk virus korona (6) Jenis Obat No. 1: Mencegah invasi sel

Serial kali ini memfokuskan pada obat-obatan baru untuk menangani virus korona. Dalam episode ini, kami akan mengulas berbagai jenis perawatan COVID-19.

Perawatan virus korona yang diberikan izin oleh pemerintah Jepang terutama digolongkan menjadi tiga jenis, sesuai dengan mekanisme efikasinya.

1. Obat yang mencegah virus menyerang sel.
2. Obat yang mencegah penggandaan virus yang sudah memasuki sel.
3. Obat yang mencegah respons kekebalan berlebihan terhadap virus yang sudah berlipat ganda.

“Terapi koktail antibodi” di bawah kategori pertama mencegah virus korona menyerang sel. Protein lonjakan yang menonjol dari permukaan virus korona pada awalnya melekat ke sel manusia sebelum memasukinya. Terapi koktail antibodi menggunakan antibodi yang diciptakan secara artifisial yang melekatkan diri ke protein lonjakan untuk mencegah virus itu menempel kepada sel. Perawatan ini direkomendasikan bagi tahap awal penyakit. Perawatan ini diperkirakan akan amat efektif, karena antibodinya telah direkayasa untuk menargetkan virus itu dan telah menunjukkan efek samping yang kecil.

Informasi ini akurat tertanggal 13 September.

Q303: Obat untuk virus korona (5) Sotrovimab

Kali ini kami membahas obat baru, Sotrovimab.

Pemerintah Jepang telah menyetujui penggunaan empat jenis obat untuk merawat pasien virus korona baru.

Pemerintah saat ini tengah mengkaji sebuah obat baru yang dikembangkan sejumlah produsen farmasi termasuk GlaxoSmithKline dari Inggris.

Obat baru, Sotrovimab, adalah antibodi penetral yang diberikan kepada pasien melalui infus untuk mencegah virus berkembang biak. Pengobatan ini diberikan kepada pasien dengan gejala ringan hingga moderat yang tidak membutuhkan bantuan oksigen, tetapi kondisinya sangat berisiko untuk memburuk.

Hasil uji klinis di luar negeri menunjukkan obat tersebut mengurangi risiko rawat inap di rumah sakit atau kematian hingga 79 persen.

GlaxoSmithKline menyerahkan permohonan persetujuan penggunaan obat tersebut di Jepang kepada kementerian kesehatan pada 6 September.

Di Amerika Serikat, Sotrovimab mendapatkan persetujuan untuk digunakan secara darurat pada Mei. Obat ini diperkirakan mendapatkan persetujuan oleh kementerian kesehatan pada akhir September. Ini akan menjadi obat kedua yang disetujui Jepang untuk digunakan bagi pasien dengan gejala ringan, bersamaan dengan pengobatan campuran antibodi, Ronapreve.

Informasi ini tertanggal 10 September.

Q302: Obat untuk virus korona (4) Campuran antibodi

Kali ini kami membahas pengobatan dengan menggunakan campuran dua antibodi.

Pemerintah Jepang telah menyetujui penggunaan empat jenis obat dalam perawatan pasien virus korona baru. Pengobatan campuran antibodi disetujui pada Juli 2021.

Seorang pasien diberikan dua antibodi, casirivimab dan imdevimab, secara bersamaan melalui infus. Untuk pertama kalinya pengobatan semacam ini disetujui di Jepang bagi pasien dengan gejala ringan, dan diketahui bahwa metode tersebut digunakan untuk menekan virus.

Hasil uji klinis yang dilakukan di luar negeri menunjukkan bahwa pengobatan tersebut mengurangi risiko rawat inap di rumah sakit atau kematian hingga sekitar 70 persen, jika campuran antibodi tersebut diberikan kepada seorang pasien dalam tahap awal penyakit.

Badan Pengawasan Makanan dan Obat-Obatan Amerika Serikat, FDA, menyetujui penggunaan darurat obat tersebut pada November 2020. FDA menyatakan obat tersebut efektif pada tingkat tertentu dalam mencegah pasien dari risiko penyakit yang memburuk. Campuran antibodi ini pernah digunakan pada Oktober 2020 untuk Presiden AS saat itu, Donald Trump, setelah ia dinyatakan positif dan harus dirawat di rumah sakit.

Kementerian Kesehatan Jepang awalnya membatasi pemberian campuran antibodi tersebut bagi para pasien di rumah sakit, dengan mengatakan bahwa mereka harus diawasi oleh pakar medis sewaktu dan setelah pengobatan. Namun, lonjakan yang baru-baru ini terjadi membuat banyak pasien tidak bisa dirawat di rumah sakit.

Kementerian pada 13 Agustus merevisi panduan pengobatan, sehingga campuran antibodi bisa diberikan kepada pasien yang menjalani isolasi mandiri di hotel dan fasilitas medis sementara, dengan syarat ada pengawasan yang memadai.

Perdana Menteri Suga Yoshihide dalam keterangan pers pada 25 Agustus lalu mengatakan bahwa ia juga akan mengizinkan penggunaan campuran antibodi bagi pasien rawat jalan.

Informasi ini tertanggal 9 September.

Q301: Obat untuk virus korona (3) Baricitinib

Kali ini kami membahas tentang baricitinib.

Pemerintah Jepang telah menyetujui penggunaan empat jenis obat untuk perawatan pasien virus korona baru. Di antaranya adalah, baricitinib, obat anti-inflamasi yang digunakan untuk merawat rematik. Penggunaan obat ini disetujui pada April 2021. Obat dalam bentuk tablet ini hanya boleh diberikan secara bersamaan dengan remdesivir bagi pasien bergejala moderat atau buruk.

Uji klinis internasional menemukan bahwa pasien yang diberikan baricitinib bersamaan dengan remdesivir, akan pulih rata-rata satu hari lebih cepat dibandingkan mereka yang hanya dirawat dengan remdesivir.

Informasi ini tertanggal 8 September.

Q300: Obat untuk virus korona (2) Dexamethasone

Kali ini kami akan membahas tentang dexamethasone dalam serial mengenai obat-obatan untuk virus korona.

Pemerintah Jepang telah mengeluarkan izin penggunaan atas empat jenis obat untuk menangani virus korona baru. Dexamethasone memperoleh rekomendasi dari Kementerian Kesehatan Jepang pada Juli 2020 sebagai pengobatan pilihan untuk virus korona.

Dexamethasone merupakan obat steroid yang efektif meringankan inflamasi dan reaksi alergi. Obat ini telah digunakan untuk mengobati artritis reumatoid dan kasus pneumonia parah.

Sebuah uji klinis di Inggris membuktikan bahwa obat tersebut mengurangi risiko kematian di kalangan pasien COVID-19 dengan gejala parah. Di Jepang, dexamethasone telah digunakan secara luas dikombinasikan dengan remdesivir. Para pakar mengungkapkan bahwa pengobatan ini berperan dalam menurunkan tingkat kematian secara signifikan setelah gelombang pertama penyebaran virus korona yang terjadi pada musim semi tahun 2020 di Jepang.

Informasi ini tertanggal 7 September.

Q299: Obat untuk virus korona (1) Remdesivir

Fasilitas riset dan perusahaan farmasi di seluruh dunia tengah menjalankan studi klinis atas obat-obat baru yang diharapkan efektif terhadap virus korona baru. Perhatian terpusat pada apakah obat-obat ini bisa mengarah pada pengobatan baru. Kami akan membawakan serial yang membahas obat-obat tersebut satu per satu. Pada bagian pertama kali ini, kami memfokuskan pada remdesivir.

Pemerintah Jepang telah mengeluarkan izin penggunaan atas empat jenis obat untuk menangani virus korona baru. Obat antiviral remdesivir memperoleh izin khusus untuk penggunaan darurat pada Mei 2020. Remdesivir merupakan yang pertama di antara empat obat tersebut yang mendapatkan izin penggunaan dari pemerintah.

Remdesivir awalnya dikembangkan untuk mengobati orang-orang yang tertular Ebola. Obat ini diberikan melalui infus secara intravena. Penggunaan obat ini sebelumnya dibatasi untuk pasien dengan kondisi serius, misalnya orang-orang yang menggunakan alat bantu pernapasan atau mesin jantung dan paru-paru ECMO. Namun pada Januari 2021, pemerintah memberikan izin penggunaannya untuk pasien dengan gejala sedang yang mengalami pneumonia.

Informasi ini tertanggal 6 September.

Q298: Lonjakan penularan pada anak-anak (5) Pemerintah pertama kalinya menetapkan aturan untuk penutupan kelas

Kami melanjutkan serial mengenai penularan virus korona di kalangan anak-anak di Jepang. Kali ini kami akan membahas pedoman Kementerian Pendidikan terkait aturan dalam memutuskan penutupan kelas.

Selama ini, keputusan untuk menutup kelas diserahkan kepada dewan pendidikan setelah menerima saran dari pusat kesehatan masyarakat. Jika ada anak atau staf sekolah yang dinyatakan tertular virus korona, pusat kesehatan masyarakat akan mempelajari situasi dan mengidentifikasi orang-orang yang melakukan kontak dekat dengan mereka yang tertular.

Namun, muncul kekhawatiran mengenai keterlambatan dalam upaya yang dilakukan pusat kesehatan masyarakat mengingat tekanan cukup berat yang tengah dialaminya di wilayah yang berada di bawah status keadaan darurat. Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan membahas masalah tersebut dan menyusun kriteria penilaian spesifik.

Kriteria itu memberikan langkah-langkah spesifik mengenai respons yang harus diambil pihak sekolah jika seseorang teridentifikasi tertular virus korona. Pihak sekolah juga harus membuat daftar orang-orang yang melakukan kontak dekat dengan orang yang tertular atau daftar orang-orang yang perlu menjalani tes virus korona.

Disebutkan bahwa semua murid di kelas yang sama harus menjalani tes virus korona jika sulit untuk menentukan orang-orang tertentu yang perlu dites.

Pedoman itu menyebutkan bahwa kelas harus ditutup jika sejumlah murid di kelas yang sama dinyatakan tertular.

Selain itu, meskipun hanya ada satu anak yang dipastikan tertular virus korona, tetapi beberapa murid lainnya menunjukkan gejala mirip batuk pilek, atau beberapa murid teridentifikasi melakukan kontak dekat dan terdapat kekhawatiran bahwa virus akan menyebar di kelas, pedoman itu menetapkan bahwa kelas juga harus ditutup.

Penutupan kelas bisa berlangsung sekitar lima hingga tujuh hari.

Sebagai tambahan, pedoman itu mengatur agar seluruh kelas pada tingkatan yang sama ditutup jika beberapa kelas terpaksa ditutup dan ada kemungkinan besar virus korona menyebar di seluruh tingkatan kelas. Disebutkan bahwa seluruh sekolah harus ditutup sementara jika sejumlah tingkatan kelas ditutup.

Informasi ini tertanggal 3 September.

Q297: Lonjakan penularan pada anak-anak (4) Apakah varian Delta lebih mudah menular pada anak?

Kali ini kami melanjutkan pembahasan mengenai penularan virus korona pada anak-anak di Jepang. Pertanyaannya adalah apakah anak-anak lebih mudah tertular setelah kini varian Delta menjadi galur yang lazim di Jepang.

Para peneliti di Institut Nasional Penyakit Menular telah menganalisis data seluruh orang yang hasil tesnya positif di Jepang sejak April berdasarkan kelompok usia. Mereka menemukan bahwa rasio anak muda 18 tahun ke bawah tidak berubah hingga Juli saat varian Delta telah mendominasi. Studi tersebut tidak memasukkan orang-orang 65 tahun ke atas karena penularan di kelompok usia ini turun berkat vaksinasi. Para peneliti mengungkapkan bahwa sejumlah hasil mengisyaratkan kita tidak bisa mengatakan varian ini lebih berbahaya pada anak-anak.

Kami bertanya kepada Wakita Takaji, kepala institut nasional dan kepala panel pakar kementerian kesehatan mengenai penularan virus korona. Wakita mengatakan peningkatan jumlah anak-anak yang hasil tesnya positif karena jumlah total kasusnya meningkat, dan orang dewasa yang terinfeksi di luar, menularkan virus itu kepada anak-anak di rumah. Menurutnya ia tidak memperkirakan situasinya akan menjadi seperti saat flu musiman terjadi, pada saat seperti itu penularan melonjak karena virus tersebut ditularkan di antara anak-anak.

Informasi ini akurat hingga 2 September 2021.

Q296: Lonjakan penularan pada anak-anak (3)   Penularan di sekolah lebih mudah terjadi pada anak yang lebih tua

Sebuah laporan Kementerian Kesehatan baru-baru ini menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih tua memiliki rasio penularan yang lebih tinggi di sekolah.

Para pejabat kementerian itu menganalisis sekitar 6.600 anak berusia antara tiga hingga 18 tahun yang hasil tesnya positif antara April dan akhir Juli, serta jalur penularan pada anak yang dapat ditentukan. Mereka melakukan analisis berdasarkan angka-angka dari sistem kementerian yang mengumpullkan data orang-orang yang hasil tesnya positif. Hasil tersebut dilaporkan dalam sebuah rapat panel pakar kementerian pada 25 Agustus.

Laporan itu menunjukkan bahwa di antara anak-anak berusia tiga hingga lima tahun, 59,8 persen tertular di rumah, 19,8 persen di tempat penitipan anak atau fasilitas kesejahteraan anak, dan 15,9 persen di sekolah atau taman kanak-kanak. Di antara anak-anak berusia enam hingga 12 tahun, 76,6 persen tertular di rumah dan 14,6 persen di sekolah. Disebutkan bahwa di antara anak berusia 13 hingga 15 tahun, 60 persen tertular di rumah dan 33 persen di sekolah. Pada kelompok usia yang paling tua, mulai umur 16 hingga 18 tahun, 45,7 persen tertular di sekolah, sementara 39,4 persen di rumah.

Namun, laporan itu menyebutkan bahwa analisis hanya dapat menentukan bagaimana anak-anak tertular dalam kurang dari 20 persen total kasus. Meski demikian, dikatakan terdapat tren yang jelas bahwa anak-anak yang lebih tua memiliki rasio yang lebih tinggi dari anak-anak yang tertular di sekolah.

Informasi ini akurat hingga 1 September 2021.

Q295: Lonjakan penularan pada anak-anak (2) Dokter anak: Situasi setempat harus dipertimbangkan bagi penutupan sekolah

Seiring dengan melonjaknya penularan COVID-19 pada anak-anak di Jepang, Masyarakat Dokter Anak Jepang dan Asosiasi Dokter Anak Jepang mengadakan rapat daring pada 26 Agustus 2021 dan menyampaikan pandangannya mengenai aktivitas sekolah.

Asosiasi itu mengatakan varian delta yang sangat mudah menular telah menjadi dominan dan makin banyak anak yang tertular. Asosiasi itu menyatakan sangat khawatir akan meningkatnya jumlah kasus di sekolah serta menyebutkan pentingnya langkah pencegahan penularan menyeluruh di sejumlah fasilitas termasuk bimbingan belajar.

Asosiasi itu mengatakan seluruh sekolah di Jepang tidak perlu ditutup bersamaan saat semester baru dimulai dan situasi tiap kawasan harus dipertimbangkan bagi penutupan atau mengatur agar anak-anak datang pada jam yang berbeda secara bergantian. Asosiasi dokter anak meminta otoritas administratif untuk menyampaikan kerangka waktu yang spesifik dan standar lainnya.

Orang tua akan harus mengambil cuti kerja jika sekolah dasar ditutup, maka dari itu para dokter tersebut mengatakan dukungan dan pengertian di tempat kerja akan diperlukan. Para dokter mengungkapkan bahwa sifat penularan pada anak 10 tahun ke atas serupa dengan penularan pada orang dewasa, maka pendidikan jarak jauh harus dilakukan secara aktif, khususnya di sekolah menengah atas.

Masker sekali pakai dari bahan nonwoven atau bukan tenunan penting untuk mencegah penularan virus. Namun, karena besarnya jumlah kebutuhan yang akan digunakan, kedua kelompok dokter anak tersebut mengatakan gagasan untuk memberikan masker kepada anak-anak secara gratis juga sebaiknya dipertimbangkan guna meringankan beban ekonomi terhadap rumah tangga.

Presiden Masyarakat Dokter Anak Jepang Oka Akira mengatakan sangat penting untuk menjaga kehidupan sekolah bagi anak-anak. Menurutnya jika langkah-langkah seperti penutupan sekolah dilakukan, berbagai respons diperlukan bagi SD, SMP, dan SMA, jadi standar berbeda harus ditetapkan bagi masing-masing sekolah.

Informasi ini akurat hingga 31 Agustus 2021.

Q294: Lonjakan penularan pada anak-anak (1) Institut Nasional Jepang untuk Penyakit Menular merilis langkah dasar pencegahan virus korona bagi sekolah

Kali ini kami akan mengulas tentang serial baru mengenai infeksi virus korona di kalangan anak-anak.

Penularan COVID-19 di Jepang meningkat di kalangan anak-anak, Institut Nasional untuk Penyakit Menular merilis laporan pada 25 Agustus yang berisi ringkasan langkah-langkah dasar pencegahan bagi sekolah dalam menghadapi penularan virus korona. Laporan itu berdasarkan pada survei kasus klaster penularan virus korona yang terjadi di sekolah-sekolah yang dilakukan oleh institut tersebut.

Dalam kaitan dengan penyebaran varian Delta, laporan itu menyebutkan ketika jumlah infeksi tampak meningkat di antara anak-anak usia 19 tahun ke bawah, banyak kasus di sekolah dasar melibatkan klaster penularan yang relatif besar tersebar oleh guru, sementara tidak ada kasus klaster penularan besar yang menyebar di antara anak-anak.

Laporan itu menyarankan bagi seluruh sekolah termasuk tempat penitipan anak dan universitas juga tempat bimbingan belajar untuk memantau aktivitas para murid dengan mengecek kondisi fisik masing-masing dan setiap murid. Sekolah harus melakukan langkah-langkah menyeluruh untuk memantau mereka yang tidak sehat dengan mengecek mereka yang tidak hadir dan melacak pergerakan mereka ketika berada di rumah. Laporan itu juga menyarankan kepada seluruh guru yang tidak memiliki masalah kesehatan khusus untuk secara aktif mendapatkan vaksinasi.

Laporan itu juga menyarankan sekolah untuk mempertimbangkan atau membatalkan acara sekolah seperti festival budaya atau festival olahraga yang dianggap berisiko tinggi karena mengumpulkan banyak orang. Bagi klub aktivitas sekolah yang membutuhkan perjalanan ke provinsi lain, laporan itu menyarankan bagi para murid untuk menjalani tes PCR dalam waktu tiga hari sebelum keberangkatan mereka.

Laporan itu juga menyarankan sekolah-sekolah agar aktif menggunakan teknologi ICT termasuk mengembangkan kelas daring, memasang pemantau CO2 untuk menjaga ventilasi sekolah secara menyeluruh, secara aktif menggunakan aplikasi yang memantau kondisi fisik para murid, dan menerapkan tes antigen.

Informasi ini tertanggal 30 Agustus.

Q293: Faktor yang umum terlihat dalam klaster di fasilitas komersial skala besar

Kali ini kami akan mengulas tentang apa yang tampaknya menjadi faktor yang umum ditemukan dalam klaster penularan yang terjadi di fasilitas komersial skala besar.

Institut Nasional Penyakit Menular di Jepang menerjunkan para pakar ke toko serba ada dan pusat perbelanjaan yang terkena virus korona untuk membantu mengetahui penyebab penyebaran infeksi di antara karyawan tempat tersebut.

Para peritel mengatakan masih menyelidiki penyebab klaster penularan dan masing-masing fasilitas memperkuat langkah-langkah pencegahan virus korona.

Para peritel menyusun laporan mengenai faktor-faktor utama yang menjadi umum ditemukan di seluruh fasilitas dan mengusulkan langkah-langkah untuk pencegahan infeksi.

Laporan itu menyebutkan sebagian besar dari karyawan menggunakan masker dengan tepat, tetapi mereka harus memperbaiki cara mencuci tangan. Disebutkan ada waktu ketika konsumen berkerumun di sejumlah lantai.

Sebagai tambahan, laporan itu menyatakan ada beberapa kasus pelacakan terhadap kontak dengan karyawan yang terinfeksi tidak sepenuhnya dilakukan dan kontak seperti itu tidak diatur secara tepat.

Laporan itu juga menyebutkan dalam sejumlah kasus, karyawan berkumpul dengan jarak dekat di ruang makan atau tempat istirahat.

Laporan itu meminta pembatasan arus orang atau jumlah konsumen di tempat mereka cenderung berkumpul. Laporan itu juga menyarankan cara melakukan ventilasi udara yang lebih baik kepada para peritel dengan menggunakan konsentrasi karbon dioksida dan meminta para karyawan agar tidak berbicara ketika makan di ruang makan atau tempat istirahat.

Informasi ini tertanggal 27 Agustus 2021.

Q292: Pedoman bagi wanita hamil yang isolasi mandiri di rumah

Di tengah lonjakan kasus virus korona, wanita hamil yang tertular juga bertambah. Di Provinsi Chiba yang bertetangga dengan Tokyo, satu bayi yang lahir prematur meninggal setelah ibunya, yang tertular virus korona, terpaksa melahirkan di rumah karena tidak ada rumah sakit yang bersedia menerimanya. Setelah insiden ini, Masyarakat Obstetri dan Ginekologi Jepang serta Asosiasi Dokter Obstetri dan Ginekologi Jepang menyusun pedoman mengenai gejala-gejala di mana wanita hamil harus menghubungi pakar layanan kesehatan atau memanggil ambulans. Pedoman ini dapat dilihat di situs web kedua kelompok tersebut.

Berdasarkan pedoman itu, seorang wanita hamil yang positif COVID-19 dan isolasi di rumah dianjurkan menghubungi dokternya atau sebuah pusat kesehatan masyarakat dalam kasus-kasus berikut:
1. Ia mengalami kesulitan bernapas lebih dari dua kali dalam satu jam.
2. Jika aktivitas seperti berjalan ke toilet membuatnya merasa kehabisan napas.
3. Detak jantungnya naik hingga 110 atau lebih per menit atau frekuensi napasnya bertambah menjadi 20 atau lebih per menit.
4. Tingkat oksigen darahnya antara 93 dan 94 persen, serta tidak pulih ke tingkat normal dalam satu jam setelah beristirahat.

Pedoman itu menyatakan harus segera memanggil ambulans dalam dua kasus berikut:
1. Ia tidak bisa berbicara bahkan untuk kalimat yang pendek akibat kehabisan napas.
2. Tingkat oksigen darahnya anjlok ke 92 persen atau lebih rendah.

Para dokter obstetri dan ginekologi juga meminta badan pemerintah agar membantu wanita hamil masuk ke rumah sakit yang menyediakan layanan melahirkan meski dalam kasus-kasus di atas yang tidak memerlukan layanan ambulans. Mereka juga meminta badan pemerintah agar menciptakan lingkungan agar wanita hamil yang tengah isolasi mandiri di rumah dapat memantau tingkat oksigen darah mereka setiap hari.

Informasi ini akurat tertanggal 26 Agustus.

Q291: Hal yang harus diperhatikan jika tinggal sendirian dan isolasi mandiri di rumah

Di Jepang, terjadi rekor jumlah orang yang tertular virus korona yang sedang isolasi mandiri di rumah di tengah lonjakan kasus belakangan ini. Hari ini, kami menyampaikan apa yang harus diperhatikan jika Anda tinggal sendirian, teruji positif, dan terpaksa isolasi mandiri di rumah.

Kami bertanya pada Profesor Matsumoto Tetsuya dari Universitas Internasional Kesehatan dan Kesejahteraan. Ia adalah pakar langkah-langkah penanggulangan penyakit menular. Matsumoto mengatakan orang harus selalu berhubungan dengan teman dan anggota keluarga, sehingga mereka dapat tahu kondisi pasien memburuk jika mereka tidak mendengar kabar dari orang tersebut. Ia mengatakan kontak itu tidak perlu berdekatan secara fisik. Menurutnya, sejumlah orang dengan gejala mungkin terpaksa bersabar karena selalu mendapat nada sibuk setiap kali menelepon pusat kesehatan masyarakat. Dikatakan, terdapat risiko orang tersebut mungkin tidak lagi bisa menelepon untuk memanggil ambulans jika kondisinya semakin memburuk. Menurutnya, demi mencegah hal ini, orang harus memilih beberapa orang yang membantu sejak awal dan meminta mereka menjadi orang yang dihubungi jika terjadi keadaan darurat.

Matsumoto juga mengimbau masyarakat agar menyimpan makanan, air minum, dan obat demam kalau-kalau mereka tertular dan harus isolasi mandiri di rumah. Ia menganjurkan orang-orang yang belum membuat persiapan seperti itu saat tertular agar menelepon teman atau anggota keluarga dan meminta mereka membawa makanan dan barang keperluan lain ke depan rumah.

Informasi ini akurat tertanggal 25 Agustus.

Q290: Hal yang harus diperhatikan saat isolasi mandiri di rumah (2) Cara mencegah penularan di rumah

Dalam bagian kedua dan terakhir serial ini, kami melihat cara-cara untuk mencegah penularan virus di rumah.

Kelompok relawan pakar layanan kesehatan dan kesehatan masyarakat yang terlibat dalam upaya-upaya penanggulangan virus korona mencatat delapan hal untuk mencegah menulari anggota keluarga di rumah.

1. Pasien dan anggota keluarga lain harus berada di ruangan yang berbeda.
2. Baik pasien maupun orang yang merawat harus memakai masker.
3. Orang yang merawat harus dibatasi sebisa mungkin hanya satu orang.
4. Pasien dan orang yang merawat harus sering mencuci tangan.
5. Ventilasi sebanyak mungkin pada siang hari.
6. Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang digunakan bersama yang sering disentuh.
7. Cuci seprei dan pakaian yang kotor.
8. Tutup rapat kantong sampah sebelum membuangnya.
Kelompok itu mengatakan semakin banyak pasien virus korona yang harus isolasi di rumah tanpa kontak apa pun dengan pusat kesehatan masyarakat atau instruksi apa pun dari klinik mengenai apa yang harus dilakukan, sehingga kelompok itu memandang perlu menyampaikan informasi yang diperlukan.

Informasi ini akurat tertanggal 24 Agustus.

Q289: Hal yang harus diperhatikan saat isolasi mandiri di rumah (1) Gejala darurat

Di Jepang, jumlah terbanyak orang yang tertular virus korona kini melakukan isolasi mandiri di rumah di tengah lonjakan kasus baru-baru ini.

Sekelompok pakar telah mengunggah di Twitter mengenai gejala-gejala darurat yang memerlukan penanganan segera dan hal yang dapat dilakukan guna mencegah penyebaran virus itu kepada anggota keluarga lainnya saat melakukan isolasi mandiri di rumah. Dalam serial dua bagian ini, kami akan mengulas hal yang harus diperhatikan dengan hati-hati saat melakukan isolasi mandiri di rumah.

Pada 17 Agustus, satu kelompok sukarelawan pakar perawatan kesehatan dan kebersihan masyarakat yang terlibat dalam upaya penanganan virus korona, mengunggah di Twitter serangkaian poin yang harus diperhatikan ketika melakukan isolasi mandiri di rumah.

Kelompok itu menuliskan 13 “gejala darurat” sebagai tanda-tanda peringatan untuk memanggil ambulans. Sembilan gejala berikut adalah kondisi yang harus diperiksa sendiri oleh para pasien. Isinya adalah

1. Bibir berwarna kebiruan
2. Napas yang berat
3. Sesak napas mendadak
4. Sesak napas saat melakukan gerakan simpel
5. Sakit dada
6. Tidak dapat bernapas saat berbaring
7. Terengah-engah dengan bahu yang berat
8. Bersin mendadak
9. Perasaan akan ritme tidak teratur

Kelompok itu juga meminta anggota keluarga atau lainnya yang tinggal dalam rumah yang sama untuk memperhatikan gejala-gejala berikut.

10. Wajah yang jelas pucat
11. Raut dan perilaku yang berbeda dari biasanya
12. Respons yang lebih lemah atas panggilan atau sentuhan
13. Tidak ada respons atas panggilan atau sentuhan

Menurut kelompok tersebut, pada tempat-tempat yang sistem medisnya mengalami tekanan berat, mungkin perlu waktu lama sebelum pasien virus korona dapat dibawa ke rumah sakit, bahkan ketika pasien sudah menunjukkan gejala dan memanggil ambulans. Kelompok itu menganjurkan agar saat orang merasa khawatir kondisinya mungkin memburuk, mereka harus menghubungi dokter, dokter yang mendiagnosis virus korona, kantor kesehatan masyarakat setempat, atau telepon siaga virus korona yang disediakan oleh pemerintah kota setempat.

Informasi ini akurat tertanggal 23 Agustus.

Q288: Apa itu varian Delta COVID-19? (4) Seberapa berbeda dibandingkan varian Lambda?

Kali ini kami akan mengulas seberapa berbeda varian Delta dibandingkan varian Lambda, yang adalah galur lain dari virus korona.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan varian Lambda pertama kali dikonfirmasi di negara Amerika Selatan, Peru, pada Agustus 2020. WHO mengatakan varian itu menyebar terutama di kalangan negara-negara Amerika Selatan seperti Peru, Cile, dan Ekuador.

Dalam situs GISAID yang mencatat urutan gen dari semua galur virus korona baru yang terdeteksi di seluruh dunia, 34 negara melaporkan varian Lambda hingga 15 Agustus. Namun, selama 4 pekan terakhir, kebanyakan laporan atas varian itu berasal dari Cile.

Varian Lambda memiliki mutasi yang mungkin membuatnya lebih mudah menular daripada virus aslinya, atau mungkin melemahkan efikasi antibodi penetral yang menaklukkan virus itu.

Jadi, WHO mengkategorikannya sebagai varian yang perlu mendapat perhatian (variant of interest - VOI). Namun, saat ini virus Lambda masih belum menyebar seluas varian Delta atau Alfa, yang dianggap WHO sebagai varian yang mengkhawatirkan (variant of concern - VOC). Institut Nasional Penyakit Menular Jepang masih belum mengkategorikan varian Lambda sebagai VOC atau VOI.

Masih belum jelas tingkat kemudahan menular varian Lambda atau tingkat keseriusan yang dapat diakibatkan penyakit itu. WHO mengatakan lebih banyak penelitian dibutuhkan untuk mengetahui kepastian varian itu dapat berimbas terhadap langkah penangkalan virus dan memperlemah efikasi vaksin.

Varian Lambda sebenarnya dideteksi lebih awal dibandingkan varian Delta. Namun, varian Delta telah menyebar lebih cepat dan menimbulkan ancaman nyata terhadap banyak negara.


Informasi ini akurat tertanggal 20 Agustus.

Q287: Apa itu varian Delta COVID-19? (3) Keefektifan vaksin

Kali ini kami akan mengulas mengenai keefektifan vaksin.

Dalam laporan yang dikeluarkan pada 27 Juli tahun ini oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dikatakan bahwa terkait keefektifan vaksin, laboratorium penelitian telah menemukan jumlah antibodi yang diciptakan oleh vaksin menurun terhadap varian Delta.

Namun, WHO tidak mengatakan ini bukan berarti varian tersebut menurunkan keefektifan vaksin, karena vaksin yang telah dikembangkan saat ini terbukti sangat efektif.

WHO mengatakan dalam kasus vaksin AstraZeneca atau Pfizer, penilaian komparatif antara varian Delta dan varian Alfa menemukan bahwa meskipun keefektifan vaksin dalam mencegah gejala atau penularan virus korona adalah lebih rendah terhadap varian Delta dibandingkan terhadap varian Alfa, tidak ada perbedaan besar yang ditemukan dalam kedua vaksin tersebut dalam hal mencegah penyakit yang parah.


Informasi ini akurat tertanggal 19 Agustus.

Q286: Apa itu varian Delta COVID-19? (2) Apakah mengakibatkan penyakit lebih parah?

Kali ini, dalam bagian kedua serial mengenai varian Delta, kami akan memfokuskan mengenai kemungkinan varian ini mengakibatkan gejala yang lebih parah dibandingkan galur aslinya.

Masih belum diketahui jelas mengenai kemungkinan varian Delta mengakibatkan penyakit yang lebih parah. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan suatu penelitian di Kanada yang menganalisis data dari lebih 200.000 kasus virus korona, menemukan bahwa varian Delta meningkatkan risiko diperlukannya rawat inap hingga 120 persen, dimasukkan ke Unit Rawat Intensif sebanyak 287 persen, dan risiko kematian hingga 137 persen dibandingkan galur aslinya.

Informasi ini akurat tertanggal 18 Agustus

Q285: Apa itu varian Delta COVID-19? (1) Seberapa menularnya varian ini?

Varian Delta merupakan varian virus korona yang amat mudah menular yang kini menyebar di penjuru dunia. Kali ini, dalam bagian pertama serial mengenai varian Delta, kami akan mengulas mengenai seberapa menularnya varian tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan varian Delta pertama kali dilaporkan di India pada Oktober 2020 dan sejak itu telah dikonfirmasi di penjuru dunia. Varian tersebut telah ditemukan di lebih dari 130 negara dan kawasan hingga awal Agustus. WHO memasukkannya ke dalam daftar VOC atau “varian yang mengkhawatirkan,” yang dianggap secara potensial paling berbahaya dari segala varian yang diketahui.

Varian Delta diyakini lebih mudah menular daripada galur aslinya dan varian Alfa, yang pertama kali diidentifikasi di Inggris. Sebuah penelitian yang disampaikan dalam rapat panel pakar Kementerian Kesehatan Jepang pada 21 Juli mengisyaratkan bahwa varian Delta 1,87 kali lebih mudah menular dibandingkan galur asli dan 1,3 kali lebih mudah menular dibandingkan varian Alfa. Kajian-kajian lainnya baik di dalam maupun di luar negeri juga menunjukkan varian Delta sekitar dua kali lebih mudah menular dibandingkan galur konvensional dan sekitar 50 persen lebih mudah menular dibandingkan varian Alfa.

WHO juga mengatakan satu penelitian yang dilakukan sekelompok ilmuwan Cina menunjukkan volume virus yang ditemukan pada orang yang terinfeksi varian Delta adalah 1.200 kali lebih banyak daripada yang terdapat pada orang yang tertular oleh galur konvensional. Temuan ini bisa memiliki kaitan dengan amat mudah menularnya varian tersebut.

Institut Nasional Penyakit Menular Jepang memperkirakan pada 26 Juli bahwa varian Delta mencakup sekitar 80 persen penularan virus korona di Tokyo dan tiga provinsi tetangganya yaitu Saitama, Chiba, dan Kanagawa hingga akhir Juli. Ditambahkan, varian ini mencakup sekitar 40 persen kasus di provinsi-provinsi Osaka, Kyoto, dan Hyogo.

Informasi ini akurat tertanggal 17 Agustus.

Q284: Apakah vaksin booster diperlukan? (5) Apakah boleh menggunakan jenis vaksin berbeda sebagai penguat?

Kali ini kami akan membahas tentang apakah dibolehkan untuk menggunakan tipe vaksin yang berbeda sebagai penguat.

Profesor Hamada Atsuo dari Universitas Kedokteran Tokyo mengatakan tidak ada aturan tetap mengenai suntikan ketiga harus menggunakan tipe vaksin yang sama seperti suntikan yang pertama atau kedua.

Pemerintah Inggris mengatakan uji klinis tengah dilaksanakan untuk memeriksa apakah suntikan tambahan yang diberikan 10 hingga 12 pekan setelah suntikan kedua akan memperkuat sistem daya tahan tubuh.

Pemerintah Inggris menambahkan, tujuh tipe vaksin tengah dibandingkan keefektifannya sebagai suntikan tambahan.

Profesor Hamada mengatakan mencampur Pfizer dan Moderna tidak akan menjadi masalah karena keduanya merupakan vaksin mRNA. Namun, ia menyerukan kajian lebih banyak mengenai pemberikan suntikan ketiga, dengan menyebut kurangnya data. Ia juga menyebutkan penting untuk mempertimbangkan menggunakan vaksin yang ada atau yang baru yang merespons terhadap varian-varian yang ada.

Informasi ini akurat per 16 Agustus.

Q283: Apakah vaksin booster diperlukan? (4) Pendapat Moderna

Kali ini kami akan mengulas tentang pernyataan yang dikeluarkan perusahaan bioteknologi Amerika Serikat, Moderna.

Pada 5 Agustus, Moderna merilis informasi terbaru mengenai efikasi vaksinnya serta pengembangan vaksin baru untuk sejumlah varian. Moderna menyebutkan bahwa suntikan ketiga kemungkinan akan diperlukan bagi orang-orang yang telah mendapatkan vaksin virus korona perusahaan itu, terutama akibat varian Delta yang sangat mudah menular.

Moderna mengungkapkan bahwa vaksinnya menunjukkan efikasi 93 persen yang bertahan hingga enam bulan setelah dosis kedua. Namun, disebutkan bahwa efikasi itu diperkirakan akan menurun dan tampaknya diperlukan vaksin booster dalam paruh kedua tahun ini, khususnya di tengah penyebaran varian Delta.

Informasi ini tertanggal 13 Agustus.

Q282: Apakah vaksin booster diperlukan? (3) Uji klinis menunjukkan peningkatan kadar antibodi

Hari ini kami akan membahas tentang uji klinis atas suntikan ketiga yang menunjukkan peningkatan kadar antibodi.

Sejumlah produsen vaksin telah melakukan uji klinis untuk memeriksa efikasi suntikan ketiga vaksin virus korona. Pfizer merilis hasil uji klinisnya pada 28 Juli 2021. Perusahaan farmasi itu mengindikasikan bahwa untuk kalangan usia 18 hingga 55 tahun, suntikan penguat meningkatkan kadar antibodi penetral terhadap varian Delta sebanyak lima kali lipat dibandingkan setelah dosis kedua. Sementara itu, hasil uji klinis menunjukkan bahwa tingkat antibodi naik sebelas kali lipat untuk usia 65 hingga 85 tahun.

Profesor di Universitas Kedokteran Tokyo, Hamada Atsuo, mengatakan bahwa data tersebut hanya berasal dari satu perusahaan dan perlu dicermati dengan saksama. Namun, ia menyebutkan bahwa suntikan ketiga diperlukan untuk memperkuat imunitas terhadap varian Delta.

Informasi ini tertanggal 12 Agustus.

Q281: Apakah vaksin booster diperlukan? (2) Laporan dari Israel

Kali ini kami akan mengulas laporan dari Israel yang mengonfirmasi bahwa efikasi vaksin virus korona menurun seiring waktu.

Israel telah berhasil menjalankan program vaksinasi tercepat di dunia. Namun, para peneliti di negara itu baru-baru ini melaporkan bahwa efikasi vaksin dalam mencegah gejala penularan turun dari 94 persen pada Mei 2021 menjadi 64 persen pada Juni lalu di tengah menyebarnya varian Delta. Hal ini meyakinkan sejumlah pakar di Israel bahwa efikasi vaksin berkurang seiring waktu. Pemerintah negara itu telah memulai pemberian suntikan ketiga untuk memperkuat perlindungan terhadap virus korona.

Atsuo Hamada, seorang profesor di Universitas Kedokteran Tokyo, merupakan pakar varian virus. Ia mengungkapkan bahwa perlindungan dari vaksin yang saat ini digunakan terhadap virus korona dikatakan menurun setelah sekitar enam bulan.

Ia menyebutkan bahwa vaksin influenza, yang menggunakan teknologi berbeda dari vaksin virus korona, diyakini juga kehilangan efikasinya dalam sekitar enam bulan. Mengingat hal ini, Hamada mengatakan cukup masuk akal untuk memberikan suntikan tambahan setelah jangka waktu itu.

Informasi ini tertanggal 11 Agustus.

Q280: Apakah vaksin booster diperlukan? (1) Efikasi Dua Inokulasi

Sejumlah negara tengah mempertimbangkan untuk memberikan vaksin booster atau suntikan vaksin penguat. Pembahasan kali ini akan menjawab pertanyaan mengenai apakah suntikan booster diperlukan serta efikasinya. Kali ini kami akan mengulas efikasi dua inokulasi.

Seluruh tiga vaksin yang disetujui oleh Jepang, yaitu Pfizer-BioNTech, Moderna, dan AstraZeneca memerlukan dua kali vaksinasi dengan jeda waktu beberapa pekan. Pfizer dan Moderna telah dipastikan efektif dalam mencegah penyakit menjadi berkembang atau menjadi serius dari virus prototipe pada lebih dari 90 persen kasus. Sementara untuk AstraZeneca sekitar 70 persen.

Sebuah laporan terbitan Juli 2021 mengenai jurnal medis internasional “New England Journal of Medicine” menyebutkan Pfizer 93,7 persen efektif melawan varian Alpha dan AstraZeneca 74,5 persen efektif. Dikatakan Pfizer 88,0 persen efektif melawan varian Delta, sementara AstraZeneca 67,0 persen efektif.

Ditambahkan bahwa meski vaksin-vaksin tersebut membantu mencegah kasus serius, vaksin ini tidak terlalu efektif dalam mencegah penularan. Ini berarti bahwa meski banyak orang telah divaksinasi, kekebalan kelompok mungkin tidak dapat dicapai dalam beberapa kasus.

Pemerintah Inggris mengatakan vaksin Pfizer 96 persen efektif dalam mencegah dirawat inap akibat varian Delta, sementara AstraZeneca 92 persen efektif.

Informasi ini akurat hingga 10 Agustus 2021.

Q279: Vaksinasi dan rumor yang salah (5)

Kali ini dalam bagian terakhir mengenai rumor yang salah seputar vaksin, kami akan memfokuskan pada langkah-langkah yang dilakukan oleh perusahaan layanan internet.

Penyedia layanan internet tengah menerapkan sejumlah langkah untuk mencegah para pengguna disesatkan oleh informasi atau rumor yang tidak benar. Yahoo Japan berupaya menyebarkan informasi yang kredibel untuk secara langsung mengatasi rumor yang salah. Pada laman atas situs web Yahoo, di bagian berita, kolom topik, yang paling banyak dilihat oleh para pengguna, kini menampilkan artikel-artikel yang membahas informasi dan rumor yang salah mengenai vaksin, serta artikel yang merangkum penjelasan medis atau komentar oleh pakar medis.

Saat melakukan pencarian secara daring, Yahoo menampilkan pada bagian atas mengenai informasi yang dirilis oleh organisasi masyarakat atau informasi berdasarkan bukti ilmiah. Misalnya, saat menggunakan kata kunci pencarian “kematian” atau “efek samping” bersama kata “vaksin”, tautan teratas yang ditampilkan adalah artikel tanya jawab pada situs web Kementerian Kesehatan Jepang serta sebuah video dan artikel orisinal Yahoo yang ditulis melalui kolaborasi dengan beberapa pakar medis tentang bagaimana mengatasi tidak enak badan setelah divaksinasi.

Pejabat perusahaan Yahoo, Kataoka Hiroshi, mengatakan seiring program vaksin yang kini tengah berjalan penuh, terdapat peningkatan ketertarikan atas vaksin, juga terlihat melalui kata kunci pencarian serta jumlah orang yang mencari artikel tersebut. Kataoka mengungkapkan bahwa sangat sulit bagi orang-orang untuk menentukan informasi mengenai vaksin mana yang dapat dipercaya, maka dari itu penting untuk merangkum informasi terpercaya secara menyeluruh dan menyebarkan informasi kredibel dengan cara yang mudah dipahami. Ia mengatakan perusahaan tersebut berharap dapat terus membantu menjawab kekhawatiran, kecemasan, dan pertanyaan orang-orang.

Informasi ini akurat hingga 6 Agustus 2021.

Q278: Vaksinasi dan rumor yang salah (4) Contoh rumor yang salah bagian 3

Dalam bagian keempat kali ini mengenai rumor yang salah seputar vaksinasi, kami akan menghadirkan sejumlah contoh mengenai rumor yang tengah beredar.

Rumor yang salah 5: “Vaksin mengandung mikrocip.”
Sebuah informasi salah yang tengah menyebar di media sosial dan tempat-tempat lainnya adalah bahwa vaksin mengandung mikrocip untuk mengendalikan manusia. Bahan-bahan vaksin virus korona diungkapkan pada situs web perusahaan dan otoritas kesehatan berbagai negara seperti Kementerian Kesehatan Jepang serta Badan Pengawas Obat-obatan dan Pangan Amerika Serikat (FDA). Itu merupakan bukti bahwa vaksin tidak mengandung mikrocip.

Rumor yang salah 6: “Vaksin membuat magnet menempel pada Anda.”
Rumor tidak benar lainnya di media sosial adalah bahwa vaksin membuat magnet menempel pada diri Anda. Situs web Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebutkan vaksin tidak mengandung bahan magnetik apa pun dan secara tegas menolak klaim tersebut.

Informasi ini akurat hingga 5 Agustus 2021.

Q277: Vaksinasi dan rumor yang salah (3) Contoh rumor yang salah bagian 2

Kali ini, kami akan menghadirkan bagian ketiga dari serial mengenai rumor yang salah tentang vaksin, dengan menyajikan sejumlah contoh rumor yang beredar.

Rumor yang salah 3, “Vaksin mengubah informasi genetik.”
Salah satu informasi yang menyebar adalah kandungan dari vaksin bertahan lama di dalam tubuh kita setelah vaksinasi dan mengubah informasi genetik. Kementerian kesehatan Jepang mengatakan dalam situs webnya bahwa mRNA yang digunakan dalam vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna terpecah menjadi beberapa bagian sesaat setelah masuk ke tubuh dan itu tidak dapat bergabung dengan DNA manusia. Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan tidak benar vaksin dapat mengubah informasi genetik manusia.

Rumor yang salah 4, “Vaksin dapat menyebabkan infeksi.”
Informasi yang salah juga menyebar bahwa lansia terinfeksi virus korona baru setelah mendapatkan vaksinasi satu demi satu dan meninggal di fasilitas perawatan lansia. Vaksin tidak mengandung virus dan tidak dapat menyebabkan infeksi. Kementerian Kesehatan mengatakan sejauh ini belum diketahui bahwa vaksinasi mengarah ke peningkatan kematian dari penyakit tertentu.

Kementerian Kesehatan juga mengimbau agar berhati-hati terhadap rumor di media sosial dan lainnya yang menyalahkan vaksinasi atas kematian yang terjadi setelah vaksinasi. Kementerian itu meminta orang-orang agar tidak menyalahartikan jumlah kematian setelah vaksinasi yang dilaporkan kepada pemerintah, yang mencakup kematian tak terkait dengan suntikan vaksin.

Informasi ini akurat hingga tanggal 4 Agustus.

Q276: Vaksinasi dan rumor yang salah (2) Contoh rumor yang salah bagian 1

Kali ini, kami akan menghadirkan bagian kedua dari serial mengenai rumor yang salah tentang vaksin, dengan menyajikan sejumlah contoh rumor yang beredar.

Rumor yang salah 1, “Vaksin menyebabkan kemandulan.”
Salah satu informasi yang menyebar luas adalah vaksinasi menyebabkan kemandulan. Rumor yang salah itu mengeklaim bahwa antibodi yang terbentuk dari vaksinasi memiliki efek yang negatif bagi plasenta. Seorang pakar vaksin virus korona mengatakan telah diketahui bahwa antibodi tidak menyerang protein yang terkait dengan plasenta. Menteri yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan vaksinasi, Kono Taro juga telah menekankan tidak ada bukti spesifik untuk mendukung bahwa vaksin dapat menyebabkan kemandulan.

Rumor yang salah 2, “Vaksin menyebabkan keguguran.”
Rumor yang salah lainnya bahwa vaksin menyebabkan keguguran bagi perempuan hamil yang divaksinasi. Dalam situs webnya, Kementerian Kesehatan Jepang menyebutkan tidak ada data yang menunjukkan peningkatan keguguran di antara perempuan hamil yang telah divaksinasi. Terdapat data dari studi kelompok peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS). Studi terhadap lebih dari 35.000 perempuan yang menerima vaksin virus korona selama hamil menunjukkan bahwa tingkat keguguran, kelahiran mati, dan kelahiran prematur serta lahir dengan berat badan rendah tidak ada perbedaan di kalangan perempuan hamil sebelum pandemi.

Informasi ini akurat hingga 3 Agustus.

Q275: Vaksinasi dan rumor yang salah (1) Bagaimana menghadapi rumor yang salah

Kali ini kami akan mengajak Anda membahas bagian pertama dari serial mengenai bagaimana menghadapi rumor yang salah mengenai vaksinasi. Ketika lebih banyak orang mendapatkan vaksinasi, masih banyak yang ragu-ragu untuk menerima suntikan. Media sosial telah menfasilitasi penyebaran informasi salah yang tidak berdasar dan rumor yang tidak benar mengenai vaksinasi.

Dalam simposium daring yang digelar pada 15 Juli untuk membahas bagaimana menjawab isu-isu ini. Profesor madya dari Universitas Internasional Jepang, Yamaguchi Shinichi menjelaskan bagaimana rumor yang tidak benar dan informasi yang tidak memiliki dasar telah menyebar luas, dengan jumlah twit yang terkait meningkat delapan kali lipat antara April dan Juli 2021. Yamaguchi juga menekankan pentingnya menyebarkan informasi yang benar secara sepihak, ia mencontohkan sebuah kasus mengenai bagaimana unggahan media sosial menyebarkan kabar yang tidak benar meningkat setelah media merilis artikel pengecekan fakta dengan menjelaskan sumber informasi aslinya.

Kemudian, langkah yang diambil oleh perusahaan internet diperkenalkan. Seorang karyawan Twitter menjelaskan bagaimana perusahaan itu telah menerapkan sebuah sistem yang menempel label untuk unggahan yang menciptakan kesalahpahaman mengenai virus korona dan menjadikan orang tidak dapat merespons, me-retwit, atau menyukai unggahan semacam itu.

Seorang karyawan LINE kemudian memperkenalkan bagaimana perusahaan itu telah membuat pengaturan bagi penggunanya untuk menerima informasi yang benar dengan secara langsung mengirimkan informasi kepada pengguna dari akun resmi otoritas pusat atau daerah.

Dalam sebuah video yang ditayangkan dalam simposium itu menteri Jepang yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan vaksinasi, Kono Taro mengatakan internet dipenuhi dengan informasi yang salah mengenai vaksinasi. Kono mengatakan pemerintah sangat khawatir terhadap bagaimana hal ini telah menciptakan kesalahpahaman dan kecemasan yang berlebihan mengenai vaksinasi di kalangan anak muda. Menteri Kono mengatakan sumber informasi yang salah cenderung menggunakan bahasa yang menimbulkan kecemasan di kalangan orang-orang dengan menggunakan frasa seperti, “Kami telah mendapatkan informasi rahasia secara tersembunyi dari perusahaan farmasi.” Menteri itu meminta orang-orang untuk mempertimbangkan mendapatkan vaksinasi berdasarkan informasi yang benar.

Dalam episode selanjutnya, kami akan menyampaikan mengenai kasus spesifik dari rumor yang salah.

Informasi ini akurat hingga 2 Agustus.

Q274: Langkah pencegahan virus untuk Olimpiade & Paralimpiade Tokyo: Tokyo 2020 Playbooks (9) Langkah yang harus dilakukan pers bagian 2

Playbooks atau buku panduan bagi pers menyatakan awak media harus menjalani dua kali tes COVID-19 di hari terpisah dalam kurun waktu 96 jam sebelum keberangkatan ke Jepang. Selain itu, selama 14 hari pertama di Jepang mereka tidak boleh menggunakan transportasi umum dan hanya diizinkan untuk datang ke arena pertandingan serta lokasi lain yang dijabarkan dalam rencana aktivitas mereka.

Buku panduan menyatakan fungsi GPS di telepon pintar para awak media akan digunakan untuk menelusuri informasi lokasi mereka selama berada di Jepang.

Buku panduan ini juga memasukkan frekuensi tes virus bagi awak media sesuai tugas yang mereka jalankan. Para penyiar dan fotografer yang aktivitasnya kerap berdekatan dengan para atlet di lapangan harus menjalani tes setiap hari. Mereka yang mungkin beberapa kali melakukan kontak jarak dekat dengan para atlet dan ofisial harus menjalani tes setiap empat hari, sementara mereka yang melakukan kontak terbatas atau tidak bersinggungan dengan para atlet dan ofisial harus menjalani tes setiap tujuh hari.

Ada konsekuensi yang harus dihadapi bagi mereka yang melanggar, termasuk pencabutan akreditasi dan dikenakan denda. Izin tinggal mereka di Jepang juga bisa dicabut.

Informasi ini tertanggal 21 Juli.

Q273: Langkah pencegahan virus untuk Olimpiade & Paralimpiade Tokyo: Tokyo 2020 Playbooks (8) Langkah yang harus dilakukan pers bagian 1

Fokus kali ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan awak media.

Awak media asing berdatangan ke Jepang untuk meliput ajang olahraga terbesar di dunia ini. Komite penyelenggara Tokyo menyatakan hingga 21 Juni ada lebih dari 16.000 awak media dari sekitar 2.000 organisasi media yang berasal dari kira-kira 200 negara dan kawasan yang akan datang meliput.

Komite juga mengatakan sekitar 70 hingga 80 persen awak media Jepang dan asing diperkirakan akan divaksinasi sebelum Olimpiade.

Playbooks atau buku panduan bagi pers menyatakan para awak media asing harus menjalani karantina selama 14 hari setelah tiba di Jepang. Mereka tidak boleh menggunakan transportasi umum dan hanya diizinkan untuk datang ke arena pertandingan serta lokasi lain yang dijabarkan dalam rencana aktivitas mereka.

Namun, beberapa media menentang pembatasan semacam itu. Sekitar 10 media dari Amerika Serikat mengirimkan surat protes bersama ke komite penyelenggara dengan menyatakan bahwa kebijakan tersebut akan membatasi aktivitas mereka.

Komite merespons penentangan tersebut dengan mengatakan bahwa langkah pembatasan yang ketat itu diperlukan mengingat situasi saat ini, dan kebijakan tersebut penting bagi seluruh peserta Olimpiade dan warga Jepang. Komite juga mengatakan akan menghormati kebebasan pers dan mengakomodasi para wartawan agar bisa meliput dengan lancar.

Ini adalah tantangan bagi awak media untuk menerapkan langkah pencegahan penularan virus dalam menjalankan aktivitas mereka. Informasi lebih lanjut terkait langkah-langkah yang harus dilakukan pers bisa Anda ikuti di edisi berikutnya.

Informasi ini tertanggal 20 Juli.

Q272: Langkah pencegahan virus untuk Olimpiade & Paralimpiade Tokyo: Tokyo 2020 Playbooks (7) Aturan perilaku di kampung atlet

Kali ini kami akan membahas tentang aturan perilaku di kampung atlet.

Kampung Atlet Olimpiade dan Paralimpiade, yang menjadi wadah bagi para atlet untuk bersosialisasi terlepas dari negara ataupun kawasan serta kompetisi, merupakan tempat yang simbolis bagi Olimpiade dan Paralimpiade. Namun, aturan perilaku yang tidak biasa kini diterapkan bagi Olimpiade Tokyo untuk mencegah penyebaran penularan virus korona.

Pada Olimpiade-Olimpiade sebelumnya, tiap negara memutuskan berapa lama delegasinya akan tinggal di kampung atlet. Namun, pada Olimpiade Tokyo, para atlet harus membatasi masa tinggalnya di kampung atlet. Para atlet Olimpiade diperbolehkan untuk masuk ke kampung atlet dalam rentang waktu lima hari sebelum pertandingan, dan harus meninggalkan kampung atlet dalam dua hari setelah pertandingan mereka selesai. Sementara itu, para atlet Paralimpiade diperbolehkan masuk ke kampung atlet dalam tujuh hari sebelum pertandingan.

Berbagai aturan diterapkan di kampung atlet. Para atlet diminta untuk menghindari kontak fisik, seperti berpelukan dan berjabat tangan, sebagai tambahan dari aturan agar menghindari kondisi ruang tertutup dengan ventilasi yang buruk, keramaian, dan kontak jarak dekat.

Berdasarkan Tokyo 2020 Playbooks, para atlet harus mengenakan masker saat berlatih di pusat kebugaran di kampung atlet. Mereka juga diwajibkan menjaga jarak dua meter antara satu sama lain saat berada di ruang makan utama, dan diminta agar sebisa mungkin makan sendirian.

Pada Olimpiade dan Paralimpiade sebelum-sebelumnya, para atlet diperbolehkan mengonsumsi minumam beralkohol di kamar masing-masing. Untuk Olimpiade Tokyo, komite penyelenggara telah memutuskan untuk mengizinkan membawa minuman beralkohol ke kamar, tetapi melarang minum-minum dalam kelompok di area publik dan taman kampung atlet.

Informasi ini tertanggal 19 Juli.

Q271: Langkah pencegahan virus untuk Olimpiade & Paralimpiade Tokyo: Tokyo 2020 Playbooks (6) Konsekuensi bagi pelanggaran aturan

Kali ini kami akan membahas konsekuensi yang akan dihadapi atlet dan pihak terkait Olimpiade lainnya jika tidak mematuhi aturan yang ditetapkan di dalam Playbooks.

Tokyo 2020 Playbooks menyebutkan bahwa pelanggaran aturan bisa mendatangkan konsekuensi. Tidak mematuhi langkah penggunaan masker dengan sengaja, pergi ke tempat-tempat yang tidak tercantum dalam Rencana Aktivitas yang telah diajukan, serta menolak melakukan tes COVID-19 termasuk dalam daftar contoh pelanggaran.

Jika terdapat informasi dugaan pelanggaran, akan dilakukan penyelidikan. Jika dipastikan terjadi pelanggaran, komite penyelenggara Olimpiade, Komite Olimpiade Internasional, dan badan-badan terkait lainnya akan membahas kasus tersebut. Hal ini bisa berujung pada diambilnya langkah pendisiplinan yang mencakup pencabutan akreditasi, diskualifikasi, dan sanksi denda.

Playbooks menetapkan bahwa pelaku pelanggaran juga bisa dikenakan langkah administratif yang ketat oleh otoritas Jepang, termasuk isolasi mandiri selama 14 hari atau pencabutan izin tinggalnya di Jepang.

Informasi ini tertanggal 16 Juli.

Q270: Langkah pencegahan virus untuk Olimpiade & Paralimpiade Tokyo: Tokyo 2020 Playbooks (5) Melakukan Tes Virus Korona Baru (2)

Kali ini kami akan membawakan bagian kelima mengenai langkah-langkah pencegahan penularan virus korona yang akan diterapkan dalam Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, khususnya tentang pelaksanaan tes virus korona untuk para atlet.

Tokyo 2020 Playbooks memaparkan serangkaian aturan yang ditetapkan untuk mencegah penyebaran virus, termasuk program terperinci bagi pelaksanaan tes virus korona.

Playbooks itu menyebutkan bahwa pada prinsipnya, para atlet, pelatih, dan anggota lainnya dalam tim harus menjalani tes COVID-19 setiap hari meskipun telah dinyatakan negatif saat tiba di bandara.

Pada awalnya, mereka akan menjalani tes antigen kuantitatif melalui saliva dengan menyerahkan sampel air liur pada pukul 9 pagi atau 6 sore. Jika hasil tesnya tidak jelas atau positif, tes PCR saliva akan dilakukan pada sampel air liur yang sama.

Pemrosesan sampel hingga diperoleh hasil tes akhir diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 12 jam. Jika hasil tes PCR saliva juga tidak jelas atau positif, orang tersebut akan menjalani tes PCR lanjutan di klinik COVID-19 di Kampung Atlet Olimpiade dan Paralimpiade dengan sampel swab yang diambil dari dalam hidung. Jika hasilnya negatif, orang tersebut diperbolehkan ikut serta dalam Olimpiade.

Para pejabat komite penyelenggara menyatakan telah memberikan perhatian penuh untuk meminimalisasi dampak tes virus korona terhadap Olimpiade.

Para atlet dan ofisial akan menyerahkan sampel saliva yang akan dites di kamar mereka masing-masing di bawah pengawasan Petugas Penghubung COVID-19 tim tersebut. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya pihak penyelenggara bisa memastikan tidak ada kecurangan.

Komite penyelenggara Olimpiade dan Komite Olimpiade Internasional menyatakan akan memastikan proses pengambilan sampel diawasi dengan cermat. Pihak komite juga mempertimbangkan untuk melakukan inspeksi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Informasi ini tertanggal 15 Juli.

Q269: Langkah pencegahan virus untuk Olimpiade & Paralimpiade Tokyo: Tokyo 2020 Playbooks (4) Melakukan Tes Virus Korona Baru (1)

Kali ini kami mengulas bagian keempat mengenai langkah-langkah pencegahan virus korona yang akan dilakukan saat Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, khususnya mengenai tes virus korona terhadap para atlet.

Tokyo 2020 Playbooks menyebutkan sejumlah aturan yang ditetapkan untuk mencegah penyebaran virus korona. Aturan ini termasuk program detail untuk tes virus tersebut.

Playbooks menyebutkan bahwa para atlet, pelatih, dan anggota tim lainnya yang pergi ke Jepang harus melakukan dua tes COVID-19 pada dua hari berbeda dalam waktu 96 jam menjelang penerbangan ke Jepang. Setidaknya satu dari dua tes ini dilakukan dalam waktu 72 jam keberangkatan.

Para peserta akan diminta melakukan tes PCR atau Tes Antigen Kuantitatif yang telah disetujui pemerintah Jepang dengan menggunakan sampel air liur atau sampel swab yang diambil dari area belakang hidung atau nasofaring.

Mereka juga harus melakukan tes di bandara setibanya di Jepang. Mereka harus menunggu di bandara sampai hasil tesnya keluar. Jika hasil tes dipastikan positif, orang tersebut akan dibawa ke Klinik COVID-19 di Kampung Olimpiade dan Paralimpiade untuk dites sekali lagi.

Informasi ini akurat hingga 14 Juli 2021.

Q268: Langkah pencegahan virus untuk Olimpiade & Paralimpiade Tokyo: Tokyo 2020 Playbooks (3) Aturan Mengenai Aktivitas Atlet (2)

Kami akan mengulas bagian kedua mengenai “Apa isi buku panduan mengenai aktivitas peserta Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo setelah tiba di Jepang?”

Tokyo 2020 Playbooks menyebutkan sejumlah aturan yang ditetapkan untuk mencegah penyebaran virus korona, termasuk hal yang berkaitan dengan aktivitas para peserta selama mereka tinggal di Jepang.

Pada prinsipnya, para atlet dan pelatih tidak diizinkan untuk menggunakan transportasi publik saat bepergian. Mereka harus menggunakan layanan kendaraan yang disediakan oleh penyelenggara dan jika mereka tidak bisa menggunakan layanan ini, mereka harus menggunakan taksi carteran.

Saat para peserta mengatur sendiri akomodasi di luar kampung atlet, pada prinsipnya mereka tidak diizinkan tinggal di penginapan yang disediakan oleh individu. Jika fasilitas akomodasi yang diatur sendiri tidak memenuhi syarat yang ditetapkan komite penyelenggara, komite akan meminta para peserta untuk mencari fasilitas yang baru.

Mengenai makanan, para peserta yang tinggal di kampung atlet harus makan di sana atau di tempat ajang ini dilaksanakan. Peserta lainnya wajib makan di tempat yang sama atau restoran yang disediakan oleh fasilitas akomodasi. Mereka juga bisa memesan layanan makanan diantar ke kamar.

Dalam pembahasan berikutnya, kami akan mengulas tentang tes virus korona yang ditentukan dalam playbooks tersebut.

Informasi ini akurat hingga 5 Juli 2021.

Q267: Langkah pencegahan virus untuk Olimpiade & Paralimpiade Tokyo: Tokyo 2020 Playbooks (2) Aturan Mengenai Aktivitas Atlet (1)

Kali ini kami mengulas bagian pertama mengenai “Apa isi buku panduan mengenai aktivitas peserta Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo setelah tiba di Jepang?”

Tokyo 2020 Playbooks menyebutkan sejumlah aturan yang ditetapkan untuk mencegah penyebaran virus korona, termasuk yang berkaitan dengan aktivitas para peserta selama mereka tinggal di Jepang.

Para atlet dan pelatih diharuskan menyelesaikan yang disebut sebagai “Rencana Aktivitas” dan menyerahkannya kepada komite penyelenggara sebelum mereka tiba di Jepang. Dalam dokumen itu, mereka harus menyebutkan secara spesifik aktivitasnya selama 14 hari pertama di Jepang. Dokumen ini juga harus mencantumkan alamat akomodasi, rencana dan kemungkinan tempat tujuan, serta nama dan informasi paspor. Para peserta juga wajib mengunduh dan menginstal aplikasi yang dirancang untuk memantau kesehatan mereka serta juga Aplikasi Konfirmasi Kontak atau Contact Confirming App yang disingkat COCOA. Mereka harus menyalakan layanan informasi lokasi dan sejarah lokasi pada ponsel pintarnya.

Para atlet dan pelatih wajib mengikuti Rencana Aktivitas setelah tiba di Jepang. Jika mereka melakukan aktivitas terkait Olimpiade selama tiga hari pertama tinggal di Jepang, mereka harus melakukannya dengan pengawasan ketat. Hal ini mungkin melibatkan kehadiran pengawas atau penggunaan data GPS. Pergerakan mereka akan dibatasi pada lokasi seperti fasilitas akomodasi dan tempat latihan. Mereka tidak akan diizinkan pergi ke lokasi lain seperti lokasi wisata.

Informasi ini akurat hingga 2 Juli 2021.

Q266: Langkah pencegahan virus untuk Olimpiade & Paralimpiade Tokyo: Tokyo 2020 Playbooks (1) Aturan yang diterapkan mulai 1 Juli

Pertanyaan kali ini adalah “Seperti apa langkah-langkah pencegahan infeksi yang diterapkan dalam Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo?”

Pada 15 Juni, Komite Olimpiade Internasional dan komite penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo mengungkapkan versi ketiga dan final dari “Tokyo 2020 Playbooks” yang berisi ikhtisar aturan pencegahan virus korona yang harus diikuti oleh seluruh partisipan ajang tersebut, termasuk para atlet. Versi pertama dirilis pada Februari dan kedua pada April.

Versi final dari “playbooks” itu memberikan detail tambahan untuk menjelaskan berbagai prosedur dan langkah-langkah.

Sebagai contoh, versi terbaru menjelaskan prosedur tes virus korona harian bagi para atlet yang bertujuan untuk meminimalisasi dampak terhadap jadwal pertandingan mereka. Dalam versi itu juga disebutkan langkah-langkah di pintu masuk Jepang yang kemungkinan diperketat dalam kaitan untuk menangani varian yang menjadi perhatian dunia dan masuk dalam daftar “variant of concern”. Selain itu juga sanksi finansial telah ditambahkan dalam konsekuensi potensial untuk pelanggaran aturan “playbooks”. Konsekuensi lain termasuk diskualifikasi dan pencabutan izin tinggal.

Aturan dalam “Playbooks” tersebut mulai diterapkan pada Kamis, 1 Juli dan dapat berubah.

Dalam tanya jawab virus korona selanjutnya, kami akan membahas aturan berkaitan dengan aktivitas partisipan Olimpiade dan Paralimpiade ketika tiba di Jepang.

Informasi ini tertanggal 1 Juli.

Q265: Apakah ada suplemen makanan yang dapat menangani COVID-19?

Pertanyaan kali ini adalah “Apakah ada suplemen makanan yang dapat menangani COVID-19?”

Badan Urusan Konsumen Jepang pada 25 Juni merilis hasil survei yang dilakukan pada April dan Mei terhadap produk yang dijual secara online, yang mengeklaim efektif dalam mencegah penularan virus korona. Badan itu telah melakukan survei sejak tahun lalu.

Para petugas badan itu menemukan bahwa iklan atau label dari 49 produk bermasalah.

Salah satu iklan yang dipertanyakan menyebutkan Anda dapat tercegah mengalami infeksi virus korona dengan mengonsumsi suplemen vitamin D. Lainnya, menyatakan terverifikasi bahwa permen yang mengandung tanin kesemek membuat virus korona tidak aktif. Sedangkan, iklan lainnya menyebutkan teh chaga, yang terbuat dari jamur hitam baik untuk menangani virus korona.

Pejabat badan itu menyatakan sejumlah iklan itu kurang memiliki bukti dan dapat menyebabkan salah paham. Badan itu mendesak 43 perusahaan yang menjual produk tersebut untuk memperbaiki label dan iklannya. Badan itu juga mengunggah contoh iklan seperti itu di situs webnya dan mengimbau konsumen untuk waspada terhadap klaim yang menyesatkan.

Nishikawa Koichi, yang bertanggung jawab dalam Divisi Pelabelan Makanan badan tersebut, mengatakan ada sejumlah studi terhadap zat yang diklaim para peneliti dapat menangani COVID-19, tetapi seluruh studi itu dilakukan secara in vitro (di dalam tabung). Ia mengatakan tidak ada orang yang dapat membuktikan keefektifannya setelah mengonsumsi makanan atau suplemen itu. Ia menyebutkan badan itu menginginkan agar para konsumen menangani masalah tersebut dengan tenang dan melakukan langkah-langkah lain yang direkomendasikan untuk pencegahan infeksi.

Informasi ini tertanggal 30 Juni.

Q264: Obat Penurun Panas Dan Analgesik Yang Dapat Digunakan Setelah Vaksinasi (2)

Kementerian Kesehatan Jepang telah menyediakan pedoman untuk pertama kalinya tentang bahan obat apa saja yang dapat digunakan jika Anda mengalami gejala seperti demam setelah mendapatkan vaksin virus korona. Pertanyaan hari ini adalah, “Siapa yang harus berhati-hati saat meminum obat penurun panas atau analgesik?”

Jika seseorang mengalami demam setelah vaksinasi virus korona, hal ini sering terjadi dalam satu atau dua hari. Ia boleh meminum obat penurun panas atau analgesik jika perlu dan kondisinya akan dipantau.

Namun, kementerian mengatakan sebagian orang harus berhati-hati saat meminum obat penurun panas atau analgesik yang dijual bebas. Dikatakan, mereka termasuk wanita hamil atau menyusui, orang yang sedang minum obat lain, siapa pun yang pernah mengalami alergi atau asma akibat obat atau zat-zat lain, lansia dan pasien yang tengah menjalani pengobatan maag atau penyakit lainnya. Kementerian mengimbau orang-orang seperti ini agar berkonsultasi dengan dokter atau apoteker mereka.

Kementerian mengatakan orang-orang juga harus berkonsultasi dengan tenaga layanan kesehatan profesional jika mereka mengalami gejala yang serius seperti nyeri yang hebat atau demam tinggi, atau jika gejala-gejala tersebut berlanjut untuk waktu yang lama.

Kementerian mengatakan pihaknya tidak merekomendasikan meminum obat penurun panas atau analgesik berulang kali guna mencegah gejala-gejala seperti nyeri atau demam setelah mendapatkan vaksinasi.

Informasi ini akurat per tanggal 29 Juni.

Q263: Obat Penurun Panas Dan Analgesik Yang Dapat Digunakan Setelah Vaksinasi (1)

Kementerian Kesehatan Jepang telah menyediakan pedoman untuk pertama kalinya tentang bahan obat apa saja yang dapat digunakan jika Anda mengalami gejala seperti demam setelah mendapatkan vaksin virus korona. Pertanyaan kali ini adalah, “Obat penurun panas atau analgesik apa yang boleh diminum setelah vaksinasi virus korona?”

Demam setelah vaksinasi sebagian besarnya terjadi dalam satu atau dua hari setelah vaksinasi. Anda dapat mengobatinya misalnya dengan minum obat dan memantau kondisi Anda, jika perlu.

Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa asetaminofen, ibuprofen, dan loxoprofen termasuk obat-obatan yang boleh Anda minum setelah vaksinasi. Kementerian sebelumnya tidak merilis informasi semacam ini. Namun, pada awal Juni, beberapa toko obat melaporkan bahwa mereka mengalami penurunan stok obat berbasis asetaminofen yang dijual bebas. Hal ini membuat kementerian menyediakan informasi baru di situs webnya untuk mengumumkan bahwa boleh menggunakan obat yang dijual bebas selain asetaminofen. Kementerian juga memberi tahu hal ini kepada toko-toko obat dan organisasi-organisasi industri di seluruh Jepang.

Namun, kementerian mengatakan wanita hamil dan orang-orang dengan kondisi khusus lainnya harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker mereka, karena mungkin terdapat sejumlah pembatasan mengenai bahan obat yang boleh diminum.

Kementerian juga memberikan informasi mengenai bagaimana mengetahui jika gejalanya adalah akibat vaksinasi atau virus korona. Kementerian mengatakan bahwa kemungkinan virus korona adalah penyebabnya jika Anda juga mengalami gejala seperti batuk, sakit tenggorokan, kehilangan indra perasa dan penciuman, serta sesak napas. Demam akibat vaksinasi biasanya tidak diiringi gejala-gejala ini.

Informasi tertanggal 28 Juni.

Q262: Vaksinasi Yang Direncanakan Perusahaan & Universitas (12) Sinkop Vasovagal Yang Bisa Terjadi Setelah Mendapatkan Vaksin

Dalam seri ini, kami akan menyampaikan keterangan mengenai program vaksinasi yang diadakan oleh perusahaan dan universitas bagi karyawan atau mahasiswanya. Program tersebut dimulai secara penuh pada 21 Juni. Dalam bagian ke-12 seri ini, kami bertanya kepada seorang pakar mengenai sinkop vasovagal, yang bisa terjadi setelah mendapatkan vaksin.

Secara umum diketahui bahwa vaksinasi bisa menimbulkan reaksi yang disebut sinkop vasovagal, yang dipicu oleh sakit akibat suntikan dan stres. Gejalanya termasuk pusing dan sesak napas.

Sebuah klinik di Distrik Inage, Kota Chiba, telah memberikan vaksinasi virus korona baru kepada sekitar 5.000 orang, sebagian besarnya lansia. Kochi Fumio, seorang dokter di fasilitas itu mengatakan seorang wanita berusia 60-an tahun merasa mual saat duduk di ruang tunggu setelah vaksinasi pada Mei. Detak jantungnya melambat dan ia mulai kehilangan kesadaran, tetapi tidak terdapat indikasi bahwa ia mengalami reaksi alergi. Kochi mendiagnosis wanita itu mengalami sinkop vasovagal, yaitu suatu kondisi rasa sakit dan stres yang menyebabkan tekanan darah turun, dan membawa pada gejala-gejala seperti pusing. Mereka segera melakukan tindakan, termasuk membawanya ke ranjang. Kondisinya kemudian pulih dalam waktu sekitar 5 menit dan lalu ia pulang.

Kochi mengatakan orang muda lebih rentan mengalami sinkop vasovagal. Menurutnya, vaksin influenza juga dapat menyebabkan gejala-gejala ini bagi sebagian orang. Namun, ia mengatakan gejala tersebut akan berkurang jika dirawat dengan tepat. Ia mendesak orang yang divaksin tetap berada di tempat untuk sementara waktu setelah mendapat vaksin untuk memantau kemungkinan komplikasi. Ia juga mengatakan akan membantu jika Anda cukup tidur pada malam sebelum vaksinasi dan menjaga kondisi fisik dengan baik.

Informasi ini akurat per tanggal 25 Juni.

Q261: Vaksinasi Yang Direncanakan Perusahaan & Universitas (11) Pakar gantungkan harapan vaksinasi di kalangan masyarakat yang lebih muda.

Dalam seri ini, kami akan menyampaikan keterangan mengenai program vaksinasi yang diadakan oleh perusahaan dan universitas bagi karyawan atau mahasiswanya. Program tersebut dimulai secara penuh pada 21 Juni. Dalam bagian ke-11 seri ini, kami akan sajikan pandangan para pakar mengenai harapan bahwa program ini akan mendorong vaksinasi di kalangan generasi yang lebih muda.

Kutsuna Satoshi dari Pusat Nasional Kesehatan Global dan Obat-obatan Jepang telah meneliti jumlah pasien yang jatuh sakit parah setelah tertular oleh virus korona. Ia mengatakan penyebaran penularan kerap dimulai di kalangan generasi muda. Ia berharap makin banyak orang yang lebih muda akan divaksinasi di bawah program ini dan langkah tersebut akan membantu memperlambat penyebaran virus.

Ia mengatakan orang-orang mungkin merasa bahwa memvaksinasi generasi muda, yang kurang mungkin mengalami gejala parah, bukanlah langkah yang bermanfaat. Namun, varian virus korona yang kini menyebar meningkatkan kemungkinan orang jadi sakit serius. Ada pula kekhawatiran mengenai efek setelahnya. Kutsuna mendesak penduduk yang masih muda untuk mempertimbangkan mendapatkan vaksinasi agar tidak menyebarkan virus.

Orang-orang yang muda cenderung mengalami sinkop vasovagal atau kondisi mudah pingsan, yang dipicu rasa sakit dari injeksi yang digabung dengan stres. Hal ini mengakibatkan jantung seseorang berdebar lebih cepat, jadi sesak napas, merasa pusing, atau mengalami hiperventilasi. Hal itu umum terjadi pada semua vaksin, tidak khusus hanya pada vaksin virus korona.

Kutsuna mengatakan satu kajian yang sebelumnya dilakukan pada fasilitas tersebut menunjukkan bahwa satu di antara sekitar 200 atau 300 orang mengalami sinkop vasovagal setelah vaksinasi.

Ia mengatakan terdapat sejumlah langkah yang dapat diambil untuk mencegah terjadinya gejala-gejala tersebut seperti misalnya menyediakan lingkungan yang menenangkan atau meminta penerima vaksin berbaring dan merasa nyaman saat menerima vaksinasi. Kutsuna mengatakan sejumlah persiapan bisa dilakukan jika orang yang pernah memiliki gejala tersebut sebelumnya, menyampaikan terlebih dahulu hal itu kepada staf medis. Ia mengatakan orang-orang tidak sebaiknya ragu mendapatkan vaksinasi akibat alasan ini karena dengan penanganan yang tepat, kondisi ini dapat dikendalikan tanpa memakan banyak waktu.

Informasi ini akurat hingga 24 Juni.

Q260: Vaksinasi Yang Direncanakan Perusahaan & Universitas (10) Panduan pakar bagi penyelenggara vaksinasi.

Dalam seri ini, kami berbagi informasi mengenai program vaksinasi oleh perusahaan dan universitas yang memberikan vaksin bagi karyawan dan mahasiswanya. Program tersebut telah dimulai secara penuh pada 21 Juni. Dalam bagian ke-10 seri ini, kami memfokuskan pada panduan yang disusun para pakar bagi perusahaan dan universitas tersebut.

Pada 21 Juni para pakar medis bersama dua organisasi akademis Jepang meluncurkan panduan vaksinasi COVID-19 bagi perusahaan. Panduan tersebut diumumkan melalui situs Internetnya. Organisasi-organisasi tersebut adalah Asosiasi Perjalanan dan Kesehatan Jepang serta Asosiasi Kesehatan Kerja Jepang.

Panduan tersebut menyarankan perusahaan menyiapkan kemungkinan efek samping, termasuk kondisi langka dan parah yaitu anafilaksis. Mereka mengatakan, reaksi alergi merupakan hal yang umum di kalangan usia yang lebih muda dan bahwa penyelenggara vaksinasi harus memiliki obat pertolongan pertama yang disiapkan di lokasi guna menanganinya.

Panduan tersebut juga mengatakan kebanyakan efek samping, termasuk demam, akan hilang dalam satu atau dua hari. Namun, efek samping setelah suntikan kedua cenderung lebih buruk daripada setelah suntikan pertama. Panduan itu menyarankan perusahaan untuk bersiap terhadap kemungkinan staf tidak masuk kerja setelah suntikan kedua. Maka dari itu disarankan untuk memvaksinasi staf dari kelompok kerja yang sama dalam tanggal yang berbeda.

Hal lain dalam panduan tersebut termasuk cara menangani informasi pribadi karyawan yang menerima vaksinasi serta cara memastikan masing-masing staf divaksinasi secara sukarela.

Profesor Hamada Atsuo dari Universitas Kedokteran Tokyo adalah pimpinan dari tim yang menyusun panduan tersebut. Dikatakannya, begitu vaksinasi yang diselenggarakan oleh sekolah dan bisnis telah menyebar, hal itu akan menjadi jalan yang penting untuk mengendalikan penularan.

Namun, menurutnya pihak penyelenggara harus ekstra hati-hati dalam menangani kemungkinan efek samping. Dirinya ingin perusahaan untuk membaca panduan tersebut secara cermat sebelum meluncurkan program vaksinasi.

Informasi ini akurat hingga 23 Juni.

Q259: Vaksinasi Yang Direncanakan Perusahaan & Universitas (9) Apakah karyawan atau mahasiswa akan dikenakan biaya untuk mendapatkan vaksinasi di bawah program ini?

Dalam seri ini, kami akan menyampaikan informasi terbaru mengenai program vaksinasi oleh perusahaan dan universitas yang memberikan vaksin bagi karyawan dan mahasiswanya. Kementerian Kesehatan telah merilis serangkaian pertanyaan yang kerap diajukan. Dalam bagian ke-9 seri ini, pertanyaan adalah, “Apakah perusahaan dan universitas dapat meminta mereka yang menerima vaksinasi untuk menanggung biayanya?"

Kementerian Kesehatan mengatakan vaksinasi virus korona yang dilakukan oleh perusahaan dan universitas merupakan “vaksinasi sementara” di bawah Undang-Undang Imunisasi Jepang. Maka itu perusahaan dan universitas tidak dapat menarik biaya dari mereka yang menerima suntikan.

Kementerian mengatakan perusahaan dan universitas itu sendiri adalah pihak yang bertanggung jawab untuk mendapatkan staf medis dan lokasi yang diperlukan bagi program vaksinasinya. Menurut kementerian itu, tidak tepat bagi perusahaan dan universitas untuk meminta karyawan dan lainnya yang menerima vaksinasi untuk menanggung sebagian biayanya. Namun, perusahaan dan universitas itu sendiri bebas untuk menanggung sebagian biayanya. Jika program vaksinasi akan dilaksanakan secara gabungan oleh sejumlah perusahaan dan universitas, kelompok itu bisa memilih untuk membuat penyesuaian penanggungan biaya.

Informasi ini akurat hingga 22 Juni.

Q258: Vaksinasi Yang Direncanakan Perusahaan & Universitas (8) Apakah warga yang tinggal di sekitar lokasi perusahaan juga bisa divaksin dalam program ini?

Seri kali ini melaporkan tentang vaksinasi yang dilakukan oleh perusahaan dan universitas terhadap para karyawan, staf, serta mahasiswa.

Kementerian kesehatan telah merilis satu set kolom tanya jawab berdasarkan beragam pertanyaan yang diterima. Dalam bagian ke-8 seri ini, pembahasan adalah apakah warga yang tinggal di sekitar lokasi perusahaan juga bisa divaksin dalam program ini?

Kementerian menekankan bahwa pengelola vaksinasi harus menangani informasi pribadi para penerima vaksin dan mengatur jadwal agar mereka juga bisa mendapatkan suntikan vaksin yang kedua. Oleh karena itu, kementerian menyarankan perusahaan dan universitas untuk mempertimbangkan dengan saksama saat memutuskan siapa saja yang memenuhi syarat untuk divaksin dalam program ini.

Mengenai pertanyaan terkait apakah peralatan medis dan obat-obatan akan disediakan oleh pemerintah jika penerima vaksin mengalami efek samping? Kementerian mengatakan perusahaan dan universitas harus bertanggung jawab dalam menyediakan peralatan dan obat-obatan tersebut. Kementerian merekomendasikan agar perusahaan dan universitas berkonsultasi terlebih dahulu, menyediakan setiap peralatan dan obat-obatan yang dirasa perlu, dan menyiapkan kotak P3K agar bisa bertindak sewaktu kondisi darurat terjadi setiap saat.

Kementerian juga mengatakan tidak masalah untuk memulai vaksinasi lebih awal dari jadwal semula selagi telah disiapkan seluruhnya.

Informasi ini akurat hingga 21 Juni 2021.

Q257: Vaksinasi Yang Direncanakan Perusahaan & Universitas (7) Apakah karyawan asing bisa mendapatkan vaksin dalam program ini?

Seri ini melaporkan tentang vaksinasi yang dilakukan oleh perusahaan dan universitas terhadap para karyawan, staf, serta mahasiswa. Dalam bagian ke-7 seri ini, pembahasan adalah sejumlah pihak yang memenuhi syarat untuk divaksin dalam program ini.

Kementerian kesehatan telah merilis kolom tanya jawab vaksinasi virus korona bagi perusahaan dan universitas berdasarkan pertanyaan yang sering diajukan.

Terkait penerima vaksin yang memenuhi syarat, kolom tanya jawab tersebut menyatakan perusahaan dibolehkan untuk memvaksin bukan hanya karyawannya sendiri tetapi juga para karyawan yang berasal dari perusahaan alih daya. Universitas juga diizinkan untuk memvaksin mahasiswanya.

Terkait karyawan asing yang tinggal di Jepang, disebutkan bahwa mereka yang terdaftar dalam Data Kependudukan Dasar Jepang, memenuhi syarat untuk program ini.

Mengenai para karyawan yang belum menerima kupon vaksinasi, disebutkan bahwa mereka tetap memenuhi syarat dalam program ini meski tanpa kupon. Dalam kasus ini, para karyawan itu harus menulis alamat, nama, dan tanggal lahir mereka dalam kuesioner sebelum vaksinasi, serta mengonfirmasinya dengan menunjukkan kartu identitas. Kuesioner itu harus disimpan oleh perusahaan atau institusi medis yang menjadi tempat vaksinasi sampai penerima vaksin tersebut menyerahkan kupon vaksinasi yang diterima setelahnya.

Beberapa perusahaan bertanya kepada kementerian tentang apakah seluruh karyawannya harus divaksin saat memulai program ini? Dalam kolom tanya jawab disebutkan bahwa perusahaan diminta untuk menghormati keputusan karyawannya terkait kesediaan mereka untuk divaksin atau tidak.

Informasi ini akurat hingga 18 Juni 2021.

Q256: Vaksinasi Yang Direncanakan Perusahaan & Universitas (6) Menyediakan Vaksin Bagi Semua Status Karyawan

Seri ini melaporkan tentang vaksinasi yang dilakukan oleh perusahaan dan universitas terhadap para karyawan, staf, serta mahasiswa. Dalam bagian ke-6 seri ini, fokus adalah buku panduan kementerian kesehatan bagi vaksinasi di tempat kerja.

Kementerian Kesehatan Jepang merilis satu set panduan bagi organisasi-organisasi menjelang vaksinasi oleh perusahaan dan universitas yang dimulai pada 21 Juni lalu.

Panduan itu menyebutkan bahwa vaksinasi harus diberikan bagi seluruh karyawan tanpa memandang status pekerjaannya, baik itu karyawan tetap maupun tidak tetap. Dari sudut pandang langkah pencegahan klaster penularan di tempat kerja, kementerian kesehatan menyerukan para pebisnis untuk membuat pengaturan yang sepatutnya bagi vaksinasi termasuk memberikan prioritas bagi mereka yang memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular.

Buku panduan ini juga menyerukan organisasi-organisasi untuk terlebih dahulu memastikan kesediaan para penerima vaksin agar mereka divaksin tanpa ada paksaan. Disebutkan juga bahwa informasi pribadi setiap orang yang divaksin tidak akan digunakan untuk kepentingan lain.

Kementerian kesehatan menyarankan setiap organisasi yang melakukan vaksinasi di tempat kerja untuk terlebih dahulu melakukan persiapan, termasuk di antaranya adalah mendirikan sekretariat.

Informasi ini akurat hingga 17 Juni 2021.

Q255: Vaksinasi Yang Direncanakan Perusahaan & Universitas (5) Persyaratan Jumlah Minimum Mungkin Akan Dilonggarkan

Kali ini kami akan membahas kemungkinan pelonggaran syarat yang ditetapkan pemerintah untuk vaksinasi di tempat kerja.

Untuk alasan efisiensi, pemerintah telah mengumumkan bahwa vaksinasi semacam ini harus dimulai dari universitas dan perusahaan dengan karyawan lebih dari 1.000 orang.

Menteri Kesehatan Tamura Norihisa dalam pertemuan komite Majelis Rendah pada 11 Juni menyampaikan bahwa hal ini dilakukan karena perusahaan dengan 1.000 karyawan atau lebih memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk bisa segera mendapatkan personel medis guna memberikan suntikan dan melakukan pemeriksaan pravaksinasi, misalnya dengan meminta tenaga dokter perusahaan yang mereka miliki.

Meskipun demikian, Tamura menambahkan bahwa pemerintah tidak akan terpaku pada persyaratan awal terkait jumlah minimum yang harus divaksinasi begitu program ini mulai berjalan. Ia menyebutkan bahwa pemerintah akan memantau situasi dengan saksama. Ketika pengelola lokasi vaksinasi tampaknya bisa menangani penyuntikan vaksin dalam skala lebih kecil, pemerintah akan mempertimbangkan untuk menurunkan persyaratan 1.000 orang.

Tamura mengatakan bahwa pemerintah tengah bersiap menghadapi kemungkinan perubahan situasi.

Informasi ini tertanggal 16 Juni.

Q254: Vaksinasi Yang Direncanakan Perusahaan & Universitas (4) Situasi Di Perusahaan Kecil Dan Menengah

Kali ini kami akan membahas mengenai situasi program vaksinasi di perusahaan kecil dan menengah.

Pemerintah telah menjalankan rencana untuk mempercepat pemberian vaksinasi dengan memperbolehkan universitas dan perusahaan yang memiliki lebih dari 1.000 karyawan untuk memulai penyuntikan vaksin. Sementara itu, meskipun berencana mengajukan pendaftaran bagi vaksinasi, perusahaan kecil dan menengah mengalami kesulitan memperoleh staf medis untuk pemberian vaksin.

Menurut perusahaan-perusahaan semacam ini, banyak di antaranya tidak memiliki dokter perusahaan yang ditugaskan di kantor. Sebagai tambahan, akan sulit bagi perusahaan-perusahaan ini untuk mengoordinasi pendaftaran dalam jumlah besar lebih dari 1.000 orang. Karenanya, proses pendaftaran tidak mengalami kemajuan di antara perusahaan kecil dan menengah dibandingkan perusahaan besar dan universitas.

Di tengah kondisi seperti ini, Asosiasi Pengusaha Bisnis Kecil dan Menengah Tokyo, yang beranggotakan lebih dari 2.500 perusahaan, menyatakan telah menerima banyak permintaan dari para anggotanya untuk menjalankan program vaksinasi bersama. Asosiasi itu mengungkapkan bahwa tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan-perusahaan ini adalah memperoleh staf medis. Meskipun asosiasi tersebut telah mengajukan permohonan bantuan kepada asosiasi kedokteran, tidak banyak kemajuan yang telah dicapai.

Isu-isu lainnya mencakup cara untuk menentukan jumlah pendaftar secara akurat guna mencegah terbuangnya vaksin, serta bagaimana menutupi biaya untuk lokasi vaksinasi.

Seorang staf dari asosiasi tersebut mengatakan bahwa kesenjangan dalam hal akses terhadap vaksin mungkin akan makin terlihat antara perusahaan besar dengan perusahaan yang lebih kecil. Ia menyebutkan bahwa daripada menunggu hingga persyaratannya terpenuhi, asosiasi itu harus mengambil langkah untuk mempersiapkan kondisi untuk pemberian vaksin. Hal ini penting untuk dilakukan karena para karyawan dari perusahaan-perusahaan yang lebih kecil perlu mendapat vaksinasi mengingat banyak di antara mereka bekerja di lapangan dan bukan di kantor.

Informasi ini tertanggal 15 Juni.

Q253: Vaksinasi Yang Direncanakan Perusahaan & Universitas (3) Vaksinasi Di Universitas

Kali ini kami akan membahas program vaksinasi yang ditawarkan di universitas-universitas.

Pada 4 Juni, Kementerian Pendidikan Jepang membentuk tim tanggap yang terdiri dari 40 anggota dan telah menanyai sekitar 800 universitas di seluruh Jepang apakah pihak kampus ingin memberikan vaksinasi. Para pejabat kementerian mengungkapkan akan memberikan dukungan dengan menargetkan untuk meluncurkan program vaksinasi di sekitar 20 universitas sebelum melanjutkan ke universitas lainnya.

Saat pendaftaran program vaksinasi ini mulai dibuka pada 8 Juni, tim tanggap menerima banyak pertanyaan dari universitas-universitas. Beberapa di antaranya menanyakan tentang prosedur untuk mengajukan pendaftaran, peralatan yang diperlukan, serta siapa yang berhak menerima vaksinasi dalam program tersebut.

Sejumlah universitas yang memiliki tempat yang bisa dijadikan lokasi vaksinasi, tetapi tidak mempunyai departemen kedokteran atau bidang terkait, ingin mengetahui bagaimana memperoleh tenaga kesehatan yang diperbolehkan memberikan suntikan.

Kementerian Pendidikan menyatakan bahwa sekitar 40 persen universitas di Jepang memiliki departemen kedokteran, keperawatan, dan kedokteran gigi. Para pejabat kementerian tengah mencari cara agar universitas-universitas ini bisa membantu universitas lain di dekatnya. Kementerian berharap dapat meningkatkan persentase vaksinasi di kalangan kelompok usia yang lebih muda dengan menggunakan universitas sebagai lokasi vaksinasi.

Para pejabat juga ingin memanfaatkan masa libur musim panas. Mereka meyakini bahwa para staf di TK, SD, SMP, dan SMA serta sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus bisa divaksinasi di universitas-universitas setempat sebelum kegiatan belajar kembali dimulai.

Kementerian juga berencana mempersiapkan agar para pelajar yang dijadwalkan belajar di luar negeri yang mengharuskan vaksinasi COVID-19 bisa menerima suntikan di universitas-universitas sebelum keberangkatannya. Pihak kementerian juga akan mengeluarkan sertifikat vaksinasi dalam bahasa Inggris untuk para pelajar semacam ini di bawah nama menteri pendidikan.

Informasi ini tertanggal 14 Juni.

Q252: Vaksinasi Yang Direncanakan Perusahaan & Universitas (2) Kapan Akan Dimulai?

Dalam pembahasan mengenai vaksinasi di tempat kerja dan universitas, kali ini kami akan mengulas tentang kapan vaksinasi di tempat-tempat tersebut akan dimulai.

Pemerintah Jepang berencana memulai vaksinasi di tempat kerja dan universitas pada 21 Juni. Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan pemerintah daerah yang melaksanakan vaksinasi terhadap lansia dengan lancar dapat memulai vaksinasi di tempat-tempat semacam itu sebelum tanggal yang ditentukan. Institusi medis yang melakukan vaksinasi akan meminta pemerintah daerah untuk menanggung biayanya.

Data orang-orang yang telah menerima vaksinasi, seperti siapa yang divaksinasi, kapan dan di mana, akan dimasukkan ke dalam Sistem Pencatatan Vaksinasi pemerintah atau VRS. Gawai tablet untuk tujuan ini akan disediakan di tempat vaksinasi, sebagai tambahan dari vaksin dan bahan-bahan lainya. Dokter atau petugas yang bertanggung jawab akan menggunakan tablet itu untuk memasukkan informasi seperti tanggal vaksinasi dan jumlah vaksin yang diberikan. Informasi ini akan dibagikan kepada kota tempat tinggal orang-orang yang telah divaksinasi.

Sebuah panel pakar di kementerian kesehatan menyebutkan bahwa guna membendung penyebaran penularan, penting untuk mempercepat pemberian vaksin di seluruh Jepang melalui sejumlah upaya termasuk vaksinasi di tempat kerja, agar makin banyak orang yang dapat divaksinasi.

Informasi ini akurat hingga 11 Juni 2021.

Q251: Vaksinasi Yang Direncanakan Perusahaan & Universitas (1) Apa Syarat Yang Harus Dipenuhi?

Di Jepang, pendaftaran dari perusahaan dan universitas untuk memberikan vaksinasi virus korona dimulai pada 8 Juni. Apa perbedaan antara vaksinasi yang disediakan oleh tempat-tempat ini dengan vaksinasi yang ditawarkan oleh pemerintah daerah? Kali ini kami akan membahas pertanyaan tersebut.

Pemerintah berharap dapat meningkatkan kecepatan pemberian vaksin sambil mengurangi beban terhadap pemerintah daerah dengan menyertakan perusahaan dan universitas sebagai tempat vaksinasi. Perusahaan dan universitas tersebut harus menyediakan tempat dan staf medis sendiri agar tidak menghambat upaya vaksinasi oleh pemerintah daerah.

Pemerintah daerah menggunakan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech. Sementara, vaksinasi oleh perusahaan dan universitas akan menggunakan vaksin yang dikembangkan oleh Moderna. Salah satu syaratnya adalah setiap tempat harus memvaksinasi sekitar 1.000 orang. Tempat-tempat tersebut juga harus merampungkan vaksinasi dengan setiap orang divaksinasi dua kali.

Menjelang dimulainya vaksinasi ini, perusahaan dan universitas harus menerima kode tempat dan menandatangani sebuah kontrak. Selain itu, harus memasukkan informasi ke dalam “V-SYS”, sebuah sistem yang dikembangkan oleh kementerian kesehatan demi kelancaran operasi pemberian vaksin. Hal ini termasuk nama para dokter dan pengawas yang bertanggung jawab dalam mengurus vaksin serta jumlah vaksin yang dibutuhkan. Vaksin tersebut harus disimpan dalam lemari pendingin yang dijaga pada minus 20 derajat Celsius. Pemerintah pusat mengatakan dapat menyediakan sejumlah bantuan untuk persiapan bagi langkah-langkah yang diperlukan ini.

Informasi ini akurat hingga 10 Juni 2021.

Q250: Kamp pelatihan pra-Olimpiade dan langkah-langkah pencegahan (3)

Dalam pembahasan mengenai kamp pra-Olimpiade dan langkah pencegahan penularan kali ini, kami akan membahas tentang alasan mengapa kamp semacam itu penting.

Tim Olimpiade dan Paralimpiade dari luar negeri biasanya tinggal di negara tuan rumah untuk beberapa waktu sebelum ajang itu dimulai. Hal ini bertujuan untuk memulihkan diri dari penat terbang dan membiasakan diri dengan makanan dan iklim setempat.

Pada 2016, para atlet Jepang meninggalkan negaranya selama sekitar dua pekan menjelang Olimpiade di Rio de Janeiro dan tinggal di kamp di Brasil atau Amerika Serikat yang memiliki zona waktu yang sama. Terdapat perbedaan waktu 12 jam antara Jepang dan Brasil.

Untuk Olimpiade Tokyo, 528 pemerintah daerah di seluruh Jepang telah terdaftar sebagai kota tuan rumah bagi tim luar negeri. Banyak di antaranya berencana menyambut tim tersebut bagi kamp pelatihan pra-Olimpiade. Sejumlah tim membatalkan kamp ini guna mengurangi risiko penularan virus korona selama bepergian dan menetap. Kantor Sekretaris Kabinet mengatakan ratusan tim masih berencana menggelar kamp pra-Olimpiade. Beberapa atlet akan mulai berdatangan pada Juni, tetapi mayoritas tampaknya datang pada Juli.

Para atlet yang pertama tiba, sekitar 30 anggota tim sofbol Australia tiba di Kota Ota di Provinsi Gunma pada 1 Juni. Para pejabat Kota Ota mengatakan seluruh tim dan anggota staf tersebut telah divaksinasi sebelum mereka datang ke Jepang. Mereka menerima tes PCR setiap hari selama masa tinggalnya. Para atlet tersebut diminta untuk tetap tinggal di hotel selain dari kunjungan ke stadion untuk berlatih. Para pejabat mengungkapkan akan menerapkan langkah pencegahan penularan menyeluruh serta mendukung tim itu selama 45 hari tinggal di kota tersebut.

Informasi ini akurat hingga 9 Juni 2021.

Q249: Kamp pelatihan pra-Olimpiade dan langkah-langkah pencegahan (2)

Dalam serial langkah-langkah pencegahan penularan kali ini, kami akan membahas mengenai berbagai langkah yang diambil oleh pemerintah kota setempat yang menjadi tuan rumah.

Pemerintah telah menyusun pedoman pencegahan penularan bagi pemerintah kota yang menjadi tuan rumah bagi para atlet Olimpiade yang tiba lebih awal untuk kamp pelatihan sebelum Olimpiade. Pedoman itu jelas mencantumkan bahwa yang disebut kota tuan rumah memiliki sebagian tanggung jawab untuk menerima delegasi asing.

Pedoman itu menyebutkan jika kota tuan rumah terletak jauh dari bandara atau kampung atlet, maka kota itu harus menyiapkan pesawat carter, kereta peluru Shinkansen atau transportasi selain angkutan umum. Delegasi asing diminta untuk menggunakan stasiun dan bandara di jam dan rute yang berbeda selain publik secara umum.

Ketika tim itu berlatih di kota tuan rumah, mereka diminta untuk memesan secara eksklusif lokasi latihan dan menghindari berlatih dengan penduduk lokal. Di penginapan, mereka diminta untuk memesan seluruh lantai atau bangunan serta menghindari kontak dengan pihak luar.

Untuk mencegah penularan varian, para atlet dan pejabat lokal yang mungkin melakukan kontak dengan para atlet diminta untuk menjalani tes setiap hari. Hubungan antara atlet dengan penduduk lokal dilakukan secara online, jadi mereka tidak kontak langsung satu sama lain.

Pemerintah pusat telah mengalokasikan sekitar 12,7 miliar yen atau sekitar 116 juta dolar bagi sejumlah provinsi untuk menutupi biaya langkah-langkah pencegahan penularan. Namun, sejumlah pemerintah lokal mengatakan hal itu sulit karena ada pembatasan yang ketat untuk pertukaran dan beban berat dalam menerapkan langkah-langkah.

Informasi ini akurat per tanggal 8 Juni.

Q248: Kamp pelatihan pra-Olimpiade dan langkah-langkah pencegahan (1)

Dalam serial baru yang dimulai kali ini, kami akan memfokuskan pada langkah-langkah pencegahan penularan berkaitan dengan kamp pra-Olimpiade.

Orang-orang yang terlibat Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo serta pertandingan uji coba diwajibkan untuk menjalani tes virus korona sebelum berangkat ke Jepang dan juga tes antigen ketika tiba di bandara Jepang. Mereka juga diminta untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari, sehari setelah kedatangannya.

Meski begitu, pemerintah Jepang mengizinkan pelonggaran pembatasan karantina dalam “situasi pengecualian khusus”. Para atlet dan pelatih dapat memulai aktivitas mereka, seperti pelatihan, sehari setelah tiba di Jepang dalam kondisi tertentu, termasuk melakukan tes virus korona setiap hari selama tiga hari mulai sehari setelah kedatangan di Jepang. Orang-orang selain atlet dan pelatih harus melakukan karantina mandiri selama tiga hari sebelum memulai aktivitas mereka. Komite Penyelenggara Olimpiade Tokyo mengatakan dalam kasus ini tes akan dilakukan tiga kali yaitu hari ke-3, ke-8, dan ke-14.

Menurut komite penyelenggara sebanyak 1.649 orang terlibat dalam Olimpiade Tokyo dan pertandingan uji coba tiba di Jepang dari 83 negara dan kawasan antara 1 April dan 16 Mei tahun ini. Sekitar 85 persen dari mereka atau 1.432 orang menjalani masa karantina yang lebih pendek. Seorang pelatih yang mengikuti pertandingan uji coba loncat indah dan seorang pelatih pertandingan kompetisi dayung internasional hasil tesnya positif dalam periode tersebut.

Terlepas dari masa karantina mandiri, orang datang ke Jepang tidak boleh menggunakan transportasi publik selama 14 hari dan diminta untuk menghindari meninggalkan penginapan mereka selain untuk ke lokasi latihan dan pertandingan atau tempat lain untuk bekerja.

Komite penyelenggara mengatakan masalah tersebut telah diatur, dengan menempatkan stafnya di lokasi. Komite mengatakan tidak ada laporan pelanggaran, seperti bepergian yang tidak diizinkan.

Informasi ini akurat per tanggal 7 Juni.

Q247: Pemeriksaan Kesehatan Awal Untuk Vaksinasi Virus korona (4)

Kali ini, kami membawakan bagian keempat serial mengenai pemeriksaan kesehatan awal sebelum mendapatkan vaksinasi.

Orang-orang diminta menjawab 14 pertanyaan untuk pemeriksaan kesehatan awal sebelum vaksinasi. Kami telah menjelaskan setiap pertanyaan dalam serial sebelumnya. Seorang dokter akan menentukan apakah seseorang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksinasi berdasarkan pada daftar pertanyaaan tersebut dan hasil pemeriksaaan terhadap orang itu.

Keputusan final mengenai apakah seseorang dapat menerima vaksinasi atau tidak setelah pemeriksaan dan penjelasan dokter, serta memahami manfaat dan efek samping dari vaksinasi.

Daftar pertanyaaan ditulis dalam bahasa Jepang. Kementerian Kesehatan telah mempersiapkan terjemahan dalam bahasa Indonesia, Inggris, Arab, Cina, Prancis, dan bahasa lainnya. Kementerian meminta Anda merujuk pada terjemahan tersebut ketika menjawab pertanyaan itu. Lembaran penjelasan mengenai vaksin Pfizer-BioNtech juga tersedia dalam berbagai bahasa.

Informasi ini akurat per tanggal 4 Juni.

Q246: Pemeriksaan Kesehatan Awal Untuk Vaksinasi Virus korona (3)

Kali ini, kami membawakan bagian ketiga serial mengenai pemeriksaan kesehatan awal untuk vaksinasi virus korona.

Orang-orang yang divaksinasi di Jepang diminta mengisi kuesioner sebelum vaksinasi yang berisi 14 pertanyaan. Anda harus menjawabnya dengan ya atau tidak. Kita akan melihat tujuh pertanyaan kedua hari ini.

Pertanyaan nomor delapan menanyakan apakah ada bagian tubuh Anda yang terasa kurang sehat. Jika ya, Anda diminta menuliskan kondisinya.

Pertanyaan nomor sembilan menanyakan apakah Anda pernah mengalami kejang.

Pertanyaan nomor 10 menanyakan apakah Anda pernah mengalami gejala alergi parah, seperti anafilaksis, akibat obat atau makanan. Jika ya, Anda diminta menuliskan nama obat atau makanan tersebut.

Dalam pertanyaan nomor 11, Anda ditanyakan apakah pernah sakit setelah mendapat vaksinasi. Jika ya, Anda diminta menuliskan jenis vaksin serta kondisi yang Anda alami.

Pertanyaan nomor 12 menanyakan apakah ada kemungkinan Anda sedang hamil, misalnya, menstruasi Anda lebih lambat daripada yang diperkirakan, atau apakah Anda sedang menyusui.

Dalam pertanyaan nomor 13, Anda ditanya apakah pernah divaksinasi dalam dua pekan terakhir. Jika ya, Anda ditanya nama vaksin dan kapan mendapatkannya.

Dan dalam pertanyaan nomor 14, Anda ditanya apakah Anda memiliki pertanyaan mengenai vaksinasi pada hari itu.

Informasi ini akurat per tanggal 3 Juni.

Q245: Pemeriksaan Kesehatan Awal Untuk Vaksinasi Virus korona (2)

Kali ini kami membawakan bagian kedua serial mengenai pemeriksaan kesehatan awal untuk vaksinasi virus korona.

Orang-orang yang divaksinasi di Jepang diminta mengisi kuesioner sebelum vaksinasi yang berisi 14 pertanyaan. Anda harus menjawabnya dengan ya atau tidak. Kita akan melihat tujuh pertanyaan pertama hari ini.

Pertanyaan pertama adalah apakah Anda baru pertama kali menerima vaksin virus korona. Jika Anda telah divaksinasi sebelumnya, Anda diminta menuliskan tanggal-tanggal vaksinasi sebelumnya.

Dalam pertanyaan kedua, Anda ditanya apakah kota, kelurahan, atau desa tempat tinggal Anda saat ini sama dengan yang tertera di kupon vaksinasi.

Pertanyaan nomor tiga menanyakan apakah Anda sudah membaca "Petunjuk untuk vaksin virus korona" dan memahami efek serta efek samping yang merugikan dari vaksinasi ini.

Pertanyaan keempat adalah jika Anda masuk dalam kelompok sasaran prioritas tinggi untuk vaksinasi. Jika ya, Anda diminta mencontreng kotak di depan nama kelompok sasaran, yaitu tenaga kesehatan dan lain-lain, orang berusia 65 tahun ke atas, orang berusia 60 hingga 64 tahun, dan pekerja di fasilitas perawatan lansia. Orang memiliki masalah kesehatan diminta menuliskan nama penyakit yang diderita.

Dalam pertanyaan nomor lima, Anda ditanya apakah sedang menderita penyakit atau mendapatkan perawatan atau obat. Jika ya, Anda diminta mencontreng kotak di depan nama penyakit serta jenis perawatan yang Anda terima, atau menulis nama penyakit dan perawatan jika tidak ada di dalam daftar.

Pertanyaan nomor enam menanyakan apakah dokter yang merawat Anda mengatakan Anda boleh divaksinasi pada hari itu.

Dan dalam pertanyaan nomor tujuh, Anda ditanya apakah pernah mengalami demam atau sakit dalam sebulan terakhir. Jika ya, Anda diminta menulis nama penyakitnya.

Informasi tertanggal 2 Juni.

Q244: Pemeriksaan Kesehatan Awal Untuk Vaksinasi Virus korona (1)

Kali ini, kami menyampaikan bagian pertama serial mengenai pemeriksaan kesehatan awal untuk vaksinasi virus korona.

Di Jepang, siapa pun yang ingin mendapatkan vaksin harus menjalani pemeriksaan kesehatan awal. Anda harus mengisi sebuah kuesioner dan menjawab pertanyaan mengenai keadaan kesehatan sekarang ini serta penyakit yang pernah Anda derita. Dokter penanggung jawab akan memeriksa kuesioner itu dan memutuskan apakah Anda bisa divaksinasi.

Pertama, Anda menulis alamat, nama, nomor telepon, tanggal lahir, jenis kelamin, serta suhu tubuh, yang diambil sebelum pemeriksaan. Kemudian Anda diharapkan menjawab 14 pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak.

Kuesioner ditulis dalam bahasa Jepang. Namun, versi bahasa asing tersedia di situs web Kementerian Kesehatan, yang dapat Anda rujuk saat mengisi formulir.

Informasi ini akurat per tanggal 1 Juni.

Q243: Apa penyebab lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang? (Bagian 8)

Kali ini adalah bagian kedelapan dari serial tentang alasan lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang.

Seorang mantan pejabat tinggi Kementerian Kesehatan Jepang menyebut upaya Jepang untuk mengembangkan vaksin sudah ketinggalan dari awal. Pejabat itu mengatakan masyarakat Jepang makin khawatir mengenai vaksinasi secara umum selama beberapa dekade terakhir, akibat bahaya kesehatan yang ditimbulkan dari program vaksinasi di masa lalu. Pejabat itu mengatakan sejumlah perusahaan farmasi Jepang mengundurkan diri dari pengembangan vaksin karena mengingat risiko tinggi tuntutan hukum serta masalah yang terkait dengan perlunya pengendalian temperatur bagi vaksin dan pendeknya periode penyimpanannya. Pejabat itu mengatakan tampaknya produsen domestik ketinggalan dari pesaingnya dalam hal sumber daya manusia dan kapabilitas teknologi.

Hingga kini, empat perusahaan dalam negeri telah memulai uji klinis produknya. Sebagian perusahaan itu berharap untuk mendapatkan persetujuan pemerintah sebelum akhir tahun ini.

Jepang menghadapi beragam tantangan dalam mendapatkan vaksin.

Namun, pemerintah Jepang tetap berpendapat bahwa negara ini belum tentu ketinggalan jauh di belakang negara-negara lain yang situasi penularannya kurang lebih sama, ketika perbandingan dilakukan dalam hal jumlah dosis vaksin yang telah didapat.

Informasi ini akurat hingga 31 Mei.

Q242: Apa penyebab lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang? (Bagian 7)

Kali ini adalah bagian ketujuh dari serial tentang alasan lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang.

Kesenjangan antara Jepang dan negara-negara lain dalam pengembangan vaksin semakin lebar.

Ini bisa dikaitkan dengan sistem dukungan yang diberikan oleh pemerintah asing terhadap perusahaan-perusahaan yang mencoba mengembangkan produk farmasi yang mungkin tidak menguntungkan tapi diyakini penting bagi negara.

Kunishima Hiroyuki, profesor dari Fakultas Kedokteran Universitas St. Marianna memberikan contoh mengenai Inggris dan Swedia. Pemerintah kedua negara itu telah memulai sistem yang menyediakan sejumlah dukungan finansial tertentu bagi perusahaan-perusahaan yang mengembangkan antibiotik yang tidak dapat diharapkan menghasilkan penjualan skala besar. Negara-negara itu memiliki kerangka kerja yang menyediakan dukungan aktif pemerintah bagi perawatan medis yang terkait dengan keamanan nasional.

Para pakar juga menyebutkan isu lainnya yaitu sikap masyarakat yang berbeda terhadap vaksin. Mereka juga mengutarakan keprihatinan mengenai cara media melaporkan beritanya.

Sakamoto Haruka, pimpinan peneliti di Program Pascasarjana Kedokteran Universitas Tokyo mengatakan banyak orang Jepang pada dasarnya menyimpan perasaan keraguan terhadap vaksin. Media juga telah meningkatkan sentimen ini dalam laporannya. Sakamoto mengatakan hal itu telah menciptakan lingkungan yang masyarakatnya merasa cukup khawatir mendapatkan vaksinasi dibandingkan negara-negara lain.

Informasi ini akurat hingga 28 Mei.

Q241: Apa penyebab lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang? (Bagian 6)

Kali ini adalah bagian keenam dari serial tentang alasan lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang.

Sejumlah pakar menjelaskan kepada NHK bahwa satu alasan di balik keterlambatan ini adalah karena Jepang masih belum mengembangkan vaksin secara domestik.

Profesor Ishii Ken dari Institut Ilmu Kedokteran Universitas Tokyo mengatakan pengembangan vaksin yang lambat diakibatkan oleh kombinasi sejumlah faktor, termasuk dukungan pemerintah yang kurang. Ia mengatakan ini merupakan masalah yang mengakar sangat dalam. Profesor Ishii kini mengembangkan vaksin virus korona mRNA bersama dengan sebuah perusahaan farmasi Jepang.

Profesor Ishii menambahkan pemerintah Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa menghabiskan anggaran beberapa triliun yen untuk pengembangan vaksin COVID-19 di awal 2020, sementara Jepang mengeluarkan sekitar sepuluh miliar yen pada sekitar waktu yang sama. Ia mengatakan hal ini menghasilkan kesenjangan besar dalam kemajuan pengembangan vaksin. Menurutnya, di AS dan Eropa, pemerintahnya mengerahkan segala dukungan bagi proyek vaksin, sehingga membantu pengembang vaksin mendapatkan fasilitas untuk uji klinis dan pabrik bagi produksi massal. Ia juga mengatakan otoritas regulator bekerja sama guna mempercepat proses pemeriksaan dengan memulai evaluasi saat vaksinnya masih dalam tahap pengembangan. Namun, menurutnya pemerintah Jepang tidak melakukan langkah-langkah tersebut.

Profesor Ishii mengatakan pemerintah Jepang tidak memahami bahwa pengembangan darurat vaksin bagi penyakit menular memiliki kepentingan dalam hal keamanan serta diplomasi. Ditambahkannya, Jepang ketinggalan jauh di belakang AS dan Eropa dalam hal riset dasar terhadap wabah infeksi sejak 20 tahun lalu.

Informasi ini akurat hingga 27 Mei.

Q240: Apa penyebab lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang? (Bagian 5)

Kali ini adalah bagian kelima dari serial tentang alasan lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang.

Vaksin biasanya diberikan ke banyak orang, oleh karena itu pemberian persetujuannya harus dilakukan dengan hati-hati. Kita tidak bisa begitu saja menyatakan bahwa sebuah vaksin akan cepat disetujui di Jepang hanya karena telah mendapatkan persetujuan untuk digunakan di negara-negara lain.

Sementara itu, ada pandangan agar uji klinis domestik yang disederhanakan bisa dipertimbangkan jika uji klinis di luar negeri memiliki data yang memadai terkait penggunaannya bagi ras Asia.

Masalahnya adalah bagaimana menyeimbangkan antara kewaspadaan dengan kecepatan dalam krisis ini. Pemerintah awalnya mengatakan proses vaksinasi dimulai saat pasokannya mencukupi.

Namun, masalah ini mulai berhasil diatasi sejak Mei dan tidak ada kekhawatiran besar terkait vaksinasi di masa depan. Disebutkan bahwa pemerintah kota bertugas menjalankan vaksinasi dengan lancar, dan pemerintah pusat akan membantu upaya tersebut.

Setiap tahap, mulai dari persetujuan, distribusi hingga pelaksanaan injeksi, diterapkan berdasarkan tantangan dan kondisi di masa lalu. Namun, tugas yang lebih besar menjadi semakin tampak bahkan dalam tahap awal program vaksinasi.

Pembahasan tentang perkembangan domestik dalam laporan serial mengenai alasan di balik lambannya vaksinasi virus korona di Jepang bisa Anda dengarkan dalam edisi berikutnya.

Informasi ini akurat hingga 26 Mei.

Q239: Apa penyebab lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang? (Bagian 4)

Kali ini adalah bagian keempat dari serial tentang alasan lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang.

Data dari sekelompok peneliti di Universitas Oxford di Inggris dan sejumlah pihak lainnya menunjukkan 63 persen warga Israel telah menerima setidaknya satu dosis vaksin hingga 11 Mei. Di Inggris, rasio orang yang telah divaksin mencapai 52 persen, Amerika Serikat 46 persen, sementara Jepang 2,91 persen.

Jepang menempati peringkat ke 131 di antara negara-negara dan kawasan yang tercakup dalam data tersebut.

Inggris memulai program vaksinasi dengan Pfizer/BioNTech pada Desember. Jepang memulai vaksinasi dua bulan setelahnya. Apa yang menyebabkan perbedaan tersebut?

Pfizer mengajukan persetujuan penggunaan di Jepang pada Desember lalu. Uji klinis vaksin tersebut telah dilakukan di luar negeri. Namun, uji klinis tambahan dilakukan terhadap 160 orang di Jepang guna mengkaji data penggunaan vaksin tersebut terhadap orang-orang Jepang. Jadi, negara ini harus menunggu sampai hasil uji klinis tambahan keluar.

Seorang pejabat senior Kementerian Kesehatan Jepang yang terlibat dalam program vaksinasi mengatakan bahwa jika Jepang melewatkan uji klinis domestik maka vaksinasi bisa dilakukan lebih cepat. Pejabat itu mengatakan uji klinis tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan lambannya program vaksinasi Jepang.

Namun, pejabat itu juga menegaskan bahwa pada saat itu belum ada informasi yang memadai terkait efek samping vaksin di berbagai lokasi di dunia. Pejabat itu mengatakan jika vaksin disetujui dengan tergesa-gesa dan menyebabkan efek samping yang serius pada tingkat yang tidak diperkirakan, maka itu akan mengacaukan segalanya.

Pejabat itu mengatakan uji klinis di Jepang juga merupakan hasil dari pembahasan di Parlemen. Ia menambahkan bahwa melakukan uji tambahan di Jepang adalah hal yang benar, sambil memantau progres di negara-negara lain.

Informasi ini akurat hingga 25 Mei.

Q238: Apa penyebab lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang? (Bagian 3)

Kali ini merupakan bagian ketiga dari serial tentang alasan lambannya vaksinasi virus korona di Jepang.

Beberapa pakar menyebut masalah ini terjadi karena kurangnya sistem terpadu di seluruh Jepang dalam mengelola vaksinasi. Di Jepang, pemerintah daerah menangggung sebagian besar pekerjaan karena tidak ada kerangka kerja terpadu untuk menelusuri catatan dan prosedur vaksinasi warga sebagaimana yang diterapkan negara lain.

Pemerintah daerah memilih orang-orang yang memenuhi syarat untuk divaksin berdasarkan catatan kependudukan dan mengirimkan mereka kupon vaksinasi. Mereka yang menerima kupon tersebut harus membuat reservasi melalui telepon atau lewat internet, lalu mendatangi lokasi vaksinasi sesuai jadwal yang ditentukan, menyerahkan kupon, kemudian divaksin.

Profesor Saito Akihiko dari Universitas Niigata adalah seorang peneliti di beberapa institusi AS dan ikut serta dalam proyek vaksinasi di negara tersebut. Ia mengatakan masalah terbesar di Jepang adalah pemerintah pusat mempercayakan seluruh pekerjaan vaksinasi ini kepada pemerintah daerah.

Ia mengatakan meski status keadaan darurat tengah diberlakukan di Jepang, tetapi pemerintah menerapkan operasi vaksinasi COVID-19 dengan cara yang sama seperti yang pernah dilakukan sebelumnya, misalnya ketika memberikan vaksin tambahan untuk rubela. Ia mengatakan pemerintah pusat semestinya menyederhanakan prosesnya dengan memanfaatkan sistem identitas pribadi nasional “My Number”, tetapi hal itu tidak dilakukan.

Pengamat mengatakan beberapa negara bisa memulai lebih cepat vaksinasi COVID-19 karena menyimpan catatan vaksinasi warganya dengan sistem digital. Para pakar menyerukan bahwa Jepang membutuhkan sistem yang serupa, tetapi pemerintah belum menerapkan hal tersebut.

Informasi ini akurat hingga 24 Mei.

Q237: Reservasi untuk vaksinasi skala besar dimulai (Bagian 3)

Dalam bagian ketiga serial tentang reservasi untuk vaksinasi skala besar, kami akan menyajikan informasi mengenai perbedaan vaksinasi skala besar yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan program vaksinasi pemerintah daerah dari sisi prosedur bagi seseorang untuk mendapatkan vaksinasi.

Lokasi vaksinasi skala besar didirikan oleh pemerintah pusat di Tokyo dan Osaka dioperasikan oleh sebuah sistem yang independen dan benar-benar berbeda dari program vaksinasi pemerintah daerah.

Ini artinya orang-orang yang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksinasi di lokasi yang dijalankan oleh pemerintah pusat atau melalui program pemerintah daerah. Penerima vaksin dapat memutuskan sistem mana yang diinginkan mereka untuk vaksinasi.

Namun, orang yang telah mendapatkan suntikan vaksin yang pertama melalui program pemerintah daerah tidak dapat mendaftar untuk vaksinasi di lokasi yang didirikan pemerintah pusat.

Dua sistem reservasi itu tidak saling terkait. Jadi, jika seseorang melakukan reservasi untuk mendapatkan vaksinasi di lokasi yang dijalankan pemerintah daerah dan pusat, maka pendaftar itu harus membatalkan salah satunya.

Mungkin ada orang yang kesulitan untuk melakukan reservasi sendiri. Dalam kasus seperti itu, disarankan agar mereka meminta keluarganya, kerabat atau teman untuk melengkapi prosedur dengan menggunakan nomor kupon vaksinasi yang diberikan oleh pemerintah kota tempat mereka tinggal.

Sementara itu, badan urusan konsumen memperingatkan mengenai penipuan yang berkaitan dengan vaksinasi. Pusat urusan konsumen di penjuru Jepang menerima sejumlah laporan mengenai telepon yang mencurigakan yang meminta informasi personal terhadap keuangan mereka dan detail lainnya. Para penelpon mengeklaim mereka menyediakan layanan guna membantu orang melakukan reservasi untuk vaksinasi.

Informasi ini akurat hingga 21 Mei.

Q236: Reservasi untuk vaksinasi skala besar dimulai (Bagian 2)

Dalam bagian kedua serial tentang reservasi untuk vaksinasi skala besar, kami akan menyampaikan informasi mengenai jadwal untuk melakukan vaksinasi.

Vaksinasi skala besar di lokasi-lokasi itu akan dilakukan selama tiga bulan mulai 24 Mei hingga akhir Agustus. Jadwal untuk reservasi telah ditetapkan hingga 6 Juni. Warga yang berusia 65 tahun ke atas yang dapat melakukan reservasi.

Guna menghindari gangguan yang disebabkan oleh banyaknya orang-orang yang berupaya mengakses situs web tersebut, maka reservasi untuk pekan pertama mulai 17 Mei dibatasi bagi lansia yang tinggal di 23 distrik kota di Tokyo dan Kota Osaka. Area tersebut akan diperluas secara bertahap untuk mencakup semua lansia yang tinggal di seluruh Tokyo dan Provinsi Osaka mulai 24 Mei. Mulai 31 Mei, lansia yang tinggal di Tokyo dan tiga provinsi tetangganya yaitu Saitama, Kanagawa, dan Chiba, serta tetangga Osaka yaitu Kyoto, dan Hyogo melakukan reservasi.

Seluruh tempat yang tersedia telah penuh untuk periode 24-30 Mei di Tokyo dan Kota Osaka.

Setelah periode ini, lansia yang tinggal di area ini tetapi tidak memiliki kartu keluarga akan dapat melakukan reservasi. Penyelenggara memikirkan untuk memastikan status kependudukan mereka dengan meminta orang tersebut menunjukkan kupon dan sesuatu yang mencantumkan alamat mereka, seperti surat atau tagihan.

Reservasi untuk vaksinasi pertama di lokasi vaksinasi yang dijalankan pemerintah hanya dapat diterima melalui internet. Tanggal vaksinasi kedua akan disediakan di lokasi setelah vaksinasi pertama selesai.

Informasi ini akurat hingga 20 Mei.

Q235: Reservasi untuk vaksinasi skala besar dimulai (Bagian 1)

Pemerintah Jepang pada Senin 17 Mei mulai menerima reservasi untuk vaksinasi skala besar di lokasi yang akan dibuka di Tokyo dan Osaka pada 24 Mei.

Vaksinasi skala besar itu untuk para warga lansia di Tokyo dan tiga provinsi tetangganya, juga Osaka dan dua provinsi tetangganya. Kali ini kami akan menyampaikan informasi mengenai apa yang dibutuhkan untuk menerima vaksinasi di lokasi itu.

Seseorang membutuhkan kupon vaksinasi yang dikirimkan oleh pemerintah kota tempat mereka tinggal, untuk melakukan vaksinasi. Reservasi hanya dapat dilakukan melalui internet. Seseorang harus dapat mengakses situs web dan mengetik tanggal, tahun kelahiran, nomor kupon serta informasi lainnya.

Vaksinasi bagi lansia, berusia 65 tahun ke atas, dimulai pada April di beberapa kota. Namun, sejumlah pemerintah daerah memprioritaskan orang dengan risiko kesehatan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, sejumlah pemerintah kota hanya mengirimkan kupon ke mereka yang berusia 75 tahun ke atas hingga saat ini.

Orang yang berusia antara 65 hingga 74 tahun yang tinggal di kota-kota seperti itu tidak dapat melakukan reservasi untuk vaksinasi skala besar saat ini, meskipun memenuhi syarat.

Pejabat Kementerian Pertahanan yang bertanggung jawab dalam operasi di lokasi vaksinasi skala besar, menyatakan meminta maaf bahwa orang-orang seperti itu tidak dapat melakukan reservasi tanpa nomor kupon karena pemerintah harus melacak catatan vaksinasi melalui nomor-nomor tersebut.

Sementara itu, pemerintah memperingatkan ada peluang bahwa orang dapat melakukan reservasi ganda di klinik setempat dan di lokasi vaksinasi skala besar. Para pejabat mengatakan tidak ada perangkat pengecekan yang dipasang untuk menghindari kejadian ini. Jika itu terjadi, orang-orang diminta untuk membatalkan salah satu reservasinya, karena kalau tidak dibatalkan dapat membuat dosis vaksin yang berharga itu terbuang.

Informasi ini akurat hingga 19 Mei.

Q234: Apa penyebab lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang? (Bagian 2)

Kali ini kami akan menyampaikan bagian kedua dari serial alasan dibalik lambatnya vaksinasi di Jepang.

Sejumlah pakar menyalahkan masalah tersebut kepada metode distribusi vaksin oleh pemerintah pusat ke pemerintah kota. Pada dasarnya, pemerintah pusat telah memutuskan distribusi vaksin ke seluruh provinsi di negara ini. Tampaknya ini merupakan cara yang adil yang dapat meraih pemahaman publik. Namun, para pakar mengatakan gagasan ini juga menimbulkan sejumlah kerugian.

Profesor Universitas Kitasato, Nakayama Tetsuo mengatakan karena prinsip distribusi adalah kesetaraan hanya sejumlah kecil dosis yang dikirimkan ke pemerintah kota. Ia mengatakan pemerintah daerah harus memprosesnya dengan program vaksinasinya, sementara hanya menerima kuantitas yang sedikit. Profesor Nakayama mengatakan ini merupakan pengalaman pertama bagi pemerintah daerah dan sangat sulit untuk membuat persiapan seperti menyediakan staf medis, jika tidak mengetahui kapan dan berapa banyak dosis yang akan diterima.

Pakar lain juga mengatakan prioritas harus diberikan bagi wilayah yang berisiko tinggi, karena situasi penularan berbeda di tiap kawasan. Para pakar yakin meski hal itu berlawanan dengan gagasan tidak memihak, program vaksinasi harus berkembang secara efisien.

Informasi ini akurat hingga 18 Mei.

Q233: Apa penyebab lambatnya vaksinasi virus korona di Jepang? (Bagian 1)

Negara-negara di seluruh dunia terus menjalankan program vaksinasi virus koronanya dengan sejumlah di antaranya telah memvaksin sekitar setengah dari populasinya. Sementara di Jepang, hanya beberapa persen penduduknya yang telah memperoleh suntikan vaksin. Kali ini kami akan membahas bagian pertama dari serial mengenai alasan lambatnya program vaksinasi virus korona di Jepang.

Kota Kyoto memulai vaksinasi untuk para lansia pada 11 Mei. Orang-orang diminta untuk melakukan reservasi suntikan dengan menelepon dokter keluarga mereka. Namun, hal ini menyebabkan membludaknya panggilan telepon ke klinik-klinik. Banyak orang juga mengunjungi klinik untuk melakukan reservasi. Sekitar 100 orang mengantre di depan klinik sebelum jam buka.

Bulan Desember tahun lalu, pemerintah Jepang memutuskan bahwa pemerintah daerah harus menjadi penanggung jawab utama untuk memvaksin warganya dalam kerangka kerja yang didasarkan pada undang-undang terkait. Sebagai hasilnya, prosedur dan metode reservasi berbeda di tiap daerah. Para pejabat terus berupaya menemukan cara terbaik.

Pemerintah-pemerintah daerah juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan dokter dan perawat dalam jumlah yang memadai. Sejumlah pemerintah daerah menyampaikan kritik dengan mengatakan bahwa pemerintah pusat menyerahkan segalanya untuk dilakukan oleh para pejabat daerah.

Pemerintah-pemerintah daerah juga kekurangan informasi mengenai waktu pengiriman serta jumlah vaksin yang dialokasikan untuk daerahnya masing-masing. Tanpa informasi semacam itu, para pejabat tidak bisa memulai prosedur untuk menyiapkan slot vaksinasi.

Seorang pejabat di distrik di Tokyo menyampaikan komentar mengenai masalah yang dialami bersama oleh banyak pemerintah daerah. Ia mengatakan bahwa dengan mempertimbangkan kebingungan yang terjadi saat memvaksinasi para lansia, sulit untuk membayangkan bagaimana menangani situasinya ketika vaksinasi diperluas untuk masyarakat umum dalam jumlah besar.

Pejabat itu mengungkapkan bahwa pemerintah-pemerintah daerah harus mengambil langkah-langkah tertentu, seperti menetapkan kuota berdasarkan jumlah akhir kupon vaksinasi, daripada menerima reservasi dengan prinsip “siapa cepat dia dapat”. Namun, ia mengatakan bahwa prosedur mendetail seperti itu cenderung memperlambat jalannya vaksinasi sehingga sulit untuk menemukan titik seimbang yang tepat.

Informasi ini tertanggal 17 Mei.

Q232: Varian virus korona yang teridentifikasi di India (Bagian 2)

Kali ini kami menyampaikan bagian kedua dari serial mengenai varian virus korona yang pertama kali terdeteksi di India.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa hingga 11 Mei, varian yang teridentifikasi di India ini telah terdeteksi di 49 negara dan kawasan, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, Cina, dan Jepang.

WHO mengungkapkan bahwa varian India tersebut memiliki tiga mutasi utama, yaitu L452R, P681R, dan E484Q, atau dua mutasi selain dari E484Q.

Para peneliti di Institut Nasional Penyakit Menular Jepang dan lainnya mengatakan bahwa varian virus korona dengan mutasi L452R dilaporkan sekitar 20 persen lebih mudah menular dibandingkan galur sebelumnya. Varian ini terutama menyebar di Negara Bagian California, AS.

Meskipun demikian, para peneliti menyatakan bahwa belum diketahui apakah varian virus tersebut benar-benar lebih mudah menular dibandingkan galur lainnya. Ditambahkan bahwa riset masih perlu dilanjutkan.

Virus korona baru yang memiliki dua mutasi atau lebih bukanlah hal yang langka. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah mutasi-mutasi tersebut memengaruhi tingkat penularan virus.

Sebagai contoh, varian yang pertama kali terdeteksi di Inggris dan telah menyebar di berbagai wilayah, termasuk kawasan Kansai di Jepang, memiliki setidaknya lima mutasi spike protein, atau protein yang berbentuk paku di permukaan virus. Salah satu mutasinya, N501Y, dikatakan menyebabkan virus tersebut lebih mudah menular sehingga memicu kekhawatiran.

Sementara itu, varian virus korona yang teridentifikasi di Afrika Selatan dan Brasil juga memiliki beberapa mutasi, yaitu mutasi N501Y serta mutasi E484K, yang bisa mengakibatkan turunnya tingkat imunitas.

Informasi ini tertanggal 14 Mei.

Q231: Varian virus korona yang teridentifikasi di India (Bagian 1)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam konferensi pers pada 10 Mei menyatakan bahwa informasi yang diperoleh mengindikasikan varian virus korona yang pertama kali terdeteksi di India sangat mudah menular. Organisasi itu mengubah klasifikasi varian virus tersebut dari “varian yang menjadi perhatian” menjadi “varian yang dikhawatirkan” dan akan meningkatkan pemantauannya. Kami akan membahas mengenai varian yang pertama kali teridentifikasi di India tersebut.

India mengalami ledakan penularan virus korona sejak April lalu. Lonjakan ini disebabkan oleh varian tersebut, serta adanya perkumpulan massal orang-orang pada festival-festival keagamaan maupun kampanye politik, dan kurangnya langkah-langkah pencegahan penularan yang memadai seperti menjaga jarak sosial.

WHO mengungkapkan bahwa varian India memiliki tiga mutasi utama, yaitu L452R, P681R, dan E484Q, atau dua mutasi selain dari E484Q.

Mutasi-mutasi ini memiliki perubahan yang sama dalam komposisi asam amino yang disebut “spike protein”, atau protein yang berbentuk paku di permukaan virus. Mutasi semacam ini bisa menyebabkan virus lebih mudah menular dan mengakibatkan imunitas melemah. Riset lebih lanjut tengah dilakukan atas varian tersebut.

Otoritas kesehatan publik Inggris pada 7 Mei mengungkapkan bahwa varian India tampaknya memiliki tingkat penularan yang sama dengan varian yang ditemukan di Inggris. Ditambahkan juga bahwa pihak otoritas belum menemukan bukti apakah varian tersebut menyebabkan kasus yang lebih serius atau memengaruhi efikasi vaksin.

Informasi ini tertanggal 13 Mei.

Q230: Informasi tentang vaksinasi (54)

Kami membahas perbedaan dan kesamaan antara vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna. Kali ini, kami memfokuskan pada potensi efek samping vaksin tersebut.

Kelompok studi Kementerian Kesehatan dan Tenaga Kerja Jepang melaporkan data berikut mengenai vaksin Pfizer dalam rapat panel pakar kementerian pada 30 April tentang efek samping vaksin. Disebutkan di antara orang-orang yang pertama kali menerima vaksin itu, 23,2 persen mengalami kelelahan, sementara angkanya adalah 69,6 persen bagi mereka yang menerima vaksin kedua. Data tersebut menunjukkan 21,2 persen mengalami sakit kepala setelah injeksi pertama, dan 53,7 persen setelah yang kedua. Sebanyak 3,3 persen vaksinasi melaporkan demam 37,5 derajat Celsius atau lebih setelah injeksi pertama. Angkanya adalah 38,4 persen setelah injeksi kedua.

Sementara untuk vaksin Moderna, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) merilis sejumlah hasil uji klinis yang melibatkan orang-orang berusia 18 hingga 64 tahun. Disebutkan 38,5 persen di antaranya mengalami kelelahan setelah injeksi pertama, sementara angkanya 67,6 persen setelah yang kedua. Data tersebut menunjukkan 35,4 persen mengalami sakit kepala setelah injeksi pertama dan 62,8 persen setelah yang kedua. Sebanyak 0,9 persen orang yang divaksinasi dilaporkan mengalami demam setelah injeksi pertama dan 17,4 persen setelah yang kedua.

Informasi ini akurat hingga 12 Mei 2021.

Q229: Informasi tentang vaksinasi (53)

Kami membahas perbedaan dan kesamaan antara vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna. Kali ini, kami memfokuskan pada efikasinya terhadap sejumlah varian virus korona.

Kedua vaksin ini terbukti sangat efektif terhadap varian yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dan kini menyebar cepat di Jepang dan banyak negara lainnya.

Sebuah makalah yang dipublikasikan oleh Pfizer, BioNTech dan lainnya menyebutkan bahwa sebuah eksperimen laboratorium menunjukkan vaksin Pfizer-BioNTech efektif dalam menetralkan varian-varian yang pertama kali ditemukan di Inggris dan Brasil seperti dalam menetralkan galur-galur sebelumnya. Dikatakan bahwa vaksin tersebut juga cukup melindungi terhadap varian yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, meski kurang efektif.

Pfizer mengatakan vaksin ini terbukti sangat efektif di Israel tempat varian Inggris menyebar. Diungkapkan juga sejumlah hasil uji klinis di Afrika Selatan menunjukkan vaksin tersebut memberikan perlindungan yang cukup terhadap varian yang pertama kali terdeteksi di negara itu.

Menurut sebuah makalah yang dipublikasikan oleh Moderna dan lainnya, sebuah eksperimen laboratorium menunjukkan vaksin Moderna bekerja dengan baik terhadap varian Inggris seperti pada galur-galur sebelumnya. Meski demikian, untuk varian Afrika Selatan, jumlah antibodi penetral yang terbentuk oleh vaksin ini turun menjadi sekitar seperenam level yang terlihat pada galur-galur sebelumnya, dan menjadi sekitar sepertiga untuk varian Brasil. Namun, Moderna mengatakan level-level tersebut masih memadai untuk melindungi dari varian-varian itu.

Informasi ini akurat hingga 11 Mei 2021.

Q228: Informasi tentang vaksinasi (52)

Kami telah mengulas tentang perbedaan dan kesamaan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna, keduanya merupakan perusahaan farmasi Amerika Serikat. Kali ini, kami akan membahas tentang efikasinya.

Pfizer dan Moderna telah terbukti sangat efektif dalam sejumlah uji klinis. Efikasinya juga telah ditunjukkan di antara orang-orang yang telah menerima kedua vaksin ini. Menurut sebuah makalah yang disusun berdasarkan sejumlah hasil uji klinis, vaksin Pfizer mengurangi risiko mengalami gejala virus korona sebanyak 95 persen. Menurut sebuah studi yang mengamati hasil program vaksinasi di Israel yang prosesnya merupakan salah satu yang tercepat di dunia, vaksin Pfizer mengurangi risiko mengalami gejala sebanyak 94 persen. Vaksin ini juga mengurangi kemungkinan gejala serius sebanyak 92 persen dan kemungkinan penularan, termasuk penularan tanpa gejala sebanyak 92 persen.

Sementara itu, vaksin Moderna mengurangi risiko mengalami gejala sebanyak 94,1 persen menurut sebuah tesis yang mengikutsertakan hasil dari sejumlah uji klinis.

Informasi ini akurat hingga 10 Mei 2021.

Q227: Informasi tentang vaksinasi (51)

Kami terus membahas perbedaan dan kesamaan vaksin. Fokus kali ini adalah bagaimana menyimpan vaksin dari raksasa farmasi Amerika Serikat (AS) Pfizer dan Moderna, yang juga berasal dari AS.

Kedua vaksin ini berdasarkan pada zat yang mengandung informasi genetik, yang disebut mRNA. mRNA dilingkupi lapisan lemak tipis di dalam kedua vaksin ini, namun lapisan ini tidak stabil dan dapat mudah rusak. Hal ini berakibat pada persyaratan penyimpanan yang ketat bagi vaksin-vaksin ini.

Pada awalnya, Pfizer mengatakan vaksinnya harus disimpan di dalam kulkas pembeku dengan suhu antara minus 90 dan minus 60 derajat Celsius. Namun, Kementerian Kesehatan Jepang kemudian melonggarkan persyaratan itu berdasarkan data yang diserahkan Pfizer. Kementerian mengatakan bahwa vaksin dapat disimpan di suhu antara minus 25 dan minus 15 derajat hingga selama 14 hari. Ketika vaksin dicairkan sebelum penyuntikan, vaksin harus disimpan di kulkas pendingin pada suhu antara 2 dan 8 derajat dan harus digunakan dalam 5 hari.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan vaksin Moderna harus disimpan di kulkas pembeku pada suhu antara minus 50 dan minus 15 derajat. Di institusi-institusi medis, vaksin dapat disimpan di kulkas pendingin, pada suhu antara 2 dan 8 derajat, selama 30 hari. Vaksin ini harus dicairkan misalnya pada suhu ruangan sebelum penyuntikan. Botol yang belum dibuka dapat disimpan pada suhu kamar, yaitu antara 8 hingga 25 derajat, hingga 24 jam sebelum penyuntikan.

Informasi ini akurat hingga tanggal 7 Mei.

Q226: Informasi tentang vaksinasi (50)

Pemerintah Jepang telah menandatangani kontrak untuk mendapatkan vaksin dari perusahaan farmasi Amerika Serikat (AS) Pfizer, perusahaan farmasi AS Moderna, dan perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca.

Di antara vaksin ini, vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna berdasarkan pada messenger RNA, atau RNA pengirim pesan, yaitu satu jenis material genetik. Vaksin ini disebut "vaksin messenger RNA" singkatnya "vaksin mRNA."

Kali ini kita akan membahas perbedaan dan kesamaan vaksin berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan Jepang, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, serta perusahaan-perusahaan farmasi tersebut.

Kedua vaksin ini diberikan melalui injeksi intramuskular.

Injeksi intramuskular adalah teknik untuk menyuntikkan vaksin ke otot, di bawah lapisan lemak di bawah kulit. Jarum dimasukkan tegak lurus ke lengan atas, dekat bahu.

Di Jepang, injeksi hipodermis antara kulit dan otot digunakan untuk memberikan vaksin, misalnya vaksin influenza. Tubuh dikatakan menyerap vaksin lebih cepat dengan injeksi intramuskular dibandingkan dengan injeksi hipodermis.

Vaksin Pfizer diberikan dalam dua dosis. Suntikan kedua biasanya diberikan tiga pekan setelah suntikan pertama.

Vaksin Moderna juga diberikan dalam dua dosis dengan suntikan kedua biasanya diberikan setelah empat pekan.

Informasi ini akurat hingga tanggal 6 Mei.

Q225: Bepergian selama keadaan darurat

Keadaan darurat telah diberlakukan di Tokyo dan tiga provinsi lainnya. Pemerintah telah meminta warga di wilayah ini untuk menghindari perjalanan yang tidak penting. Namun, tinggal di rumah sepanjang hari juga tidak baik untuk kesehatan fisik dan mental. Para pakar memberikan saran mengenai apa yang dapat dilakukan.

Dalam keterangan pers pada 23 April, kepala panel pakar pemerintah Omi Shigeru mengimbau warga yang tinggal di kawasan yang tengah diberlakukan keadaan darurat untuk menghindari bepergian kecuali benar-benar penting guna mengurangi kontak antar orang sebanyak mungkin.

Namun, ia juga menyarankan sejumlah aktivitas berisiko rendah yang dapat dilakukan di luar ruangan untuk mempertahankan kesehatan fisik dan mental orang-orang. Aktivitas itu termasuk olah raga yang tidak melibatkan banyak orang, seperti joging dan tenis. Berjalan-jalan dan belanja juga bagus, tetapi memastikan kerumunan dan tempat yang harus dihindari.

Profesor di Universitas Daito Bunka yang merupakan pakar penyakit menular, Nakashima Kazutoshi, mengatakan bahwa aktivitas luar ruangan yang berisiko rendah bagus untuk menyegarkan fisik dan mental. Ia mengatakan tidak perlu menghentikan seluruh aktivitas keluar rumah. Ia mendesak mereka yang berada di wilayah dengan status keadaan darurat untuk berjalan-jalan atau joging di lingkungan mereka. Ia juga merekomendasikan berolahraga seperti tenis tetapi jika aktivitas itu tidak melibatkan banyak orang atau berkumpul.

Nakashima juga mengatakan orang-orang sering kali justru menghentikan berkomunikasi ketika menghindari pertemuan dengan orang lain untuk mengurangi risiko terkena infeksi virus korona. Ia memperingatkan bahwa hal ini dapat membahayakan kesehatan mental dan mengimbau agar lebih sering mengontak keluarga yang tinggal jauh, contohnya dengan menggunakan telepon, bahkan jika tidak ada sesuatu yang penting untuk disampaikan kepada mereka.

Informasi ini akurat hingga 30 April.

Q224: Kematian akibat COVID-19 di Jepang lebih dari 10.000 (2)

NHK menjawab pertanyaan dari para pendengar mengenai virus korona. Keadaan darurat ketiga tengah diberlakukan di Tokyo dan tiga provinsi sejak Minggu (25/04/2021), karena situasi infeksi yang serius di negara ini. Jumlah kematian akibat COVID-19 di Jepang melampaui 10.000 pada Senin (26/04/2021). Sekitar 80 persen korban telah meninggal sejak Desember tahun lalu.

Kami bertanya kepada seorang pakar mengenai penyebab lonjakan tersebut.

Takeda Shinhiro merupakan kepala ECMOnet yang mempelajari perawatan pasien virus korona dengan gejala yang serius. Ia mengatakan jumlah orang yang terinfeksi naik begitu pula jumlah kematian. Jumlah orang yang sangat besar terinfeksi dalam gelombang ketiga dibandingkan sebelumnya dan jumlah kematian meningkat secara proposional. Mengingat bahwa ada rentang waktu antara waktu seorang pasien yang terinfeksi mengalami sakit yang serius dan meninggal, kami mengasumsikan bahwa dampak dari gelombang keempat yang saat ini terjadi akan tercermin pada suatu waktu.

Takeda, yang juga merupakan dokter, mengatakan kualitas pelayanan dengan menggunakan ventilator serta mesin jantung dan paru-paru ECMO di Jepang merupakan kelas dunia. Bagaimanapun, dasar pemikirannya adalah bahwa profesional medis dapat mengatasi situasi tersebut. Ia mengatakan bahwa data dari berbagai negara tampak jelas menunjukkan pada tingkat yang gagal menyelamatkan nyawa ketika situasi medis kewalahan. Penyebaran varian virus korona tampaknya berada di belakang peningkatan jumlah orang yang lebih muda berusia 40-an dan 50-an tahun yang mengalami sakit serius. Ada peningkatan kekhawatiran bahwa jumlah kematian akan naik, terutama di kawasan Kansai di Jepang barat yang situasi medisnya tengah kewalahan. Sangat penting untuk mengurangi jumlah orang yang terinfeksi dengan tujuan mempertahankan standar pelayanan medis Jepang.

Informasi ini akurat hingga 28 April.

Q223: Kematian akibat COVID-19 di Jepang lebih dari 10.000 (1)

NHK menjawab pertanyaan dari para pendengar mengenai virus korona. Keadaan darurat yang ketiga tengah diberlakukan di Tokyo dan tiga provinsi lain di Jepang sejak Minggu (25/04/2021). Kebijakan ini diterapkan karena situasi penularan yang serius di negara ini. Jumlah kematian akibat COVID-19 di Jepang melampaui 10.000 pada Senin (26/04/2021). Sekitar 80 persen dari korban meninggal sejak Desember tahun lalu. Pertanyaan kali ini adalah kelompok usia yang mengalami infeksi dan kapan itu terjadi.

Seorang perempuan yang berusia 80-an dari Provinsi Kanagawa meninggal akibat infeksi virus korona pada 13 Februari tahun lalu. Itu merupakan kasus kematian COVID-19 yang pertama di Jepang.

Angka kematian meningkat di atas 100 pada 8 April, melampaui 500 pada 2 Mei, dan lebih dari 1.000 pada 28 Juli. Peningkatan jumlah korban lebih dari 2.000 hingga 24 November.

Puluhan kematian telah dilaporkan sejak hari itu. Jumlah kematian per hari melampaui 100 untuk pertama kalinya pada 19 Januari. Pada 23 Januari, total jumlah orang yang meninggal mencapai 5.000.

Jumlah ketotal kematian yang melampaui 5.000 itu terjadi dalam waktu hampir satu tahun setelah kematian pertama terkonfimrasi. Namun, hanya tiga bulan jumlahnya menjadi dua kali lipat.

Hampir 80 persen dari orang yang meninggal itu atau 7.825 orang, meninggal antara Desember hingga 25 April. Kasus kematian meningkat dengan cepat seiring dengan lonjakan kasus selama infeksi gelombang ketiga.

Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial telah mengumpulkan data dari kelompok umur para korban berdasarkan data yang dirilis oleh pemerintah lokal hingga 19 April. Tidak ada korban di antara orang yang berusia 19 tahun atau lebih muda. Orang-orang yang berusia 20-an tahun tercatat 0,04 persen dari jumlah kematian, sementara pada usia 30-an tahun tercatat 0,17 persen, mereka yang berusia 40-an tahun, mencapai 0,72 persen, pada kelompok usia 50-an tahun jumlahnya 2,30 persen, dan 7,33 persen untuk usia 60-an tahun.

Data menunjukkan orang yang berusia 70-an tahun tercatat 23,29 persen dari korban, mereka yang berusia 80-an tahun mencapai 43,10 persen dan mereka yang berusia 90-an tahun ke atas mencapai 23,07 persen. Ini artinya sekitar duapertiga korban COVID-19 di Jepang merupakan orang yang berusia 80 tahun ke atas.

Informasi ini akurat hingga 27 April.

Q222: Akan seperti apakah dampak keadaan darurat selama dua pekan?

Keadaan darurat yang diberlakukan di provinsi Tokyo, Osaka, Hyogo dan Kyoto pada Minggu (25/04/2021). Pemerintah telah memberlakukan keadaan darurat selama tiga kali. Keadaan darurat yang pertama dan kedua diterapkan selama tujuh hingga sepuluh pekan, tetapi pada saat ini diterapkan hanya selama dua pekan hingga 11 Mei.

Kami bertanya kepada pakar mengenai durasi yang singkat ini yaitu Omi Shigeru yang merupakan kepala panel pakar pemerintah mengenai virus korona. Ia mengatakan dalam sebuah programa NHK bahwa signifikansi dari keadaan darurat adalah untuk mengurangi tekanan yang berlebihan terhadap sistem kesehatan. Ia mengatakan asosiasi medis dan kota-kota di Osaka melakukan yang terbaik, tetapi usaha keras daerah itu membutuhkan dukungan dari seluruh negara.

Omi mengatakan upaya yang ditengah dilakukan untuk meningkatkan jumlah tempat tidur rumah sakit, tetapi ada batasnya, jadi jumlah kasus harus dibendung.

Presiden Asosiasi Kedokteran Jepang Nakagawa Toshio mengatakan sebagai sebuah aturan umum, keadaan darurat harus dideklarasikan secepat mungkin, dan dicabut secara perlahan dan hati-hati.

Menteri Revitalisasi Ekonomi Nishimura Yasutoshi bertanggung jawab untuk respons virus korona. Ia mengindikasikan kepada wartawan pada Minggu (25/04/2021) bahwa ia berencana untuk menilai situasi penularan beberapa hari sebelum 11 Mei, ketika keadaan darurat dijadwalkan berakhir. Ia mengatakan panel pakar pemerintah menekankan bahwa jika seluruh langkah-langkah ini dilakukan dilakukan dengan cermat, hasilnya akan mengikuti.

Nishimura mengatakan untuk membendung infeksi dari varian yang mudah menular, pergerakan orang harus dibatasi lebih jauh dibandingkan ketika keadaan darurat diberlakukan pada musim semi tahun lalu. Ia mengulangi permintaannya agar orang-orang menghindari melakukan perjalanan yang tidak esensial.

Informasi ini akurat hingga tanggal 26 April.

Q221: Keadaan darurat yang pertama dan kedua di Tokyo

Kali ini akan mengulas tentang pembatasan yang diberlakukan dalam keadaan darurat yang pertama dan kedua di Tokyo.

Keadaan darurat pertama diterapkan di Tokyo pada April-Mei tahun lalu. Beragam fasilitas yang dapat menarik kerumunan diminta untuk tutup selama periode tersebut. Fasilitas itu termasuk tempat karaoke, lokasi pertunjukan musik, gedung olah raga, taman hiburan dan sinema.

Fasilitas komersial skala besar, seperti toko serba ada, dan pusat perbelanjaan diminta tutup kecuali bagian yang menjual barang-barang kebutuhan penting. Sekolah juga diminta tutup dan penyelenggara acara diminta untuk membatalkan atau menunda kegiatannya.

Tempat yang menyajikan makanan dan minuman diminta untuk bekerja sama dengan membatasi jam operasinya hingga pukul 8 malam dan menghentikan penyajian minuman beralkohol pada pukul 7 malam.

Keadaan darurat kedua, yang diberlakukan pada Januari-Maret, tidak mencakup permintaan penutupan usaha. Namun, tempat-tempat seperti restoran, bar, dan karaoke diminta untuk tutup selambatnya pukul 8 malam serta menghentikan penyajian minuman beralkohol pukul 7 malam. Acara-acara tetap bisa digelar tetapi penyelenggara diminta untuk membatasi jumlah peserta hingga separuh kapasitas tempat tersebut, atau hingga 5.000 atau lebih rendah. Fasilitas hiburan diminta untuk tutup pada pukul 8 malam.

Di luar permintaan bagi pemilik usaha ini, otoritas sangat mengimbau para penduduk Tokyo untuk tetap berada di rumah selama keadaan darurat pertama. Pada keadaan darurat kedua, warga diminta untuk menghindari perjalanan yang tidak esensial, terutama setelah pukul 8 malam. Dalam kedua kasus itu, para warga pada dasarnya diimbau untuk tetap berada di rumah sebanyak mungkin kecuali untuk keperluan yang esensial seperti pergi ke rumah sakit dan belanja makanan.

Informasi ini akurat hingga 23 April.

Q220: Informasi tentang vaksinasi (49)

Dalam bagian ke-49 serial informasi tentang vaksinasi akan membahas bagian terakhir dari serial tiga bagian mengenai pengembangan dan uji klinis vaksin. Pada episode ini kami melanjutkan topik uji klinis yang dilaksanakan di Jepang.

Selain dari perusahaan dalam negeri, perusahaan-perusahaan farmasi asing yang mengembangkan vaksin juga melakukan uji klinis di Jepang.

Dari tiga perusahaan Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang telah menandatangani persetujuan dengan pemerintah Jepang untuk memasok vaksin, Pfizer dari AS menyediakan data dari hasil uji klinis yang dilakukannya di luar negeri serta juga uji klinis skala kecil yang dilaksanakan di Jepang. Perusahaan itu diberikan izin pada bulan Februari tahun ini bagi vaksin mRNA miliknya yang kini sudah digunakan.

Perusahaan farmasi unggulan Inggris, AstraZeneca, pada Februari tahun ini menyerahkan vaksin vektor virus untuk mendapatkan persetujuan. Vaksin ini akan mulai digunakan di Jepang setelah data diperiksa dan izin diberikan.

Perusahaan Takeda Pharmaceutical dari Jepang telah melakukan uji klinis domestik atas vaksin mRNA milik perusahaan Moderna dari AS. Aplikasi untuk mendapatkan izin telah diajukan pada bulan Maret.

Selain itu, Takeda Pharmaceutical juga melaksanakan uji klinis domestik bagi vaksin protein rekombinan milik perusahaan bioteknologi Novavax dari AS.

Sejumlah uji klinis juga sedang dilaksanakan di Jepang bagi vaksin vektor virus dari perusahaan AS, Johnson & Johnson.

Informasi ini akurat hingga 22 April.

Q219: Informasi tentang vaksinasi (48)

Dalam bagian ke-48 serial informasi tentang vaksinasi akan membahas bagian kedua dari serial tiga bagian mengenai pengembangan dan uji klinis vaksin. Topik episode ini adalah uji klinis yang dilaksanakan di Jepang.

AnGes, sebuah perusahaan bio ventura di Provinsi Osaka sedang menjalankan uji klinis pada sekitar 500 orang menggunakan vaksin DNA yang dikembangkannya, yang merupakan tipe vaksin gen. DNA yang disintesis diinjeksikan untuk membantu menciptakan antibodi di dalam tubuh untuk menyerang virus korona.

Shionogi, perusahaan farmasi yang berbasis di Osaka, tengah melaksanakan uji klinis dari apa yang disebut vaksin protein rekombinan pada 214 orang.

Pada akhir Maret, perusahaan farmasi Daiichi Sankyo memulai uji klinis vaksin mRNA yang dikembangkannya pada 152 orang. KM Biologics, produsen vaksin yang berbasis di Provinsi Kumamoto juga telah mulai menguji vaksin yang dinonaktifkannya pada 210 orang.

Selain itu, perusahaan bio ventura ID Pharma sedang mengembangkan vaksin vektor virus dan menargetkan untuk uji klinis.

Namun, pasien COVID-19 di Jepang jumlahnya kecil dibandingkan dengan negara-negara Barat sehingga kemungkinan partisipan uji klinis tersebut terinfeksi adalah cukup rendah. Para pakar menyebutkan bahwa sulit untuk mengonfirmasi efikasi vaksin-vaksin tersebut.

Badan Farmasi dan Peralatan Medis atau PMDA, yang memeriksa produk-produk farmasi di Jepang mengatakan salah satu opsinya adalah agar produsen vaksin untuk melaksanakan uji skala besar di luar negeri, setelah merampungkan uji pendahuluan pada sekelompok kecil orang di Jepang.

Informasi ini akurat hingga 21 April.

Q218: Informasi tentang vaksinasi (47)

Dalam bagian ke-47 serial informasi tentang vaksinasi akan membahas bagian pertama dari serial tiga bagian mengenai pengembangan dan uji klinis vaksin. Pertanyaan pertama adalah, berapa banyak dan jenis vaksin apa untuk melawan COVID-19 yang kini tengah dikembangkan di seluruh dunia?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, hingga 9 April, terdapat 87 uji klinis yang tengah berlangsung untuk vaksin COVID-19 di seluruh dunia. Sementara 186 proyek pengembangan lainnya sedang dalam tahap pra-uji.

Dari 87 uji yang tengah berlangsung 28 menggunakan vaksin protein rekombinan. Dalam vaksin jenis ini, para peneliti secara artifisial memproduksi bagian-bagian protein virus korona melalui rekombinasi genetika, kemudian memberikannya kepada manusia untuk menginduksi penciptaan antibodi.

Terdapat 19 uji yang melibatkan vaksin vektor virus, yang diproduksi dengan memasukkan satu bagian gen virus korona ke dalam virus lain yang tidak berbahaya dengan teknologi rekayasa genetika. Dalam 12 uji lainnya, dilakukan pemberian vaksin yang dinonaktifkan yang menggunakan virus korona yang telah diolah dan didetoksifikasi.

Uji lainnya melibatkan penginjeksian vaksin yang menggunakan gen virus korona yang disintesis secara artifisial. Ada 12 uji yang menggunakan vaksin RNA dan 10 uji menggunakan vaksin DNA.

Informasi ini akurat hingga 20 April.

Q217: Informasi tentang vaksinasi (46)

Dalam bagian ke-46 serial informasi tentang vaksinasi, akan membahas bagian terakhir dari tiga bagian dari tema “poin yang harus diperhatikan saat menerima vaksinasi.”

Kutsuna Satoshi dari Pusat Nasional untuk Kesehatan Dan Pengobatan Global di Jepang merupakan seorang spesialis di bidang perawatan penyakit menular. Ia memantau para pasien virus korona baru.

Ia mengatakan sejumlah efek samping seperti merasa lelah berlebihan bisa terjadi setelah disuntik vaksin. Ia merekomendasikan kita untuk melonggarkan jadwal sehari setelah divaksin untuk berjaga-jaga.

Kutsuna menambahkan bahwa kita boleh mandi di hari vaksinasi, dan lebih baik tidak mengonsumsi minuman beralkohol atau melakukan aktivitas yang menguras tenaga pada hari itu.

Vaksin virus korona diyakini lebih sering menimbulkan efek samping dibandingkan dengan jenis vaksin lainnya seperti vaksin influenza. Namun, vaksin virus korona akan mencegah kita mengalami gejala atau sakit parah jika terpapar.

Selain itu, beberapa kajian mengindikasikan bahwa vaksin ini mungkin juga efektif dalam melindungi kita dari penularan virus.

Kutsuna menekankan bahwa vaksin ini berguna dengan mengatakan bahwa vaksin ini juga diharapkan bisa melindungi orang-orang dengan penyakit bawaan dari virus yang dibawa oleh anggota keluarga.

Ia mengatakan bahwa manfaatnya lebih besar ketimbang risikonya. Ia mengimbau kita untuk mendapatkan vaksin bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga untuk orang-orang di sekeliling kita.

Informasi ini akurat hingga 19 April.

Q216: Informasi tentang vaksinasi (45)

Dalam bagian ke-45 serial informasi tentang vaksinasi akan membahas bagian kedua dari tiga bagian dari tema “poin yang harus diperhatikan saat menerima vaksinasi.”

Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan orang-orang yang yang menerima vaksin harus membawa kupon yang dikeluarkan oleh kantor pemerintah kota serta melampirkan dokumen identifikasi seperti surat izin mengemudi atau kartu asuransi kesehatan.

Kementerian juga meminta orang-orang untuk mengenakan pakaian yang bisa dengan mudah menyingkap bagian lengan atas yang menjadi titik suntikan.

Orang-orang diminta untuk tetap berada di lokasi vaksinasi selama lebih dari 15 menit. Mereka yang pada masa lalu pernah mengalami reaksi alergi parah, syok anafilaksis, atau pingsan, diminta untuk tetap berada di lokasi selama 30 menit lebih. Mereka harus segera menghubungi dokter jika mengalami sesuatu yang tidak biasa.

Kementerian Kesehatan juga mengimbau orang-orang untuk terus menerapkan langkah pencegahan dasar setelah divaksin, seperti tetap memakai masker, mencuci tangan dengan bersih, dan menghindari ruang tertutup, tempat ramai, dan saling berdekatan.

Informasi ini akurat hingga 16 April.

Q215: Informasi tentang vaksinasi (44)

Dalam bagian ke-44 serial informasi tentang vaksinasi akan membahas bagian pertama dari tiga bagian dari tema “poin yang harus diperhatikan saat menerima vaksinasi.”

Vaksinasi COVID-19 bagi lansia telah dimulai di Jepang. Namun, ada beberapa orang yang tidak bisa divaksin karena harus menjalani perawatan medis tertentu. Ada juga sejumlah tahap yang harus diikuti sebelum dan sesudah divaksin.

Kementerian Kesehatan Jepang menyusun daftar orang-orang yang harus berhati-hati saat menerima vaksin. Mereka adalah orang-orang yang memiliki gangguan pendarahan, tengah mengonsumsi obat pengencer darah, sedang menjalani perawatan sakit jantung, darah, ginjal, hati, atau penyakit terkait kekebalan tubuh. Orang yang pernah mengalami kejang atau memiliki alergi makanan dan obat-obatan juga harus berhati-hati saat akan divaksin.

Selain itu, Kementerian Kesehatan juga menyebutkan orang-orang yang tidak boleh divaksin. Mereka adalah orang-orang dengan suhu tubuh 37,5 derajat Celsius atau yang tengah mengalami demam tinggi. Orang-orang yang menjalani perawatan penyakit akut atau mereka yang pada masa lalu pernah mengalami intoleransi dengan zat yang disebut polietilena glikol tidak boleh divaksin.

Informasi ini akurat hingga 15 April.

Q214: Informasi tentang vaksinasi (43)

Vaksinasi COVID-19 untuk lansia dimulai di Jepang pada Senin (12/04/2021). Dalam bagian ke-43 serial informasi tentang vaksinasi, pertanyaan kali ini adalah mengenai kemungkinan efek samping vaksinasi di kalangan lansia.

Sebuah studi terbaru yang dilakukan peneliti Jepang menemukan bahwa lansia tampaknya sedikit akan mengalami demam dan efek samping lain dibandingkan dengan orang dari kelompok usia lainnya.

Sebuah tim peneliti di bawah Kementerian Kesehatan melakukan survei lanjutan terhadap 19.000 pekerja medis yang telah divaksinasi dengan vaksin Pfizer sejak Februari.

Survei itu menunjukkan bahwa setelah menerima dosis pertama dari vaksin, 25,2 persen orang yang berusia 20-an tahun dan 12,4 persen dari mereka yang berusia 65 tahun ke atas mengalami kelelahan. Sejauh ini untuk efek samping, 23,3 persen dari orang yang berusia 20-an tahun mengalami sakit kepala, sementara di kalangan lansia 11,9 persen. Sebanyak 5,7 persen di usia muda mengamali demam, sementara kalangan lansia jumlahnya 0,2 persen.

Di antara 16.000 orang yang menerima dua dosis vaksin,
76,8 persen di kalangan usia 20-an tahun mengalami kelelahan, sementara usia 65 tahun ke atas jumlahnya 38 persen. Sebanyak 51 persen dari mereka yang berusia 20-an tahun mengalami demam, sementara pada lansia jumlahnya 9,4 persen. Mereka yang berusia 20-an tahun, sebanyak 62,7 persen mengalami sakit kepala sebagai efek samping, sementara di kalangan lansia jumlahnya 20,5 persen. Survei juga menemukan bahwa perempuan lebih cenderung mengalami efek samping dibandingkan laki-laki.

Profesor Ito Suminobu dari Universitas Kedokteran Juntendo, memimpin tim peneliti. Ito mengatakan meski mereka belum memastikan mengapa efek samping lebih sedikit di kalangan lansia, ia menduga tingkat kekebalan memainkan peran. Ia mengatakan orang yang divaksin mengalami efek samping dengan frekuensi terlepas dari usia mereka. Ia menyarankan orang-orang untuk tetap tenang dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan.

Informasi ini akurat hingga 14 April.

Q213: Informasi tentang vaksinasi (42)

Dalam bagian ke-42 serial informasi tentang vaksinasi, akan dibahas bagian ketiga dari serial tiga bagian mengenai waktu yang dibutuhkan vaksin virus korona untuk bekerja efektif setelah disuntikkan.

Profesor Nakayama Tetsuo, seorang ahli virus di Universitas Kitasato, mengatakan bahwa vaksin mRNA, seperti yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech, mengarahkan sel untuk membuat protein. Hal itu membutuhkan waktu bagi sebuah respons kekebalan untuk terpicu di dalam tubuh dengan protein tersebut.

Profesor Nakayama mengatakan diyakini membutuhkan waktu 10 hingga 14 hari mulai dari dosis pertama bagi sistem kekebalan untuk mulai berfungsi. Hingga hal itu terjadi, tidak ada respons kekebalan, jadi pada sebenarnya tidak ada perlindungan terhadap infeksi. pengaruh vaksin terjadi secara bertahap. Menetralisasi antibodi berkembang sekitar satu pekan dari dosis kedua untuk menyediakan kekebalan yang kuat terhadap infeksi dan menekan gejala yang parah.

Meski begitu, Profesor Nakayama mengatakan bahwa menerima dua suntikan dari vaksin tersebut tidak 100 persen mencegah infeksi. Ia memperingatkan terhadap untuk tidak sering melakukan perjalanan dan mendesak orang-orang untuk terus melakukan langkah-langkah antipenularan bahkan setelah mendapatkan vaksinasi.

Informasi ini akurat hingga 13 April.

Q212: Informasi tentang vaksinasi (41)

Dalam bagian ke-41 serial informasi tentang vaksinasi, akan dibahas bagian kedua dari serial tiga bagian mengenai waktu yang dibutuhkan vaksin virus korona untuk bekerja efektif setelah disuntikkan.

Tidak hanya terbatas pada jenis yang dikembangkan untuk COVID-19, vaksin efektif merangsang reaksi imunitas seseorang. Namun, dibutuhkan rentang waktu tertentu bagi vaksin untuk bekerja efektif setelah disuntikkan.

Perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer, dan mitranya BioNTech dari Jerman merilis hasil uji klinis yang dilakukan tahun 2020 atas vaksin COVID-19 yang dikembangkan. Kedua perusahaan ini melakukan uji klinis atas dua kelompok. Satu kelompok diberi suntikan plasebo dan satunya lagi diberi suntikan vaksin. Uji klinis tersebut menganalisis perbedaan penularan yang terjadi antara kedua kelompok itu.

Ditemukan bahwa setelah menerima suntikan pertama, jumlah penularan baru berada pada angka yang sama untuk sementara waktu pada kedua kelompok. Namun, sekitar 12 hari setelah suntikan pertama, ditemukan bahwa jumlah kasus baru terus naik pada kelompok yang menerima plasebo, sementara jumlah penularan baru pada kelompok yang menerima vaksin cenderung moderat dan tidak berubah.

Uji klinis tersebut menunjukkan bahwa vaksin Pfizer memiliki tingkat efikasi 52,4 persen selama rentang waktu antara suntikan pertama dengan suntikan kedua. Tingkat efikasi naik menjadi 94,8 persen dalam waktu tujuh hari setelah menerima suntikan kedua.

Informasi ini tertanggal 12 April.

Q211: Informasi tentang vaksinasi (40)

Dalam bagian ke-40 serial informasi tentang vaksinasi akan dibahas bagian pertama dari tiga serial mengenai waktu yang dibutuhkan vaksin virus korona untuk bekerja efektif setelah disuntikkan.

Sebuah tim riset Kementerian Kesehatan Jepang menerima laporan dari institusi medis yang menyampaikan bahwa seorang tenaga kesehatan wanita berusia 20-an tahun tertular virus korona setelah menerima vaksin Pfizer pada akhir Februari 2021. Laporan tersebut diperoleh dalam waktu enam hari setelah ia mendapat suntikan pertama.

Para pejabat menyatakan bahwa wanita itu kemungkinan besar tertular setelah menerima vaksinasi. Ia kemudian telah diperbolehkan keluar dari rumah sakit setelah pemulihan.

Kelompok riset tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada peningkatan antibodi secara langsung setelah vaksinasi. Tim itu meyakini dibutuhkan waktu sekitar 14 hari untuk mencapai tingkat imunitas tertentu sejak suntikan pertama. Orang-orang diimbau agar terus melakukan langkah-langkah pencegahan penularan meskipun telah menerima vaksinasi.

Bulan Maret lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengindikasikan bahwa orang-orang yang telah divaksinasi masih memiliki risiko rendah tertular virus korona dan tetap perlu mengenakan masker di tempat-tempat publik.

Informasi ini tertanggal 9 April.

Q210: Informasi tentang vaksinasi (39)

Dalam bagian ke-39 serial informasi tentang vaksinasi, pertanyaannya adalah “Apakah orang-orang yang memiliki alergi serbuk sari atau alergi makanan bisa menerima vaksinasi?”

Kementerian Kesehatan Jepang telah mengeluarkan panduan pemeriksaan pravaksinasi kepada pemerintah-pemerintah daerah. Dikatakan bahwa orang-orang yang memiliki alergi rinitis, seperti alergi serbuk sari, dermatitis atopik, asma, dan alergi makanan bisa memperoleh vaksinasi. Namun, panduan dari kementerian itu menyarankan agar orang-orang yang biasanya mengalami reaksi tak lama setelah terpapar alergen dipantau selama 30 menit setelah menerima suntikan.

Panduan itu juga meminta agar para dokter memastikan apakah seseorang memiliki riwayat reaksi alergi yang parah terhadap obat-obatan dan makanan. Mereka yang pernah mengalami reaksi parah terhadap bahan-bahan yang terkandung di dalam vaksin sebaiknya tidak menerima suntikan.

Khususnya, perlu diperhatikan bahwa sebagian orang mungkin tidak menyadari bahwa dirinya memiliki alergi terhadap polyethylene glycol yang terkandung dalam vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer. Polyethylene glycol digunakan dalam berbagai produk, seperti obat-obatan, detergen, dan kosmetik. Para dokter diimbau untuk memeriksa dengan cermat apakah seseorang mungkin memiliki alergi terhadap zat tersebut.

Kementerian telah memberi tahu pemerintah-pemerintah daerah bahwa orang-orang yang mengalami reaksi anafilaksis setelah menerima suntikan pertama vaksinasi sebaiknya tidak diberikan suntikan kedua.

Informasi ini tertanggal 8 April.

Q209: Informasi tentang vaksinasi (38)

Dalam bagian ke-38 serial informasi tentang vaksinasi, pertanyaannya adalah, “Bagaimana efikasi vaksin Sinopharm?"

Perusahaan farmasi nasional Cina, Sinopharm, mengembangkan vaksin yang dimatikan. Virus itu dimatikan dalam proses pengembangan vaksin.

Menurut situs web Sinopharm, program vaksin tersebut dilakukan di Cina dan negara lain, serta dalam tahap akhir uji klinis. Vaksin itu telah menunjukkan tingkat efikasi 86 persen di Uni Emirat Arab dan 79,34 persen di Cina.

Informasi ini akurat hingga 7 April.

Q208: Informasi tentang vaksinasi (37)

Dalam bagian ke-37 serial Informasi tentang vaksinasi akan membahas "Bagaimana efikasi vaksin Sputnik V buatan Rusia?"

Pusat Nasional Epidemilogi dan Mikrobiologi Gamaleya mengumumkan hasil uji klinis terhadap vaksin Sputnik V yang diproduksi secara domestik. Pusat itu menyebutkan bahwa di antara 19.866 orang yang berpartisipasi, sebanyak 16 orang dari 14.964 yang menerima vaksin mengalami gejala COVID-19. Sementara dari 4.902 yang mendapatkan plasebo, 62 orang mengalami gejala COVID-19. Pusat itu mengatakan vaksin tersebut memiliki tingkat efikasi 91,6 persen.

Pusat itu mengatakan 20 orang yang mengalami gejala serius seluruhnya menerima plasebo. Pusat itu menyebutkan vaksin tersebut 100 persen efektif untuk mencegah gejala serius dalam 21 hari pertama setelah vaksinasi. Program vaksin Sputnik V telah dilakukan di Rusia dan negara lain.

Informasi ini akurat hingga 6 April.

Q207: Informasi tentang vaksinasi (36)

Dalam bagian ke-36 serial tentang vaksinasi akan membahas mengenai “Bagaimana efikasi vaksin Novavax?”

Perusahan bioteknologi Amerika Serikat (AS) mengumumkan hasil uji klinis yang dilakukan di Inggris. Disebutkan diantara lebih dari 15.000 orang yang berpartisipasi, enam orang yang menerima vaksin itu dan 56 orang yang menerima plasebo terkonfirmasi mengalami gejala COVID-19. Perusahaan itu mengatakan vaksin tersebut memiliki tingkat efikasi 89,3 persen.

Informasi ini akurat hingga 5 April.

Q206: Skema pencegahan virus korona yang baru di sejumlah kota di Jepang

Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk menerapkan skema pencegahan virus korona yang baru bagi provinsi Osaka, Hyogo, dan Miyagi mulai 5 April. Pertanyaan kali ini adalah, "Langkah-langkah seperti apa yang akan diterapkan dalam skema tersebut dan bagaimana perbedaannya ketika keadaan darurat dideklarasikan?"

Skema baru ini berdasarkan pada sebuah revisi UU khusus langkah-langkah pencegahan virus yang berlaku pada 13 Februari 2021. UU itu mengizinkan langkah-langkah intensif pencegahan virus untuk diterapkan bahkan ketika keadaan darurat tidak diberlakukan. Sebuah keadaan darurat menargetkan seluruh provinsi. Skema yang baru mengizinkan para gubernur provinsi yang ditunjuk oleh pemerintah pusat untuk menargetkan kota secara spesifik.

Dalam skema baru tersebut, sama seperti dalam keadaan darurat, gubernur dapat meminta para pemilik bisnis untuk memperpendek jam bukanya dan jika mereka tidak mematuhinya, pemerintah dapat memerintahkan mereka untuk menerapkannya. Otoritas dapat mengungkapkan nama-nama perusahaan tersebut.

Pemerintah juga dapat melakukan pemeriksaan di lokasi ketika dibutuhkan. Bagaimanapun, dalam skema baru itu, otoritas tidak dapat meminta untuk penutupan bisnis sementara, yang mungkin dilakukan dalam keadaan darurat.

Para pemilik bisnis yang menolak untuk mematuhi perintah atau menolak pemeriksaan di tempat tanpa alasan yang dibenarkan, akan dapat menghadapi denda hingga 200.000 yen, atau sekitar 1.800 dolar, dalam skema baru tersebut. Dalam keadaan darurat, para pelanggar dapat dikenakan denda hingga 300.000 yen, atau sekitar 2.700 dolar.

Informasi ini akurat hingga 2 April.

Q205: Informasi tentang vaksinasi (35)

Ini merupakan bagian ke-35 dari serial informasi mengenai vaksinasi, pertanyaannya adalah “Bagaimana efikasi vaksin Johnson & Johnson?”

Perusahaan farmasi AS mengatakan dalam sebuah laporan sementara mengenai uji klinis yang melibatkan 43.783 orang bahwa 468 diantara orang yang hasil tesnya mengalami gejala COVID-19.

Johnson & Johnson merupakan vaksin dosis tunggal. Perusahaan itu mengatakan vaksin tersebut 66 persen efektif dalam mencegah gejala moderat hingga serius 28 hari setelah vaksinasi. Perusahaan itu juga mengatakan vaksin itu memiliki tingkat efikasi 85 persen dalam mencegah gejala yang serius.

Informasi ini akurat hingga 1 April.

Q204: Informasi tentang vaksinasi (34)

Ini merupakan bagian ke-34 dari serial mengenai informasi tentang vaksinasi. Pertanyaan kali ini adalah “Bagaimana efikasi vaksin AstraZeneca?”.

Perusahaan farmasi Inggris mengatakan vaksinnya 76 persen efektif dalam mencegah gejala COVID-19. AstraZeneca mengumumkan bahwa pada 25 Maret telah memastikan gejala pada 190 dari 32.449 orang yang ikut serta dalam fase akhir uji klinis di AS, Cile, dan Peru serta membandingkan data dari mereka yang diberikan vaksin dan plasebo.

AstraZeneca menurunkan tingkat efikasi dengan tiga persen poin setelah badan kesehatan AS mendesak perusahaan itu untuk merilis data terbaru. Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular di AS mengatakan analisis sementara AstraZeneca mungkin memasukkan informasi yang belum diperbarui yang “mungkin menyediakan pandangan yang tidak lengkap dari efikasi data.”

AstraZeneca mengatakan ada delapan kasus parah, tetapi mereka terjadi dalam kelompok yang diberikan plasebo, dan karena itu, vaksinnya 100 persen efektif dalam mencegah penyakit yang parah atau kritis.

Informasi ini akurat hingga 31 Maret.

Q203: Informasi tentang vaksinasi (33)

Ini merupakan bagian ke-33 dari serial informasi tentang vaksinasi. Pertanyaan kali ini adalah “Bagaimana efikasi dari vaksin moderna?”

Hasil yang diungkapkan oleh perusahaan bioteknologi AS, Moderna, menunjukkan bahwa 30.420 orang ikut serta dalam fase akhir uji klinis untuk vaksin virus korona produksinya. Disebutkan 15.210 peserta diberikan vaksin dan 11 dari mereka mengalami gejala COVID-19, sementara 15.210 orang diberikan plasebo dan 185 orang diantaranya menunjukkan gejala. Perusahaan itu menyebutkan karena itu efikasi vaksinnya adalah 94,1 persen.

Informasi ini akurat hingga 30 Maret.

Q202: Informasi tentang vaksinasi (32)

Ini merupakan bagian ke-32 dari serial informasi tentang vaksinasi. Dalam pembahasan mengenai vaksin ini, kami mengulas tentang efikasi vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat Pfizer dan mitranya dari Jerman BioNTech.

Sebuah makalah mengenai sejumlah hasil uji klinis vaksin itu menyebutkan 43.448 orang ambil bagian dalam tes tahap terakhir.

Efikasi vaksin tersebut dinilai dengan membandingkan kelompok orang yang menerima vaksin dan kelompok lainnya yang diberikan plasebo atau vaksin palsu.

Pada analisis terhadap 18.198 dari 21.720 orang yang belum terinfeksi COVID-19 sebelumnya dan telah mendapatkan vaksin, delapan orang mengalami gejala virus korona setelah uji klinis tersebut.

Di antara 18.325 dari 21.728 orang yang diberikan plasebo, 162 orang mengalami gejala.

Hal ini berarti vaksin tersebut 95 persen efektif dalam mencegah munculnya gejala COVID-19.

Informasi ini akurat hingga 29 Maret 2021.

Q201: Informasi tentang vaksinasi (31)

Ini merupakan bagian ke-31 dari serial informasi tentang vaksinasi. Kami akan mengulas tentang sejumlah merek vaksin dan efikasinya satu per satu.

Banyak pengembang vaksin virus korona telah mengumumkan hasil uji klinisnya guna menunjukkan seberapa efektif produknya.

Efikasi sebuah vaksin dinilai dengan membandingkan sekelompok orang yang divaksinasi dengan vaksin tersebut dan kelompok lainnya yang diberikan plasebo atau vaksin palsu.

Jika rasio orang yang mengalami gejala virus korona lebih rendah dalam kelompok yang divaksinasi dibandingkan dengan kelompok plasebo, vaksin tersebut dinilai efektif dalam mencegah penyakit ini.

Vaksin tersebut dikembangkan secara bersama oleh raksasa farmasi Amerika Serikat Pfizer dan mitranya dari Jerman BioNTech serta vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan obat AS lainnya, Moderna, sama-sama memiliki tingkat efikasi di atas 90 persen dalam uji klinis yang menargetkan puluhan ribu orang. Kementerian Kesehatan Jepang telah menandatangani kontrak bagi kedua vaksin tersebut.

Apa makna tingkat efikasi di atas 90 persen? Mari berasumsi bahwa 100 orang mengalami sejumlah gejala setelah periode waktu tertentu usai diberikan plasebo, sementara kurang dari 10 orang di antara mereka yang divaksinasi mengalami gejala setelah periode waktu tertentu. Dengan membandingkan kedua jumlah tersebut, vaksin ini ditetapkan telah berkontribusi dalam menghambat meluasnya COVID-19 pada lebih dari 90 persen orang.

Namun, kita harus ingat bahwa mereka yang divaksinasi masih dapat terinfeksi virus korona. Maka dari itu, penting untuk terus melakukan langkah pencegahan, seperti mengenakan masker dan menghindari tempat tertutup, tempat ramai, dan kontak dekat, meski setelah program vaksinasi dilakukan sepenuhnya.

Pada pembahasan berikutnya, kami akan mengulas setiap vaksin utama yang digunakan di dunia untuk melihat seberapa efektif vaksin tersebut.

Informasi ini akurat hingga 26 Maret 2021.

Q200: Informasi tentang vaksinasi (30)

Dalam bagian ke-30 dari serial mengenai vaksinasi, kami melanjutkan melihat karakteristik varian-varian serta efikasi vaksin.

Wada Koji, seorang pakar kesehatan masyarakat dan juga profesor di Universitas Kesehatan dan Kesejahteraan Internasional, menjelaskan situasi terkini penularan varian-varian di Jepang.

Wada mengatakan terdapat banyak hal yang belum kita ketahui mengenai penularan di Jepang. Namun, mengingat situasi di luar negeri, kita harus memandang bahwa sulit untuk membendung penyebaran varian-varian itu dan varian-varian tersebut akan menjadi penyebab utama penularan di Jepang juga.

Ia menyatakan penularan dengan varian-varian itu sebagai sumber utamanya dapat meningkatkan kecepatan penularan dan jumlah kasus.

Menurut Wada, langkah-langkah yang harus diambil oleh perorangan untuk mencegah penularan varian tidaklah berbeda dari pencegahan dari varian awal. Namun, ia juga menyatakan bahwa orang-orang yang bertanggung jawab atas langkah-langkah antipenularan dapat diganti di banyak organisasi pada awal tahun fiskal yang baru, sehingga dalam sejumlah kasus sulit untuk mengambil langkah-langkah yang konsisten dan berlanjut.

Ia mengatakan hal seperti ini terlihat dalam periode yang sama tahun lalu. Ia menyerukan untuk melaksanakan langkah-langkah yang telah diambil sejauh ini dengan cara yang lebih cepat, khususnya di fasilitas perawatan lansia, institusi medis, dan pemerintah kota.

Ditambahkannya, juga penting untuk memperkuat pemantauan penyebaran varian-varian. Ia mengatakan pemerintah harus membuat peraturan guna memungkinkan mendeteksi varian dari sampel-sampel yang diuji oleh lembaga-lembaga swasta.

Informasi ini tertanggal 25 Maret.

Q199: Informasi tentang vaksinasi (29)

Ini adalah bagian ke-29 serial mengenai vaksinasi dan kami kembali melihat karakteristik varian-varian serta efikasi vaksin. Hari ini kami mengangkat jenis-jenis varian yang relatif baru.

Di Jepang, satu orang yang masuk dari Filipina pada 25 Februari dipastikan membawa satu varian yang berbeda dari varian yang umum di Inggris, Afrika Selatan, atau Brasil. Varian ini memiliki mutasi yang disebut N501Y serta mutasi spike yang disebut E484K, yang membantu virus ini menghindari serangan dari antibodi.

Institut Nasional Penyakit Menular Jepang mengatakan varian ini, yang sebelumnya dilaporkan di Filipina, dapat lebih menular dibandingkan varian awal, dan varian ini bisa menjadi ancaman sebesar varian-varian lain yang menyebar di penjuru dunia.

Jepang juga mendeteksi hampir 400 kasus varian lain dengan mutasi E484K hingga 3 Maret. Varian ini tidak memiliki mutasi N501Y, yang berarti kecil kemungkinan lebih menular dibandingkan varian awal. Namun, para peneliti mengatakan sejumlah mutasi varian ini mungkin telah terjadi di Jepang.

Institut Nasional Penyakit Menular menyatakan ini adalah "varian dalam perhatian." Para peneliti tengah mempelajari lebih lanjut varian ini melalui analisis gen dan metode-metode lainnya.

Informasi ini tertanggal 24 Maret.

Q198: Informasi tentang vaksinasi (28)

Dalam bagian ke-28 dari serial mengenai vaksinasi, kami melanjutkan melihat karakteristik varian-varian serta efikasi vaksin. Hari ini, kami membahas varian yang pertama kali terdeteksi di Brasil.

Varian ini pertama kali dilaporkan di Jepang pada 6 Januari tahun ini dari seorang pelaku perjalanan dari Brasil.

Varian ini diyakini pertama kali muncul di Manaus, Brasil utara pada 4 Desember 2020. Hingga Januari, 91 persen kasus yang dilaporkan di Manaus dikatakan tertular varian ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan varian ini "lebih menular dibandingkan varian-varian yang beredar sebelumnya" dan bahwa 32 negara dan kawasan telah melaporkan kasus-kasus hingga 9 Maret. WHO mengatakan efek parah varian ini "berdampak terbatas."

Badan dunia itu mengatakan penularan kembali oleh varian ini telah dilaporkan. Hal ini karena varian ini, serta juga varian yang pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan, memiliki mutasi spike yang disebut E484K, yang dapat menghindari serangan dari antibodi.

WHO mengatakan potensi dampaknya terhadap vaksin tengah diselidiki.

Informasi ini tertanggal 23 Maret.

Q197: Informasi tentang vaksinasi (27)

Dalam bagian ke-27 dari serial vaksinasi membahas tentang pertanyaan ketiga untuk topik keefektifan vaksin terhadap galur mutan. “Apa yang kita ketahui mengenai varian virus korona yang pertama kali dikonfirmasi di Afrika Selatan?”

Varian Afrika Selatan diyakini telah muncul pada awal Agustus 2020. Dalam pengurutan yang dilakukan oleh otoritas kesehatan Afrika Selatan pada pertengahan November, varian itu mencakup mayoritas kasus virus korona. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan varian Afrika Selatan 50 persen lebih mudah menular daripada varian yang beredar sebelumnya serta telah terdeteksi di 58 negara, kawasan, dan area hingga 9 Maret. Namun, WHO mengatakan tidak ada bukti yang mengatakan bahwa varian ini mengakibatkan penyakit yang lebih parah bagi orang yang tertular.

Varian Afrika Selatan membawa mutasi yang disebut E484K, yang memungkinkan virus tersebut menghindar dari serangan antibodi yang dihasilkan tubuh kita dan mengisyaratkan kemungkinan risiko reinfeksi lebih tinggi. Ada pula sejumlah kajian yang menunjukkan bahwa antibodi penetralisir yang dinduksi oleh vaksin adalah kurang efektif terhadap varian Afrika Selatan ini. Para produsen vaksin mengatakan produknya masih cukup efektif melawan varian ini, tetapi pihaknya terus mempelajari efikasinya.

Informasi ini tertanggal 22 Maret.

Q196: Informasi tentang vaksinasi (26)

Dalam bagian ke-26 dari serial mengenai vaksinasi. Pertanyaan yang kami angkat kali ini mengenai keefektifan vaksin terhadap galur mutan, yaitu “Apa yang kita ketahui mengenai varian yang pertama dikonfirmasi di Inggris?”

Varian ini pertama kali dilaporkan di Inggris awal Desember 2020. Namun, analisis virus retroaktif mengungkapkan bahwa ada beberapa pasien yang tertular galur mutan ini lebih awal pada 20 September.

Pusat Pengendalian dan Pengawasan Penyakit Menular Eropa mengatakan sejumlah kajian telah menemukan varian tersebut 36 hingga 75 persen lebih menular dibandingkan varian virus itu sebelumnya.

Inggris mengalami antara 10.000 hingga 20.000 kasus baru tiap hari pada awal Desember. Namun, angka tersebut naik di atas 50.000 pada akhir Desember. Pada Januari, angka itu melampaui 60.000 pada beberapa hari. Para peneliti meyakini lonjakan itu diakibatkan banyaknya penyebaran galur mutan.

WHO mengatakan, hingga 9 Maret varian ini telah dikonfirmasi pada 111 negara dan kawasan di seluruh dunia.

Pemerintah Inggris mencurigai varian tersebut bisa jadi lebih bertanggung jawab atas lonjakan tingkat opname dan risiko kematian dibandingkan virus yang konvensional. Para peneliti tengah melakukan kajian guna memverifikasi teori ini. Kabar baiknya adalah varian ini diyakini tidak memiliki dampak besar terhadap keefektifan vaksinasi.

Informasi ini tertanggal 19 Maret.

Q195: Informasi tentang vaksinasi (25)

Dalam bagian ke-25 serial mengenai vaksinasi, pertanyaannya mengenai keefektifan vaksin terhadap galur mutan, yaitu “Varian apa yang khususnya kita harus waspadai?”

Sejumlah varian baru virus korona telah dikonfirmasi di lebih dari 100 negara dan kawasan di dunia. Pada virus korona baru, mutasi terjadi di sekitar dua area dalam informasi genetikanya setiap bulan. Namun biasanya, perubahan ini tidak berimbas terhadap kemampuan penularan dan pategonisitas, atau kemampuan virus untuk menimbulkan penyakit.

Namun, mutasi dapat membuat sejumlah varian menjadi lebih mudah menular atau kuat terhadap serangan sistem kekebalan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintah di seluruh dunia telah mengakuinya sebagai “varian yang paling mengkhawatirkan” serta meningkatkan pengawasan terhadapnya.

Ada tiga varian yang masuk dalam tingkat waspada tinggi, yaitu varian yang pertama muncul di Inggris, varian yang pertama kali dikonfirmasi di Afrika Selatan, dan varian yang menyebar di Brasil. Ketiganya sama-sama memiliki mutasi yang disebut N501Y. Para peneliti meyakini bahwa mutasi itu mengakibatkan perubahan terhadap proyeksi permukaannya, yang membantunya memasuki sel manusia, sehingga lebih mudah menular ke manusia lainnya.

Informasi ini tertanggal 18 Maret.

Q194: Informasi tentang vaksinasi (24)

Kali ini kami akan menyampaikan bagian ke-24 serial informasi tentang vaksinasi. Pertanyaannya adalah “Kondisi seperti apa yang digambarkan sebagai kekebalan komunitas?”

Ketika lebih dari jumlah orang tertentu dalam sebuah populasi mengembangkan sebuah kekebalan terhadap virus atau kuman, maka ketika seseorang terinfeksi, penyakit tersebut tidak menyebar ke orang lain, itulah sebuah kondisi yang disebut “kekebalan komunitas” telah tercapai.

Harus diingat berapa persen orang yang harus divaksinasi untuk mencapai kekebalan komunitas itu tergantung pada jenis penyakit menularnya.

Para pakar juga mengatakan ada sejumlah kasus vaksin dapat mencegah seseorang mengalami sakit yang serius tetapi tidak efektif dalam membendung penyebarannya. Ini artinya kekebalan komunitas tidak dapat dicapai meski jika banyak orang mendapatkan vaksinasi. Para pakar tersebut mengatakan belum jelas apakah kekebalan komunitas akan dapat dicapai dalam kasus virus korona.

Informasi ini tertanggal 17 Maret 2021.

Q193: Informasi tentang vaksinasi (23)

Kali ini kami akan menyampaikan bagian ke-23 dari serial mengenai “informasi tentang vaksinasi”. Pertanyaan kali ini adalah “Bagaimana melindungi diri dari kecurangan dan penipuan yang memanfaatkan vaksinasi untuk mendapatkan keuntungan?”

Badan Urusan Konsumen mengatakan telah menerima konsultasi dari orang-orang yang mendapatkan telepon meragukan atau surat elektronik yang mencurigakan berkaitan dengan vaksinasi COVID-19. Salah satu contohnya, satu orang menerima telepon dari seseorang yang diasumsikan merupakan petugas dari kantor pemerintah daerah, yang meminta orang itu untuk mentransfer uang sebesar 100.000 yen ke akun bank yang ditentukan secepatnya sebagai syarat mendapatkan vaksinasi. Penelpon itu mengatakan uang itu akan dikembalikan kemudian.

Dalam kasus lain, yang disebutkan oleh Pusat Urusan Konsumen Nasional, satu orang menerima pesan pendek atas nama Menteri Dalam Negeri, yang meminta agar mengakses tautan tertentu untuk mendapatkan vaksinasi.

Pejabat badan tersebut mengatakan bahwa pemerintah daerah tidak akan meminta bayaran atau informasi pribadi melalui panggilan telepon atau surat elektronik berkaitan dengan vaksinasi COVID-19. Sebuah survei yang dilakukan badan tersebut menunjukkan 80 persen orang menjadi korban atau mengalami masalah kecurangan yang berkaitan dengan virus korona mengatakan mereka menduga tidak ada menjadi korban karena mereka berhati-hati terhadap kecurangan atau penipuan.

Pusat Urusan Konsumen Nasional menyediakan layanan konsultasi melalui telepon secara gratis bagi orang yang menerima panggilan telepon meragukan atau surat elektronik yang mungkin mencari keuntungan dari vaksinasi. Konsultasi ini hanya tersedia dalam bahasa Jepang.

Nomor telepon untuk layanan bantuan adalah 0120-797-188. Layanan ini tersedia mulai pukul 10.00-16.00 pada hari kerja dan akhir pekan.

Informasi ini tertanggal 16 Maret.

Q192: Informasi tentang vaksinasi (22)

Pertanyaan di bagian ke-22 serial mengenai vaksinasi adalah “apakah kita bisa terinfeksi dari vaksin virus korona?”

Tidak mungkin bagi kita untuk terinfeksi virus korona dari jenis vaksin yang digunakan di Jepang, yaitu “vaksin gen.” Vaksin yang mengandung galur materi “mRNA” ini berisi informasi genetik dari “spike protein” yang berbentuk runcing di permukaan virus. Materi “mRNA” berperan sebagai cetak biru di dalam sel manusia untuk memproduksi “spike protein.”

Materi “mRNA” ini disebut-sebut sangat aman karena kurang stabil dan langsung larut saat disuntikkan sebagai vaksin, serta tidak bertahan di dalam tubuh. Materi ini juga dinilai aman karena tidak masuk ke dalam inti sel yang mengandung gen manusia.

Vaksin yang menimbulkan penyakit sangat jarang terjadi. Kasus ini pernah terjadi untuk jenis vaksin hidup yang dilemahkan misalnya yang digunakan untuk polio. Vaksin jenis ini menggunakan virus hidup yang dilemahkan.

Seluruh vaksin virus korona yang saat ini digunakan adalah aman dari risiko tersebut karena semuanya bukan vaksin hidup.

Informasi tertanggal 15 Maret.

Q191: Informasi tentang vaksinasi (21)

Pertanyaan di bagian ke-21 dalam serial mengenai vaksinasi adalah “Apakah pemberian vaksin virus korona melalui suntikan intramuskuler atau ke dalam otot tubuh terasa lebih sakit?”

Kebanyakan vaksin virus korona dirancang untuk diberikan melalui suntikan intramuskuler. Para pakar menegaskan bahwa injeksi ini tidak menyebabkan rasa sakit yang berlebihan meski suntikannya masuk ke dalam otot. Dalam injeksi intramuskuler, vaksin disuntik ke dalam otot di bawah lemak subkutan yang ada di bawah kulit. Jarum diinjeksi dengan sudut 90 derajat di bagian lengan atas.

Di Jepang, metode yang lazim dilakukan dalam vaksinasi termasuk untuk vaksin flu biasa adalah injeksi subkutan yang dimasukkan ke dalam lapisan antara kulit dan otot. Namun, suntikan intramuskuler diyakini bisa membuat vaksin menyerap lebih cepat.

Profesor Okada Kenji dari Akademi Perawat Fukuoka yang juga menjabat sebagai Presiden Asosiasi Vaksinologi Jepang mengatakan bahwa di luar Jepang, suntikan intramuskuler biasa digunakan untuk vaksin reguler. Ia mengatakan tidak semua suntikan intramuskuler menyebabkan rasa sakit berlebihan dibandingkan injeksi subkutan, tergantung dari bahan yang terkandung dalam vaksinnya.

Ia juga menegaskan bahwa setiap orang memiliki persepsi sakit yang berbeda-beda. Namun, Profesor Okada juga mengatakan ada sejumlah laporan dari beberapa negara bahwa vaksin virus korona menimbulkan rasa sakit yang intens di titik suntikannya ketimbang suntikan vaksin lainnya.

Ia mengatakan bahwa para tenaga kesehatan harus memberikan penjelasan menyeluruh kepada orang-orang saat bersiap untuk disuntik vaksin. Sedangkan mereka yang menerima suntikan disarankan untuk berupaya mengalihkan perhatiannya dari suntikan dan fokus ke hal lain.

Informasi tertanggal 12 Maret.

Q190: Informasi tentang vaksinasi (20)

Dalam bagian ke-20 dari serial mengenai vaksinasi, kami akan membahas kembali pertanyaan “Apakah kita harus menerima vaksinasi virus korona? Apa yang harus dilakukan?”

Okabe Nobuhiko adalah Direktur Jenderal Institut Kesehatan Masyarakat Kota Kawasaki. Ia juga merupakan anggota panel penasihat untuk respons pemerintah terhadap virus korona. Okabe mengatakan bahwa sejauh ini, tampaknya tidak ada efek samping yang sangat mengkhawatirkan dari vaksin-vaksin tersebut, setidaknya berdasarkan data uji klinis serta informasi dari negara-negara yang tengah menjalankan program vaksinasi.

Ia mengatakan bahwa dibandingkan vaksin influenza dan lainnya, vaksin virus korona mungkin akan lebih menyebabkan rasa sakit saat disuntikkan. Pembengkakan di bagian yang disuntik juga mungkin akan terjadi lebih lama. Namun, Okabe menambahkan bahwa data yang dikumpulkan sejauh ini menunjukkan bahwa dalam sebagian besar kasusnya, gejala-gejala tersebut hilang setelah beberapa waktu.

Meski begitu, Okabe juga mengatakan harus ada sebuah sistem yang diterapkan agar orang-orang dapat berkonsultasi dengan profesional atau mendapatkan layanan medis ketika mereka merasa khawatir.

Okabe mengungkapkan bahwa jika ada yang menanyakan apakah dirinya akan menerima vaksin, ia akan menjawab, “Ya.” Ia mengatakan bahwa jika tertular virus korona, kita bisa saja hanya mengalami gejala ringan, tetapi kita juga bisa menderita sakit parah.

Menurut Okabe, jika kita membandingkan risiko sakit parah akibat virus korona dengan risiko mengalami efek samping serius dari vaksin, ia meyakini bahwa keuntungan vaksin untuk mencegah munculnya gejala lebih besar daripada risiko efek sampingnya.

Namun, Okabe mengatakan bahwa sejumlah orang tidak dapat menerima suntikan vaksin akibat kondisi kesehatannya, sementara sejumlah lainnya menolak untuk divaksin dengan alasan apa pun. Ia mengungkapkan bahwa keputusan tiap individu harus dihormati.

Informasi ini tertanggal 8 Maret.

Q189: Informasi tentang vaksinasi (19)

Pertanyaan dalam bagian ke-19 dari serial mengenai vaksinasi ini adalah “Apakah kita harus menerima vaksinasi virus korona? Apa yang harus dilakukan?”

Ada banyak informasi yang beredar mengenai vaksinasi virus korona. Hal ini menyebabkan orang-orang bertanya-tanya apakah mereka harus mendapat vaksinasi. Profesor Ishii Ken dari Institut Ilmu Kedokteran, Universitas Tokyo, adalah peneliti terkemuka mengenai vaksin dengan pengalaman kerja bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat saat mengkaji uji klinis vaksin. Berikut pendapatnya mengenai vaksin yang rencananya akan digunakan di Jepang.

Ia mengatakan bahwa efikasi dan keamanan semua vaksin tersebut didukung oleh data yang transparan. Ia menyebutkan tampaknya tidak ada masalah dengan vaksin-vaksin tersebut.

Profesor Ishii mengungkapkan bahwa sebelumnya ia memiliki kekhawatiran atas perkembangan cepat vaksin. Namun, setelah melihat jumlah orang yang ikut serta dalam uji klinis, serta keakurasiannya, ia menyimpulkan bahwa tidak ada masalah sama sekali.

Profesor Ishii menyatakan tidak bisa sepenuhnya mengabaikan kemungkinan efek samping jangka panjang dari vaksin-vaksin tersebut, dan masih belum jelas apakah dampak negatif akan muncul dalam beberapa tahun setelah vaksinasi. Meskipun demikian, ia mengatakan bahwa selain risiko kemungkinan semacam itu, yang mungkin akan muncul dalam beberapa tahun, semuanya diketahui secara terbuka. Menurutnya, keuntungan mendapat vaksinasi lebih besar daripada risiko tertular virus dan mengalami gejala parah.

Profesor Ishii mengatakan bahwa dengan tersedianya vaksin saat ini, orang-orang serta masyarakat menghadapi pertanyaan apakah harus mendapat suntikan. Ia mengungkapkan bahwa dari sudut pandang ilmiah, orang yang yang masuk dalam kelompok berisiko tinggi, khususnya yang berusia 65 tahun atau lebih, harus divaksinasi. Ia juga merekomendasikan agar para anggota keluarga dari lansia atau orang-orang dengan kondisi kesehatan khusus menerima vaksinasi untuk melindungi keluarga mereka.

Menurut Profesor Ishii, risiko penularan akan terus ada jika orang-orang memilih untuk tidak disuntik vaksin. Ia mengatakan bahwa keputusan untuk memperoleh vaksin ada di tangan tiap orang. Namun, ia menyebutkan bahwa keputusan itu harus diambil dengan mempertimbangkan anggota keluarga dan orang-orang di sekitar kita.

Informasi ini tertanggal 5 Maret.

Q188: Informasi tentang vaksinasi (18)

Pertanyaan dalam bagian ke-18 dari serial mengenai vaksinasi, adalah “Apakah kita tetap perlu mengenakan masker, menghindari tempat tertutup dan ramai, atau melakukan langkah-langkah pencegahan lainnya terhadap virus korona, bahkan setelah divaksinasi?”

Para pakar mengungkapkan bahwa orang-orang harus tetap melakukan langkah-langkah pencegahan semacam itu untuk sementara hingga efikasi vaksinasi telah dipastikan di komunitas mereka.

Vaksin yang tengah digunakan di Jepang telah dikonfirmasi 95 persen efektif menekan gejala dalam uji klinis. Namun, hal ini bukan berarti vaksinasi bisa mencegah munculnya gejala sama sekali.

Selain itu, masih belum diketahui apakah vaksin bisa mencegah orang tertular virus korona. Anda tetap bisa tertular virus korona, meskipun tidak menunjukkan gejala setelah mendapat vaksinasi. Itulah mengapa Anda masih berisiko menyebarkan virus ke sekeliling jika tidak mengambil langkah-langkah pencegahan penularan.

Vaksinasi dimulai di seluruh dunia belum lama ini. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular (CDC) AS menyatakan bahwa dibutuhkan data lebih banyak untuk memastikan apakah efek vaksin bisa bertahan untuk waktu yang lama.

CDC dan para pakar lainnya mengungkapkan bahwa setelah divaksinasi, orang-orang harus terus mengenakan masker, menggunakan disinfektan, menghindari tempat-tempat tertutup dan ramai, serta melakukan langkah-langkah pencegahan penularan lainnya untuk saat ini.

Informasi ini tertanggal 4 Maret.

Q187: Informasi tentang vaksinasi (17)

Kali ini kami menghadirkan pembahasan ke-17 mengenai vaksinasi. Pertanyaan kali ini adalah apakah boleh meminum antipiretik atau obat pereda nyeri jika mengalami demam atau merasakan sakit setelah divaksinasi.

Diketahui bahwa sejumlah orang mengalami demam atau merasakan sakit setelah menerima vaksin virus korona. Pada banyak kasus, hal ini terjadi dalam satu atau dua hari setelah divaksinasi. Gejala-gejala ini biasanya bertahan hanya beberapa hari. Situs Kementerian Kesehatan Jepang menyebutkan bahwa orang-orang yang mengalami gejala ini “harus meminum antipiretik atau obat pereda nyeri yang tepat serta mengamati kemajuan kondisi tubuh selama beberapa hari.”

Meski demikian, sejumlah langkah harus dilakukan seperti mengunjungi institusi medis atau berkonsultasi dengan dokter jika terjadi demam lebih dari dua hari. Salah satu langkah tersebut juga harus dilakukan ketika terjadi kondisi serius atau gejala lain yang belum pernah dilaporkan.

Nakayama Tetsuo, profesor yang ditunjuk khusus di Universitas Kitasato yang adalah pakar vaksin, mengatakan bahwa gejala-gejala seperti demam dan sakit terjadi saat fungsi imun aktif. Menurutnya, meminum antipiretik atau pereda nyeri tidak akan berdampak terhadap imunitas.

Nakayama berpendapat bahwa jika seseorang mengalami demam tinggi atau di atas 38,5 derajat atau mengalami rasa sakit yang parah, mungkin lebih baik meminum antipiretik atau obat lainnya guna meredakan penderitaan tersebut.

Namun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC) mengimbau agar berhati-hati dalam meminum antipiretik atau pengobatan guna melawan rasa sakit sebelum vaksinasi. Dikatakan langkah tersebut “tidak direkomendasikan” karena masih belum jelas efeknya terhadap vaksinasi itu sendiri.

Informasi ini tertanggal 3 Maret 2021.

Q186: Informasi tentang vaksinasi (16)

Kali ini kami menghadirkan pembahasan ke-16 mengenai vaksinasi. Pertanyaannya adalah, “Apakah wanita hamil sebaiknya divaksinasi?”

Asosiasi Jepang bagi Penyakit Menular dalam Obstetri dan Ginekologi dan Asosiasi Jepang bagi Obstetri dan Ginekologi mengeluarkan pernyataan berikut ini pada Januari 2021 terkait bagaimana vaksinasi virus korona akan berpengaruh terhadap wanita hamil.

Pernyataan itu menyebutkan tidak dilaporkan adanya kejadian buruk yang fatal selama uji klinis. Namun, kebijakan mengenai vaksinasi berbeda di tiap negara. Amerika Serikat (AS) mengatakan wanita hamil tidak boleh dikecualikan dari vaksinasi, sementara Inggris tidak merekomendasikan wanita hamil divaksinasi dengan menyebut kurangnya data yang memadai.

Kedua asosiasi medis Jepang tersebut menyimpulkan bahwa informasi mengenai vaksinasi bagi wanita hamil belum dapat dipastikan, dari aspek keamanan vaksin, efek samping jangka menengah hingga jangka panjang, maupun efek buruk terhadap janin dan bayi yang baru dilahirkan. Mereka mengatakan tidak mengecualikan wanita hamil dari vaksinasi, tetapi dalam kasus bila mereka akan divaksinasi, para pakar kesehatan harus memberikan penjelasan memadai kepada wanita tersebut dan memeriksa keadaan janin sebelum vaksinasi.

Asosiasi medis tersebut juga merekomendasikan wanita yang ingin memiliki bayi untuk divaksinasi, jika memungkinkan, sebelum mereka hamil. Mereka meminta wanita hamil untuk berkonsultasi dengan spesialis kebidanan dan kandungan sebelumnya.

Informasi ini tertanggal 2 Maret 2021.

Q185: Informasi tentang vaksinasi (15)

Ini adalah bagian ke-15 dari serial mengenai vaksinasi. Pertanyaan yang kami bahas kali ini adalah, "Apakah Anda perlu mendapatkan vaksinasi jika pernah mengalami COVID-19?"

Sebelumnya dalam programa ini, kami melaporkan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan imunisasi dalam kasus seperti ini. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) juga menyerukan pasien yang telah pulih agar mendapatkan vaksinasi.

Di situs webnya, CDC merujuk pada vaksin jenis mRNA yang dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna yang sedang diberikan di AS. CDC menjelaskan bahwa data uji klinis menunjukkan vaksin itu aman bagi orang-orang yang pernah terjangkit COVID-19.

CDC mengatakan, "Anda harus divaksinasi terlepas dari apakah Anda pernah terjangkit COVID-19 atau tidak. Ini karena para pakar belum mengetahui seberapa lama Anda terlindungi dari kembali sakit setelah pulih dari COVID-19." Dikatakan tingkat imunitas alami yang didapatkan akibat tertular berbeda bagi tiap orang.

CDC menambahkan, "Jika Anda mendapat perawatan COVID-19 dengan antibodi monoklonal atau plasma konvalesen, Anda harus menunggu selama 90 hari sebelum mendapatkan vaksinasi COVID-19." Dikatakan Anda harus berkonsultasi dengan dokter.

Informasi ini tertanggal 1 Maret.

Q184: Informasi tentang vaksinasi (14)

Dalam bagian ke-14 serial mengenai vaksinasi hari ini, kami membahas pertanyaan, "Apakah vaksinasi dapat memicu anafilaksis?"

Anafilaksis setelah vaksinasi telah dilaporkan di Amerika Serikat (AS) dan tempat-tempat lain yang menggelar program vaksinasi lebih awal.

Sebuah laporan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS mengatakan 21 kasus anafilaksis terdeteksi setelah pemberian hampir 1,9 juta dosis pertama vaksin Pfizer-BioNTech antara 14 hingga 23 Desember.

CDC juga melaporkan bahwa 10 kasus anafilaksis terdeteksi setelah 4 juta lebih dosis pertama vaksin Moderna antara 21 Desember hingga 10 Januari.

CDC mengatakan sebagian besar kasus anafilaksis terjadi di orang-orang yang memiliki sejarah alergi dan bahwa semua orang yang informasi susulannya tersedia telah pulih.

CDC mengatakan reaksi anafilaksis jarang sekali terjadi setelah vaksinasi tetapi berpotensi mematikan dan memerlukan perawatan segera.

Menurut CDC, tempat-tempat vaksinasi harus memiliki peralatan dan staf yang semestinya guna menjamin semua orang yang diduga mengalami anafilaksis dapat segera ditangani, misalnya dengan suntikan epinefrin. Dikatakan semua penerima vaksin harus diinstruksikan meminta penanganan medis segera jika mengalami tanda-tanda atau gejala reaksi alergi setelah meninggalkan tempat vaksinasi.

Anafilaksis adalah reaksi alergi parah. Namun, dokter mengatakan reaksi ini jarang sekali mematikan jika segera ditangani, termasuk dengan suntikan epinefrin.

Kementerian Kesehatan Jepang menjelaskan di situs webnya bahwa tempat vaksinasi dan lembaga medis dilengkapi obat-obatan dan barang-barang lain yang diperlukan sehingga dapat dengan segera menangani anafilaksis setelah vaksinasi.

Informasi ini tertanggal 26 Februari.

Q183: Informasi tentang vaksinasi (13)

Ini adalah bagian ke-13 dari serial mengenai vaksinasi. Pertanyaan yang kami bahas kali ini adalah, "Apakah ada kebijakan bantuan untuk efek samping?"

Pemerintah Jepang memiliki sistem untuk memberikan bantuan bagi orang-orang yang mengalami efek samping.

Undang-undang vaksinasi Jepang mencakup orang-orang yang mendapatkan vaksinasi virus korona. Jadi, pemerintah akan menanggung biaya medis atau membayar pensiun cacat bagi siapa pun yang mengalami efek samping yang berat.

Informasi ini tertanggal 25 Februari.

Q182: Informasi tentang vaksinasi (12)

Ini merupakan bagian ke-12 dari serial mengenai vaksinasi. Pertanyaan yang kami bahas kali ini adalah, “Apakah terjadi efek samping? Adakah kasus kematian?”

Efek samping dapat terjadi terhadap segala vaksin. Efek samping juga telah dilaporkan pada vaksin virus korona. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular (CDC) Amerika Serikat (AS), reaksi yang paling umum dilaporkan dari vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi AS Pfizer dan mitranya dari Jerman BioNTech, serta dari vaksin yang dikembangkan perusahaan AS Moderna, adalah sakit dan bengkak, kemerahan, menggigil, merasa lelah, dan sakit kepala. Reaksi-reaksi ini biasanya muncul dalam satu atau dua hari setelah menerima vaksinasi dan kerap menghilang dalam beberapa hari. Meskipun jarang, ada laporan gejala sedang hingga parah yang berdampak cukup berat bagi kehidupan sehari-hari.

Menurut laporan mengenai vaksin Pfizer-BioNTech, berdasarkan keterangan pers dan uji klinis perusahaan itu, gejala-gejala berat termasuk 3,8 persen mengalami rasa lelah dan 2 persen mengalami sakit kepala. Dari 40.000 orang yang berpartisipasi dalam uji klinis tersebut, dua orang penerima vaksin meninggal dunia. Namun, empat lainnya yang diberikan suntikan plasebo seperti vaksin juga meninggal. Jadi laporan itu mengatakan kematian tersebut tampaknya tidak terkait dengan vaksin itu.

Informasi ini akurat hingga 24 Februari.

Q181: Informasi tentang vaksinasi (11)

Episode ini adalah bagian ke-11 dari serial kami mengenai vaksinasi. Pertanyaan yang kami ulas adalah efek samping apa yang ada dari vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech.

Komite penasihat imunisasi Amerika Serikat telah menyusun data mengenai efek samping yang dilaporkan terhadap vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech. Sebuah penelitian terhadap sekitar 997.000 orang yang telah diberikan vaksin tersebut menunjukkan, bahwa setelah menerima dosis yang pertama, 67,7 persen melaporkan adanya sakit di titik penyuntikan, 28,6 persen melaporkan rasa lelah, 25,6 persen melaporkan sakit kepala, 17,2 persen melaporkan pegal otot, 7,4 persen melaporkan demam, 7,1 persen melaporkan nyeri persendian, 7 persen melaporkan rasa mengigil, 7 persen lain melaporkan mual, dan 6,8 persen melaporkan bengkak. Reaksi alergi yang parah setelah vaksinasi juga telah dilaporkan.

Satu kajian terhadap 9.943.247 dosis vaksin Pfizer-BioNTech yang diberikan hingga 18 Januari menemukan dilaporkannya 50 kasus anafilaksis, yaitu reaksi alergi yang parah. Ini artinya ada 1,0057 kasus anafilaksis pada setiap 200.000 dosis yang diberikan. Anafilaksis terjadi pada orang-orang berusia antara 26 hingga 63 tahun, dengan usia median 38,5 tahun.

Wanita mencakup 94 persen dari kasus tersebut. Permulaan terjadinya anafilaksis adalah dalam 15 setelah dilakukannya vaksinasi pada 74 persen kasusnya, serta dalam 30 menit pada 90 persen kasusnya. Delapan puluh persen kasusnya dilaporkan terjadi pada orang-orang dengan catatan medis memiliki reaksi alergi, termasuk terhadap obat dan makanan.

Informasi ini akurat hingga 22 Februari.

Q180: Informasi tentang vaksinasi (10)

Ini merupakan bagian ke-10 dari serial mengenai vaksinasi. Pertanyaan kali ini adalah masalah kesehatan apa yang harus kita perhatikan sebelum dan setelah menerima vaksinasi virus korona.

Bisa jadi ada kasus berupa orang-orang yang merasa kurang sehat dianjurkan untuk tidak menerima vaksinasi. Kementerian Kesehatan menyarankan mereka yang merasa kurang sehat atau mengalami demam 37,5 derajat Celsius atau lebih, agar tidak menerima vaksinasi. Sementara bagi orang-orang yang memiliki penyakit lain atau sedang menjalani perawatan medis, kementerian merekomendasikan mereka untuk mendapatkan opini dokter di tempat pemeriksaan sebelum vaksinasi. Kementerian juga menyerukan agar para penerima vaksin untuk tetap berada di lokasi vaksinasi setidaknya 15 menit setelah inokulasi dilakukan, guna memastikan mereka tidak mengalami reaksi alergi. Kementerian mengatakan jika mereka mendapati adanya kejanggalan, mereka harus menghubungi dokter. Mandi setelah vaksinasi diperbolehkan, tetapi harus berhati-hati agar tidak menggosok titik vaksinasi. Pada hari dilakukannya vaksinasi, kita tidak boleh melakukan olahraga yang berat.

Profesor Nakayama Tetsuo dari Universitas Kitasato yang merupakan pakar mengenai vaksin mengatakan, mandi atau bahkan minum alkohol diperbolehkan selama dalam jumlah yang wajar, meskipun minum terlalu banyak sudah pasti dilarang.

Namun, kita harus tahu bahwa kita mungkin akan merasa pusing atau mengalami hiperventilasi akibat takut akan vaksin. Ini mungkin akan membuat penerima vaksin lainnya merasa cemas, kalau kasus-kasus tersebut terjadi di lokasi vaksinasi massal. Direktur Jenderal Institut Kesehatan Masyarakat Kota Kawasaki Okabe Nobuhiko yang juga adalah anggota panel virus korona pemerintah mengatakan, penting untuk menerapkan sistem yang menyediakan konsultasi bagi orang-orang yang khawatir mengenai vaksinasi.

Informasi akurat hingga 19 Februari.

Q179: Informasi tentang vaksinasi (9)

Kali ini kami hadirkan bagian kesembilan serial mengenai vaksinasi. Pertanyaan kali ini adalah, apakah vaksin digunakan untuk melindungi diri kita sendiri dari virus atau untuk mencegah orang-orang yang terinfeksi virus agar tidak menjadi sakit parah?

Vaksin untuk virus korona baru dinilai bisa membantu mencegah munculnya gejala atau menjadi sakit serius ketimbang memberikan perlindungan dari virus.

Para pakar mengatakan, secara umum vaksin diharapkan bisa membantu untuk mencegah penularan, mencegah munculnya gejala atau menjadi sakit parah, dan menciptakan apa yang disebut kekebalan massal.

Sulit untuk memverifikasi apakah vaksin tertentu efektif dalam mencegah penularan, karena banyak orang yang terinfeksi tetapi tanpa gejala. Selain itu, diperlukan analisis sel yang detail untuk menemukan virus yang telah masuk ke dalam tubuh.

Badan Perangkat Medis dan Farmasi, PMDA, merupakan institusi yang mengevaluasi obat-obatan di Jepang. Badan ini menyatakan, untuk mengevaluasi vaksin virus korona baru, uji klinis diperlukan, secara prinsip, untuk menilai efikasi vaksin dalam mencegah timbulnya gejala pada orang-orang yang terinfeksi virus.

Uji klinis di AS dan Eropa mengindikasikan bukan hanya efikasi vaksin yang mencegah timbulnya gejala di pasien, tetapi juga seberapa efektif vaksin dalam melindungi orang-orang dari gejala yang serius.

PMDA juga memasukkan efektivitas vaksin dalam mencegah pasien dari sakit serius dalam kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi vaksin virus korona.

Mencapai kekebalan massal juga menjadi salah satu yang diharapkan dari vaksinasi virus korona. WHO memperkirakan bahwa untuk mencapai kekebalan massal di dunia, maka vaksinasi harus mencakup 70 persen populasi dunia. WHO mengatakan, dengan kondisi saat ini, tampaknya sulit mencapai target itu pada akhir tahun ini.

Informasi ini akurat hingga 18 Februari.

Q178: Informasi tentang vaksinasi (8)

Kali ini kami hadirkan bagian kedelapan serial mengenai vaksinasi. Kami akan membahas tentang vaksin mRNA.

Sebuah “vaksin gen” yang mengandung galur materi gen dari virus korona baru telah dikomersialisasikan. Pada 17 Februari, Jepang memulai program vaksinasi COVID-19 dengan menggunakan vaksin yang dikembangkan bersama oleh Pfizer dari AS dan BioNTech dari Jerman. Vaksin ini dan vaksin lainnya yang dikembangkan Moderna dari AS adalah vaksin mRNA yang mengandung materi gen tersebut.

Vaksin ini bekerja dengan menyuntikkan mRNA yang mengandung informasi genetik dari “spike protein” (yang berbentuk seperti paku) di permukaan virus, ke dalam tubuh manusia. Vaksin mRNA berperan sebagai cetak biru di dalam sel manusia untuk memproduki “spike protein.”

Sistem kekebalan tubuh kemudian bekerja menciptakan banyak antibodi untuk melawan “spike protein” tersebut. Antibodi itu langsung menyerang saat virus sesungguhnya memasuki tubuh.

Bagaimanapun, mRNA kurang stabil dan langsung larut saat disuntikkan sebagai vaksin, serta tidak bertahan di dalam tubuh.

Vaksin mRNA disebut-sebut sangat aman karena tidak masuk ke dalam inti sel yang mengandung gen manusia.

Informasi ini akurat hingga 17 Februari.

Q177: Informasi tentang vaksinasi (7)

Pertanyaan di bagian ketujuh serial mengenai vaksinasi adalah, penyakit bawaan apa saja yang akan mendapatkan prioritas program vaksinasi COVID-19 di Jepang.

Kementerian Kesehatan Jepang telah menyusun daftarnya, termasuk di antaranya adalah penjakit jantung dan ginjal kronis, gangguan pernapasan, penyakit yang menyebabkan gangguan imunitas seperti kanker, dan apnea tidur atau gangguan pernapasan saat tidur. Mereka yang dirawat di rumah sakit atau rutin ke dokter karena penyakit bawaan tersebut akan diberikan prioritas.

Otoritas tidak akan mensyaratkan para pasien untuk menyerahkan surat keterangan atas kondisi kesehatan mereka. Para pasien hanya perlu mengisi kuesioner.
Orang-orang dengan indeks massa tubuh mencapai 30 atau lebih juga akan mendapatkan prioritas. Jumlah orang dewasa yang masuk dalam kategori obesitas atau memiliki penyakit bawaan di Jepang diperkirakan mencapai sekitar 8,2 juta.

Informasi ini akurat hingga 16 Februari.

Q176: Informasi tentang vaksinasi (6)

Kali ini kami akan menyampaikan bagian keenam dari serial mengenai vaksinasi. Pertanyaannya adalah siapa yang pertama kali mendapatkan vaksinasi?

Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan prioritas vaksinasi pertama kali akan diberikan kepada pekerja medis. Kemudian akan diikuti oleh orang-orang yang berusia 65 tahun ke atas, lalu mereka yang bekerja di fasilitas perawatan lansia serta orang dengan masalah kesehatan.

Kementerian itu berencana untuk menyetujui, dalam kondisi tertentu, vaksinasi bagi para staf di fasilitas perawatan lansia dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan para lansia, misalnya, ketika dokter datang ke tempat itu untuk memberikan vaksin. Kementerian mengatakan hal itu bertujuan untuk mencegah klaster penularan di fasilitas tersebut.

Kondisi itu termasuk kehadiran dokter yang memeriksa kesehatan para lansia di fasilitas tersebut secara rutin. Hal itu untuk memastikan ada seseorang yang mengamati kondisi para lansia setelah mendapatkan vaksinasi di tempat yang sama dengan para staf tersebut.

Vaksinasi akan diberikan hanya kepada mereka yang ingin mendapatkannya. Sejumlah lansia mungkin akan sulit untuk mengonfirmasikan apakah mereka ingin divaksinasi atau tidak. Dalam kasus itu, kementerian meminta keputusan itu diambil oleh keluarga lansia dan dokter.

Informasi ini akurat hingga 5 Februari.

Q175: Informasi tentang vaksinasi (5)

Kali ini kami akan membawakan bagian kelima dari serial mengenai vaksinasi. Pertanyaan hari ini adalah “Bagaimana vaksin diberikan di lokasi-lokasi vaksinasi?”

Untuk vaksinasi massal, penerima vaksin harus menyerahkan kupon yang dikirimkan ke rumah penduduk oleh pemerintah kota di bagian penerimaan. Identitas mereka akan dicek melalui SIM, kartu asuransi, atau lainnya.

Penerima vaksin kemudian harus mengisi kuesioner mengenai kondisi kesehatan, riwayat kesehatan, dan menjalani pemeriksaan oleh dokter untuk menentukan apakah mereka bisa menerima vaksin.

Jika tidak ada masalah hingga tahap ini, penerima vaksin bisa mendapat suntikan. Proses vaksinasi diperkirakan membutuhkan waktu hingga dua menit per orang.

Setelah disuntik, tiap orang akan menerima sertifikat yang mencantumkan tanggal penyuntikan serta nama vaksin yang mereka terima. Sertifikat ini diperlukan ketika menerima vaksinasi dosis kedua.

Yang perlu diperhatikan oleh penerima vaksin adalah mereka tidak bisa segera pulang ke rumah setelah mendapat suntikan. Kementerian Kesehatan Jepang meminta penerima vaksin untuk tetap berada di lokasi vaksinasi selama lebih dari 15 menit di area khusus yang disiapkan untuk mengamati kondisi mereka.

Berdasarkan uji klinis yang dilakukan di luar negeri, sejumlah penerima suntikan dari vaksin yang akan dipasok ke Jepang melaporkan gejala sakit kepala dan merasa lelah setelah menerima vaksinasi. Kasus langka reaksi anafilaksis yang menunjukkan reaksi alergi parah terhadap vaksin juga telah dilaporkan di Amerika Serikat dan sejumlah wilayah lainnya di seluruh dunia.

Pos-pos bantuan juga akan disiapkan di lokasi vaksinasi bagi penerima vaksin yang merasa sakit setelah mendapat suntikan.

Informasi ini akurat hingga 5 Februari.

Q174: Informasi tentang vaksinasi (4)

Kali ini kami akan menghadirkan bagian keempat dari serial mengenai vaksinasi. Pertanyaan hari ini adalah “Bagaimana dan di mana vaksin COVID-19 diberikan di Jepang?”

Pemerintah-pemerintah kota harus memberikan vaksin dengan mengikuti panduan dari pemerintah pusat. Orang-orang yang ingin mendapatkan vaksinasi diharapkan untuk melakukannya di kota tempat mereka terdaftar sebagai penduduk. Sebagai pengecualian, orang-orang yang tinggal jauh dari rumah karena alasan pekerjaan, atau mereka tengah dirawat di rumah sakit, diperbolehkan untuk menerima vaksin di kota lain.

Kupon yang dibutuhkan untuk menerima vaksinasi akan dikirimkan ke alamat rumah Anda melalui pos dari otoritas kota. Jika Anda membawa salah satu kupon ini ke lokasi vaksinasi, Anda akan mendapatkan vaksinasi secara gratis. Meskipun demikian, Anda harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu melalui telepon atau lainnya. Tempat-tempat yang akan menjadi lokasi vaksinasi adalah institusi medis, balai komunitas, dan gedung olahraga.

Dalam bagian berikutnya, kami akan membahas tentang prosedur spesifik untuk vaksinasi.

Informasi ini akurat hingga 4 Februari.

Q173: Informasi tentang vaksinasi (3)

Dalam bagian ketiga pembahasan mengenai vaksin, pertanyaan yang diajukan adalah tentang durasi imunitas yang diberikan vaksin COVID-19.

Berbagai vaksin COVID-19 telah atau tengah dikembangkan di Jepang dan di luar negeri. Namun, belum diketahui seberapa lama efektivitasnya bertahan karena uji klinis dan vaksinasi di luar negeri baru saja dimulai.

Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan vaksin-vaksin tersebut tampaknya juga efektif dalam melawan galur virus korona baru yang bermutasi. Para pejabat kementerian menyebutkan virus-virus pada umumnya bermutasi secara konstan dan mutasi kecil tampaknya tidak membuat efikasi vaksin menghilang.

Terdapat sejumlah hasil tes yang menunjukkan bahwa orang-orang yang menerima suntikan vaksin Pfizer dan vaksin-vaksin lainnya yang saat ini tersedia, membentuk antibodi yang juga ampuh melawan berbagai varian virus korona. Para pejabat kementerian mengatakan mereka akan memastikan efikasi dan keamanan vaksin-vaksin itu, termasuk efektivitas terhadap galur-galur yang bermutasi dalam serangkaian uji coba yang tengah berlangsung di Jepang.

Informasi ini akurat hingga 3 Februari 2021.

Q172: Informasi tentang vaksinasi (2)

Dalam bagian kedua pembahasan mengenai vaksin, pertanyaan yang diajukan adalah tentang mengapa vaksinasi penting.

Vaksinasi bertujuan memberikan imunitas atau memperkuat sistem kekebalan tubuh. Vaksin diperkirakan dapat mencegah orang-orang mengalami gejala atau menderita kondisi serius. Selain itu, vaksin diperkirakan dapat membendung penyebaran penyakit dalam masyarakat.

Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan sejumlah hasil uji coba klinis di luar negeri menunjukkan bahwa vaksin virus korona baru efektif dalam mencegah kondisi parah dan gejala-gejala seperti demam.

Jika vaksinasi terhadap banyak orang dapat membantu mengurangi jumlah pasien sakit parah serta jumlah kematian akibat penyakit ini, beban terhadap sistem perawatan kesehatan akan berkurang.

Informasi ini akurat hingga 2 Februari 2021.

Q171: Informasi tentang vaksinasi (1)

Warga asing yang tinggal di Jepang termasuk dalam program vaksinasi Jepang dan dapat menerima vaksin yang didanai pemerintah. Serial ini merupakan lanjutan pembahasan mengenai vaksin, guna membantu sekitar tiga juta warga asing di Jepang mendapatkan vaksinasi tanpa mengalami hambatan. Pertanyaan dalam pembahasan pertama kali ini adalah tentang vaksin bagi orang asing yang tinggal di Jepang.

Warga asing yang tinggal di Jepang dapat menerima vaksin virus korona di wilayah tempat mereka terdaftar sebagai penduduk.

Program vaksinasi Jepang yang dimulai pada 17 Februari akan diberikan pertama bagi para pekerja kesehatan, kemudian secara bertahap mencakup warga lanjut usia, orang-orang dengan masalah kesehatan dan lainnya. Vaksinasi bagi warga lansia diperkirakan akan dimulai pada sekitar April.

Terkait di mana bisa mendapatkan vaksin, tempat-tempat vaksinasi pada prinsipnya akan diadakan di wilayah tempat orang-orang terdaftar sebagai penduduk.

Pemerintah berencana mengirim kupon yang diperlukan untuk mendapatkan vaksinasi ke rumah-rumah warga. Vaksinasi ini diberikan secara gratis.

Informasi ini akurat hingga 15 Februari 2021.

Q170: Mengenai dukungan pemerintah bagi para pekerja yang terpaksa mengambil cuti akibat pandemi virus korona (2)

Kali ini kami menyampaikan bagian kedua dari serial tentang dukungan pemerintah bagi para pekerja yang terpaksa mengambil cuti akibat pandemi virus korona. Topiknya adalah bagaimana mengajukan permohonan bagi program ini dan ke mana mengajukan pertanyaan.

Program ini adalah bagi para pekerja perusahaan kecil dan menengah, yang diinstruksikan perusahaan cuti bekerja akibat pandemi dan perusahaan tidak memberikan upah yang wajib dibayar berdasarkan hukum. Pemagang kerja teknis yang bekerja di perusahaan seperti ini juga memiliki hak yang sama.

Pekerja dapat menerima 80 persen upah yang mereka terima sebelum cuti, dengan nilai maksimum 11.000 yen per hari, untuk periode mereka tidak dapat bekerja sejak April tahun lalu. Program ini akan mencakup periode hingga akhir bulan berikutnya setelah bulan saat keadaan darurat dicabut.

Per 21 Januari, pemerintah telah menerima hampir 810 ribu permohonan dan memutuskan untuk membayar total lebih dari 63,6 miliar yen. Pekerja maupun perusahaan dapat mengajukan permohonan bagi dukungan ini, melalui surat maupun daring.

Situs web Kementerian Tenaga Kerja memuat informasi mengenai permohonan ini dalam bahasa Jepang, Inggris, Portugis, Spanyol, dan Cina. Situs web Organisasi Pemagangan Kerja Teknis untuk Orang Asing (OTIT) memuat informasi dalam bahasa Cina, Vietnam, Tagalog, Indonesia, Thailand, Inggris, Kamboja, dan Burma.

Kementerian Tenaga Kerja menyediakan layanan telepon bebas biaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi hanya dalam bahasa Jepang. Nomornya adalah 0120-221-276. Jam layanan antara 8.30 pagi hingga 8.00 malam dari Senin hingga Jumat, dan antara 8.30 pagi hingga 5.15 sore pada akhir pekan dan hari libur.

Informasi ini akurat hingga 29 Januari.

Situs web Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan adalah

https://www.mhlw.go.jp/stf/kyugyoshienkin.html#otoiawasesaki (dalam bahasa Jepang, Inggris, Portugis, Spanyol, dan Cina)

Situs web Organisasi Pemagangan Kerja Teknis untuk Orang Asing adalah

https://www.otit.go.jp/CoV2_jissyu_seikatsu/ (dalam bahasa Jepang, Cina, Vietnam, Tagalog, Indonesia, Thailand, Inggris, Kamboja, dan Burma).

Q169: Mengenai dukungan pemerintah bagi para pekerja yang terpaksa mengambil cuti akibat pandemi virus korona (1)

Ini merupakan bagian pertama dari serial mengenai dukungan pemerintah bagi para pekerja yang terpaksa mengambil cuti akibat pandemi virus korona.

Kementerian Tenaga Kerja Jepang mengatakan warga yang cuti bekerja akibat wabah dan perusahaannya tidak membayar upah yang wajib diberikan berdasarkan hukum, berhak mendapatkan tunjangan hingga 28 Februari. Kini para pejabat mengatakan program dukungan itu diperpanjang hingga akhir bulan berikutnya setelah bulan saat keadaan darurat dicabut.

Undang-undang standar ketenagakerjaan Jepang menyatakan perusahaan harus membayar sekurangnya 60 persen upah ketika perusahaan menginstruksikan pekerjanya cuti dengan alasan perusahaan sendiri. Namun, sejumlah perusahaan tidak membayar upah dengan alasan usaha yang melemah dan alasan-alasan lain. Kementerian mengimbau para pekerja untuk mengajukan permohonan untuk program dukungan tersebut jika hal ini terjadi.

Program ini adalah bagi para pekerja di perusahaan kecil dan menengah, yang terpaksa cuti bekerja untuk sementara waktu sejak April tahun lalu. Mereka dapat menerima 80 persen upah yang mereka terima sebelum cuti dengan nilai maksimum 11.000 yen per hari.

Pekerja maupun perusahaan dapat mengajukan permohonan untuk dukungan tersebut. Para pejabat kementerian mendorong pekerja untuk mengajukan permohonan meskipun perusahaan tidak kooperatif. Dalam bagian berikutnya, kami akan menyampaikan bagaimana cara mengajukan permohonan dan siapa yang harus dihubungi untuk informasi lebih lanjut.

Informasi ini akurat hingga 28 Januari.

Q168: Mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi (7)

Kali ini kami hadirkan bagian ketujuh serial mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi. Pertanyaan kali ini terkait penggunaan vaksin virus korona Pfizer untuk anak-anak usia 15 tahun ke bawah.

Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin, dan Biologi WHO, Kate O`Brien menyampaikan komentarnya dalam konferensi pers daring pada 7 Januari 2021.

Ia mengatakan secara umum komite tidak merekomendasi vaksin ini bagi anak-anak di bawah usia 16 tahun karena WHO tidak memiliki datanya.

Ia mengatakan, uji klinis sejauh ini tidak diikuti oleh anak-anak di bawah usia 16 tahun, tetapi penelitian terus berlanjut untuk mendapatkan informasi terkait efikasi vaksin bagi anak-anak berusia 12 hingga 16 tahun, jadi akan ada lebih banyak informasi yang didapat pada masa mendatang.

Namun, ia juga mengatakan orang-orang yang bertanggung jawab atas vaksinasi bisa memilih untuk memberikan vaksin kepada anak-anak yang memiliki riwayat penyakit serius atau berisiko mengalami dampak negatif yang sangat serius dari penularan virus korona setelah berkonsultasi dengan keluarganya. Bagaimanapun, ia menekankan bahwa WHO tidak merekomendasikan vaksinasi bagi anak-anak di bawah usia 16 tahun secara umum.

Q167: Mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi (6)

Kali ini, kami hadirkan bagian keenam serial mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi. Pertanyaan kali ini adalah berapa lama efek vaksinasi akan bertahan?

Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin, dan Biologi WHO, Kate O`Brien menyampaikan komentarnya dalam konferensi pers daring pada 7 Januari 2021.

Ia mengatakan uji klinis telah dimulai pada musim semi lalu dan saat ini penggunaan vaksin tersebut masih dalam tahap awal. Ia mengatakan, rentang waktu imunitas akan bertahan bisa dipelajari dengan terus mengikuti orang-orang yang ikut dalam uji klinis tersebut, oleh karena itu WHO belum mengetahui jawaban atas masalah ini.

Ia menambahkan bahwa WHO mengharapkan dan memperkirakan akan terjadi imunitas yang tahan lama. Ia mengatakan, WHO juga mencermati orang-orang yang pernah terinfeksi COVID-19. Hal itu akan memberikan sejumlah indikasi atas seberapa lama daya tahan imunitas yang terbentuk secara alami dan mungkin juga akan berlaku bagi imunitas yang didapat dari vaksin.

Ia menegaskan kembali bahwa terlalu dini untuk menentukan berapa lama imunitas akan bertahan.

Q166: Mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi (5)

Pertanyaan di bagian kelima serial mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi adalah, apakah tidak ada masalah jika seseorang menerima jenis vaksin berbeda untuk vaksinasi pertama dan kedua.

Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin, dan Biologi WHO, Kate O`Brien dalam konferensi pers daring 7 Januari 2021 mengatakan, lebih dari satu vaksin telah digunakan di beberapa negara.

Ia mengakui bahwa WHO tidak memiliki data tentang mencampur dan mencocokkan vaksin yang berbeda. Namun, ia mengatakan bahwa jika seseorang telah mendapatkan vaksin pertama dari Pfizer, maka orang tersebut harus mendapatkan dosis kedua dari vaksin yang sama.

Ia menambahkan, WHO mengetahui bahwa beberapa negara menggunakan vaksin berbeda untuk dosis pertama dan kedua. Ia mengatakan masalah ini merupakan bidang penelitian yang sangat penting dan WHO akan memprioritaskan penelitian semacam itu untuk membuat rekomendasi.

Q165: "Batas waktu pendaftaran program subsidi untuk usaha kecil dan menegah diperpanjang hingga 15 Februari"

Kali ini kami membahas tentang program subsidi untuk membantu usaha kecil dan menegah menopang bisnisnya dan membayar sewa di tengah pandemi. Pada 15 Januari, Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Perindustrian menyebutkan para pengusaha dapat mengajukan permohonan subdisi hingga 15 Februari, jika mereka melaporkan mengenai pendaftarannya selambatnya akhir Januari. Batas waktu penyerahan sebelumnya adalah 15 Januari.

“Program Subsidi untuk menopang bisnis” pemerintah ini menyediakan hingga 2 juta yen untuk membantu usaha kecil dan menengah yang pendapatannya turun secara signifikan akibat pandemi virus korona. “Program subdisi untuk mendukung sewa usaha” menawarkan dana untuk membantu pengusaha membayar sewa.

Kementerian itu mengatakan tidak memperpanjang program subsidi itu. Namun, memutuskan untuk memperpanjang periode pendaftaran hingga 15 Februari, dengan mempertimbangkan sejumlah usaha yang mungkin menghadapi kesulitan dalam mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan karena deklarasi keadaan darurat. Namun, para pengusaha harus melaporkan terlebih dahulu selambatnya 31 Januari, alasan singkat untuk menyerahkan permohonan dalam periode perpanjangan.

Informasi ini akurat hingga 22 Januari.

Q164: Mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi (4)

Kali ini kami menghadirkan bagian keempat dari pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai vaksinasi. Pertanyaan yang kami ketengahkan hari ini adalah, apakah orang-orang yang telah pulih dari penularan harus divaksinasi.

Berikut yang dikatakan oleh Ketua Kelompok Kerja Kelompok Penasihat Strategis Pakar Imunisasi WHO, Alejandro Cravioto, yang berbicara dalam konferensi pers daring 7 Januari 2021.

Ia mengatakan, salah satu rekomendasi utama WHO adalah orang-orang yang pernah tertular COVID, yang terdiagnosis melalui tes PCR atau antigen, tidak sebaiknya dikecualikan dari mendapatkan vaksinasi. Cravioto menyebutkan bahwa pihaknya tidak tahu berapa lama daya tahan efek alami untuk melindungi seseorang agar tidak tertular lagi. Cravioto mengatakan, suatu jurnal yang dirilis pada 6 Januari mengatakan bahwa orang-orang itu terlindungi hingga selama 8 bulan, tetapi data tersebut tidak cukup untuk mengecualikan orang dari vaksinasi.

Ditambahkannya, di sisi lain jika seseorang yang sudah pernah terinfeksi, ingin menunggu sejenak dan memberi kesempatan orang lain yang memiliki risiko agar divaksinasi terlebih dahulu, hal itu merupakan keputusan yang harus dibuat masing-masing orang.

Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin, dan Biologi WHO, Kate O`Brien, mengeluarkan komentar berikut dalam konferensi daring yang sama.

Ia mengatakan, dunia barus saja memulai vaksinasi dan setiap negara berupaya memberikannya kepada kelompok orang dengan prioritas tertinggi. Terdapat kemungkinan kecil orang-orang yang pernah tertular akan tertular lagi dalam 6 bulan. Namun, O`Brien mengatakan WHO tidak menyarankan program vaksinasi itu mengecualikan atau menunda vaksinasi orang-orang seperti itu.

Informasi ini akurat hingga 21 Januari 2021.

Q163: Mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi (3)

Kali ini kami membawakan bagian ketiga dari serial mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi. Pertanyaan adalah apakah orang-orang yang memiliki masalah kesehatan lain harus divaksinasi.

Berikut yang dikatakan oleh Ketua Kelompok Kerja Kelompok Penasihat Strategis Pakar Imunisasi WHO, Alejandro Cravioto, yang berbicara dalam konferensi pers daring 7 Januari 2021.

Cravioto mengatakan apakah orang-orang harus divaksinasi, tergantung dari jenis penyakit lain apa yang mereka idap. Ia mengatakan, sudah jelas bahwa siapa pun yang memiliki reaksi alergi kuat terhadap segala vaksinasi tidak boleh mendapatkan vaksinasi ini. Namun, menurutnya jika seseorang memiliki alergi terhadap makanan atau produk lain, pihaknya tidak melihat adalah kontraindikasi untuk menggunakan vaksin tersebut. Ia menambahkan, pihaknya merekomendasikan melakukan vaksinasi pada tempat yang dapat merawat reaksi alergi parah secara efektif dan cepat.

Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin, dan Biologi WHO, Kate O`Brien, mengeluarkan komentar berikut dalam konferensi daring yang sama.

Menurutnya, orang-orang yang memiliki masalah kesehatan lain, orang yang mempunyai penyakit jantung, penyakit paru-paru, diabetes atau obesitas, adalah orang-orang yang sebenarnya berisiko lebih tinggi mengalami dampak serius dari penularan COVID. O`Brien mengatakan, mereka yang memiliki penyakit lain sebenarnya adalah orang-orang yang ditargetkan untuk diimunisasi.

O`Brien menambahkan, pihaknya belum memiliki data atau apakah vaksinasi menimbulkan risiko bagi wanita hamil. Namun, ia menekankan bahwa tidak ada alasan untuk meyakini bahwa vaksin itu akan berbahaya bagi wanita hamil atau bayi yang dikandungnya. Menurutnya, pihaknya merekomendasikan wanita hamil dalam grup rekomendasi tertinggi, terutama mereka yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan, untuk berdiskusi dengan penyedia vaksinnya dan membahas risikonya tertular COVID, serta jika memang terdapat risiko signifikan, ia bisa mendapatkan vaksinasi.

Menurut O`Brien, orang-orang pengidap HIV harus mendapatkan vaksinasi dan siapa pun yang memiliki kondisi yang dapat membuat mereka berisiko mengalami penyakit serius akibat COVID, harus mendapatkan vaksinasi.

Informasi ini akurat hingga 20 Januari 2021.

Q162: Mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi (2)

Kali ini, kami membawakan bagian kedua dari serial mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi. Pertanyaannya adalah, “Apakah vaksinasi bisa melawan varian-varian virus?”.

Dunia kini mengalami penyebaran pesat galur termutasi virus korona baru. Berikut yang dikatakan oleh Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin, dan Biologi WHO, Kate O`Brien, dalam konferensi pers daring 7 Januari 2021.

Dikatakannya, ketika vaksin telah dikembangkan dan dites, vaksin sudah diuji terhadap sejumlah galur virus yang berbeda. Menurutnya, virus berubah sepanjang waktu dan hal itu merupakan bagian normal dari virus. O`Brien mengatakan, pertanyaannya adalah apakah virus itu berubah dalam cara yang memengaruhi penyakit itu sendiri atau berdampak terhadap pengobatan, atau dalam hal ini, apakah berdampak terhadap vaksin.

Direktur WHO itu mengatakan kita telah mendengar mengenai sejumlah varian yang muncul di berbagai tempat di dunia, yang mengakibatkan kekhawatiran mengenai penularan, serta evaluasi tengah dilakukan mengenai apakah vaksin yang ada akan terdampak.

Namun, menurutnya apa yang dapat dikatakan dengan keyakinan kuat adalah kita perlu meneruskan vaksinasi secepat mungkin. O`Brien mengatakan perubahan yang tengah terlihat pada varian-varian tersebut tampaknya tidak akan mengubah manfaat vaksin.

Informasi ini akurat hingga 19 Januari 2021.

Q161: Mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi (1)

Tulisan ini merupakan bagian pertama dari serial mengenai pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap vaksinasi.

Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin, dan Biologi WHO, Kate O’Brien berbicara dalam konferensi pers daring pada 7 Januari lalu.

Ia mengatakan, “Sesuatu berubah dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini ada sejumlah vaksin yang telah menunjukkan benar-benar bekerja.”

Menurut O’Brien,”Beberapa vaksin itu telah memperoleh izin dari sejumlah negara.” Ia menambahkan, “Vaksin-vaksin tersebut saat ini di berbagai negara yang memiliki pendapatan besar” dan juga diharapkan secepatnya akan dilakukan di negara dengan pendapatan lebih rendah dan menengah.

O’Brien mengatakan setidaknya ada tiga vaksin yang telah dievaluasi oleh regulator yang memiliki standar tertinggi dalam mengkaji data vaksin. Ia mengatakan sejumlah regulator ini melihat data mengenai keamanan, efikasi, dan kualitas pembuatannya. Ia menambahkan ada tiga vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer, yang telah diizinkan penggunaannya oleh setidaknya salah satu otoritas dengan standar yang baik.

Menurut O’Brien, ada juga vaksin yang telah mempublikasikan hasil efikasinya dan masih dalam proses mengkaji data mereka. Ia menjelaskan vaksin-vaksin itu dari Cina seperti Sinopharm dan Sinovac, vaksin Rusia yang dikembangkan oleh institute Gamaleya.

O’Brien menganggap yang paling penting adalah “ada saluran vaksin yang sangat besar yang melalui uji kilinis terhadap manusia dan kami akan terus memantau situasi yang sangat dinamis dalam beberapa pekan dan bulan mendatang.” Ia mengatakan regulator akan “memverifikasi apakah data-data itu cukup untuk mengizinkan vaksin-vaksin itu digunakan untuk populasi secara umum.”

Informasi ini akurat hingga 18 Januari.

Q160:  Mengetahui lebih jauh tentang ‘Pemberlakuan keadaan darurat’ (Bagian 9)

Kami menyajikan serial mengenai pemberlakuan keadaan darurat yang kedua di Jepang. Pertanyaan kali ini adalah “Pemerintah Jepang menyatakan keadaan darurat akan diberlakukan hingga 7 Februari, apa yang terjadi setelah itu?”

Omi Shigeru, kepala panel penasihat pemerintah untuk merespons virus korona, menyinggung isu tersebut dalam sidang di Komite Kabinet Majelis Tinggi pada 14 Januari. Ia mengatakan jika jumlah kasus penularan menurun seperti diperkirakan di hari menjelang 7 Februari, maka langkah-langkah yang diterapkan selama keadaan darurat dapat dilonggarkan secara bertahap. Namun, ia mengatakan jika jumlah kasus masih tidak banyak berubah atau sedikit naik, atau turun di tingkat moderat, itu berarti langkah-langkah keadaan darurat sekarang ini tidak cukup dan harus diterapkan langkah-langkah anti-penularan yang lebih kuat.

Ia mengatakan para ahli akan memantau situasi penularan untuk menilai efektivitas langkah-langkah yang diterapkan pada saat ini. Ia mengatakan penilaian tersebut dapat digunakan untuk memutuskan langkah-langkah yang lebih kuat seperti apa yang harus diambil. Ia mengatakan salah satu yang dapat menjadi pilihan adalah mungkin meminta pengusaha untuk menutup sementara operasinya. Omi mengisyaratkan bahwa ketika menganalisis situasi penularan, panel penasihat akan mengambil skenario di mana keadaan darurat tidak menunjukan hasil yang diharapkan dan mendiskusikan langkah-langkah tambahan yang dibutuhkan.

Informasi ini akurat hingga 15 Januari.

Q159:  Mengetahui lebih jauh tentang ‘Pemberlakuan keadaan darurat’ (Bagian 8)

Kami menyajikan serial mengenai pemberlakuan keadaan darurat yang kedua di Jepang. Pertanyaan hari ini adalah “Apa yang harus dilakukan sehubungan dengan vaksinasi rutin dan pemeriksaan kesehatan di tengah pemberlakuan keadaan darurat?”

Kementerian Kesehatan Jepang memperingatkan lewat situs webnya serta media lainnya bahwa jika orang-orang secara berlebihan menahan diri untuk datang ke institusi medis, hal itu bisa meningkatkan risiko kesehatan.
Khususnya, bayi dan anak-anak yang tidak divaksin pada usia yang ditetapkan secara hukum bisa mengalami risiko lebih tinggi terkena penyakit menular yang serius.

Kementerian juga menyerukan kepada para orang tua agar membawa anaknya menjalani pemeriksaan kesehatan rutin. Ini bisa menjadi kesempatan berharga untuk memperoleh nasihat dari pakar mengenai pertumbuhan anak mereka. Selain itu, kementerian juga merekomendasikan agar orang-orang menjalani pemeriksaan kanker secara rutin karena kanker pada stadium awal bisa jadi tidak menunjukkan gejala.

Kementerian menyatakan bahwa langkah pencegahan penularan dengan disinfeksi dan ventilasi diterapkan sepenuhnya di institusi-institusi medis serta tempat-tempat pemeriksaan kesehatan. Jadi, orang-orang disarankan untuk mencari bantuan kesehatan yang semestinya, meskipun di tengah pandemi, melalui konsultasi dengan dokter keluarga dan pakar lainnya. Kementerian menyarankan agar orang-orang tidak menahan diri menggunakan layanan semacam itu dengan pertimbangan sendiri.

Informasi ini berdasarkan data yang akurat hingga 14 Januari.

Q158:  Mengetahui lebih jauh tentang ‘Pemberlakuan keadaan darurat’ (Bagian 7)

Kami menyajikan serial mengenai pemberlakuan keadaan darurat yang kedua di Jepang. Pertanyaan hari ini adalah “Laporan di berita menyebutkan bahwa jumlah orang yang keluar rumah tidak berkurang sebanyak saat pemberlakuan keadaan darurat pertama. Apa yang menjadi alasannya?”

Tanggal 10 Januari lalu merupakan hari Minggu pertama sejak keadaan darurat kembali diberlakukan di Jepang. Big data menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengunjungi distrik komersial utama di Tokyo pada malam hari turun dibandingkan bulan lalu, tetapi jauh lebih tinggi dari status keadaan darurat tahun lalu.

Wada Koji, profesor ilmu kesehatan masyarakat di Universitas Kesehatan dan Kesejahteraan Internasional, mengatakan bahwa untuk membendung penyebaran virus, peluang terjadinya kontak antarorang harus dikurangi. Namun, masyarakat tampaknya menginterpretasikan pesan dari status keadaan darurat saat ini sebagai imbauan agar menahan diri bepergian ke luar setelah pukul 8 malam.

Wada menyebutkan adanya kemungkinan status keadaan darurat akan diperpanjang jika pergerakan orang-orang atau peluang terjadinya kontak tidak berkurang. Sebagai tambahan, Wada mengungkapkan pentingnya untuk menetapkan target yang jelas seperti seberapa banyak kontak yang harus dikurangi antarorang. Ia mengatakan bahwa pemerintah pusat dan daerah harus memantau situasi selama sekitar dua hingga tiga pekan, kemudian menganalisisnya.

Jika penularan tidak berhasil dibendung, pemerintah harus memberikan penjelasan yang bisa meyakinkan masyarakat akan perlunya upaya untuk mengurangi kontak antarorang. Wada meyakini bahwa banyak orang telah mengambil langkah pencegahan agar tidak tertular. Namun, agar status keadaan darurat kali ini bisa bekerja secara efektif, tiap orang harus mengingat kembali pemberlakuan keadaan darurat tahun lalu dan memikirkan lagi tindakan mereka.

Q157:  Mengetahui lebih jauh tentang ‘Pemberlakuan keadaan darurat’ (Bagian 6)

Kami menyajikan serial mengenai pemberlakuan keadaan darurat yang kedua di Jepang. Pertanyaan kali ini adalah “Apa penyebab lonjakan kasus baru COVID-19 di Jepang belakangan ini?”

Profesor Oshitani Hitoshi dari Universitas Tohoku merupakan anggota panel pakar penasihat pemerintah. Dalam konferensi pers pada 8 Januari, ia mengatakan bahwa lonjakan jumlah kasus baru belakangan ini agak tidak wajar dan bahwa para pakar perlu menganalisis data secara detail untuk mencari tahu penyebab kenaikan tajam tersebut. Sebagai contoh, jumlah kasus baru di Tokyo melampaui 2.000 pada 7 dan 8 Januari.

Oshitani mengatakan bahwa angka penularan terbaru, misalnya lonjakan jumlah kasus baru secara tiba-tiba di Tokyo pada 31 Desember tahun lalu, merupakan sesuatu yang tidak lazim dari sudut pandang epidemiologi. Ia mengungkapkan bahwa lonjakan kasus harian di Tokyo yang berjumlah kurang dari 1.000 pada akhir Desember lalu menjadi lebih dari 2.000 dalam sekitar sepuluh hari adalah sesuatu yang tidak wajar.

Penularan baru pada usia muda antara 18 hingga 39 tahun tidak hanya meningkat di Tokyo, tetapi juga di Osaka. Oshitani mengatakan bahwa hal ini sebagian disebabkan oleh banyaknya orang yang bepergian ke luar rumah selama libur akhir tahun dan Tahun Baru. Ia menambahkan bahwa hasil tes yang dilakukan selama masa libur tersebut kemungkinan dilaporkan secara akumulatif setelah liburan berakhir.

Profesor Oshitani juga mengindikasikan alasan lainnya. Ia mengatakan bahwa anak-anak muda, yang sebelumnya enggan menjalani tes, kini melakukannya setelah adanya laporan kematian seorang anggota parlemen pada akhir tahun serta sejumlah orang yang meninggal saat menjalani karantina di rumah.

Oshitani menyimpulkan bahwa para pakar harus mempelajari apa yang menjadi latar lonjakan kasus ini dan menganalisis alasan di baliknya.

Q156:  Mengetahui lebih jauh tentang ‘Pemberlakuan keadaan darurat’ (Bagian 5)

Kami menyajikan serial mengenai pemberlakuan keadaan darurat yang kedua di Jepang. Pertanyaan kali ini adalah “Seberapa efektif keadaan darurat terbaru ini, dengan fokus meminta restoran dan bar mengurangi jam operasi?”

Salah satu pendapat menyebutkan bagaimana menjamin efektivitas permintaan semacam itu, yang akan dikeluarkan oleh gubernur bagi tempat-tempat makan.

Pemerintah berencana mengumumkan kepada publik nama-nama tempat usaha yang tidak mematuhi permintaan tersebut, serta menambah bantuan finansial bagi tempat usaha yang mematuhi permintaan itu.

Rencana revisi atas undang-undang langkah-langkah khusus ini termasuk menawarkan bantuan finansial bagi tempat usaha yang mematuhi permintaan tersebut serta denda bagi mereka yang menolak mengikuti permintaan itu. Para pejabat berharap revisi tersebut segera diloloskan dalam sidang Parlemen pada bulan ini.

Informasi ini akurat hingga 8 Januari 2021.

Q155:  Mengetahui lebih jauh tentang ‘Pemberlakuan keadaan darurat’ (Bagian 4)

Kami menyajikan serial mengenai pemberlakuan keadaan darurat yang kedua di Jepang.

Sebuah panel pakar virus korona pemerintah Jepang menyusun proposal darurat pada 5 Januari 2021. Panel tersebut menekankan pentingnya mitigasi risiko infeksi di bar dan restoran.

Panel itu menyusun proposal berdasarkan sebuah laporan yang dipublikasikan oleh tim ilmuwan di Universitas Stanford dan lainnya dalam jurnal sains Nature pada November lalu.

Dengan menggunakan model matematika, tim itu mengkaji data ponsel yang dikumpulkan dari sekitar 98 juta orang di kota-kota besar Amerika Serikat (AS) sejak Maret hingga Mei tahun lalu. Tujuannya adalah untuk mengamati tempat virus tersebut lebih mudah menyebar.

Tim itu memeriksa toko-toko mana yang memiliki risiko lebih tinggi saat kembali dibuka setelah ditutup sementara. Tim itu menemukan bahwa risiko tertinggi yaitu di restoran dengan layanan penuh. Lokasi lain yang berisiko adalah di tempat kebugaran, kafe, dan hotel.

Tim itu mengatakan dibandingkan tempat-tempat lainnya, risiko tertinggi berada di restoran karena menerima banyak pelanggan yang biasanya duduk untuk waktu yang lama.

Dalam laporan tersebut, para peneliti juga menyebutkan bagaimana restoran dapat memperbaiki kondisinya guna mencegah penyebaran saat kembali dibuka. Menurut tim itu, restoran dan toko-toko lainnya dapat mengurangi jumlah penularan sebanyak 80 persen dengan membatasi jumlah konsumen yang diizinkan masuk dalam satu waktu menjadi 20 persen kapasitasnya.

Tim itu menyebutkan bahwa akan lebih efektif bila membatasi jumlah orang di toko-toko ketimbang menerapkan pembatasan yang sama dalam operasionalnya.

Panel pemerintah tersebut mengatakan berdasarkan laporan itu serta penilaian klaster infeksi lainnya yang terjadi di Jepang, disimpulkan bahwa bar dan restoran merupakan area penting yang harus menjadi fokus langkah-langkah pencegahan virus pemerintah.

Meski demikian, bukan berarti tempat-tempat lain dapat dikecualikan dari langkah tersebut. Risiko penularan dianggap meningkat di mana pun orang-orang berkumpul dan makan di sana. Ketika sedang makan, orang-orang harus melepas masker, dan tampaknya akan melakukan pembicaraan. Saat mengonsumsi minuman beralkohol, mereka mungkin akan berbicara dengan suara lebih keras atau menjadi tidak peduli dengan langkah pencegahan terhadap virus korona.

Jadi, terkait COVID-19, hal yang dianggap paling penting adalah mengurangi risiko penyebaran virus di bar, restoran, dan tempat lainnya di mana orang makan.

Q154:  Mengetahui lebih jauh tentang ‘Pemberlakuan keadaan darurat’ (Bagian 3)

Kami menyajikan serial mengenai pemberlakuan keadaan darurat yang kedua di Jepang. Pertanyaan kali ini adalah “bagaimana keadaan darurat akan berdampak pada sekolah dan ujian”. Menteri Pendidikan Hagiuda Koichi menggelar jumpa pers pada 5 Januari, untuk menjelaskan langkah-langkah yang akan diambil.

Ia mengatakan kementerian tidak mempertimbangkan meminta penutupan secara keseluruhan untuk SD, SMP, dan SMA. Menurutnya tingkat penularan dan kasus parah di antara anak-anak sekolah tetap rendah sejauh ini dan tidak ada situasi penyebaran penularan dari sekolah ke komunitas. Ia mengatakan penutupan sekolah seharusnya dihindari dari sudut pandang dampaknya terhadap proses belajar anak-anak serta kesehatan mental dan fisiknya.

Sementara untuk perguruan tinggi, ia meminta perguruan tinggi menyediakan kelas secara tatap muka dan daring.

Namun, ia mendesak peningkatan langkah-langkah pencegahan penularan di aktivitas ekstrakurikuler sekolah. Ia meminta sekolah-sekolah, khususnya SMA, agar mempertimbangkan pembatasan aktivitas ekstrakurikuler dengan risiko penularan tinggi.

Menteri pendidikan mengatakan ujian standar untuk masuk perguruan tinggi akan dimulai tanggal 16 Januari sesuai jadwal, dengan mengambil langkah-langkah menyeluruh untuk mencegah penularan. Lebih dari 530.000 orang di penjuru Jepang diperkirakan akan mengikuti ujian itu.

Ia juga menyerukan dewan-dewan pendidikan setempat agar tetap melaksanakan ujian masuk untuk SMP dan SMA sebagaimana rencana.

Informasi telah dipastikan pada 6 Januari.

Q153:  Mengetahui lebih jauh tentang ‘Pemberlakuan keadaan darurat’ (Bagian 2)

Kami menyajikan serial mengenai pemberlakuan keadaan darurat yang kedua di Jepang. Pertanyaan kali ini adalah "Seberapa efektif deklarasi keadaan darurat yang pertama?"

Pemerintah mendeklarasikan keadaan darurat pertama pada 7 April tahun lalu untuk provinsi-provinsi Tokyo, Kanagawa, Saitama, Chiba, Osaka, Hyogo, dan Fukuoka, berdasarkan undang-undang khusus untuk merespons virus korona. Wilayah ini diperluas pada 16 April guna mencakup seluruh Jepang.

Selama periode ini, pemerintah mendesak masyarakat agar mengurangi kontak antarorang sekurangnya 70 persen, dan 80 persen jika memungkinkan, berdasarkan saran dari panel pakar pemerintah.

Gubernur-gubernur provinsi wilayah darurat dapat meminta warga agar tidak keluar rumah kecuali jika betul-betul perlu dan bekerja sama untuk mencegah penyebaran penularan. Para gubernur juga dapat meminta pembatasan penggunaan fasilitas-fasilitas tempat banyak orang berkumpul.

Di daerah-daerah dengan penularan meluas, masyarakat diminta bekerja dari rumah sebisa mungkin dan didesak keras agar tidak keluar rumah kecuali untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari atau pergi ke dokter.

Hal ini membawa pada penutupan sementara bar, restoran, teater, bioskop, pusat perbelanjaan, hotel, museum, dan perpustakaan, serta pembatalan atau penundaan berbagai acara. Sekolah-sekolah di penjuru Jepang ditutup sejak bulan Maret dan sebagian besarnya tetap tutup setelah deklarasi dikeluarkan.

Sebagai hasil dari Langkah ini, jumlah pengunjung ke pusat Tokyo anjlok lebih dari 60 persen pada hari kerja dan sekitar 80 persen pada akhir pekan dibandingkan bulan Januari tahun yang sama.

Jumlah kasus baru di Jepang mencapai puncaknya sekitar 700 pada pertengahan April dan mulai turun. Wilayah-wilayah dengan status keadaan darurat perlahan-lahan berkurang. Deklarasi itu akhirnya dicabut di Hokkaido dan Tokyo dan tiga provinsi bertetangga pada 25 Mei. Sebanyak 21 kasus baru dipastikan pada hari itu.

Q152:  Mengetahui lebih jauh tentang ‘Pemberlakuan keadaan darurat’ (Bagian 1)

Kami menyajikan serial mengenai pemberlakuan keadaan darurat yang kedua di Jepang. Pertanyaan kali ini adalah "Apa arti status keadaan darurat di Jepang?"

Deklarasi keadaan darurat merupakan kebijakan yang diambil berdasarkan UU khusus guna merespons virus korona. Perdana menteri bisa membuat deklarasi tersebut jika virus menyebar dengan cepat di seluruh Jepang dan bisa memberi dampak serius bagi kehidupan warga atau perekonomian.

Durasi dan wilayah cakupannya akan ditentukan.

Para gubernur yang provinsinya ditetapkan dalam keadaan darurat bisa meminta warganya untuk tidak bepergian keluar dan bekerja sama dalam mencegah penyebaran penularan. Larangan ini tidak berlaku atas situasi yang diperlukan guna menopang kehidupan warga.

Para gubernur bisa meminta atau memerintahkan penutupan sekolah atau membatasi penggunaan sejumlah fasilitas seperti misalnya pusat perbelanjaan yang biasanya dipenuhi banyak orang. Mereka juga memiliki wewenang menggunakan lahan atau bangunan untuk dijadikan fasilitas medis tanpa perlu izin dari pemiliknya, jika langkah itu sangat dibutuhkan.

Dalam situasi mendesak, mereka bisa meminta atau memerintahkan perusahaan-perusahaan transportasi untuk mengirimkan produk atau perlengkapan medis, atau mengambil alih produk medis saat dibutuhkan.

April tahun lalu, mantan Perdana Menteri Abe Shinzo mendeklarasikan keadaan darurat bagi tujuh provinsi, yakni Tokyo, Kanagawa, Saitama, Chiba, Osaka, Hyogo, dan Fukuoka. Kebijakan itu kemudian diperluas mencakup seluruh Jepang.

Q151: Bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru? (Bagian 12)

Kami bertanya kepada para pakar di Asosiasi Dokter Anak Jepang serta Pusat Kesehatan dan Perkembangan Anak Nasional mengenai cara melindungi anak-anak dari virus korona baru. Pertanyaan di bagian ke-12 adalah, “Apakah anak-anak sebaiknya tidak pergi keluar atau bermain bersama teman?”

Para pakar mengatakan anak-anak tidak perlu dilarang untuk pergi keluar atau bermain bersama teman selagi menerapkan langkah pencegahan penularan. Bermain memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan fisik dan mental anak-anak. Jadi, jika langkah untuk mengurangi penularan diterapkan dengan sepatutnya, maka tidak menjadi masalah bagi mereka untuk keluar atau bermain bersama teman.

Saat berencana untuk jalan-jalan keluar sewaktu libur sekolah, harap memantau situasi penularan di kota Anda dan tempat yang ingin dikunjungi. Selain itu, pastikan juga bahwa otoritas di kedua wilayah tersebut tidak mengeluarkan imbauan larangan bepergian.

Bermain di luar ruangan risikonya diyakini lebih rendah ketimbang bermain di dalam ruangan. Namun, Anda harus mencermati beberapa poin berikut. Pertama, anak-anak tidak boleh bermain di luar ketika mereka memiiki gejala meriang, seperti tenggorokan sakit, batuk, atau demam.

Lalu, anak-anak harus mencuci tangan mereka setelah menyentuh benda-benda yang sering disentuh banyak orang. Mereka juga harus mencuci tangan sebelum makan dan minum, serta tidak duduk saling berhadapan saat makan.

Sementara itu, bermain di dalam ruangan memiliki risiko yang lebih tinggi, jadi harap mencermati sejumlah hal berikut ini.

Pastikan bahwa tidak ada orang yang terinfeksi di dekat Anda. Pastikan tidak ada lansia atau orang-orang dengan riwayat penyakit bawaan di sekitar Anda. Pastikan bahwa anak-anak serta anggota keluarganya tidak menunjukkan gejala meriang. Hanya bermain dengan jumlah orang yang sedikit.

Pastikan bahwa anak-anak bermain atas persetujuan orang tua. Anak-anak harus mencuci tangan setelah menyentuh benda-benda yang sering disentuh banyak orang. Mereka juga harus mencuci tangan sebelum makan dan minum, serta tidak duduk saling berhadapan saat makan. Pastikan untuk membuka sirkulasi udara di tempat tersebut setidaknya sekali dalam satu jam.

Jika Anda tinggal di wilayah yang diimbau untuk tidak bepergian keluar, maka anak-anak harus mengikuti hal berikut. Hanya bermain bersama saudara kandung dan anggota keluarga yang tinggal di rumah yang sama. Hindari kontak fisik jarak dekat saat pergi keluar.

Informasi ini menggunakan data yang akurat hingga 25 Desember.

Q150: Bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru? (Bagian 11)

Kami bertanya kepada para pakar di Asosiasi Dokter Anak Jepang serta Pusat Kesehatan dan Perkembangan Anak Nasional mengenai cara melindungi anak-anak dari virus korona baru. Pertanyaan di bagian ke-11 adalah, “Apakah orang tua harus menahan anak-anak di rumah ketimbang mengizinkan mereka pergi ke sekolah, taman kanak-kanak, atau tempat penitipan anak?”

Para pakar menyatakan tidak ada alasan untuk membuat anak-anak menjauh dari sekolah, TK, atau tempat penitipan anak, kecuali anak tersebut merasa kurang sehat atau pernah kontak fisik jarak dekat dengan seseorang yang hasil tesnya positif virus korona.

Di wilayah yang tidak mengalami wabah dalam skala besar, banyak anak-anak yang terinfeksi virus dari orang dewasa yang tinggal di rumah yang sama, misalnya dari orang tua. Namun,  ada juga laporan yang menyebutkan bahwa penularan virus terjadi di tempat anak-anak biasa menghabiskan waktu bersama. Jadi, sekolah, TK, dan tempat penitipan anak bisa ditutup dalam jangka waktu tertentu jika seorang anak di tempat itu dinyatakan tertular virus.

Setiap kasus memerlukan respons yang berbeda tergantung dari kondisi penularannya, jadi harap mengikuti arahan dari pemerintah kota tempat Anda tinggal. Jika seseorang tertular di dalam rumah di lingkungan keluarga, anak-anak dari rumah tersebut akan dianggap telah melakukan kontak fisik jarak dekat dengan pembawa virus. Jadi, mereka harus tetap berada di rumah.

Selain itu, Kementerian Kesehatan Jepang merekomendasikan bahwa anak-anak harus menghindari sekolah, TK, dan tempat penitipan anak saat mereka mengalami demam ringan atau gejala meriang lainnya. Penting bagi semua orang untuk mengikuti imbauan tersebut.

Sudah diketahui secara umum bahwa anak-anak di bawah lima tahun yang menunjukkan gejala terinfeksi, mengeluarkan virus dalam jumlah relatif banyak. Juga diketahui bahwa banyak anak yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala, dan virusnya terus dikeluarkan melalui feses dalam waktu yang lama.

Orang dewasa yang menghabiskan waktu bersama anak-anak harus mengambil langkah cermat seperti misalnya sering mencuci tangan dan memakai masker.

Informasi ini menggunakan data yang akurat hingga 24 Desember.

Q149: Bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru? (Bagian 10)

Kami bertanya kepada para pakar di Asosiasi Dokter Anak Jepang serta Pusat Kesehatan dan Perkembangan Anak Nasional mengenai cara melindungi anak-anak dari virus korona baru. Dalam bagian kesepuluh ini, pertanyaan yang kami angkat adalah, “Apa yang harus dilakukan orang tua bagi anak-anak yang tidak bisa mengenakan masker wajah?”

Para pakar mengatakan, mengenakan masker wajah efektif sebagai perlindungan terhadap paparan langsung dari cipratan pasien terinfeksi, yang tersembur melalui bersin atau batuk. Meski demikian, tidaklah realistis guna meminta anak dua tahun untuk mengenakannya.

Dalam hal anak-anak berusia antara empat hingga lima, meskipun tergantung dari masing-masing individu, dimungkinkan bagi kelompok usia ini untuk mengenakan masker wajah. Orang tua harus mengajarkan mereka cara yang benar untuk mengenakan dan melepaskan masker.

Para pakar mengatakan, ada banyak anak yang terinfeksi virus korona dari orang tuanya di dalam rumah. Guna mencegah anak-anak tertular, penting bagi orang tua untuk mengambil langkah-langkah antipenularan agar tidak menularkan virus itu. Jika ada anggota keluarga yang tertular, penting untuk mempertahankan jarak lebih dari dua meter dari orang yang terinfeksi tersebut.

Para pakar menekankan bahwa mencuci tangan dan mendisinfeksi barang-barang juga penting, karena anak-anak dapat terinfeksi dengan cara menyentuh mulut, hidung, atau matanya dengan mainan dan buku yang telah terkontaminasi virus tersebut.

Informasi ini akurat hingga 23 Desember.

Q148: Bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru? (Bagian 9)

Kami bertanya kepada para pakar di Asosiasi Dokter Anak Jepang serta Pusat Kesehatan dan Perkembangan Anak Nasional mengenai cara melindungi anak-anak dari virus korona baru. Dalam bagian kesembilan ini, pertanyaan yang kami ulas adalah, “Apakah ibu sebaiknya berhenti menyusui bayi, ketika ia diketahui telah tertular virus korona?”

Para pakar mengatakan bahwa ibu tidak perlu berhenti menyusui bayi sama sekali, bahkan jika ia hasil tesnya positif. Mereka mengatakan ibu dapat memilih apakah akan meneruskan menyusui bayi, tergantung atas kondisi dan keinginannya.

Saat seorang ibu terinfeksi, terdapat risiko ia dapat menularkan virus itu kepada bayinya melalui kontak atau batuk. Terdapat laporan bahwa gen virus korona ditemukan dalam air susu ibu. Namun, masih belum jelas apakah susu itu mengandung virus yang menular. Air susu ibu punya banyak manfaat bagi bayi dan tidak dianjurkan untuk menghentikan menyusui akibat ketakutan akan infeksi.

Ada dua metode bagi ibu yang terinfeksi untuk terus menyusui. Pertama adalah menyusui secara langsung. Kedua adalah memberikan air susu ibu perah melalui botol.

Sebelum menyusui langsung seorang bayi, ibu harus mencuci tangannya secara menyeluruh, mendisinfeksinya, serta mengenakan masker.

Sebelum memerah susu, ibu harus memastikan telah mencuci tangannya, serta juga mendisinfeksi tangan, payudara, dan pompa payudara. Kemudian, orang yang tidak terinfeksi yang sebaiknya memasukkan susu ke dalam botol dan memberikan susu kepada bayi.

Informasi ini akurat hingga 22 Desember.

Q147: Bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru? (Bagian 8)

Kami bertanya kepada para pakar di Asosiasi Dokter Anak Jepang serta Pusat Kesehatan dan Perkembangan Anak Nasional mengenai cara melindungi anak-anak dari virus korona baru. Dalam bagian kedelapan ini, pertanyaannya adalah “Apakah kita harus menunda rawat inap bagi anak untuk menjalani pemeriksaan dan operasi karena penyakit selain virus korona?”

Para pakar mengatakan Anda harus memberikan prioritas pemeriksaan dan perawatan untuk penyakit anak, serta memperhatikan kondisi kesehatan anak sebelum melakukannya.

Sejumlah rumah sakit di Jepang menangani pasien virus korona dan orang-orang dengan penyakit lain secara terpisah. Anda harus memastikan hal itu dengan rumah sakit tempat anak Anda akan menjalani perawatan, pada dasarnya Anda mungkin akan diyakinkan anak Anda aman di fasilitas tersebut.

Penularan virus korona diperkirakan akan berlanjut, jadi Anda harus memprioritaskan perawatan dan pemeriksaan untuk penyakit anak Anda. Jika jadwal rawat inap telah ditetapkan, Anda harus benar-benar memperhatikan kondisi kesehatan anak Anda dua pekan sebelum masuk ke rumah sakit dan menghindari perilaku yang akan meningkatkan risiko penularan. Pembatasan mungkin akan diterapkan di rumah sakit tempat anak Anda menjalani rawat inap jika mereka tidak sehat atau telah melakukan kontak dengan orang-orang yang menunjukkan gejala selesma.

Informasi ini menggunakan data yang akurat hingga 21 Desember.

Q146: Bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru? (Bagian 7)

Kami bertanya kepada para pakar di Asosiasi Dokter Anak Jepang serta Pusat Kesehatan dan Perkembangan Anak Nasional mengenai cara melindungi anak-anak dari virus korona baru. Dalam bagian ketujuh kali ini, pertanyaan dari orang tua adalah “Apakah anak-anak harus dirawat inap di rumah sakit jika mereka terkena virus korona?” dan “Apakah orang tua diizinkan untuk berkunjung atau menemani anak-anaknya selama dirawat di rumah sakit?”

Para pakar merespons sesuai dengan situasi di Jepang. Para pakar mengatakan ketika anak-anak terkena virus korona, sebagian besar kasus memiliki gejala ringan dan tidak membutuhkan rawat inap di rumah sakit dari perspektif medis. Meski begitu, ada situasi ketika anak-anak harus dirawat di rumah sakit sesuai dengan undang-undang.

Jika anak-anak terkena virus dari orang tua mereka di dalam rumah, kedua orang tua dan anak-anak mungkin menjalani rawat inap sekaligus. Jika orang tua tidak terkena virus korona, anak-anak mungkin menjalani rawat inap sendirian dengan maksud dikarantina.

Izin bagi orang tua untuk menemani anaknya selama menjalani rawat inap di rumah sakit akan ditentukan berdasarkan berbagai faktor dari kasus per kasus termasuk usia anak dan situasi di rumah sakit.

Jika anak disarankan tinggal di rumah atau di fasilitas yang ditentukan selama penyembuhan dari penyakit tersebut, orang tua harus berkonsultasi dengan pusat kesehatan masyarakat dan terus melakukan pemeriksaan kesehatan melalui telepon setelah anak sembuh.

Kriteria untuk gejala ringan harus ditentukan oleh seorang pakar medis. Itu mencakup memiliki energi yang cukup, mendapatkan cukup cairan, dan bernapas tanpa kesulitan.

Jika seorang merasa sakit dan membutuhkan rawat inap, kemungkinan besar orang tua terkena virus tersebut atau diduga terpapar virus tersebut. Dalam kasus seperti itu, orang tua mungkin tidak akan diizinkan untuk mengunjungi anaknya di rumah sakit.

Para pakar menyarankan orang tua untuk berkonsultasi dengan dokter bagaimana untuk berhubungan, mungkin akan berbeda tergantung dari berbagai faktor termasuk situasi khusus dari orang tua seperti apakah mereka telah pulih dari virus, situasi di rumah sakit, dan situasi penularan di kawasan itu.

Informasi ini menggunakan data yang akurat hingga 18 Desember.

Q145: Bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru? (Bagian 6)

Kami bertanya kepada para pakar di Asosiasi Dokter Anak Jepang serta Pusat Kesehatan dan Perkembangan Anak Nasional mengenai cara melindungi anak-anak dari virus korona baru. Dalam bagian keenam kali ini, pertanyaan dari orang tua adalah “Apakah pemeriksaan kesehatan rutin dan vaksinasi untuk bayi sebaiknya ditunda?”

Para pakar mengungkapkan bahwa pemeriksaan rutin bagi bayi di Jepang bertujuan untuk deteksi dini penyakit dan masalah kesehatan lainnya yang cenderung dialami anak-anak pada usia tertentu. Hal ini untuk memastikan agar anak-anak dapat menerima penanganan yang dibutuhkan sesegera mungkin. Sangat penting juga bagi anak-anak untuk mendapatkan vaksinasi sebelum terkena penyakit menular.

Melakukan langkah pencegahan penularan virus korona tentunya adalah hal yang penting. Namun, para pakar mengatakan bahwa jika kita menghindari membawa anak ke rumah sakit, hal itu akan menimbulkan risiko penyakit lainnya yang bisa dicegah dan seharusnya tidak terjadi.

Para pakar juga mengungkapkan bahwa jumlah kasus baru akan terus melonjak tiap beberapa bulan. Jika orang tua menahan diri untuk membawa anak-anaknya menjalani pemeriksaan rutin dan vaksinasi tiap kali terjadi lonjakan kasus, hal ini akan menjadi sangat problematik.

Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan bahwa sejumlah pemerintah kota telah mengubah cara pelaksanaan pemeriksaan rutin dengan mempertimbangkan situasi penularan di daerahnya. Ada juga vaksinasi yang disediakan di luar periode yang ditetapkan semula agar anak-anak yang melewatkan vaksin bisa mendapatkannya belakangan. Para pakar mengimbau orang tua untuk menghubungi kantor kesehatan masyarakat guna memperoleh informasi ini.

Baik secara individu maupun berkelompok, anak-anak dan orang tua harus melakukan langkah pencegahan penularan virus korona ketika menjalani pemeriksaan kesehatan rutin atau menerima vaksinasi. Mereka harus memastikan tidak ada demam ataupun gejala seperti batuk sebelum keluar rumah.

Mencuci tangan dan mengenakan masker juga harus dilakukan oleh orang dewasa yang mendampingi anak-anaknya. Selain itu, sebisa mungkin hindari mengajak kakak atau adik, serta kakek ataupun nenek.

Para peneliti menyatakan bahwa virus korona bisa dikeluarkan bersama feses. Oleh karena itu, jangan mengganti popok di tempat pemeriksaan kesehatan rutin dan vaksinasi serta di fasilitas-fasilitas medis.

Informasi ini dihimpun berdasarkan data hingga 17 Desember.

Q144: Bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru? (Bagian 5)

Kami bertanya kepada para pakar di Asosiasi Dokter Anak Jepang serta Pusat Kesehatan dan Perkembangan Anak Nasional mengenai cara melindungi anak-anak dari virus korona baru. Dalam bagian kelima kali ini, pertanyaan dari orang tua adalah “Apakah anak-anak sebaiknya menghindari menjenguk seseorang di rumah sakit?”

Para pakar menyatakan bahwa tiap rumah sakit memiliki pedoman mengenai kunjungan ke rumah sakit agar bisa dipastikan terlebih dahulu. Jika diperbolehkan untuk melakukan kunjungan, suhu tubuh anak harus diukur di rumah. Selain itu, pastikan juga bahwa mereka tidak memperlihatkan gejala, seperti batuk, hidung berair, diare, dan muntah.

Anak-anak juga harus mengikuti langkah-langkah dasar pencegahan penularan seperti mencuci tangan dan mengenakan masker sebelum menjenguk pasien.

Dalam tanya jawab berikutnya, kami akan membahas mengenai kunjungan anak ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan kesehatan dan mendapatkan vaksinasi.

Informasi ini dihimpun berdasarkan data hingga 16 Desember.

Q143: Bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru? (Bagian 4)

Kami bertanya pada para pakar di Asosiasi Dokter Anak Jepang dan Pusat Nasional bagi Kesehatan dan Perkembangan Anak mengenai cara melindungi anak-anak dari virus korona baru. Dalam bagian keempat kali ini, pertanyaan dari orang tua adalah “Kapan kita harus segera membawa anak ke dokter saat kita menduga gejala yang dialami anak mungkin diakibatkan oleh virus korona baru?”

Para pakar mengatakan dalam kebanyakan kasus, anak-anak tertular virus korona dari orang tuanya di rumah atau di luar rumah saat mereka melakukan aktivitas kelompok.

Menurut Kementerian Kesehatan, orang-orang yang tinggal sangat dekat dengan seseorang yang kemudian hasil tesnya positif, atau tinggal bersama orang itu dalam waktu yang lama, memiliki kemungkinan besar juga dapat tertular. Mereka disebut kontak dekat. Para pejabat kesehatan publik setempat menyelidiki setiap kasus dan menentukan apakah orang itu memang adalah kontak dekat.

Para pakar mengimbau orang tua untuk menghubungi pusat kesehatan publik setempat terlebih dahulu saat anak mengalami sejumlah gejala atau mungkin telah melakukan kontak jarak dekat dengan seseorang yang terinfeksi.

Mereka mengimbau untuk tidak membawa anak-anak yang diduga terinfeksi itu ke klinik atau perawatan darurat karena anak-anak itu mungkin tidak dapat menjalani tes untuk memastikan infeksi tersebut di tempat-tempat ini.

Bagaimana dan di mana menerima tes PCR berbeda-beda menurut wilayah tempat tinggal, jadi orang-orang diimbau untuk tetap memantau informasi yang diumumkan pusat-pusat kesehatan publik setempat.

Beberapa rumah sakit menetapkan rentang waktu dan pintu masuk terpisah bagi pasien dengan gejala yang menunjukkan mereka mungkin terinfeksi. Ini untuk mencegah pasien lain terpapar virus tersebut. Para pengunjung diimbau untuk mengecek ke rumah sakit sebelumnya.

Saat anak mengalami demam untuk sementara waktu tanpa akibat yang jelas, sulit bernapas, tidak dapat makan atau minum, atau menjadi lemah, terdapat kemungkinan mereka menderita penyakit tertentu, jika bukan COVID-19. Para pakar mengimbau orang tua untuk segera menghubungi spesialis medis.

Informasi ini akurat hingga 15 Desember.

Q142: Bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru? (Bagian 3)

Kami bertanya kepada para pakar di Asosiasi Dokter Anak Jepang dan Pusat Nasional bagi Kesehatan dan Perkembangan Anak mengenai bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru. Dalam bagian ketiga kali ini, pertanyaan dari orang tua adalah “Apa yang harus diperhatikan secara khusus saat anak memiliki asma atau masalah kesehatan lainnya?”

Para pakar mengatakan bahwa pada umumnya, saat anak-anak memiliki penyakit, mereka dapat mengalami sakit parah akibat infeksi virus pernapasan. Namun, diketahui juga bahwa pasien virus korona yang memiliki asma persentasenya kecil.

Risiko memiliki masalah kesehatan dan cara meresponsnya berbeda, tergantung pada penyakitnya. Jadi, orang-orang diimbau untuk berkonsultasi dengan dokter mereka. Penting juga bagi anggota keluarga dan orang lainnya dengan masalah kesehatan agar berhati-hati dan tidak tertular.

Informasi ini akurat hingga 14 Desember.

Q141: Bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru? (Bagian 2)

Kami bertanya pada para pakar di Asosiasi Dokter Anak Jepang dan Pusat Nasional bagi Kesehatan dan Perkembangan Anak mengenai cara melindungi anak-anak dari virus korona baru. Dalam bagian kedua kali ini kami menanyakan apakah terdapat kasus anak-anak mengalami sakit parah setelah tertular virus ini.

Para pakar mengatakan terdapat lebih sedikit kasus sakit parah di antara anak-anak dibandingkan orang dewasa. Namun, sebagaimana orang dewasa, anak-anak juga dapat mengalami masalah pernapasan. Anak-anak berusia kurang dari 2 tahun cenderung mengalami gejala parah dan harus diawasi dengan saksama.

Di Eropa dan Amerika Serikat, terdapat laporan anak-anak berusia sekitar 10 tahun yang mengalami masalah jantung setelah demam selama beberapa hari yang diikuti sakit perut, diare, dan ruam kulit. Sejauh ini hanya sedikit sekali kasus yang dilaporkan di Jepang.

Informasi ini akurat hingga 11 Desember.

Q140: Bagaimana mencegah anak-anak tertular virus korona baru? (Bagian 1)

Kami bertanya pada para pakar di Asosiasi Dokter Anak Jepang dan Pusat Nasional bagi Kesehatan dan Perkembangan Anak mengenai gejala-gejala yang mungkin dialami anak ketika tertular virus.

Para pakar mengatakan mereka mendapati bahwa anak-anak sama rentannya terhadap virus ini seperti juga orang dewasa.

Banyak anak di Jepang tertular virus di rumah. Mereka mengalami gejala demam dan batuk kering. Namun, relatif sedikit anak yang mengalami gejala-gejala terkait saluran pernapasan atas seperti ingus atau hidung tersumbat.

Anak-anak mengalami demam dalam waktu yang lama seperti orang dewasa. Terdapat laporan radang paru di sebagian anak.

Sejumlah anak juga mengalami muntah, sakit perut, diare, dan gejala-gejala lain yang terkait dengan sistem pencernaan.

Hanya sedikit anak yang menderita kehilangan kemampuan mencium atau mengecap, yang sering ditemukan pada orang dewasa.

Namun, orang tua dianjurkan agar tetap waspada atas gangguan-gangguan seperti itu pada anak mereka. Sebagian pasien berusia remaja, yang dapat mengungkapkan keluhan, melaporkan gejala-gejala tersebut.

Para pakar menyatakan sebagian anak yang tertular mungkin tidak menunjukkan gejala. Mereka menganjurkan para orang tua agar memperhatikan anak-anak dengan saksama karena mereka mungkin tidak bisa menjelaskan kondisi sendiri dengan tepat.

Informasi ini akurat hingga 10 Desember.

Q139: Apakah masker berdampak pada perkembangan anak? (Bagian 3)

Seperti yang dibahas dalam dua bagian sebelumnya, memakai masker bukan hanya tidak nyaman karena kita tidak dapat melihat wajah orang yang mengenakannya, tetapi juga dapat mempengaruhi perkembangan otak anak.

Profesor Myowa Masako dari Pascasarjana Pendidikan dan Fakultas Pendidikan Universitas Kyoto mengatakan, penggunaan bahasa tubuh sebagai sarana komunikasi bisa menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengatasi masalah ini.

Ia menyarankan agar bentuk ekspresi ketika senang atau sedih bisa lebih diungkapkan secara fisik guna mengganti ekspresi wajah yang tidak terlihat.

Pertumbuhan anak tidak bisa ditunggu. Anggota keluarga harus secara aktif mengungkapkan perasaan mereka dan memastikan untuk menjembatani setiap perbedaan mental dengan seorang anak.

Q138: Apakah masker berdampak pada perkembangan anak? (Bagian 2)

Beberapa pelajar sekolah dasar di Jepang mengalami sejumlah dampak negatif karena memakai masker setiap waktu.

Di salah satu sekolah, dua pelajar kelas satu SD terlibat dalam perkelahian saat jam istirahat. Insiden perkelahian ini bermula saat salah satu dari anak tersebut tanpa sengaja memukul seorang anak lain dengan tangannya. Meski anak tersebut telah meminta maaf, tetapi suaranya terdengar bergumam karena tertutup masker dan permintaan maaf tersebut tidak tersampaikan ke anak lainnya.

Para guru mengatakan bahwa mereka melihat ada lebih banyak masalah terkait komunikasi di antara anak-anak yang mengemuka akhir-akhir ini.

Profesor Myowa Masako dari Pascasarjana Pendidikan dan Fakultas Pendidikan Universitas Kyoto merupakan spesialis perkembangan psikologis dan otak manusia.

Menurutnya anak-anak usia empat hingga 10 tahun tengah mengembangkan kapabilitas otaknya untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain atau kemampuan untuk berempati.

Ia menjelaskan bahwa anak-anak tersebut mengembangkan kemampuan untuk membayangkan apa yang dipikirkan orang lain dan apa yang harus mereka lakukan dengan saling berkomunikasi.

Profesor Myowa mengatakan, normalnya anak-anak mendapatkan banyak pengalaman di sekolah untuk berempati. Ia ingin membahas masalah ini bersama guru-guru tentang apa yang harus dilakukan agar bisa membuat anak-anak mendapatkan pengalaman semacam itu di dalam kelas di tengah situasi saat ini.

Q137: Apakah masker berdampak pada perkembangan anak? (Bagian 1)

Masker kini sudah menjadi bagian yang umum dalam cara kehidupan yang baru. Namun, banyak orang mungkin sulit menebak ekspresi wajah sehingga merasa kurang nyaman. Sudah umum dipahami bahwa penutup wajah tidak hanya mengganggu, tetapi juga dapat mempengaruhi perkembangan otak anak-anak.

Banyak perawat anak-anak yang mengenakan masker saat bekerja mengatakan sulit untuk menciptakan hubungan saling percaya karena mereka tidak dapat menunjukkan mulutnya kepada anak-anak. Misalnya, mereka mengatakan bahwa bahkan saat mereka memuji anak-anak dengan mengatakan, “Hebat!”, atau “Pintar”, maksud tersebut tidak tersampaikan.

Profesor Myowa Masako dari Pascasarjana Pendidikan dan Fakultas Pendidikan Universitas Kyoto, adalah spesialis perkembangan otak manusia dan perkembangan psikologis. Menurutnya, orang dewasa harus berhati-hati mengenai cara berinteraksi dengan bayi mulai dari saat dilahirkan, hingga sekitar usia satu tahun.

Pada usia ini, bayi memperhatikan wajah dari orang-orang yang berbeda berikut gerakannya, serta mempelajari ekspresi wajah. Saat melakukannya, mata, hidung, dan mulut merupakan elemen yang penting.

Bayi-bayi jadi dapat mengenali wajah saat adanya tiga elemen wajah ini. Lalu, seiring berjalannya waktu, balita belajar untuk membedakan wajah yang mengekspresikan emosi yang berbeda-beda, seperti misalnya gembira atau marah.

Kemampuan untuk membedakan wajah dan ekspresi ini kemudian membentuk dasar kemampuan memahami perasaan orang lain.

Profesor Myowa mengatakan, cuma orang dewasa yang dapat berkomunikasi hanya dengan menggunakan mata. Dikatakannya, anak-anak menggunakan berbagai informasi dalam ekspresi manusia dan secara bertahap jadi dapat membaca ekspresi dan emosi orang lain. Ia mengatakan sangat mungkin semua pengalaman itu bisa hilang sekaligus dengan penyebaran virus korona.

Profesor Myowa mengatakan, meskipun manusia akan terus mengenakan masker, bayi-bayi harus punya lebih banyak peluang untuk melihat wajah manusia. Ia menganjurkan anggota keluarga untuk mencoba menunjukkan wajahnya lebih banyak daripada sebelumnya kepada bayi mereka di rumah.

Q136: Bagaimana mencegah penularan virus korona di rumah? (Bagian 5)

Kami bertanya kepada Dr. Terashima Takeshi dari Asosiasi Penyakit Menular Jepang mengenai cara mencegah masuknya virus ke kediaman kita.

Dr. Terashima menyampaikan bahwa kuncinya adalah memisahkan tempat tinggal kita menjadi beberapa area sesuai tingkat bahayanya. Ia mengusulkan membagi rumah menjadi tiga bagian. Pertama adalah “area kehati-hatian” yang memiliki risiko tertinggi. Ini termasuk sekitar pintu masuk yang dilewati orang untuk masuk ke dalam rumah. Kemudian adalah “area bersama” yaitu tempat para anggota keluarga menggunakan bersama perabot dan peralatan rumah tangga. Area selanjutnya adalah “area pribadi” yaitu kamar tidur dan ruangan-ruangan privat.

Kali ini kami akan memfokuskan pada “area pribadi”, yaitu ruangan tempat orang bersantai.

Dr. Terashima mengatakan kita harus menjaga dengan segala cara agar tidak membawa masuk virus ke dalam area ini. Satu objek yang kerap terlupakan adalah telepon selular kita. Ketika berada di luar rumah kita menyentuh telepon selular, maka kita bisa saja membawa virus saat menyentuh layar telepon itu, sehingga akhirnya membawa masuk virus ke kamar tidur kita. Maka itu penting untuk secara teratur membersihkan layar sentuh gawai-gawai yang kita gunakan.

Q135: Bagaimana mencegah penularan virus korona di rumah? (Bagian 4)

Kami bertanya kepada Dr.Terashima Takeshi dari Asosiasi Penyakit Menular Jepang mengenai bagaimana mencegah penularan virus korona ke dalam rumah Anda.

Terashima mengatakan bagaimana membuat “area yang diwaspadai” termasuk lorong masuk agar tetap aman. Kali ini kami akan memfokuskan pada “ruang bersama”, tempat keluarga berbagi dan menggunakan bersama furnitur atau obyek. Ruang bersama itu termasuk kamar kecil dan ruang tamu. Terashima merekomendasikan agar tidak menggunakan barang-barang secara bersama, seperti handuk. Obyek yang digunakan setiap orang seperti sakelar lampu dan alat kendali saluran TV harus dibersihkan dengan disinfektan secara rutin.

Terashima juga menekankan kita dapat mencegah penyebaran virus dengan mengubah car akita duduk dan menyajikan makanan. Ia mengatakan kita harus menghindari duduk berhadapan di meja makan. Jika perlu duduk dengan posisi secara diagonal di sepanjang meja untuk mencegah terlalu dekat satu sama lain. Terashima juga mengimbau agar waspada dengan kebiasaan untuk makan menggunakan piring besar yang sama. Ia mengatakan kebiasaan itu harus dicegah karena berbagi barang seperti menggunakan sumpit yang sama meningkatkan risiko infeksi. Ia merekomendasikan membagi makanan menjadi porsi individu jadi setiap orang dapat makan dari piring mereka sendiri.

Q134: Bagaimana mencegah penularan virus korona di rumah? (Bagian 3)

Kami bertanya kepada Dr. Terashima Takeshi dari Asosiasi Penyakit Menular Jepang mengenai cara agar kita tidak membawa virus korona ke dalam rumah.

Terashima mengatakan bahwa kuncinya adalah membagi rumah menjadi beberapa area berdasarkan tingkat bahaya. Ia menyarankan untuk membuat tiga area. Pertama, “area waspada” dengan risiko paling tinggi yang mencakup lorong masuk yang dilewati orang-orang saat masuk ke rumah. Kedua, “area bersama”, yaitu area yang digunakan bersama oleh anggota keluarga dengan furnitur dan benda-benda yang dipakai bersama. Terakhir, “area pribadi” yang mencakup kamar tidur dan ruang pribadi.

Ketika seseorang masuk ke rumah, ia harus berhenti di pintu masuk, di “area waspada”, menggantungkan jaketnya di dinding, dan membuang masker sekali pakai ke tong sampah. Terashima mengatakan bahwa orang-orang harus melepaskan jaket dan masker, yang mungkin terkontaminasi virus, di pintu masuk. Hindari membawanya masuk ke dalam rumah.

Q133: Bagaimana mencegah penularan virus korona di rumah? (Bagian 2)

Sebelumnya, kami telah membahas tentang lima poin yang perlu diperhatikan jika seseorang di rumah Anda tertular virus korona. Di antara poin-poin itu adalah memisahkan anggota keluarga tersebut di ruangan tersendiri. Namun, terkadang sulit untuk menyediakan satu ruangan penuh bagi satu orang yang terinfeksi jika Anda tinggal di apartemen kecil.

Kami bertanya kepada Nishizuka Itaru, kepala pusat layanan kesehatan publik di Distrik Sumida, Tokyo. Nishizuka mengatakan bahwa kita harus mengusahakan untuk menjaga jarak sekitar satu meter dari orang yang terinfeksi, serta mengurangi kontak jarak dekat dan percakapan tatap muka untuk menghindari percikan ludah atau cairan dari saluran pernapasan antara satu sama lain.

Ia juga menyarankan untuk sering melakukan ventilasi atau pertukaran udara di ruangan dan menggunakan alat pelembap udara jika dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang menghambat penyebaran virus korona di rumah.

Nishizuka menambahkan bahwa kita sebaiknya mendiskusikan terlebih dahulu mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan jika seseorang di antara keluarga dinyatakan positif virus korona. Hal-hal yang perlu dibahas mencakup siapa yang akan menjaga anak-anak jika orang tua terinfeksi dan siapa yang akan merawat anggota keluarga yang sudah lanjut usia jika orang yang merawatnya tertular virus korona.

Q132: Bagaimana mencegah penularan virus korona di rumah? (Bagian 1)

Pada 19 November, saat jumlah infeksi harian baru di Tokyo melonjak di atas 500 untuk pertama kalinya, Gubernur Tokyo Koike Yuriko meminta warga untuk melakukan langkah-langkah menyeluruh di rumah. Ia mengatakan sejak Agustus, sumber utama infeksi berasal dari rumah, dan ketika virus masuk ke sana, sangat sulit untuk mencegah penyebarannya.

Kepala sebuah pusat kesehatan publik di Tokyo mengatakan dalam banyak kasus, orang dewasa yang sering bepergian keluar membawa virus ke rumah dan kemudian menginfeksi anak-anak atau orang lanjut usia.

Para pakar bagi langkah-langkah pencegahan infeksi telah memberikan sejumlah saran mengenai apa yang harus dilakukan jika salah seorang anggota keluarga menunjukkan gejala infeksi.

Mereka mengatakan orang yang sakit harus tinggal di ruangan terpisah jika memungkinkan dan orang itu serta yang merawatnya harus mengenakan masker.

Mereka menyarankan semua orang untuk sering mencuci tangan dan makan dengan piring yang berbeda.

Mereka juga mengatakan penting untuk mendisinfeksi tempat-tempat yang sering disentuh serta sering mengatur ventilasi ruangan.

Q131: Bagaimana mengatur ventilasi ruangan agar tidak kedinginan? (Bagian 2): Apakah perlu dilakukan setiap setengah jam?

Kementerian Kesehatan merekomendasikan agar kita membuka seluruh jendela bagi ventilasi dua kali dalam satu jam. Namun, melakukan hal itu pada saat udara dingin dan bersalju di musim dingin akan membuat tidak nyaman. Profesor Hayashi Motoya memberikan beberapa saran tentang bagaimana melakukan ventilasi udara di dalam ruangan sambil tetap merasa hangat.

“Buka sedikit jendela sambil tetap menyalakan penghangat. Dengan cara ini, ventilasi ruangan tetap terjaga tanpa menyebabkan ruangan menjadi dingin. Selain itu, sejumlah bangunan dilengkapi dengan sistem ventilasi otomatis selama 24 jam. Sistem tersebut melakukan ventilasi udara di dalam bangunan tanpa perlu membuka jendela.”

“Namun, Anda harus ingat bahwa kelembapan ruangan akan turun jika Anda terus membuka jendela. Penting untuk mempertahankan tingkat kelembapan karena virus mudah menular pada kelembapan yang rendah. Masih belum diketahui bagaimana kelembapan memengaruhi aktivitas virus korona baru. Namun, pada umumnya, kelembapan yang rendah melemahkan fungsi selaput lendir pada tenggorokan. Jadi direkomendasikan untuk menggunakan pelembap udara untuk mempertahankan tingkat kelembapan yang pas.”

Q130: Bagaimana mengatur ventilasi ruangan agar tidak kedinginan? (Bagian 1)

Kami bertanya kepada Profesor Hayashi Motoya dari Universitas Hokkaido yang telah menyusun sejumlah usulan metode ventilasi di sebuah organisasi kementerian kesehatan. Ia mengatakan, “Akan terasa sangat dingin jika membiarkan udara dingin dari luar masuk secara langsung ke ruangan seperti ruang kelas di sekolah atau kamar tidur di rumah masing-masing. Namun, ada metode ventilasi sederhana yang terdiri dari dua langkah untuk mencegah situasi tidak nyaman tersebut. Pertama, biarkan udara luar yang dingin dan segar masuk ke ruangan yang tidak digunakan atau lorong-lorong yang mendapatkan aliran udara panas dari seluruh bangunan. Berikutnya, buka jendela dan pintu yang mengarah ke ruangan yang Anda biasa gunakan. Dengan demikian udara hangat akan mengalir ke ruangan ini sehingga Anda dapat melakukan ventilasi di ruangan tanpa kedinginan.

Q129: Mengapa penularan menyebar cepat di  Hokkaido, Jepang utara?

Tateda Kazuhiro, kepala Asosiasi Penyakit Menular Jepang yang juga profesor di Universitas Toho mengatakan, "Terdapat sejumlah alasan peningkatan ini. Orang-orang berada di dalam ruangan akibat cuaca dingin, yang berarti mereka melewatkan lebih banyak waktu dalam keadaan 'Tiga situasi berisiko tinggi', yaitu ruang tertutup, tempat padat, dan situasi kontak dekat. Dengan penularan yang terjadi dalam waktu panjang, mereka juga menurunkan kewaspadaan. Selain itu, kasus-kasus influenza dan selesma akibat virus korona meningkat dengan turunnya suhu, sementara sejumlah penelitian juga mengisyaratkan hal yang sama juga terjadi untuk virus korona baru ini. Hal ini berarti kita harus terus mengingat bahwa penularan akibat virus korona ini lebih mungkin meluas pada musim dingin, dan mengambil langkah-langkah semestinya untuk melindungi diri."

Takeda menambahkan, "Kita juga harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa penularan di daerah-daerah di luar Hokkaido, yang situasinya sekarang tampak mereda, bisa jadi kembali meningkat dengan turunnya suhu. Kita harus ingat untuk menghindari ‘Tiga situasi berisiko tinggi’, dan memastikan kita mencuci tangan dengan baik dan mengenakan masker. Juga penting untuk secara rutin membuka ventilasi ruangan. Namun, saya paham bahwa membuka sering ventilasi ruangan sulit dilakukan di daerah yang sangat dingin. Di daerah-daerah semacam ini, saya harap masyarakat akan melakukan tanggapan secara fleksibel dengan mengambil kombinasi langkah-langkah pencegahan yang berbeda."

Q128: "Saya pernah mendengar banyak orang di Jepang mengunjungi kuil Shinto dan Buddha pada Tahun Baru. Bagaimana mencegah menyebarnya penularan?"

Sebuah panel pakar pemerintah mengenai virus korona membahas langkah-langkah untuk kunjungan ke kuil pada Tahun Baru dalam sebuah pertemuan yang digelar tanggal 12 November. Dalam pertemuan itu, Sekretariat Kabinet mempresentasikan langkah-langkah yang disusunnya berdasarkan rekomendasi para pakar.

Kebijakan itu meminta para pengunjung melakukan langkah dasar pencegahan infeksi seperti mengenakan masker dan membersihkan tangan. Dikatakan harus diambil langkah-langkah agar orang mengetahui status kepadatan antrean di kuil dan mendesak mereka agar mengatur waktu kunjungan. Dikatakan staf harus ditempatkan di kuil untuk menjamin jaga jarak antara para pengunjung. Selain itu para pengunjung harus diminta agar tidak makan dan minum di sekitar kuil tetapi membawa pulang makanan tersebut, serta diminta agar tidak berbicara keras-keras.

Kebijakan itu menyerukan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya tempat yang padat, keadaan kontak dekat, dan ruang tertutup di sekitar kuil-kuil. Hal ini termasuk membuat pengunjung menyebar di lebih dari satu stasiun kereta dan memberi tahu mereka status kepadatan di kuil.

Dalam jumpa pers, ketua panel Omi Shigeru mengatakan tidak ada risiko besar berdoa dengan diam di luar ruangan di kuil-kuil. Ia mengatakan masyarakat harus sadar bahwa berkumpul bersama teman dan kerabat sebelum atau setelah kunjungan ke kuil untuk bercakap-cakap, makan atau minum alkohol memiliki risiko yang lebih tinggi. Ia juga meminta agar masyarakat melakukan kunjungan Tahun Baru pada tanggal 4 Januari atau setelahnya jika bisa untuk mencegah kepadatan.

Q127: Apa saja lima situasi berisiko tinggi yang kerap disebut-sebut dalam berita? (Bagian 2)

Panel penasihat pandemi virus korona pemerintah Jepang baru-baru ini memperingatkan lima situasi berisiko tinggi yang kerap memicu klaster penularan.

Kelima situasi itu adalah;

1.  Pertemuan yang melibatkan konsumsi minuman beralkohol.

2.  Makan-makan dan minum-minum yang dihadiri banyak orang dalam waktu yang lama.

3.  Berbincang-bincang tanpa menggunakan masker.

4.  Sejumlah orang tinggal atau berbagi tempat di dalam satu ruangan tertutup.

5.  Mengobrol dan merokok saat istirahat di tempat kerja.

Kali ini kami akan mengulas situasi nomor 4 dan nomor 5.

Terkait sejumlah orang tinggal atau berbagi tempat di dalam satu ruangan tertutup. Hingga saat ini ada beberapa kasus penularan yang diduga terjadi di kamar asrama dan toilet. Hal itu menunjukkan bahwa berbagi tempat di dalam satu ruangan tertutup dalam waktu yang lama menciptakan kondisi yang berisiko tinggi penularan.

Berikutnya mengenai mengobrol dan merokok saat istirahat di tempat kerja. Ada beberapa kasus penularan yang diduga terjadi di area peristirahatan, ruangan merokok, dan ruangan ganti baju. Orang-orang cenderung menjadi lengah saat istirahat atau mengganti suasana sewaktu kerja. Hal itu juga dipandang memicu risiko tinggi penularan.

Panel penasihat pemerintah menyerukan orang-orang untuk mengambil langkah pencegahan saat berkumpul. Sewaktu pertemuan melibatkan minuman beralkohol, panel mendesak pertemuan itu dilakukan dengan jumlah peserta yang sedikit bersama orang-orang yang biasa bertemu dan dalam waktu yang singkat. Selain itu, orang-orang diminta untuk menghindari minum-minum di tengah malam dan tidak minum secara berlebihan.

Tempat duduk harus diatur bagi pertemuan semacam itu. Panel menyarankan orang-orang duduk secara selang-seling satu dengan yang lainnya. Hindari untuk duduk saling berhadapan atau bersampingan.

Panel juga merekomendasikan orang-orang untuk memakai masker saat berbicara, dan berhati-hati saat menggunakan pelindung wajah atau pelindung mulut karena dinilai tidak terlalu efektif mencegah penyebaran penularan.

Ketua panel penasihat pemerintah, Omi Shigeru, mengatakan data yang ada hingga saat ini menunjukkan bahwa kesadaran untuk mengubah perilaku kita adalah sangat penting dalam mencegah penyebaran virus.

Omi menyarankan pemerintah untuk menyebarkan pesan panel ini dalam cara yang mudah untuk dipahami sehingga bisa diterima oleh sebanyak orang mungkin.

Q126: Apa saja lima situasi berisiko tinggi yang kerap disebut-sebut dalam berita? (Bagian 1)

Panel penasihat pandemi virus korona pemerintah Jepang baru-baru ini memperingatkan lima situasi berisiko tinggi yang kerap memicu klaster penularan.

Kelima situasi itu adalah;

1.  Pertemuan yang melibatkan konsumsi minuman beralkohol.

2.  Makan-makan dan minum-minum yang dihadiri banyak orang dalam waktu yang lama.

3.  Berbincang-bincang tanpa menggunakan masker.

4.  Sejumlah orang tinggal atau berbagi tempat di dalam satu ruangan tertutup.

5.  Mengobrol dan merokok saat istirahat di tempat kerja.

Kali ini kami akan mengulas situasi nomor satu hingga nomor tiga.

Pertama, pertemuan yang melibatkan konsumsi minuman beralkohol. Kita cenderung menjadi bersemangat saat minum minuman beralkohol dan berbicara dengan suara lantang.

Ada banyak orang berkumpul menghabiskan waktu yang lama di tempat tertutup dalam pertemuan semacam itu. Selain itu, mereka yang hadir sering berbagi gelas minuman dan sumpit. Kondisi tersebut berisiko tinggi untuk terjadi penularan.

Situasi berikutnya adalah makan-makan dan minum-minum yang dihadiri banyak orang dalam waktu yang lama.

Risiko penularan biasanya tinggi di bar dan kelab malam atau saat orang-orang berpindah dari bar ke bar lainnya di tengah malam dibandingkan menyantap makanan dalam waktu singkat.

Orang-orang juga cenderung berbicara lebih lantang dan melontarkan lebih banyak cipratan ludah sewaktu lebih dari lima orang berkumpul di satu meja.

Berbincang-bincang dalam jarak dekat tanpa menggunakan masker juga meningkatkan risiko penularan melalui cipratan ludah atau cipratan yang berukuran mikro. Orang-orang diminta untuk berhati-hati saat berbincang di dalam mobil atau bus saat bepergian.

Dua situasi lainnya yaitu orang-orang yang tinggal atau berbagi tempat dalam satu ruangan tertutup dan mengobrol serta merokok saat istirahat di tempat kerja akan kami bahas pada sesi berikutnya.

Q123: Mengapa Australia tidak mengalami epidemi ganda musim dingin ini?

Pertanyaan kali ini adalah mengapa Australia tidak mengalami epidemi ganda influenza dan virus korona pada musim dingin tahun ini?

Musim dingin di negara yang berada pada belahan selatan bumi berlangsung dari Juni hingga Agustus. Hingga akhir Mei, pemerintah Australia telah mendapatkan 18 juta dosis vaksin influenza, atau lima juta dosis lebih banyak daripada tahun lalu. Para pejabat menyerukan masyarakat agar mendapatkan vaksinasi guna mencegah layanan kesehatan kewalahan akibat epidemi ganda.

New South Wales, negara bagian tempat Kota Sydney berada, sempat menerapkan kewaspadaan tertinggi terhadap kemungkinan wabah influenza di panti-panti jompo. Fasilitas tersebut mengharuskan para staf dan pengunjung, seperti misalnya anggota keluarga, untuk divaksinasi.

Melalui upaya-upaya seperti itu, Australia tidak melaporkan adanya kematian akibat influenza mulai Mei hingga 20 September. Terjadi 36 kematian akibat influenza mulai dari awal tahun hingga 20 September, atau 5,1 persen dari jumlah periode yang sama tahun lalu.

Dokter Jeremy McAnulty dari Badan Kesehatan New South Wales mengatakan, vaksinasi terhadap influenza di musim dingin ini banyak dilakukan, karena terdapat kekhawatiran mengenai epidemi ganda. Ia juga meyakini bahwa hal itu merupakan salah satu faktor pendorongnya.

Ia menyarankan bahwa langkah-langkah untuk mencegah penularan virus korona, seperti misalnya jaga jarak fisik, pembatasan terhadap kegiatan berskala besar, serta kesadaran akan mencuci tangan dan mendisinfeksi, adalah amat penting dalam menekan penyebaran influenza.

Q122: Bagaimana institusi medis Jepang menangani kemungkinan terjadinya dua wabah bersamaan yaitu virus korona dan influenza?

COVID-19 dan influenza musiman memiliki gejala yang sama, seperti demam dan batuk. Jadi timbul kekhawatiran bahwa klinik-klinik daerah dapat mengalami kesulitan dalam menangani pasien jika terjadi wabah ganda. Guna membantu klinik bersiap bagi kemungkinan wabah yang pecah bersamaan, Asosiasi Penyakit Menular Jepang telah menyusun panduan mengenai diagnosis kedua penyakit tersebut.

Panduan tersebut menyarankan agar pada area di mana terdapat wabah virus korona, secara prinsipnya para pasien harus dites baik bagi virus influenza maupun virus korona. Tujuannya agar tidak terjadi kealpaan mendeteksi adanya kasus COVID-19.

Panduan tersebut menawarkan anjuran yang didasarkan pada skala empat level, guna mengukur situasi penularan di area tersebut. Dikatakan bahwa pada level satu, saat tidak ada kasus virus korona dilaporkan di provinsi tersebut, uji bagi virus pada dasarnya tidak diperlukan, kecuali bagi mereka yang telah mengunjungi area yang mengalami penularan dalam dua pekan terakhir.

Panduan tersebut mengatakan bahwa pada level empat, ketika kasus virus korona yang tak terlacak telah dilaporkan di kawasan setempat dalam dua pekan terakhir, maka tes virus korona dianjurkan bagi semua pasien yang mengalami demam.

Terkait anak-anak, panduan itu sangat menyarankan anak-anak diberikan vaksinasi terhadap influenza di musim dingin mendatang, karena anak-anak rentan tertular dan menyebarkan virus tersebut. Panduan itu juga mengatakan, penting bagi anak-anak untuk menjalani pemeriksaan atau tes influenza maupun virus korona secara bersamaan. Namun dikatakan, saat tes virus korona tidak dapat segera dilakukan, pasien dapat menjalani tes dan pengobatan untuk influenza terlebih dahulu dan sekitar dua hari kemudian jika kondisinya tidak membaik maka dapat melakukan tes virus korona.

Asosiasi itu mengatakan pihaknya ingin agar para dokter di penjuru Jepang untuk memanfaatkan panduan ini guna menghadapi musim dingin mendatang. Dikatakan, panduan ini akan diperbarui saat informasi terbaru didapat.

Q121: Bagaimana perbedaan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan institusi lain dengan vaksin untuk influenza

Pengembangan vaksin untuk sejumlah virus yang menyebabkan infeksi pada sistem pernapasan disebutkan sulit dilakukan. Vaksin influenza diyakini satu-satunya vaksin seperti itu yang telah digunakan. Sumber-sumber termasuk Kementerian Kesehatan menyebutkan vaksin flu tidak dapat melindungi kita dari infeksi. namun, vaksin itu diharapkan dapat mengurangi risiko mengalami gejala dalam tingkat tertentu, atau jika gejala telah muncul, vaksin itu diyakini dapat mencegah kondisi yang berat.

Sejumlah studi di Jepang melaporkan bahwa pada orang yang berusia 65 tahun atau lebih, vaksin flu efektif dalam mencegah gejala sebanyak 34 hingga 54 persen dan 82 persen mencegah kematian. Beberapa studi juga melaporkan temuan sekitar 60 persen, vaksin pada anak-anak yang berusia kurang dari 6 tahun dapat mencegah risiko mengalami gejala.

Di sisi lain, dalam banyak kasus, pengembangan vaksin virus korona memakai teknologi yang sangat berbeda dengan yang digunakan untuk vaksin influenza konvensional. Kita belum mengetahui seberapa efektif yang dapat kita harapkan dari vaksin-vaksin baru tersebut.

Vaksin flu terbuat dari virus sungguhan. Virus tersebut dikultur dan dilemahkan dengan menggunakan bahan kimia jadi tidak dapat menyebabkan infeksi. Vaksin tersebut dikembangkan oleh Pfizer menggunakan gen yang disebut mRNA, yang mengandung informasi mengenai virus korona baru. Begitu berada di dalam tubuh, itu bekerja seperti cetak biru dalam memproduksi bagian virus tersebut yang memicu sistem kekebalan.

Profesor Nakayama Tetsuo dari Universitas Kitasato yang ahli dalam pengembangan vaksin, mengatakan dalam vaksin Pfizer, mRNA telah dikemas dalam partikel lipid yang dapat meningkatkan produksi antibodi.

Q120: Apa risiko penularan yang dihadapi perempuan hamil?

Studi yang dilakukan hingga akhir Juni oleh Asosiasi Obstetri dan Ginekolog Jepang, yang terdiri dari para dokter di bidang tersebut, menunjukkan bahwa presentase perempuan hamil yang terinfeksi virus korona dan mengalami sakit parah pada masa kehamilan lanjut jumlahnya meningkat. Dokter mengatakan meski risiko bagi perempuan hamil untuk mengalami kondisi yang parah tidak meningkat secara drastis, tetapi bagi mereka yang dalam masa kehamilan lanjut harus hati-hati.

Asosiasi itu memantau 58 perempuan hamil yang mengalami gejala seperti demam. Pemindaian dengan teknologi tomografi terkomputerisasi atau CT scan menunjukkan mereka mengalami pneumonia. Asosiasi itu menemukan bahwa 39 perempuan yang hamil kurang dari 29 minggu, empat orang terdiagnosa dengan pneumonia atau 10 persen secara total.

Jumlah ini dibandingkan dengan 19 perempuan yang usia kehamilannya 29 minggu atau lebih. Sepuluh orang ditemukan mengalami pneumonia atau total 53 persen.

Sebagai tambahan, tiga dari perempuan dengan usia kehamilan kurang dari 29 minggu mendapatkan terapi oksigen atau total 8 persen. Ini dibandingkan dengan 7 orang dengan masa kehamilan lanjut yang menerima terapi ini atau total 37 persen. Data itu menunjukkan bahwa mereka dengan masa kehamilan lanjut cenderung mengalami kondisi yang memburuk.

Banyak perempuan hamil yang tertular virus korona pulih tanpa mengalami gejala yang lama. Asosiasi itu menyebutkan seorang turis asing meninggal setelah mengalami gejala sesaat setelah tiba di Jepang. Namun, tidak ada laporan bayinya yang baru lahir mengalami infeksi.

Profesor Sekizawa Akihiko dari Universitas Showa, yang bertanggung jawab terhadap survei tersebut, mengatakan sedikit perempuan hamil yang terinfeksi virus korona menunjukkan banyak yang berhasil menjalani langkah-langkah pencegahan. Ia mengatakan hasil survei menunjukkan bahwa perempuan hamil tidak menghadapi risiko paling tinggi untuk mengalami kondisi yang parah, tetapi ia menambahkan mereka harus hati-hati karena perempuan yang sudah mendekati masa melahirkan cenderung mengalami gejala yang serius.

Asosiasi Penyakit Menular di Obstetri dan Ginekologi telah mengunggah informasi mengenai cara pencegahan virus korona bagi perempuan hamil dan yang ingin memiliki anak dalam situs webnya.

Menurut situs web tersebut, di Jepang perkembangan penyakit setelah penularan tidak berbeda antara perempuan yang hamil dan yang tidak. Meski begitu, asosiasi itu menyebutkan ada sejumlah kasus perempuan hamil menunjukkan gejala yang serius dan mengalami pneumonia.

Satoshi Hayakawa, profesor di Departemen Kedokteran Universitas Nihon yang menyusun poin-poin penting dalam survei tersebut mengatakan paru-paru perempuan dengan masa kehamilan lanjut cenderung tertekan karena pertumbuhan janin. Jika mereka mengalami pneumonia gejalanya dapat menjadi parah. Hayakawa mengatakan hasil survei tersebut menyokong antisipasi yang telah dilakukan. Ia menambahkan di Jepang ada beberapa kasus perempuan hamil menjadi sakit parah dan itu tak perlu sangat ditakuti. Hayakawa menambahkan, bagaimanapun, perawatan itu harus dilakukan untuk mencegah penularan virus tersebut.

Q119: Apakah pasien virus korona menderita gejala yang berkepanjangan? (Bagian 3): Seberapa sering gejala berkepanjangan terjadi?

Kasus-kasus mengenai gejala berkepanjangan yang terjadi selama berbulan-bulan telah dilaporkan di Jepang dan seluruh dunia setelah pasien dinyatakan negatif virus korona dan diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Banyak orang yang menyebutkan mengalami demam, merasa lelah, atau mengalami penurunan fungsi pernapasan atau pergerakan hingga memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka.

NHK mengadakan survei mengenai kondisi pasien virus korona setelah selesai menjalani perawatan di institusi-institusi medis yang ditunjuk untuk menangani penyakit menular serta rumah-rumah sakit universitas di Tokyo. Sebanyak 18 dari 46 institusi tersebut, selain rumah sakit yang belum menerima pasien virus korona, memberikan jawaban.

Dikatakan bahwa hingga akhir Mei, 1.370 orang telah dinyatakan negatif virus korona dan diperbolehkan pulang atau pindah ke rumah sakit lain setelah gejalanya membaik. Setidaknya 98 orang mengalami masalah yang menyulitkan kehidupan sehari-hari mereka. Jumlah ini adalah sekitar 7 persen dari orang-orang yang telah keluar dari rumah sakit.

Sebanyak 47 orang mengalami penurunan fungsi pernapasan akibat efek jangka panjang pneumonia dan penyebab lainnya dari virus korona. Enam orang memerlukan alat untuk menghirup oksigen di rumah.

Sementara itu, 46 orang kehilangan kekuatan otot atau merasakan fungsi pergerakan yang lebih lemah karena dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama. Sebanyak 27 orang mengalami penurunan kemampuan kognitif karena usia lanjut atau faktor lainnya. Sejumlah responden survei melaporkan bahwa sebagian orang mengalami penciuman yang tidak normal serta disfungsi otak yang lebih besar.

Banyak di antara mereka yang mengalami gejala berkepanjangan ini telah menjalani perawatan dengan ventilator atau mesin ECMO untuk membantu fungsi pernapasan dan kardiovaskularnya.

Satu responden menyebutkan bahwa dalam beberapa kasus, bahkan pasien yang telah dinyatakan negatif virus korona membutuhkan perawatan dengan tingkat lebih tinggi. Rawat inap semacam itu bisa menyebabkan pelayanan kesehatan kewalahan. Fasilitas kesehatan itu mengungkapkan bahwa diperlukan strategi untuk keluar dari kondisi tersebut dengan memperhitungkan isu orang-orang lansia.

Responden lainnya menyatakan bahwa mereka perlu meningkatkan kesadaran mengenai berbagai masalah yang berlanjut setelah pasien keluar dari rumah sakit dan memperluas jaringan dukungan.

Q118: Apakah pasien virus korona menderita gejala yang berkepanjangan? (Bagian 2): Mengenai riset yang diadakan di Jepang atas gejala berkepanjangan setelah pulih dari COVID-19.

Terdapat sejumlah laporan, baik di Jepang maupun di luar negeri, mengenai kasus pasien virus korona yang mengalami demam dan kelelahan selama beberapa bulan, serta kesulitan bernapas dan penurunan fungsi tubuh yang berdampak kepada kehidupan sehari-hari setelah dinyatakan negatif virus korona dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

Asosiasi Pernapasan Jepang mulai memeriksa dan mengadakan riset sejak September lalu, terutama mengenai penurunan fungsi paru-paru pada pasien virus korona. Asosiasi tersebut meminta para dokter yang bekerja di fasilitas-fasilitas medis di seluruh Jepang untuk melaporkan kasus-kasus yang ditangani.

Ketua asosiasi tersebut, Yokoyama Akihito, mengatakan bahwa terdapat banyak laporan di luar negeri mengenai pasien dengan fungsi paru-paru yang belum pulih total, bahkan setelah dinyatakan negatif virus korona. Ia mengungkapkan bahwa sejumlah laporan serupa juga ditemukan di Jepang.

Asosiasi itu belum memahami sepenuhnya situasi seperti persentase orang-orang yang terinfeksi virus korona yang mengalami gejala berkepanjangan. Namun, asosiasi tersebut tengah mengumpulkan data untuk mempelajarinya dan menerapkan apa yang ditemukan dalam penanganan kasus-kasus di masa mendatang.

Q117: Apakah pasien virus korona menderita gejala yang berkepanjangan? (Bagian 1): Apakah beberapa orang menderita gejala yang berkepanjangan, bahkan setelah pulih dari COVID-19?

Sebuah tim peneliti di Pusat Kesehatan dan Obat-obatan Global Nasional melakukan survei lanjutan terhadap pasien virus korona yang telah pulih dan diizinkan pulang dari rumah sakit. Tim itu menemukan bahwa sejumlah orang mengalami rambut rontok. Beberapa di antara pasien juga mengeluhkan napas pendek dan kehilangan indera perasa atau penciuman, bahkan setelah empat bulan. Para peneliti tersebut mengatakan akan terus melanjutkan riset mereka sebagai upaya mencari tahu faktor risiko gejala berkepanjangan.

Kerontokan rambut juga dilaporkan di antara para pasien yang selamat dari Ebola dan demam berdarah. Dokter Morioka Shinichiro, yang merupakan salah satu anggota tim tersebut, mengatakan bahwa kerontokan rambut kemungkinan dipicu oleh stres psikologis akibat pengobatan yang berkepanjangan.

Q116: Mengenai ‘infeksi ulang’ (Bagian 8): Langkah-langkah penanganan infeksi ulang.

Berbagai upaya tengah dilakukan di seluruh tingkatan untuk membuat vaksin tersedia dalam waktu dekat. Namun, para pakar memperingatkan agar kita tidak lengah. Mereka mengimbau agar terus menerapkan langkah-langkah dasar, termasuk mencuci tangan secara menyeluruh, menghindari tempat ramai, kontak jarak dekat dan ruang tertutup, serta menjaga jarak.

Wartawan NHK yang meliput tentang virus korona mengatakan masih ada banyak hal yang tidak diketahui mengenai virus tersebut. Mereka menyebutkan kita harus tetap memantau perkembangan dalam berbagai penelitian. Namun, mereka tetap menekankan bahwa yang terpenting adalah menjalankan langkah-langkah dasar secara menyeluruh.

Q115: Mengenai ‘infeksi ulang’ (Bagian 7): Bagaimana sebaiknya menangani virus yang sulit ditangani dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir ini?

Matsuura Yoshiharu, profesor di Universitas Osaka dan ketua Asosiasi Virologi Jepang mengatakan kita harus bertindak dengan anggapan bahwa penularan kembali mungkin sama seperti virus korona pada umumnya yang menyebabkan selesma dan infeksi ulang.

Profesor Matsuura menyebutkan bahwa virus yang tidak menyebabkan penularan kembali bahkan lebih jarang. Ia juga mengatakan virus tidak dapat bertahan jika virus tersebut membunuh inangnya. Dalam sejarah panjang antara manusia dan virus, tampak sebuah pola yaitu dengan terinfeksi kembali, gejalanya menjadi semakin ringan. Profesor Matsuura mengatakan kita tidak perlu takut terhadap virus tersebut secara berlebihan.

Q114: Mengenai ‘infeksi ulang’ (Bagian 6): Satu jenis vaksin lain yang menjanjikan

Kami bertanya kepada Profesor Sasaki Hitoshi dari Universitas Nagasaki, yang tengah mengembangkan vaksin yang memicu produksi antibodi di selaput lendir paru-paru. Saat virus menempel ke selaput lendir paru-paru, virus dapat menyebabkan radang paru. Vaksin ini bertujuan mencegah infeksi virus di titik masuknya.

Vaksin ini dibuat dari partikel-partikel sangat kecil RNA virus korona baru yang disintesis secara buatan. Vaksin dihirup dari mulut sehingga langsung bersentuhan dengan selaput lendir paru. Para peneliti yakin vaksin ini dapat cukup efektif karena memicu produksi antibodi di titik tempat virus bekerja.

Q113: Mengenai ‘infeksi ulang’ (Bagian 5): Apakah ada vaksin lain yang efektif?

Banyak vaksin dirancang untuk menciptakan antibodi di dalam darah. Namun, penelitian dan pengembangan juga tengah berlangsung untuk vaksin-vaksin yang membantu tubuh mencegah infeksi.

Profesor Katayama Kazuhiko dari Universitas Kitasato tengah mengerjakan sebuah vaksin semprot hidung jenis baru. Dengan memberikan inokulasi di hidung, ia yakin antibodi dapat dibuat di saluran pernapasan atas dan virus dapat ditahan di pintu masuk ke tubuh. Ia mengatakan berniat untuk melanjutkan penelitian selama beberapa tahun mendatang.

Profesor Katayama mengatakan jika antibodi imunoglobulin A dapat dibuat di selaput lendir di hidung, penularan dapat dihentikan sebelum virus itu bertambah menjadi jumlah yang besar, jadi virus dapat dicegah sampai ke paru-paru.

Q111: Mengenai ‘infeksi ulang’ (Bagian 3): Apakah kita bisa melakukan pencegahan agar tidak tertular lagi?

Kami bertanya kepada Profesor Katayama Kazuhiko dari Universitas Kitasato. Ia mengatakan sulit untuk mencegah penularan kembali.

Virus korona memasuki tubuh kita melalui selaput lendir saluran pernapasan atas, yaitu hidung dan tenggorokan. Kemudian, antibodi yang disebut imunoglobulin A atau IgA terbentuk di lendir guna menangkal kedatangan virus.

Katayama mengatakan, namun, tingkat IgA cenderung menurun dalam periode waktu yang relatif singkat setelah seseorang terinfeksi dan memproduksi antibodi. Katayama mengatakan karena itu kita memiliki sedikit peluang untuk mencegah penularan virus korona untuk kedua kalinya.

Katayama berencana meluncurkan sebuah proyek riset guna mengetahui seberapa banyak produksi IgA di saluran pernapasan atas dari seorang pasien yang tertular dan seberapa lama antibodi itu bertahan. Proyek ini bisa memberi petunjuk atas pertanyaan seberapa sering penularan kembali terjadi.

Q112: Mengenai ‘infeksi ulang’ (Bagian 4): Apakah vaksin berfungsi?

Kali ini, kami akan mengulas tentang hubungan antara kasus penularan kembali dan efektivitas vaksin yang saat ini tengah dalam pengembangan.

Penting untuk memeriksa penularan kembali karena hal itu bisa memengaruhi pengembangan vaksin. Vaksin ditujukan untuk membentuk kekebalan tubuh dari penyakit menular dengan menyuntikkan virus yang dilemahkan dan merangsang tubuh untuk memproduksi antibodi. Namun, ada pertanyaan terkait efektivitas vaksin jika seseorang yang sudah terinfeksi dan telah memproduksi antibodi tertular kembali.

Profesor Nakayama Tetsuo seorang ahli virus dari Universitas Kitasato memperingatkan orang-orang untuk tidak langsung menyimpulkan bahwa vaksin tidak berfungsi hanya karena ada orang-orang yang tertular kembali. Nakayama mengatakan, meski penularan kembali memungkinkan terjadi bahkan setelah vaksin dikembangkan dan disuntikkan, namun mendapatkan vaksinasi tetap ada manfaatnya.

Nakayama menegaskan bahwa vaksinasi bukan hanya ditujukan untuk mencegah penularan secara sempurna, tetapi juga sebagai antisipasi atas dampak lain termasuk mencegah pasien mengalami gejala yang serius.

Q110: Mengenai ‘infeksi ulang’ (Bagian 2): Apakah gejala infeksi ulang bersifat ringan?

Dikatakan dalam banyak kasus penularan virus, selain yang disebabkan oleh virus korona, ketika tertular kembali memiliki gelaja ringan atau tidak ada gejala sama sekali.

Ambil contoh virus respiratory syncytial virus (RSV), yang menimbulkan gejala seperti selesma, tapi dapat lebih merusak ketika terjadi pada anak-anak kecil, yang dalam sejumlah kasus mengakibatkan radang paru-paru dan penyakit yang parah.

Profesor Nakayama Tetsuo, pakar virologi dari Universitas Kitasato, telah mempelajari antibodi 91 anak-anak yang tertular oleh RSV. Tubuh manusia menciptakan antibodi saat infeksi virus terjadi, guna mencoba memusnahkan unsur asing tersebut. Diyakini bahwa ketika sejumlah cukup antibodi telah terbentuk, infeksi dapat dicegah.

Studi tersebut menemukan bahwa ketika anak berusia satu tahun tertular, hanya sejumlah kecil antibodi terbentuk. Ditemukan bahwa jumlah antibodi meningkat setelah beberapa kali infeksi.

Studi itu menunjukkan bahwa seiring jumlah antibodi di dalam tubuh meningkat, gejalanya menjadi lebih ringan. Dalam banyak kasus, orang yang tertular hanya mengalami ingusan.

Tetapi dalam kasus demam Dengue, penularan kedua dapat mengakibatkan gejala yang lebih parah. Demam dengue merupakan penyakit yang dibawa oleh nyamuk yang dapat mengakibatkan demam tinggi serta sakit kepala yang hebat.

Lalu bagaimana dengan virus korona? Profesor Nakayama mengatakan terdapat kemungkinan bahwa sejumlah orang tidak menunjukkan gejala dan tidak sadar bahwa mereka telah terinfeksi lagi virus korona. Profesor Nakayama menambahkan, situasinya harus diamati secara cermat karena gejala infeksi ulang masih belum jelas.

Q109: Mengenai ‘infeksi ulang’ (Bagian 1): Apakah ‘terinfeksi kembali’ benar-benar terjadi?

Kali ini, kami memulai serial baru mengenai orang-orang yang telah terinfeksi, pulih, namun kemudian terinfeksi kembali. Kasus-kasus infeksi ulang telah dilaporkan di seluruh dunia. Banyak orang mungkin bertanya-tanya, apakah hal ini benar-benar terjadi, atau apakah vaksin bisa menanganinya. Dalam bagian pertama serial ini, mari kita amati sekilas mengenai kasusnya.

Para peneliti di Universitas Hong Kong adalah yang pertama yang melaporkan infeksi ulang pada Agustus. Mereka mengatakan telah memastikan bahwa seorang pria berusia 33 tahun pertama kali tertular pada akhir Maret dan kemudian pulih, namun ia kembali tertular virus tersebut untuk kedua kalinya, lebih dari empat bulan kemudian.

Para peneliti tersebut mengatakan urutan gen virus yang terdeteksi dalam dua penularan itu sebagian berbeda, maka dari itu ini adalah infeksi ulang yang terbukti secara ilmiah pertama di dunia.

Setelah laporan yang dibuat oleh para peneliti Universitas Hong Kong itu, sejumlah kelompok di Amerika Serikat (AS), India, dan lain-lain mengeluarkan pengumuman yang serupa.

Jurnal ilmiah “Nature” telah menerbitkan artikel mengenai infeksi ulang, juga penyelidikan terhadap kasus-kasus tersebut kini bertambah.

Kami menanyakan pendapat dari pakar virologi Universitas Kitasato, Profesor Nakayama Tetsuo, mengenai apakah orang dapat benar-benar kembali terinfeksi virus korona baru.

Ia mengatakan, seperti berbagai virus lainnya, infeksi ulang dapat terjadi, karena itu orang bisa kembali terinfeksi virus korona baru juga.

Q108: Mengetahui lebih jauh tentang ‘Go To Eat’ (Bagian 4)

Kali ini, kami akan melanjutkan serial tentang kampanye Go To Eat yang dilakukan pemerintah Jepang untuk mendorong orang-orang untuk makan di luar dan mendukung industri restoran. Sejak 1 Oktober orang-orang yang makan di luar dapat memperoleh poin ketika melalukan reservasi melalui situs web pemesanan. Pertanyaan kali ini adalah “Meski menyenangkan untuk makan di luar dengan mendapatkan diskon, apakah kita harus mengkhawatirkan mengenai infeksi?”

Restoran dan tempat makan lainnya yang ambil bagian dalam kampanye ini disyaratkan untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan.

Sebagai contoh, langkah-langkah tersebut adalah menaruh cairan untuk mencuci tangan di pintu masuk dan toilet.

Di area dalam ruang harus berventilasi secara menyeluruh dengan memasang peralatan yang layak, membuka pintu dan jendela secara rutin serta menyalakan kipas extractor.

Meja dan kursi harus diletakkan setidaknya berjarak satu meter, jika memungkinkan dua meter. Jika tidak harus dipasang panel aklirik atau pembatas sejenis di antara meja. Kursi konter harus diatur agar jarak antar pengunjung cukup.

Jika ada yang duduk satu meja, mereka tidak seharusnya duduk saling berhadapan. Jika tidak, pembatas harus dipasang di meja.

Para pejabat Kementerian Pertanian melakukan pemeriksaan di lokasi untuk melihat apakah langkah-langkah tersebut dilakukan secara tepat. Para pejabat itu mengatakan para pelanggar dapat dikeluarkan dari kampanye tersebut. Jika terjadi peyebaran infeksi, skema tersebut akan dibatalkan oleh provinsi.

Q107: Mengetahui lebih jauh tentang ‘Go To Eat’ (Bagian 3)

Kali ini kami akan menyajikan bagian ketiga tentang serial kampanye Go To Eat yang diselenggarakan pemerintah untuk mendorong orang untuk makan di restoran dan mendukung industri restoran.
 
Sejak 1 Oktober lalu, orang yang makan di restoran dapat memperoleh poin ketika melakukan reservasi melalui situs web. Pertanyaan kali ini adalah “Bagaimana cara kerja sistem kupon makan ini?”

Dalam kampanye tersebut pada awalnya 33 dari 47 provinsi memutuskan untuk menerbitkan kupon makan tersebut. Namun, pada 1 Oktober 14 provinsi lainnya juga memutuskan untuk membuat kupon makan, sehingga seluruh provinsi ikut serta.

Provinsi Niigata memulai penerbitan kupon makan ini pada 5 Oktober, diikuti oleh Provinsi Yamanashi pada 12 Oktober dan Provinsi Osaka pada 14 Oktober. Sebagian besar provinsi akan memulainya pada November.

Penerbitan kupon makan oleh masing-masing provinsi itu dapat digunakan di rumah makan yang terdaftar. Kupon makan itu dapat dibeli di warung serba ada atau mini market dan fasilitas lainnya, tergantung dari daerah masing-masing, juga secara daring. Kupon tersebut memiliki nilai 25 persen lebih banyak dibandingkan harga jualnya. Sebagai contoh, sebuah kupon senilai 12.500 yen dapat dibeli seharga 10.000 yen.

Harus diperhatikan karena sejumlah provinsi menerbitkan kupon makan ini hanya untuk para penduduknya.

Informasi ini akurat hingga 16 Oktober.

Q106: Mengetahui lebih jauh tentang ‘Go To Eat’ (Bagian 2)

Kali ini kami akan menyajikan bagian kedua tentang serial kampanye Go To Eat yang diselenggarakan pemerintah untuk mendorong orang untuk makan di restoran dan mendukung industri restoran.

Pertanyaan kali ini adalah, “Bagaimana melakukan reservasi melalui internet?” dan “Kapan serta bagaimana caranya mendapatkan poin?”

Mulai 1 Oktober, para pelanggan bisa memperoleh poin ketika melakukan reservasi melalui situs-situs web pemesanan. Untuk mendapatkan poin, reservasi harus dilakukan atas restoran yang ikut dalam program Go To Eat. Poin tersebut akan diberikan sekitar satu pekan setelah pelanggan makan di restoran yang dipesannya. Poin yang didapatkan adalah senilai 500 yen (sekitar 4,7 dolar) per orang untuk makan siang, dan 1.000 yen (sekitar 9,4 dolar) untuk makan malam. Poin ini kemudian bisa digunakan ketika melakukan reservasi melalui situs web pemesanan yang sama.

Jumlah maksimum dalam satu kali reservasi adalah untuk sepuluh orang. Poin yang diperoleh sama dengan jumlah reservasi dan akan diberikan kepada orang yang melakukan pemesanan. Poin ini bisa didapat berkali-kali hingga akhir Januari 2021. Perlu diperhatikan bahwa tenggat waktu penggunaan poin yang diperoleh adalah akhir Maret 2021.

Q105: Mengetahui lebih jauh tentang ‘Go To Eat’ (Bagian 1)

Topik kali ini adalah mengenai kampanye Go To Eat pemerintah Jepang yang dirancang untuk mendorong orang-orang agar makan di luar dan mendukung industri restoran.

Mulai 1 Oktober, para pelanggan bisa mendapatkan poin ketika melakukan reservasi melalui situs-situs web pemesanan. Kali ini kami akan membahas garis besar program tersebut.

Terdapat dua bagian dalam kampanye Go To Eat. Yang pertama adalah mendapatkan poin ketika melakukan reservasi melalui internet. Saat reservasi dilakukan melalui situs-situs web yang ditentukan, para pelanggan akan memperoleh poin yang bisa mereka gunakan untuk makan berikutnya.

Bagian yang kedua adalah terlebih dahulu membeli kupon yang dikeluarkan oleh provinsi yang bersangkutan. Sejumlah provinsi membatasi penjualan kupon ini kepada warganya.

Q104: Mengetahui lebih jauh tentang ‘Go To Travel’ (Bagian 5)

Go To Travel, inisiatif pemerintah untuk mendorong pariwisata, adalah bagian dari kampanye untuk mendongkrak konsumsi dan perekonomian Jepang yang terdampak parah akibat pandemi virus korona. Kami menghadirkan serial mengenai bagaimana memanfaatkan inisiatif ini. Pertanyaan kali ini adalah, “Apa ada biaya pembatalan bagi kampanye Go To Travel untuk mendorong pariwisata jika penularan kembali menyebar?”

Jika kawasan tertentu mengalami kenaikan jumlah penularan, pemerintah berencana berkonsultasi dengan para pakar dan mempertimbangkan untuk mengeluarkan wilayah tersebut dari kampanye ini.

Para pejabat mengatakan dalam kasus seperti itu, akan diberikan pertimbangan agar tidak dikenakan biaya pembatalan. Sejumlah usaha akan diimbau untuk tidak mengenakan biaya tersebut dan pemerintah akan memberikan kompensasi untuk segala kerugian dengan menggunakan dana bagi skema ini.

Misalnya, jika hotel atau fasilitas penginapan lainnya sudah mengeluarkan biaya untuk membeli makanan, atau jika agen perjalanan telah membayar biaya jasa pemesanan tiket pesawat, fasilitas tersebut akan mendapat pengembalian dengan jumlah yang sama.

Q103: Mengetahui lebih jauh tentang ‘Go To Travel’ (Bagian 4)

Go To Travel, inisiatif pemerintah untuk mendorong pariwisata, adalah bagian dari kampanye untuk mendongkrak konsumsi dan perekonomian Jepang yang terdampak parah akibat pandemi virus korona. Kami menghadirkan serial mengenai bagaimana memanfaatkan inisiatif ini.

Tokyo dimasukkan dalam inisiatif "Go To Travel" untuk menggairahkan pariwisata mulai 1 Oktober.

Hasil penghitungan menunjukkan bahwa dengan memasukkan Tokyo akan meningkatkan belanja pribadi sebanyak sekitar 770 miliar yen, atau sekitar 7,3 miliar dolar. Sekitar 14 juta warga Tokyo yang mencakup lebih dari 10 persen total populasi Jepang, mungkin akan mengunjungi tempat-tempat wisata di seluruh Jepang.

Tahun lalu, sebanyak 49,63 juta orang, tidak termasuk wisatawan asing, menginap di hotel-hotel dan akomodasi lainnya di Tokyo. Jumlah ini mencakup 10 persen dari seluruh penyewa di Jepang. Jumlah pengunjung ke ibu kota ini diperkirakan akan meningkat.

Jika jumlah turis meningkat, diperkirakan akan ada lebih banyak orang, tidak hanya di hotel dan fasilitas wisata, tetapi juga di restoran. Mereka juga akan menggunakan transportasi.

Institut Penelitian Nomura memperkirakan dimasukkannya Tokyo ke dalam kampanye Go To Travel akan menaikkan belanja pribadi sebanyak sekitar 7,3 miliar dolar. Jumlah ini sekitar 17,8 persen dari 4,3 triliun yen atau sekitar 40 miliar dolar yang menjadi target kenaikan belanja pribadi dalam seluruh kampanye tersebut.

Q102: Mengetahui lebih jauh tentang ‘Go To Travel’ (Bagian 3)

Go To Travel, inisiatif pemerintah untuk mendorong pariwisata, adalah bagian dari kampanye untuk mendongkrak konsumsi dan perekonomian Jepang yang terdampak parah akibat pandemi virus korona. Kami menghadirkan serial mengenai bagaimana memanfaatkan inisiatif ini. Kali ini, kami akan jelaskan bagaimana dapat memperoleh kupon perjalanan yang dapat digunakan di toko dan fasilitas lainnya.

Pelancong yang membeli paket wisata di sebuah agen bisa mendapatkan kertas kupon di konter.

Orang-orang yang memesan akomodasi atau paket wisata secara daring dapat menerima kertas kupon di hotel tempat menginap, atau mendapat kupon elektronik dengan mengakses tautan yang diberikan saat mengonfirmasi pesanan atau mengisi formulir di situs web.

Jika Anda memesan penginapan atau hotel, Anda bisa mendapat kertas kupon saat melapor di fasilitas itu.

Jenis kupon serta bagaimana kupon itu diterbitkan mungkin berbeda-beda tergantung agen wisata. Harap pastikan saat melakukan pesanan.

Q101: Mengetahui lebih jauh tentang ‘Go To Travel’ (Bagian 2)

Go To Travel, inisiatif pemerintah untuk mendorong pariwisata, adalah bagian dari kampanye untuk mendongkrak konsumsi dan perekonomian Jepang yang terdampak parah akibat pandemi virus korona. Kami menghadirkan serial mengenai bagaimana memanfaatkan inisiatif ini. Kali ini,  Kami akan menjelaskan mengenai kupon kampanye yang didapatkan pengguna yang dapat digunakan di toko-toko dan fasilitas lainnya.

Mulai tanggal 1 Oktober, para pelancong dapat menggunakan kupon-kupon di fasilitas pariwisata, toko, restoran, dan fasilitas transportasi. Kupon ini dapat digunakan dalam masa perjalanan, misalnya jika seseorang melakukan perjalanan semalam, ia dapat menggunakannya pada hari tiba di hotel dan hari berikutnya.

Pelancong dapat menggunakan kupon itu dalam provinsi tempat mereka menginap atau di salah satu provinsi tetangganya. Jika Anda bepergian ke Hokkaido, Anda juga dapat menggunakan kupon Anda di Aomori dan jika Anda pergi ke Okinawa, Anda juga dapat menggunakannya di Kagoshima.

Toko dan fasilitas yang menerima pembayaran dengan kupon akan mengumumkannya dengan menempelkan stiker atau poster.

Kupon ini dapat berupa tiket kertas atau elektronik di ponsel pintar. Setiap tiket bernilai 1.000 yen, atau 9,4 dolar. Pengguna tidak dapat menerima kembalian.

Q100: Mengetahui lebih jauh tentang ‘Go To Travel’ (Bagian 1)

Go To Travel, inisiatif pemerintah untuk mendorong pariwisata adalah bagian dari kampanye publik untuk mendongkrak konsumsi dan perekonomian Jepang yang terdampak parah oleh pandemi virus korona.

Tokyo pada awalnya tidak dimasukkan dalam inisiatif ini karena relatif memiliki angka penularan tinggi di Jepang. Namun, perjalanan dari dan ke Tokyo dimasukkan dalam kampanye ini pada tanggal 1 Oktober. Para pelancong dari luar negeri tidak bisa menggunakan kampanye ini tetapi warga asing yang tinggal di Jepang dapat menggunakannya.

Kali ini kami menjelaskan gambaran umumnya.

Dalam kampanye Go To Travel, pemerintah akan memberi subsidi hingga 20.000 yen, atau sekitar 190 dolar, per malam untuk menginap di hotel, dan hingga 10.000 yen, atau sekitar 94 dolar, untuk perjalanan pergi pulang dalam sehari.

Pengguna bisa mendapat diskon 35 persen biaya yang mereka bayarkan untuk penginapan, hotel, atau agen wisata yang terdaftar dalam kampanye ini dan mendapatkan kupon bernilai 15 persen harga yang dibayarkan yang dapat digunakan di toko-toko dan fasilitas pariwisata di daerah itu.

Misalnya, jika seorang pelancong akan menginap di penginapan berbiaya 40.000 yen, ia hanya perlu membayar 26.000 yen karena diskon 35 persen itu. Ia juga bisa mendapat kupon senilai 15 persen harganya, yaitu 6.000 yen.

Agen-agen wisata mulai menjual paket-paket wisata ke dan dari Tokyo dengan diskon ini pada 18 September. Orang-orang yang memesan paket wisata sebelum tanggal itu harus menanyakan kepada agen wisata atau hotel agar dimasukkan ke dalam kampanye ini.

Q99: Bagaimana agar tetap aman (Bagian 10): Apakah cara mendisinfeksi telepon pintar?

Sakamoto Fumie, pakar kebijakan pencegahan penularan Rumah Sakit Internasional St. Luke mengatakan telepon pintar bisa diseka dengan pembersih berbasis alkohol.

Jika tidak ada, kita bisa menggunakan deterjen netral yang biasa digunakan di rumah. Campur lima hingga 10 mililiter detergen dengan satu liter air. Lalu rendam kain lap di dalam cairan tersebut, kemudian diperas, dan setelah itu diseka di telepon pintar.

Q98: Bagaimana agar tetap aman (Bagian 9): Apakah kita bisa tertular saat melakukan pemeriksaan di dokter gigi?

Asosiasi Dokter Gigi Jepang menyatakan klinik dokter gigi menerapkan beragam langkah pencegahan, jadi orang-orang yang tidak mengalami demam, batuk, atau gejala lain bisa diperiksa seperti biasanya.

Sementara bagi mereka yang memiliki gejala pada dasarnya diminta untuk tidak melakukan pemeriksaan.

Namun, asosiasi ini menyatakan ada beberapa kasus darurat atau bahkan mengancam jiwa jika tidak dilakukan perawatan, oleh karena itu orang-orang sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter gigi mereka.

Q97: Bagaimana agar tetap aman (Bagian 8): Apakah aman bepergian dengan pesawat terbang atau kereta?

Benar adanya bahwa gerbong kereta dan kabin pesawat tidak memiliki pertukaran udara sebagaimana di luar ruangan. Namun kebanyakan penumpang tidak berteriak atau membuat keributan.

Kami bertanya kepada Sakamoto Fumie, seorang pakar kebijakan pencegahan penularan dari Rumah Sakit Internasional St. Luke Sakamoto mengatakan kita tidak perlu terlalu khawatir akan tertular dalam perjalanan selagi kita tetap diam dan menjaga jarak dengan orang-orang sekitar.

Meski risiko tertular saat bepergian terhitung kecil, tapi Sakamoto menambahkan bahwa kita mungkin menghadapi risiko penularan yang tinggi jika kita menggelar pesta atau berkumpul di ruangan tertutup di dalam kamar penginapan atau hotel. Ia mengatakan perilaku semacam itu bisa memicu penularan massal, jadi kita harus sangat berhati-hati untuk menghindari kegiatan tersebut.

Q96: Bagaimana agar tetap aman (Bagian 7): Apakah kita bisa tertular di kolam renang dan tempat pemandian umum?

Sakamoto Fumie, pakar kebijakan pencegahan penularan dari Rumah Sakit Internasional St. Luke mengatakan kita tidak perlu khawatir tertular di kolam renang atau tempat pemandian umum.

Bahkan jika airnya telah terkontaminasi virus, maka virusnya kemungkinan besar telah encer. Sakamoto mengatakan berenang di kolam renang atau berendam di tempat pemandian umum memiliki risiko yang kecil.

Bagaimanapun ia mengatakan ada risiko penularan jika kita menyentuh benda-benda yang terdapat di dalam ruang loker atau ruang ganti baju yang juga disentuh oleh banyak orang. Sakamoto menyarankan kita untuk tidak menyentuh wajah, mulut, hidung, dan mata dengan tangan sebelum kita mencuci tangan dengan bersih.

Q95: Bagaimana agar tetap aman (Bagian 6): Apakah aman memakan sayuran mentah?

Kami bertanya kepada Sakamoto Fumie, seorang pakar kebijakan pencegahan penularan dari Rumah Sakit Internasional St. Luke Sakamoto mengatakan, setidaknya saat ini risikonya kecil untuk tertular dari makanan yang disantap.

Para peneliti telah melontarkan hipotesis bahwa orang-orang tertular virus korona di sebuah pasar di Cina melalui binatang hidup yang dijual di sana. Bagaimanapun Sakamoto mengatakan bukan berarti orang-orang tertular setelah menyantap makanan yang dibeli di pasar tersebut.

Ia mengatakan kita tidak perlu terlalu khawatir selagi kita memakan makanan yang dijual di supermarket dengan kondisi cukup higienis. Kita bisa membilas sayuran seperti yang biasa kita lakukan dan memakannya.

Q94: Bagaimana agar tetap aman (Bagian 5): Apakah kita harus membatasi penggunaan ruang terbuka?

Kami mengajukan pertanyaan tersebut kepada Sakamoto Fumie, seorang pakar kebijakan pencegahan penularan dari Rumah Sakit Internasional St. Luke Sakamoto mengatakan risiko penularan di luar ruangan relatif rendah karena udara mengalir terus menerus, tidak seperti lingkungan dalam ruangan yang tertutup.

Namun, Sakamoto menambahkan bahwa meski kita berada di luar ruangan, risiko penularan bisa meningkat jika kita berbicara bersama orang lain dalam jarak dekat. Bagaimanapun, ia menambahkan tidak perlu merasa khawatir berlebihan jika kita tidak melakukan pembicaraan dalam jarak dekat.

Ia juga menyarankan kita untuk tetap menjaga jarak saat tengah berkumpul dan makan bersama di luar ruangan, misalnya sewaktu hanami atau piknik sambil melihat bunga sakura. Ia mengatakan risiko penularan akan semakin berkurang jika seseorang yang merasa tidak enak badan menahan diri untuk tidak ikut dalam pesta atau piknik semacam itu.

Q93: Bagaimana agar tetap aman (Bagian 4): Apa yang harus dilakukan ketika ada anggota keluarga tertular?

Satu kelompok pakar penyakit menular termasuk Profesor Kaku Mitsuo dari Universitas Kedokteran dan Farmasi Tohoku, telah menerbitkan buku panduan yang menjelaskan langkah-langkah spesifik untuk membantu mencegah penularan.

Buku itu mengatakan, hanya satu orang yang boleh merawat anggota keluarga yang sakit. Orang yang bertugas merawat itu harus mengenakan sarung tangan, masker, dan kerap mencuci tangannya. Ia harus memeriksa temperaturnya sendiri dua kali sehari serta memperhatikan apakah dirinya sendiri telah menunjukkan gejala-gejala.

Buku panduan itu mengatakan, untuk mencegah virus menyebar, makanan tidak boleh diambil dari piring penyaji, sedangkan alat-alat makan tidak boleh dipakai bersama. Piring harus direndam dalam disinfektan selama setidaknya lima menit dan kemudian dicuci. Pakaian atau seprai yang mungkin terkena cairan tubuh, harus direndam dalam air panas 80 derajat Celsius selama sekurangnya 10 menit, sebelum kemudian dicuci.

Buku panduan tersebut juga mengatakan, adalah penting untuk mengatur ventilasi ruangan dengan cara membuka jendela selama lima hingga 10 menit setiap satu atau dua jam.

Profesor Kaku mengatakan, banyak orang tidak tahu apa yang harus dilakukan jika mereka atau anggota keluarganya menunjukkan gejala. Jadi ia berharap buku panduan ini akan berguna dalam mengurangi risiko penularan dan membantu masyarakat merasa aman dalam kehidupan sehari-harinya.

Q92: Bagaimana agar tetap aman (Bagian 3): Apakah cara yang tepat untuk mencuci tangan?

Virus korona, seperti virus influenza dan flu lainnya, menyebar melalui percikan cairan dari saluran pernapasan, seperti misalnya dari batuk dan bersin. Organisasi Kesehatan Dunia WHO merekomendasikan langkah-langkah pencegahan virus korona termasuk mencuci tangan serta menutup mulut dan hidung saat batuk serta bersin, yang juga merupakan langkah pencegahan umum terhadap penyakit menular.

Saat mencuci tangan, Anda harus menggunakan sabun dan air mengalir, selama setidaknya 20 detik agar menggosok tangan secara menyeluruh, termasuk di antara jari-jari dan di bawah kuku. Ketika tidak ada sabun dan air mengalir, juga efektif untuk menggunakan alkohol dan cairan penyanitasi tangan lainnya.

Virus yang menempel di tangan akan masuk ke tubuh melalui mata, mulut, dan hidung. Jadi harap tidak menyentuh wajah Anda sebelum Anda mencuci tangan secara menyeluruh.

Kami menanyakan kepada Profesor Kobayashi Intetsu dari Universitas Toho, seorang spesialis pengendalian infeksi, mengenai poin-poin penting dalam mencuci tangan. Berikut yang ia sampaikan.

Pertama, gunakan banyak sabun, dan secara cermat gosok setiap jari. Cuci hingga pergelangan tangan. Jika Anda menggunakan jumlah sabun yang cukup, Anda masih punya busa setelah menggosok seluruh area tangan.

Anda bisa menggunakan air mengalir dingin maupun panas untuk membilas tangan Anda. Paling baik adalah mengeringkan tangan menggunakan tisu kertas yang bersih dan mematikan air tanpa menyentuh keran secara langsung.

Ketika Anda tidak dapat membersihkan tangan menggunakan sabun dan air, gunakanlah cairan sanitasi tangan berbasis alkohol. Jumlah cairan sanitasi yang digunakan adalah penting. Pastikan untuk menekan pompa botolnya sampai ke dasar.

Ditambahkannya, adalah penting untuk menggosok cairan pembersih ke seluruh area tangan saat masih basah, juga menekan penuh pompanya guna memastikan Anda cukup mendapat cairan pembersih.

Q91: Bagaimana agar tetap aman (Bagian 2): Apa yang harus dilakukan jika penghuni kondominium terinfeksi?

Kali akan menyajikan tentang bagaimana agar tetap aman selama pandemi. Topik kali ini adalah apa yang harus dilakukan ketika seorang penghuni di kondominium tempat Anda tinggal terinfeksi?

Kasus ini terjadi di sebuah kondominium di Kota Asahikawa di Hokkaido. Dewan Asosiasi Kondominium bertanya mengenai cara mendisinfeksi gedung tersebut kepada Mizu-shima Yoshihiro, seorang wakil ketua Zenkanren. Zenkanren merupakan sebuah organisasi nirlaba dan federasi nasional asosiasi manajemen kondominium.

Mizu-shima mengunjungi sebuah pusat kesehatan masyarakat dan bertanya apakah pusat tersebut dapat mengirimkan staf untuk mendisinfeksi gedung tersebut. Namun, pusat itu menolak permintaan tersebut, dengan alasan kondominium merupakan properti milik swasta dan mereka tidak dapat mendisinfeksinya.

Situasi ini menyebabkan penghuni gedung tersebut yang melakukan pekerjaan tersebut. Kami bertanya kepada staf pusat kesehatan publik di Asahikawa mengenai apa yang harus diingat ketika mendisinfeksi gedung secara mandiri.

Pertama, kita harus mendisinfeksi benda-benda di tempat bersama yang sering disentuh orang-orang dengan tangannya. Benda ini mencakup papan ketik di perangkat kunci otomatis, tombol lift, pegangan tangan, ruangan di dalam yang sering digunakan yaitu kamar mandi, kenop pintu menuju tangga darurat.

Para staf pusat kesehatan mengatakan tidak perlu menyemprot disinfektan ke udara, karena virus tampaknya tidak melayang di udara untuk jangka waktu yang lama.

Mereka juga menyarankan orang yang membersihkan untuk merendam lembaran tisu dapur dengan larutan yang mengandung sodium hipoklorit sebanyak 0,05 persen dengan cermat.

Lebih baik tidak menyemprot larutan ke tisu dapur, karena jika melakukannya maka orang yang membersihkan akan menghirup uap yang berbahaya. Selain itu, penyemprotan yang tidak merata akan menyebabkan bagian kecil di lembaran itu yang tidak terkena disinfektan, sehingga mengarah ke disinfeksi yang tidak sempurna.

Harap dicatat bahwa yang kami sampaikan ini merupakan kasus yang terjadi di Jepang. Pusat kesehatan masyarakat di negara lain mungkin merespons secara berbeda.

Q90: Bagaimana agar tetap aman (Bagian 1): Masker untuk anak-anak

Dalam tanya jawab seputar virus korona ini kami akan menyajikan tentang bagaimana agar tetap aman selama pandemi. Topik kali ini adalah apakah anak-anak harus menggunakan masker?

Yoshihiro Takayama dari Departemen Penyakit Menular Rumah Sakit Chubu Okinawa telah membantu pemerintah Jepang menyusun langkah-langkah penanganan virus korona. Ia mengimbau berhati-hati dalam penggunaan masker pada anak-anak, karena mereka akan lebih sering menyentuh wajahnya jika menggunakan masker dan dapat meningkatkan risiko infeksi. Ia mengatakan bagi anak-anak langkah-langkah dasar yang dapat dilakukan seperti mencuci tangan dan mengukur suhu tubuh secara rutin ketika mereka keluar dan masuk ke rumah.

Asosiasi Dokter Anak Jepang merekomendasikan agar anak-anak di bawah usia dua tahun tidak menggunakan masker karena akan menyebabkan mereka kesulitan bernapas. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan juga mengatakan tidak meminta seluruh warga mengunakan masker karena anak-anak sulit untuk memakai masker secara benar.

Takayama memperingatkan orang tua yang memaksa penggunaan masker pada anak-anaknya karena anak-anak lain memakainya. Ia mendesak orang tua untuk melakukan langkah-langkah dasar dan mempertimbangkan tahap perkembangan anak-anaknya ketika memutuskan penggunaan masker pada mereka.

Q89: "Enam Bulan Setelah WHO Umumkan Pandemi" (Bagian 4): Mengembangkan vaksin untuk mengobati virus korona

Pengembangan vaksin virus korona telah berjalan dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak WHO menyatakan penularan virus korona sebagai pandemi.

Proses pengembangan vaksin biasanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh tahun karena harus diperiksa dengan saksama guna memastikan keamanan dan efeknya. Enam bulan lalu, para peneliti menyatakan bahwa dibutuhkan setidaknya beberapa tahun hingga vaksin virus korona bisa digunakan

Setelah virus korona menjadi pandemi global, seluruh dunia secara serentak berpacu untuk mengembangkan vaksin bagi virus baru tersebut. WHO menyatakan bahwa hingga 9 September, telah dilaporkan sebanyak 180 pengembangan kandidat vaksin di seluruh dunia, dan proses ini terus berlanjut.

Sejauh ini, uji klinis yang melibatkan manusia telah dilakukan atas 35 dari kandidat vaksin tersebut guna memastikan keamanan dan efektivitasnya. Beberapa di antaranya bahkan telah mencapai tahap akhir pengembangan.

Mengapa pengembangan vaksin virus korona berjalan dengan sangat cepat seperti ini?

Perhatian terpusat pada vaksin jenis baru. Para peneliti tengah mencoba meningkatkan sistem imunitas di dalam tubuh manusia dengan menyuntikkan gen dari virus korona ke dalam tubuh untuk menghasilkan protein virus tersebut yang kemudian akan bekerja sebagai antigen.

Rusia telah secara resmi mengeluarkan izin bagi vaksin yang diberi nama “Sputnik V” pada bulan Agustus. Vaksin ini menggunakan virus berbeda, yang keamanannya telah terbukti, untuk membawa gen virus korona ke dalam tubuh manusia. Pemerintah Rusia mengeluarkan izin bagi vaksin tersebut bahkan sebelum fase akhir uji klinisnya dirampungkan.

Perusahaan farmasi besar Amerika Serikat, Pfizer, tengah mengembangkan vaksin dengan menggunakan gen yang dikenal sebagai “mRNA”. Perusahaan ini tengah menjalankan fase akhir uji klinis vaksin tersebut. Pfizer berencana mengajukan permohonan izin kepada pemerintah secepatnya akhir Oktober.

AstraZeneca yang berbasis di Inggris, bekerja sama dengan Universitas Oxford, juga tengah mengembangkan vaksin menggunakan gen virus korona.

Jenis vaksin yang menggunakan gen semacam ini diperkirakan dapat dikembangkan dalam waktu lebih singkat dibandingkan vaksin konvensional.

Sementara itu, pengembangan vaksin seperti ini membutuhkan kewaspadaan ekstra. Vaksin-vaksin tersebut belum pernah digunakan pada manusia. Risiko efek samping yang tidak terduga harus diperiksa dengan saksama.

Terdapat laporan sejumlah kasus dengan proses pemeriksaan yang dihilangkan karena memproritaskan pengembangan vaksin yang cepat.

Profesor Ishii Ken, pakar pengembangan vaksin dari Institut Ilmu Kedokteran Universitas Tokyo, menyampaikan komentarnya.

Ia mengatakan bahwa berbagai upaya yang tengah dilakukan saat ini di seluruh dunia untuk mengembangkan vaksin virus korona merupakan hasil dari pencapaian ilmiah selama ini. Menurut Profesor Ishii, tidak ada keraguan bahwa saat ini inovasi teknologi tengah berlangsung. Teknologi di tingkat laboratorium riset seketika meningkat menjadi teknologi industri.

Namun, ia memperingatkan bahwa pengembangan yang tergesa-gesa bisa menimbulkan masalah yang tidak terduga. Profesor Ishii mengungkapkan bahwa para peneliti harus memperhatikan bahwa dibutuhkan waktu untuk memastikan keamanan sebuah vaksin baru.

Pemerintah Jepang telah bernegosiasi dengan sejumlah perusahaan farmasi di luar negeri dengan harapan bisa memperoleh pasokan vaksin. Pemerintah juga berupaya menyusun pedoman dasar untuk mengatur prioritas penerima vaksin.

Tulisan ini menggunakan informasi hingga pertengahan September.

Q88: "Enam Bulan Setelah WHO Umumkan Pandemi" (Bagian 3): Pengembangan obat virus korona

Saat ini, belum ada obat yang bisa dianggap sebagai “obat ajaib” untuk virus korona. Namun, berbagai kemajuan telah dicapai dalam penemuan obat-obatan yang dikembangkan untuk menangani penyakit lain yang juga terbukti efektif dalam mengobati virus korona. Banyak perubahan telah terjadi dalam upaya pengembangan pengobatan virus korona selama enam bulan terakhir sejak wabah penyakit ini dinyatakan sebagai pandemi.

Pada masa-masa awal pandemi, ada sejumlah obat yang tampaknya menjanjikan, tetapi tidak terbukti efektivitasnya. Salah satu di antaranya adalah obat yang menekan gejala AIDS. Awalnya diharapkan bahwa mekanisme yang mencegah virus AIDS berkembang biak juga akan terbukti efektif terhadap virus korona. Namun, hasil uji klinis yang diadakan di Cina dan Inggris menunjukkan bahwa obat tersebut tidak mengurangi tingkat kematian untuk pasien yang sakit parah akibat virus korona.

Satu obat lainnya yang tampak menjanjikan adalah hidroksiklorokuin yang digunakan untuk mengobati malaria. Namun, Badan Pengawas Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA) pada Juni lalu mencabut izin penggunaan darurat yang diterbitkan untuk penggunaan obat tersebut bagi penanganan virus korona. Menurut FDA, hasil tes tidak menunjukkan bahwa obat itu efektif sebagai pengobatan COVID-19.

Di sisi lain, ada sejumlah obat lainnya yang telah dikonfirmasi bekerja efektif menangani virus korona. Ini mencakup remdesivir yang dikembangkan untuk mengobati Ebola. Uji klinis di AS membuktikan bahwa obat ini efektif terhadap virus korona. Bulan Mei lalu, remdesivir menjadi obat pertama yang mendapatkan izin untuk digunakan bagi pengobatan virus korona di Jepang.

Efektivitas steroid dexamethasone dalam mengurangi tingkat kematian juga telah terkonfirmasi di Inggris. Obat ini juga telah mulai digunakan dalam pengobatan di Jepang.

Enam bulan lalu, pengobatan yang efektif bagi virus korona belum diketahui. Namun, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang kini merekomendasikan dua obat itu dalam pedoman yang dikeluarkannya bagi penanganan virus korona.

Sejumlah obat lainnya juga tengah dikembangkan dan menjalani uji klinis untuk membuktikan efektivitasnya.

Sebagai contoh, perusahaan farmasi Jepang yang mengembangkan obat antiflu Avigan tengah melakukan uji klinis dengan target memperoleh izin pemerintah bagi penggunaan obat tersebut untuk pengobatan virus korona. Uji klinis juga tengah dilakukan terhadap Actemra yang digunakan untuk mengobati artritis reumatoid.

Obat lainnya yang menjanjikan adalah Alvesco, steroid untuk mengobati asma, serta Futhan, yang biasanya digunakan untuk pankreatitis akut. Jika efektivitas dan keamanannya terbukti, diharapkan bahwa obat-obatan ini juga akan digunakan untuk menangani virus korona.

Morishima Tsuneo, pakar penyakit menular dari Universitas Kedokteran Aichi, mengungkapkan bahwa para peneliti telah mengetahui karakter dasar penyakit tersebut selama setengah tahun terakhir, dan sejumlah pengobatan yang efektif telah ditemukan. Faktor-faktor ini berkontribusi dalam mengurangi tingkat kematian akibat virus korona saat terjadi wabah gelombang kedua di Jepang.

Tulisan ini menggunakan informasi hingga pertengahan September.

Q87: "Enam Bulan Setelah WHO Umumkan Pandemi" (Bagian 2): Tingkat Kematian Dan Tingkat Keparahan

Kita telah mempelajari banyak hal mengenai virus korona baru dalam enam bulan terakhir. Salah satu pengetahuan baru adalah mengenai tingkat kematian dan tingkat orang yang terinfeksi dengan gejala parah.

Pada Maret, sebagian besar dari kita mengetahui bahwa penyakit ini berasal dari Cina, yang pertama kali mengalami wabah. Pada akhir Februari, para pakar WHO dan otoritas Cina menganalisis data sekitar 56.000 kasus yang terkonfirmasi.

Mereka menemukan bahwa 3,8 persen orang yang terinfeksi meninggal dunia. Tingkat kematian yang tinggi sebesar 5,8 persen terutama terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, di mana infeksi dalam jumlah besar dilaporkan. Di tempat lain, tingkat kematian adalah 0,7 persen. Sementara tingkat kematian bagi orang di atas 80 tahun adalah 21,9 persen. Ini berarti satu dari tiap lima orang yang terinfeksi meninggal dunia.

Bagaimana dengan Jepang?

Pada September, Institut Nasional bagi Penyakit Menular menganalisis data orang yang terinfeksi di Jepang dan menghasilkan apa yang mereka sebut tingkat kematian yang disesuaikan. Tingkat bagi periode satu bulan hingga akhir Mei adalah 7,2 persen. Kondisinya berbeda-beda sehingga tidak dapat hanya membandingkan angka-angka, namun tingkat kematian tampaknya lebih tinggi dibandingkan Wuhan.

Data dari Jepang menunjukkan bahwa semakin tua pasien tersebut, semakin tinggi tingkat kematiannya. Sementara tingkat bagi orang di bawah 70 tahun adalah 1,3 persen, dan untuk usia 70 tahun ke atas adalah 25,5, persen. Tren ini serupa dengan analisis yang dirilis WHO pada Februari.

Namun, satu analisis data di Jepang pada Agustus menunjukkan tingkat kematian yang jauh lebih rendah. Tingkat keseluruhan adalah 0,9 persen, tingkat bagi orang di bawah 70 tahun adalah 0,2 persen, dan untuk usia 70 tahun ke atas adalah 8,1 persen.

Apa penyebab penurunan besar ini?

Peneliti di institut nasional tersebut menduga bahwa pada fase awal wabah itu, para dokter menaruh prioritas pada diagnosis dan merawat pasien dengan kondisi serius yang mendorong naik tingkat kematian. Mereka mengatakan orang-orang dengan gejala ringan atau tanpa gejala diketahui positif karena tes PCR yang berhasil diperluas serta tes lainnya yang mendorong turun tingkat kematian.

Mereka mengatakan, hingga kini, mereka tidak melihat tanda-tanda bahwa virus ini menjadi kurang mematikan. Para pakar yakin hasil-hasil analisis terbaru ini memberikan kita jumlah kematian yang paling akurat.

Para pakar  mengutip kemungkinan alasan lainnya dari menurunnya tingkat kematian, yaitu metode perawatan yang membaik. Enam bulan lalu, para dokter memusatkan perhatian pada bagaimana merawat pneumonia dan mengatasi Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS).

Kemudian ditemukan pula bahwa terdapat dua faktor lain yang mengarah pada kondisi serius, yaitu penggumpalan darah dan badai sitokin.

Saat orang terinfeksi virus korona, gumpalan-gumpalan darah kecil cenderung terbentuk di pembuluh darah. Gumpalan ini dapat berjalan ke berbagai organ dan menghambat aliran darah, menyebabkan serangan jantung, stroke, dan masalah lainnya.

Sistem imun manusia kadang tidak terkendali dan mulai menyerang tubuhnya sendiri saat orang itu terinfeksi. Inilah yang disebut badai sitokin.

Para pakar memperingatkan risiko badai sitokin setiap kali penyakit menular jenis baru dilaporkan. Mereka mengatakan banyak dari orang-orang yang dites positif virus korona dan meninggal akibat kegagalan sejumlah organ tampaknya adalah korban badai sitokin tersebut.

Apa yang telah kita pelajari dalam enam bulan terakhir ini, termasuk bagaimana orang yang tertular mengalami gejala serius, digunakan oleh para dokter untuk menciptakan metode perawatan yang baru. Hal ini tampaknya telah berkontribusi bagi tingkat kematian yang lebih rendah.

Tulisan ini menggunakan informasi hingga pertengahan September.

Q86: "Enam Bulan Setelah WHO Umumkan Pandemi" (Bagian 1)

Sudah lebih dari enam bulan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa infeksi virus korona merupakan pandemi global, pada 11 Maret. Kami menghadirkan seri mengenai perubahan selama enam bulan terakhir dan hal apa saja yang telah kita ketahui.

Salah satu perbedaan besar pada masa itu adalah penyebaran infeksi. Hingga 11 Maret, WHO memastikan ada lebih dari 118.000 orang terinfeksi di 117 negara dan wilayah. Menurut negara, Cina adalah tempat kasus pertama dilaporkan dan memiliki 80.000 kasus infeksi. Italia mengalami ledakan penyebaran virus tersebut dan sistem kesehatannya dibanjiri oleh sekitar 10.000 kasus. Sementara itu terdapat 8.000 kasus di Iran, dan sekitar 7.000 di Korea Selatan.

Pada waktu itu, lebih dari 4.200 kematian dilaporkan di seluruh dunia. Terdapat sekitar 3.100 kematian di Cina, sekitar 600 di Italia, sekitar 300 di Iran dan sekitar 60 di Korea Selatan.

Bagaimana situasi setelah enam bulan berlalu?

Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat (AS) mengatakan infeksi telah dikonfirmasi di 188 negara dan kawasan serta virus tersebut telah menyebar ke hampir seluruh negara di dunia.

Disebutkan hingga pukul 9.30 pagi pada 9 September, lebih dari 27.454.000 orang telah terinfeksi. Jumlah ini 230 kali lipat dari enam bulan lalu.

Negara-negara dengan jumlah kasus besar telah berubah. Hingga kini, AS memiliki sekitar 6.325.000 kasus, India sekitar 4.280.000, Brasil sekitar 4.147.000, dan Rusia sekitar 1.032.000. Jumlah kasus ini merupakan bukti bahwa virus tersebut telah menyebar ke wilayah yang luas di penjuru dunia.

Jumlah kematian telah meningkat 210 kali lipat menjadi lebih dari 894.000 orang.

Saat ini AS melaporkan sekitar 189.000 kematian, Brasil sekitar 126.000; India sekitar 72.000, Meksiko sekitar 67.000, dan Inggris sekitar 41.000.

Tulisan ini menggunakan informasi hingga pertengahan September.

Q85: Vaksin Influenza & Lansia

Pertanyaan kali ini adalah “Bagaimana Jepang mempersiapkan vaksinasi influenza?”. Pasokan vaksin dikhawatirkan mengalami kekurangan di tengah meningkatnya kewaspadaan terhadap influenza dalam pandemi virus korona. Kementerian Kesehatan memutuskan untuk meminta orang-orang melakukan vaksin flu mulai Oktober. Mereka yang berisiko tinggi mengalami gejala parah, termasuk para lansia, akan diprioritaskan.

Kementerian Kesehatan memperkirakan vaksin influenza untuk sekitar 63 juta orang akan tersedia bagi musim yang akan datang akan tersedia mulai Oktober. Namun, orang-orang menjadi lebih waspada terhadap influenza di tengah pandemi virus korona. Para pejabat memperkirakan permintaan vaksin influenza meningkat.

Kementerian Kesehatan mengadakan rapat panel pakar pada 26 Agustus lalu. Partisipan mengajukan rencana untuk meminta orang-orang melakukan vaksinasi lebih awal, agar mereka yang berisiko tinggi mengalami sakit serius, seperti warga lansia, tetap bisa mendapatkan vaksin flu  meski bila pasokan vaksin kurang.

Rencana tersebut mencakup permintaan terhadap orang-orang berusia 65 tahun ke atas melakukan vaksinasi mulai awal Oktober. Kemudian mulai pertengahan Oktober, para pekerja medis, orang-orang dengan masalah pernapasan atau penyakit lainnya, wanita hamil dan anak kecil, mulai dari bayi berusia 6 bulan hingga kelas 2 SD akan diimbau untuk melakukan vaksinasi.

Sulit untuk membedakan antara gejala dari virus korona dan influenza, karena serupa. Jika institusi medis dibebani tes virus yang lebih besar, layanan medis dapat menghadapi kesulitan. Kementerian Kesehatan mengatakan siap membantu meningkatkan tes tersebut.

Q84: "Langkah apa yang Jepang rencanakan untuk menangani virus korona menjelang musim influenza?"

Kementerian Kesehatan membuat sebuah sistem baru yang menjadikan klinik-klinik setempat sebagai pusat tes virus korona sebagai persiapan menghadapi musim influenza pada musim gugur dan dingin.

Sekarang ini orang-orang yang mengalami demam atau gejala-gejala yang terkait penularan virus korona biasanya menjalani tes dengan salah satu dari dua cara berikut. Mereka bisa menghubungi layanan konsultasi yang didirikan di pusat kesehatan masyarakat dan kemudian dirujuk ke lembaga medis yang ditunjuk untuk tes atau mereka datang ke klinik setempat dan kemudian menjalani tes di pusat tes wilayah yang didirikan asosiasi medis.

Namun, terdapat kekhawatiran bahwa jumlah orang yang mengalami demam atau gejala-gejala mirip virus korona lain yang meminta untuk menjalani tes akan melonjak selama musim influenza pada musim gugur dan dingin.

Karena itu, Kementerian Kesehatan memutuskan untuk memperkuat sistem tes virus korona. Kementerian akan membuat memungkinkan bagi klinik-klinik setempat untuk melakukan pemeriksaan dan juga melakukan tes untuk virus ini.

Tes akan dilakukan oleh klinik-klinik yang telah terdaftar di pemerintah daerah. Tes itu sebagian besarnya akan menggunakan kit tes antigen virus korona, yang menyediakan hasil dalam waktu yang lebih singkat.

Jika seseorang teruji positif, pusat kesehatan masyarakat akan memberi rujukan rumah sakit atau fasilitas akomodasi yang ditunjuk.

Dalam kasus-kasus klinik tidak dapat melakukan tes, atau tutup saat akhir pekan, orang itu akan menghubungi layanan konsultasi di pusat kesehatan masyarakat atau pusat tes setempat.

Kementerian Kesehatan berencana menjadikan klinik-klinik setempat sebagai pusat tes virus korona selama musim influenza. Kementerian berencana menambah jumlah klinik yang dapat melakukan tes virus korona, dan membuat sebanyak 200.000 kit tes antigen tersedia setiap hari.

Q83: "Apa yang saya dapat lakukan untuk mencegah penularan di gerbong kereta yang padat?"

Sebagaimana yang telah kami laporkan sebelumnya, orang dapat tertular virus korona melalui percikan ludah dari saluran napas dan kontak tak langsung.

Sebagian orang mengatakan jika ini benar, kita tidak akan tertular meskipun terdapat orang yang tertular berdiri si samping kita di gerbong yang padat dengan asumsi orang itu tidak berbicara atau menyentuh kita.

Orang mengeluarkan percikan ludah saat berbicara. Tetapi percikan ludah juga dapat dihasilkan dengan bernapas. Tidak berbicara tidak menjamin kita tidak mengeluarkan percikan ludah.

Namun, kita bisa banyak mengurangi jumlah percikan ludah yang dihasilkan dengan cara menutup mulut. Inilah mengapa penting agar kita tidak berbicara atau menyentuh, mengenakan masker, dan sering mencuci atau menyuci hama tangan kita.

Q82: "Bagaimana kita bisa terinfeksi virus korona?"

Selain melalui droplet atau percikan ludah dari mulut dan hidung. Virus juga bisa menular melalui kontak tidak langsung.

Penularan melalui kontak tidak langsung bisa terjadi jika seseorang menyentuh sesuatu yang sebelumnya pernah disentuh oleh orang yang terinfeksi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyentuh wajah kita sendiri termasuk bagian hidung dan mulut. Apabila kita melakukan itu dengan tangan yang terkontaminasi, maka kita mungkin akan terpapar virus. Mata juga sangat riskan terpapar virus, jadi kita bisa terinfeksi saat menggosok mata kita.

Percikan ludah mikro juga diyakini bisa menularkan virus. Ukurannya lebih kecil dari percikan ludah biasa dan mengambang di udara di dalam ruangan yang berventilasi buruk. Untuk mencegah penularan dari percikan mikro, kita disarankan untuk menghindari ruangan yang berventilasi buruk, tempat dengan kerumunan massa, serta berbicara dalam jarak dekat.

Percikan ludah biasanya akan jatuh sebelum terlontar sejauh dua meter, jadi dengan menjaga jarak setidaknya sejauh dua meter dengan orang lain diyakini akan aman dari penularan.

Cara penyebaran virus korona ini belum diketahui secara menyeluruh. Namun untuk sekarang, sejumlah langkah diterapkan dengan asumsi bisa menghindari kontak dan percikan.

Guna mengurangi risiko penularan di seluruh Jepang, otoritas menyerukan semua orang untuk memakai masker untuk mencegah penyebaran percikan ludah, dan menjaga jarak setidaknya dua meter agar terhindar dari percikan ludah. Kita juga disarankan untuk mencuci tangan agar tidak menulari diri sendiri jika tangan kita telah terkontaminasi dan tanpa sadar menyentuh mulut, hidung, atau mulut.

Q81: "Di mana dan kapan pertama kali virus korona mengemuka?"

Penelusuran masih berlanjut terkait lokasi dan kapan virus korona pertama kali mengemuka. Menurut otoritas di Kota Wuhan, Cina, kasus pertama COVID-19 tercatat pada 8 Desember 2019. Karena Cina memiliki tradisi menjual binatang hidup, ada indikasi bahwa wabah berasal dari sebuah pasar di Wuhan yang menjadi lokasi penularan virus dari binatang liar ke manusia.

Bagaimanapun, asal virus masih belum jelas. Sumber virus bisa saja ada di pasar tersebut, atau bisa jadi virusnya telah menyebar di sekitar Wuhan melalui para pedagang yang bekerja di pasar.

Walapun para pakar menduga pembawa awal COVID-19 mungkin adalah kelelawar, namun habitat kelelawar-kelelawar itu masih belum jelas.

Kelelawar yang membawa virus mungkin berada di dalam hutan di pegunungan dan memaparkan virus ke orang-orang yang kebetulan mengunjungi wilayah kelelawar itu berada. Orang-orang tersebut kemudian kembali ke Wuhan dan tanpa sadar menulari orang-orang lainnya. Jalur penularan virus ini masih tidak jelas.

Q80: "Sejak pertama, ada berapa jenis virus korona yang bisa ditulari oleh manusia?"

Sejauh ini, ada lebih dari 50 galur virus korona yang telah ditemukan. Enam di antaranya diketahui bisa ditulari oleh manusia. Empat dari enam jenis di antaranya biasanya didiagnosis sebagai influenza. Kebanyakan orang diyakini telah terpapar satu atau lebih dari empat jenis virus korona tersebut saat anak-anak.

Dua lainnya adalah SARS dan MERS. Dua jenis ini menunjukkan gejala yang parah dibandingkan empat jenis lainnya. Para pakar mengatakan, virus yang bermasalah telah mengemuka pada saat kedua galur itu mewabah.

Pada Desember tahun lalu, otoritas Cina menyelidiki kasus pneumonia di Wuhan. Saat itu ditemukan jenis virus korona ketujuh yang bisa jadi ditulari oleh manusia, yang kemudian dinyatakan sebagai virus korona baru.

Banyak pakar telah memperkirakan bahwa galur baru virus korona akan muncul, namun pada saat itu dianggap bukan sesuatu yang bisa menimbulkan banyak masalah.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, empat jenis virus ini adalah influenza biasa. Sementara SARS berhasil dibendung karena gejalanya relatif mudah diidentifikasi, sedangkan MERS tidak sampai menjadi pandemi.

Oleh karena itu orang-orang menjadi lengah. Pada saat itu ada keyakinan bahwa meski galur baru virus korona muncul, tetapi akan bisa ditanggulangi atau penularannya tidak akan meluas.

Ada sejumlah buku yang memperingatkan risiko galur baru virus korona yang bisa menyebabkan pandemi. Namun kebanyakan pakar di seluruh dunia menilai buku-buku tersebut tidak realistis.

Q79: "Mengapa virus korona baru menyebar secara cepat dan luas?"

Saat ini tidak terdapat vaksin yang tersedia bagi virus korona baru. Seberapa menularnya virus dapat dihitung dengan jumlah rata-rata orang yang baru tertular virus tersebut dari satu orang yang telah tertular. Misalnya, jika satu orang terinfeksi menularkan virus itu ke rata-rata 0,5 orang, ini artinya virus itu tidak terlalu menular dan sepertinya tidak akan menyebar luas. Sementara virus korona baru diyakini bahwa satu orang terinfeksi menularkan virus itu kepada sekitar 2,5 orang.

Tetapi, panel pakar yang memberikan nasihat kepada pemerintah Jepang terkait virus korona baru meyakini bahwa itu bukan berarti setiap orang yang terinfeksi akan menularkan virus itu kepada 2,5 orang. Para pakar itu mengatakan jika ada 10 pembawa virus korona, delapan di antaranya cenderung tidak menularkan kepada orang lain, sementara dua sisanya masing-masing menularkan virus itu kepada sekitar 10 orang.

Masalah lainnya adalah tidak mudah untuk mengidentifikasikan pembawa virus korona. Saat seseorang tertular virus SARS (sindrom penyakit pernapasan akut), yang merupakan jenis lain dari virus korona, orang itu segera mengalami sejumlah gejala sehingga orang lain akan tahu individu ini telah tertular. Orang-orang yang tertular dapat diisolasi guna mencegah penularan virus ke orang lain.

Namun pembawa virus korona dapat menyebarkan virus itu bahkan saat mereka tidak menunjukkan gejala-gejala. Hal ini menyulitkan untuk menghentikan penyebaran virus tersebut.

Q78: "Apa yang dimaksud dengan tata krama batuk?” serta “Apa yang harus saya ingat ketika mencuci tangan?"

Virus korona, seperti virus-virus influenza dan pilek, menyebar melalui percikan ludah yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan orang untuk kerap mencuci tangan serta menerapkan “tata krama batuk” dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Inisiatif tersebut sama dengan langkah-langkah yang diambil untuk melawan penyakit menular lainnya.

Saat mencuci tangan, gunakanlah sabun dan air mengalir. Gunakan setidaknya 20 detik untuk membersihkan seluruh permukaan, termasuk bagian di antara jari dan di bawah kuku. Ketika sabun dan air tidak tersedia, gosoklah tangan menggunakan penyanitasi tangan berbasis alcohol.

Anda dapat tertular jika menyentuh mata, mulut, dan hidung dengan tangan yang telah terkontaminasi. Pastikan Anda tidak menyentuh wajah sebelum mencuci tangan.

Saat Anda memiliki gejala-gejala seperti batuk dan bersin, pastikan untuk menerapkan “tata krama batuk” berikut agar tidak menularkan orang di sekitar Anda, bahkan jika Anda sudah tertular.

Tutup mulut dengan tisu atau bagian dalam lengan saat batuk atau bersin. Ketika menggunakan tisu, buang langsung tisunya dan cuci tangan Anda. Jangan menutupi mulut menggunakan tangan, karena tangan Anda akan terkontaminasi virus.

Q77: "Saya dengar tidak mudah untuk menerima tes PCR di Jepang. Mengapa demikian?"

Tes PCR mendeteksi material genetik patogen dan memastikan apakah orang tersebut pada saat itu telah tertular. Tes ini cukup akurat namun hasilnya makan waktu. Dikatakan bahwa Jepang tidak melakukan tes PCR sebanyak negara lainnya. Ini disebabkan Jepang hanya punya sedikit peluang melakukannya sebelum virus korona baru merebak.

Salah satu alasannya adalah penyakit SARS (sindrom pernapasan akut parah) atau MERS (sindrom pernapasan timur tengah) yang memerlukan tes PCR tidak masuk ke negara ini. Sementara bagi influenza, alat tes sederhana sudah meluas penggunaannya, jadi tes PCR amat jarang dilaksanakan di Jepang.

Sekarang, sistem ini secara bertahap dikembangkan, namun masih belum pada tahap dapat menyebar secara cepat, yang dikatakan masih menjadi tantangan.

Q76:"Bagaimana melakukan pertukaran udara yang benar?"

Produsen jendela dan pintu YKK AP menyampaikan daftar rekomendasi dalam situs webnya, mengenai bagaimana melakukan pertukaran udara di ruangan secara benar dengan jendela, dalam kaitan dengan virus korona.

Perusahaan itu menyarankan untuk "membuka dua jendela bukannya satu”, dan membuka jendela “secara diagonal saling berlawanan."

Di sebuah apartemen yang hanya memiliki satu jendela, perusahaan itu menyarankan membuka pintu di dalam ruangan untuk menciptakan saluran udara dan menggunakan kipas angin untuk mensirkulasi udara.

Perusahaan itu juga menyarankan agar memindahkan jendela geser ke tengah jadi dibuka di dua sisi.

Q75: "Bagaimana Anda dapat mengatur ventilasi dengan baik ketika menggunakan alat penyejuk udara atau AC?"

Produsen alat penyejuk udara besar Daikin Industries, menyebutkan sebagian besar alat penyejuk udara hanya melakukan sirkulasi udara di dalam ruangan dan tidak mengatur ventilasi atau pertukaran udara. Jadi, perusahaan itu meminta orang untuk sesekali membuka jendela dan menyegarkan udara ketika menyalakan AC.

Sejumlah orang mungkin merasa jika melakukannya akan memboroskan listrik. Seorang pejabat menjelaskan sebuah cara untuk membatasi konsumsi listrik ketika melakukan pertukaran udara atau ventilasi. Karena AC menyedot banyak tenaga listrik ketika Anda menyalakannya, jadi Anda harus tetap membiarkannya menyala ketika membuka jendela Anda.

Di cuaca yang lebih panas, konsumsi energi juga akan meningkat jika arus udara dari luar mendorong suhu di dalam ruangan, jadi penting untuk sedikit menaikkan suhu alat penyejuk udara sebelum melakukan pertukaran udara di ruangan.

Q74 "Apakah benar risiko terkena sengatan panas meningkat jika seseorang menggunakan masker?"

Kami melakukan eksperimen dengan menggunakan termografi untuk mengetahui bagaimana suhu di wajah berubah ketika menggunakan masker.

Eksperimen itu menunjukkan ketika tidak menggunakan masker, suhu di sekitar mulut  sekitar 36 derajat Celsius. Langkah itu dilakukan pada awal musim panas di distrik Shibuya Tokyo, lokasi kantor NHK.

Bagaimanapun, suhu di sekitar mulut meningkat 3 derajat celcius mencapai 39 hingga 40 derajat Celsius begitu seseorang menggunakan masker. Lima menit kemudian, kulit di sekitar mulut mulai berkeringat karena panas yang terjebak di dalam masker. Orang tersebut merasa lebih panas dibandingkan sebelum menggunakan masker dan merasa mengalami napas yang pendek.

Profesor Yokobori Shoji dari Sekolah Pascasarjana Kedokteran Nippon mengatakan orang yang menggunakan masker tidak selalu lebih rentan terkena sengatan panas. Namun, ia menekankan terdapat data bahwa menggunakan masker dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan menimbulkan peningkatan detak jantung dan tingkat pernapasan sekitar 10 persen. Ketika digabungkan dengan faktor latihan fisik dan peningkatan suhu udara, ia berpendapat, penggunaan masker dapat meningkatkan risiko sengatan panas.

Profesor Yokobori mengatakan untuk mencegah penyebaran percikan ludah penting dilakukan dengan menggunakan masker. Meski begitu, ia mengatakan upaya pencegahan terhadap sengatan panas juga penting dilakukan bagi lansia dan mereka yang tinggal sendiri. Yokobori menyarankan bagi mereka yang rentan untuk membuka maskernya dan beristirahat di tempat yang tidak ramai, seperti berteduh di bawah pohon ketika berada di luar ruang. Ia juga menyarankan untuk mengganti masker secara rutin karena aliran udara dapat terhalang jika masker dipenuhi keringat.

Q73: "Apa yang harus diperhatikan sejumlah sektor usaha" (Bagian 7)

Kami menyajikan sebuah serial mengenai apa yang harus diperhatikan dunia usaha untuk mencapai keseimbangan antara mencegah penyebaran penularan dan mempertahankan aktivitas sosial dan ekonomi.

Kali ini,kami akan membahas tentang pedoman internal bagi pabrik yang sulit untuk menerapkan sistem bekerja dari rumah  atau jarak jauh.

Produsen truk Mitsubishi Fuso Truck dan Bus Corporation menetapkan pedoman pencegahan penularan bagi para karyawan yang bekerja di lini produksi.

Di pabrik produsen tersebut di Kota Kawasaki, dekat Tokyo, para karyawan diminta untuk duduk atau berdiri setidaknya pada jarak 1,5 meter. Ketika harus berdiri lebih dekat, misalnya saat membawa suku cadang, para karyawan mengenakan pelindung wajah sebagai tambahan masker dalam proses uji coba.

Seluruh karyawan mengganti sarung tangan kerja tiap setengah hari. Ruang loker juga didisinfeksi secara rutin untuk mencegah penyebaran penularan.

Kami bertanya kepada seorang pejabat Mitsubishi Fuso, Baba Takashi. Baba mengungkapkan bahwa langkah-langkah pencegahan sangat penting pada lini produksi truk karena otomatisasi sulit untuk diterapkan dan sebagian besar pekerjaan dilakukan secara manual.

Baba mengatakan bahwa upaya menangani virus korona tampaknya masih akan terus berlanjut untuk sementara waktu. Ia ingin mendengar usulan dari para karyawan dan pakai meningkatkan kondisi lingkungan tempat kerja agar semua orang bisa bekerja dengan aman dan nyaman.

Produsen otomotif terkemuka Jepang, Toyota Motor, akhir Maret lalu memundurkan jam kerja karyawan yang bertugas pada malam hari selama 30 menit di sepuluh lokasi produksinya di Provinsi Aichi. Dengan begitu, akan ada waktu sekitar 90 menit bagi karyawan yang bertugas pada siang dan malam hari untuk melakukan pergantian. Hal ini juga mengurangi kemungkinan berbaurnya para karyawan yang berbeda jam kerja.

Produsen mesin berat IHI Corporation membagi pekerjanya di pabrik mesin pesawat di Kota Mizuho, Tokyo, menjadi dua grup. Masing-masing grup bertugas tiap satu pekan.

Q72: "Apa yang harus diperhatikan sejumlah sektor usaha" (Bagian 6)

Kami melanjutkan serial tentang poin penting yang perlu diperhatikan sektor industri guna menyeimbangkan upaya mencegah penyebaran penularan sambil tetap mempertahankan aktivitas sosial dan ekonomi.

Kali ini, kami akan membahas tentang pedoman yang disusun oleh Federasi Bisnis Jepang, atau Keidanren, bagi perusahaan-perusahaan yang akan memulai kembali operasinya secara penuh. Pedoman ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu untuk kantor dan pabrik.

Pedoman ini menyajikan berbagai bentuk pekerjaan, seperti bekerja jarak jauh atau dari rumah, mengubah jam masuk kerja, atau menerapkan sistem libur tiga hari dalam seminggu untuk mengurangi frekuensi pergi  ke tempat kerja.

Para pekerja kantor diminta untuk mempertimbangkan agar menunda perjalanan bisnis yang tidak mendesak, mengadakan pertemuan, bertukar kartu nama, dan melakukan wawancara perekrutan secara online.

Sementara itu, pedoman untuk pabrik mencakup langkah-langkah untuk berbagai situasi yang diperkirakan dapat terjadi. Misalnya, pengelola disarankan agar mengadakan pertemuan pada pagi hari atau mengabsen karyawan dalam jumlah kecil atau secara terpisah pada tiap proses manufaktur.

Keidanren telah menyampaikan pedoman ini kepada perusahaan-perusahaan anggotanya. Federasi bisnis tersebut juga telah mengunggah pedoman ini di situs webnya dan mengimbau perusahaan-perusahaan agar menerapkannya secara luas.

Q71: "Apa yang harus diperhatikan sejumlah sektor usaha" (Bagian 5)

Kami melaporkan langkah-langkah yang diambil oleh kelompok industri guna mencegah penularan virus korona sambil tetap mempertahankan aktivitas sosial ekonomi.

Kali ini kami akan membahas tentang pedoman pencegahan penularan yang disusun oleh industri perusahaan kereta dan maskapai penerbangan.

Berdasarkan pedoman umum yang dikeluarkan kelompok industri perusahaan kereta, termasuk JR dan perusahaan-perusahaan kereta swasta besar pihak pengelola kereta disarankan untuk meminta penumpang mengenakan masker, bekerja dari rumah untuk menghindari kepadatan, dan menghindari penggunaan transportasi umum pada jam sibuk.

Pengelola kereta juga diminta untuk membersihkan gerbong kereta dengan saksama dan membuka jendela untuk meningkatkan sirkulasi udara.

Sebagai tambahan, kursi yang dapat dipesan pada kereta ekspres akan diatur agar para penumpang dapat menjaga jarak yang ditentukan.

Sementara itu, pedoman dari Asosiasi Maskapai Penerbangan Terjadwal Jepang merekomendasikan perusahaan-perusahaan penerbangan agar meminta penumpang untuk mengenakan masker. Para staf juga diminta untuk secara rutin membersihkan bagian dalam pesawat. Perusahaan-perusahaan tersebut juga disarankan untuk menyajikan minuman dalam kemasan di dalam pesawat.

Pedoman untuk pengelola bangunan bandara menyerukan perusahaan-perusahaan itu mengembangkan cara untuk mengimbau para penumpang agar menjaga jarak saat lapor masuk pesawat dan selama prosedur pemeriksaan keamanan. Pihak pengelola juga diminta untuk dengan cermat membersihkan tempat-tempat yang sering disentuh oleh penumpang.

Di konter lapor masuk pesawat, sekat transparan dapat dipasang jika diperlukan untuk mencegah penyebaran percikan ludah. Penumpang yang merasa tidak sehat juga akan diperiksa suhu tubuhnya.

Di enam bandara utama Jepang, termasuk bandara Haneda, Narita, dan Kansai, suhu tubuh penumpang akan terus dipantau dengan termograf.

Q70: "Apa yang harus diperhatikan sejumlah sektor usaha" (Bagian 4)

NHK menghadirkan serial mengenai pedoman industri untuk menjaga keseimbangan antara mempertahankan aktivitas sosial dan ekonomi dan mencegah penyebaran COVID-19. Kali ini, kami akan mengulas pedoman bagi fasilitas akomodasi.

Grup industri hotel dan penginapan di Jepang telah menyusun pedoman bagi langkah antivirus. Pedoman tersebut disusun oleh tiga grup, yaitu All Japan Ryokan Hotel Association, Japan Ryokan & Hotel Association, dan Japan City Hotel Association. Ketiganya mengimbau pengelola akomodasi untuk memeriksa apakah para tamu memiliki gejala seperti demam saat kedatangannya, serta meminta mereka untuk mencuci tangan.

Pedoman tersebut juga meminta pengelola fasilitas untuk menjelaskan lokasi kamar kepada tamu dengan menggunakan informasi tertulis, dan bukannya mengantar tamu ke kamarnya.

Pedoman itu menyebutkan bahwa saat di ruang makan dan restoran, para tamu harus diminta duduk bersebelahan, tidak menuangkan minuman alkohol untuk orang lain guna mencegah lebih dari satu orang menyentuh botol yang sama, serta tidak mengedarkan satu gelas dan minum bergantian dari cangkir itu.

Pedoman tersebut juga merekomendasikan masakan di dalam panci dan sashimi sebisa mungkin dihidangkan ke tiap pelanggan secara terpisah, dan bukan menyajikan  makanan yang sama untuk banyak orang. Pedoman itu mengimbau pengelola fasilitas untuk mempertimbangkan dalam menghentikan penyajian makanan secara prasmanan. Bila tetap melanjutkan prasmanan, pengelola diminta untuk memiliki anggota staf yang melayani tamu, dan bukan membiarkan tamu mengambilnya sendiri, serta mencegah penjepit dan sumpit dipakai bersama-sama. 

Pedoman tersebut juga mengatakan pengelola harus membatasi jumlah orang yang memasuki fasilitas permandian agar tidak menjadi ramai.

Grup industri ini berencana membuat pedoman tersebut diketahui luas di antara fasilitas milik anggotanya, dan meminta para anggota tersebut untuk mengambil langkah-langkah sepatutnya yang diwajibkan oleh tiap situasi yang dihadapi.

Q69: "Apa yang harus diperhatikan sejumlah sektor usaha" (Bagian 3)

Kami menyajikan sebuah serial mengenai apa yang harus diperhatikan dunia usaha untuk mencapai keseimbangan antara mencegah penyebaran penularan dan mempertahankan aktivitas sosial dan ekonomi. Kali ini Kami menghadirkan pedoman bagi para pengelola restoran.

Sebuah grup industri restoran di Jepang juga telah menyusun pedoman untuk memulai kembali usaha secara penuh.

Grup itu mengimbau pengelola restoran untuk memastikan agar tetap menjaga keamanan dan kebersihan makanan dengan baik di semua tempat restorannya, serta mengambil langkah untuk menjaga jarak antar konsumen di restoran.

Secara khusus, pedoman tersebut mengatakan pengelola harus menyiapkan cairan disinfektan bagi pelanggan dan memasang pengumuman yang meminta orang-orang yang memiliki demam, batuk, dan gejala lainnya untuk tidak makan di dalam restoran.

Pedoman tersebut juga meminta pengelola membatasi jumlah pelanggan ketika terlalu ramai dan mengatur kursi agar pelanggan tidak duduk saling berhadapan sambil menjaga jarak setidaknya satu meter satu sama lain. Berbagi meja makan dengan grup pelanggan lain juga harus dihindari.

Di tengah pandemi virus korona, industri kuliner bergantung pada pesanan untuk dibawa pulang dan dikirim ke rumah, jadi pedoman tersebut meminta pengelola untuk mendorong pelanggan segera mengonsumsi makanan tersebut guna menghindari keracunan makanan.

Ketua Asosiasi Layanan Makanan Jepang, Takaoka Shinichiro, mengatakan pedoman tersebut menargetkan untuk mendorong upaya pengelola restoran. Ia berharap restoran tersebut mengambil langkah-langkah selayaknya tergantung pada situasinya agar pelanggan dapat makan dengan keadaan yang aman.

Q68: "Apa yang harus diperhatikan sejumlah sektor usaha" (Bagian 2)

Kami menyajikan sebuah serial mengenai apa yang harus diperhatikan dunia usaha untuk mencapai keseimbangan antara mencegah penyebaran penularan dan mempertahankan aktivitas sosial dan ekonomi. Kali ini kami akan menyampaikan pedoman yang diterapkan secara mandiri oleh industri karaoke.

Tiga asosiasi industri karaoke di Jepang bersama-sama menyusun pedoman langkah antiinfeksi. Pedoman tersebut mengimbau para manajer tempat usaha untuk mengatur ventilasi di tiap ruangan, membatasi kapasitas jumlah pelanggan menjadi separuh dari biasanya, membuat pelanggan duduk bersebelahan, tidak berhadapan, setidaknya menjaga jarak satu meter bila memungkinkan dua meter, serta sering mendisinfeksi mikrofon dan pengendali jarak jauh.

Asosiasi tersebut meminta pelanggan untuk menggunakan masker kecuali saat mereka makan atau minum, dan tetap menjaga jarak setidaknya dua meter dari orang yang bernyanyi.

Seorang pejabat Asosiasi Boks Karaoke Jepang, Kato Shinji mengatakan karaoke sebagai budaya kini menghadapi krisis yang mengancam keberadaannya. Ia mengatakan asosiasi tersebut mempertimbangkan untuk menambah langkah-langkah yang lebih ketat apabila pedoman itu terbukti tidak cukup memadai. Ia menyebutkan mereka berupaya dalam menyediakan lingkungan karaoke yang aman dan bebas dari kekhawatiran bagi para pelanggan.

Tulisan ini menggunakan data hingga 28 Juli.

Q67: "Apa yang harus diperhatikan sejumlah sektor usaha" (Bagian 1)

Kami menyajikan sebuah serial mengenai apa yang harus diperhatikan dunia usaha untuk mencapai keseimbangan antara mencegah penyebaran infeksi dan mempertahankan aktivitas sosial dan ekonomi. Ini merupakan pedoman yang disediakan pemerintah untuk tiga jenis bisnis hiburan. Bisnis tersebut adalah pengelola kelab atau bar dengan staf yang secara langsung melayani pelanggan, kelab malam dan tempat-tempat pertunjukan musik.

Pada Juni, Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang Nishimura Yasutoshi, yang bertanggung jawab atas tanggapan terhadap virus korona, mengungkapkan langkah-langkah yang harus dipatuhi bisnis tersebut.

Langkah-langkah ini mencakup:

・Menjaga jarak sekurangnya satu meter, atau jika memungkinkan dua meter, antara tiap orang.
・Memasang panel akrilik di atas meja.
・Mendorong staf dan pelanggan agar mengenakan masker atau pelindung wajah.
・Meminta pelanggan menulis nama dan nomor yang dapat dihubungi serta menyimpan data itu selama beberapa waktu.

Pengelola tempat musik diminta agar mencoba menjaga jarak dua meter antara penampil dan penonton. Jika tidak mungkin, pengelola harus mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa percikan ludah tidak menyebar. Pemerintah merekomendasikan penjualan tiket dilakukan secara daring atau melalui sistem pembayaran non-tunai.

Kelab atau bar dengan staf yang melayani pelanggan secara personal untuk saat ini diminta mencegah orang-orang bernyanyi karaoke bersampingan atau berdansa bersama-sama. Bisnis ini juga diminta menganjurkan pelanggan agar tidak berbagi gelas.

Kelab malam diminta untuk mengecilkan volume musik dan melarang orang-orang berbicara keras demi mencegah penyebaran percikan ludah.

Informasi ini akurat per tanggal 27 Juli.

Q66: "Apa saja yang harus diperhatikan saat anak-anak menghidangkan makan siang di sekolah?"

Profesor Kunishima Hiroyuki, pakar penyakit menular dari Sekolah Kedokteran Universitas St. Marianna mengatakan penting bagi semua anak termasuk yang menghidangkan makanan agar mencuci tangan dengan sabun dengan benar sebelum makan siang.

Ia mengatakan perhatian juga harus diberikan ketika menggunakan alat untuk menghidangkan makanan seperti jepit dan sudu. NHK dan Profesor Kunishima melakukan eksperimen bersama untuk mengetahui bagaimana virus dapat menyebar dalam situasi makan prasmanan. Satu orang yang berperan sebagai pasien yang tertular virus digosokkan pewarna berpendar pada tangannya, kemudian melanjutkan makan. Dalam 30 menit, pewarna itu telah menyebar dari jepit, penutup wadah, dan benda-benda lain yang digunakan semua orang, ke tangan seluruh 10 orang yang ambil bagian.

Risiko penularan saat makan siang di sekolah dapat dikurangi jika semua orang mencuci tangan dengan benar, mengenakan masker, dan hanya anak-anak yang bertugas menghidangkan makanan yang menggunakan jepit atau sudu.

Selama makan, jendela ruang kelas harus dibuka dan anak-anak tidak boleh berdekatan. Harus menghindari ruangan tertutup, tempat yang padat, dan kontak dekat.

Profesor Kunishima mengatakan anak-anak tidak dapat mengenakan masker ketika makan, dan mereka mungkin lebih dekat satu sama lain dibandingkan ketika jam pelajaran. Ia mengatakan berharap pihak berwenang di sekolah akan lebih berhati-hati demi memastikan bahwa langkah-langkah seperti ventilasi dan cuci tangan dipatuhi.

Informasi ini akurat per tanggal 21 Juli.

Q65: "Apakah virus korona bisa ditularkan sebelum seseorang menunjukkan gejala seperti demam atau batuk?"

Satu tim peneliti di Singapura meyakini hal itu telah terjadi dalam beberapa kasus. Para peneliti yang menelusuri jalur penularan di Singapura, merilis temuan mereka dalam sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Pusat AS untuk Kontrol dan Pencegahan Penyakit. Setelah melalui analisis mendalam, para peneliti itu meyakini penularan antar-manusia terjadi dari orang-orang tanpa gejala.

Orang-orang yang tidak menunjukkan gejala, mulai  mengalami demam, batuk dan pilek, beberapa hari setelah mereka bertemu dengan orang lain yang kemudian juga terinfeksi virus. Para peneliti meyakini orang-orang tanpa gejala menyebarkan virus pada masa inkubasi melalui percikan ludah dan sejumlah cara lainnya.

Beberapa kelompok penularan terjadi di dalam pelajaran menyanyi. Para peneliti mengatakan, meski seseorang tidak batuk, virus bisa ditularkan melalui percikan ludah saat bernyanyi dengan lantang atau cara lainnya.

Para peneliti meyakini hal itu membuktikan bahwa virus korona baru bisa ditularkan pada masa inkubasi. Mereka mengatakan, tidak cukup dengan hanya mengisolasi orang-orang yang telah memiliki gejala, dan sangat penting untuk menghindari pertemuan dan kerumunan massa.

Tulisan ini menggunakan informasi hingga tanggal 20 Juli.

Q64: "Apa yang harus diwaspadai pengelola tempat pengungsian guna mencegah penyebaran virus"

Kanbara Sakiko, seorang profesor di Universitas Kochi menyarankan pengelola tempat pengungsian untuk mengukur suhu tubuh warga sebelum mereka memasuki bangunan, dan memeriksa setiap gejala seperti demam, batuk, atau rasa lelah berlebihan.

Kanbara mengatakan, harus menyiapkan satu ruangan terpisah yang secara khusus digunakan bagi orang-orang yang berisiko tinggi memiliki virus. Misalnya, jika tempat pengungsian berada di ruang olahraga sebuah sekolah dasar, maka gunakan ruang kelas untuk memisahkan orang-orang yang memiliki gejala dari yang lainnya. 

Kanbara juga menekankan bahwa pengelola tempat pengungsian juga harus mengembangkan langkah untuk mencegah penyebaran percikan ludah dari batuk dan bersin. Ia mengatakan sulit untuk menerapkan jaga jarak di antara orang-orang yang tinggal di tempat pengungsian. Boks karton bisa digunakan sebagai partisi guna mencegah penyebaran percikan ludah. Namun orang-orang sebisa mungkin tidak menyentuh partisi tersebut guna menghindari penularan lewat kontak.

Kanbara juga menekankan pentingnya untuk sering mencuci tangan dan memakai cairan disinfektan. Perawatan khusus terutama diperlukan di tempat-tempat yang digunakan banyak orang, karena penularan bisa dengan mudah menyebar di tempat-tempat tersebut, seperti misalnya pada gagang pintu kamar mandi, sakelar, dan alat pegangan tangan.  

Kanbara juga mengatakan penting untuk mendisinfeksi dan mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh tempat-tempat tersebut. Ia mengatakan, penting bagi orang-orang untuk selalu menanamkan pikiran bahwa diri kita mungkin menjadi pembawa virus, dan bersikap hati-hati untuk tidak menyebarkan virus ke orang lain dengan mendisinfeksi tangan terutama sebelum menyentuh tempat-tempat tersebut.

Kanbara mengatakan produk disinfektan beralkohol harus ditempatkan di pintu masuk tempat pengungsian, dan di dekat pintu masuk kamar mandi agar orang-orang bisa sering mendisinfeksi tangan mereka. Ia menambahkan, orang-orang juga harus mendisinfeksi tangannya untuk barang-barang yang digunakan bersama dengan orang lain seperti misalnya pasokan bantuan dan persediaan.

Tulisan ini menggunakan informasi hingga tanggal 17 Juli.

Q63: "Mengenai percikan ludah yang dapat terus berada di udara di atas lantai tempat penampungan pengungsi"

Profesor Sekine Yoshika, pakar lingkungan dalam ruang dari Universitas Tokai mengawasi percobaan terkait percikan ludah yang dilakukan NHK. Dalam percobaan itu, tim NHK melakukan simulasi ruang tertutup tanpa ventilasi seperti tempat pengungsian darurat serta menaksir dampak percikan ludah yang keluar dari bersin atau batuk dalam lingkungan tertutup seperti itu.

Tim NHK menggunakan alat khusus untuk menciptakan jumlah percikan ludah yang serupa dengan yang dihasilkan oleh satu kali bersin dan mengamati videonya yang direkam dengan kamera definisi tinggi.

Video itu menunjukkan bahwa kebanyakan percikan ludah jatuh ke bagian spesifik lantai berjarak sekitar 1,5 meter. Video itu juga menunjukkan bahwa debu yang terpolusi dengan percikan ludah itu terbang dan mengambang di udara, saat orang-orang berjalan di lantai tersebut. Ketika udaranya sedikit tergerak oleh bersin atau batuk, debu terpolusi di lantai juga akan tertiup ke sekitar 20 sentimeter di atas lantai.

Profesor Sakine mengatakan beberapa ilmuwan telah melaporkan bahwa virus korona dapat bertahan untuk waktu lama, khususnya di permukaan mulus dengan friksi kecil seperti lantai sasana olahraga, yang kerap digunakan sebagai tempat penampungan sementara. Ia mengatakan penting untuk menangani masalah yang terkait percikan ludah ini saat mengevaluasi penggunaan fasilitas seperti itu.

Pakar pencegahan penyakit menular di tempat penampungan darurat Profesor Kanbara Sakiko dari Universitas Kochi, memperingatkan bahwa tidur di lantai bersama banyak orang dalam satu ruang penampungan dapat meningkatkan risiko penularan. Ia menganjurkan langkah pencegahan dengan tidur di atas ranjang darurat yang dibuat kardus untuk menjaga sedikit jarak dari lantai.

Q62: "Apa yang harus dilakukan saat berada di pengungsian"

Saat tinggal di pengungsian, prioritaskan untuk menghindari tempat tertutup, tempat ramai, dan kontak dekat. Berikut yang harus dilakukan. Jagalah ventilasi ruangan dengan baik, jaga jarak fisik sekitar dua meter dari satu sama lain, dan hindari percakapan dari jarak dekat.

Anda juga dapat duduk saling memunggungi daripada berhadapan dan membuat partisi kardus. Langkah-langkah ini akan membantu menghentikan Percikan ludah yang keluar dari batuk dan bersin menjangkau orang lain.

Hal lain yang Anda dapat lakukan adalah mencuci dan mendisinfeksi tangan Anda. Pastikan Anda mencuci dan mendisinfeksi tangan dengan gosokan alkohol sebelum makan dan setelah menggunakan kamar mandi. Lakukan hal yang sama setelah menyentuh sesuatu yang disentuh banyak orang yang tidak dikenal, seperti misalnya pegangan pintu dan selusur.

Saat menginap di pengungsian, periksa suhu tubuh dan cek kondisi badan sendiri secara teratur. Beritahukan pengelola tempat pengungsian saat Anda merasa ada yang aneh, sehingga Anda dan mereka dapat membahas apa yang sebaiknya dilakukan.

Penularan cenderung terjadi secara cepat di dalam tempat pengungsian selama masa bencana. Menyusul gempa dan tsunami 2011, puluhan orang tertular influenza di tempat pengungsian di Provinsi Iwate. Setelah gempa 2016 di Provinsi Kumamoto, orang-orang tertular influenza dan norovirus pada dan sekitar tempat pengungsian di Minami-Aso.

Tulisan ini berdasarkan pada data hingga 15 Juli.

Q61: "Apa yang harus dipersiapkan sebelum pergi ke tempat pengungsian"

Tempat pengungsian cenderung penuh dengan banyak orang kerika terjadi sebuah bahaya bencana yang mungkin terjadi dalam waktu dekat. Ini artinya ada risiko besar terjadi penyebaran infeksi. Ketika Anda mengunjungi sebuah tempat pengungsian, pastikan Anda membawa masker, disinfektan yang mengandung alkohol dan temometer pengukur suhu tubuh.

Jika Anda tidak memiliki masker, Anda dapat menggunakan handuk atau kain lap yang cukup besar untuk menutup mulut dan hidung Anda. Jika Anda tidak memiliki disinfektan yang mengadung alkohol, Anda dapat menggunakan tisu disinfektan. Di Jepang terjadi kekurangan masker dan sejumlah pemerinah daerah tidak memiliki stok yang cukup untuk para pengungsi. Jadi Anda sebaiknya membawa masker Anda.

Penting bagi Anda untuk selalu mengecek kondisi Anda sendiri untuk mencegah penyebaran infeksi. Seringlah mengukur temperatur Anda. Sejumlah indikator kemungkinan Anda terkena virus korona adalah demam, batuk, dan merasa sangat kelelahan.

Tulisan ini berdasarkan pada data hingga 14 juli.

Q60: "Apa yang harus diperhatikan ketika melakukan evakuasi ketika terjadi bencana?"

Jawaban dari NHK adalah virus korona dapat menyebar jika terlalu banyak orang tiba di pusat evakuasi bencana. Jadi sejak saat ini, akan menjadi penting bagi orang-orang di komunitas tersebut tidak hanya pergi ke pusat evakuasi yang ditetapkan, tetapi lokasi yang berbeda seperti rumah kerabat dan kenalan atau hotel. Anda juga dapat di rumah saja atau di mobil Anda.

Jika Anda memiliki kerabat atau teman yang tinggal di daerah aman yang dapat Anda andalkan. Anda harus mempertimbangkan tinggal bersama mereka agar pusat evakuasi tidak terlalu penuh.

Anda juga dapat mempertimbangkan untuk di rumah saja jika anda tinggal di lantai atas bangunan apartemen atau bangunan yang kokoh yang tidak berlokasi yang berbahaya seperti di dekat sungai, dataran rendah atau sisi gunung.

Tidur di mobil untuk sementara waktu juga merupakan sebuah pilihan, jika di daerah itu tidak berisiko banjir, atau di sisi gunung, atau di dekat bangunan runtuh. Dalam kasus ini, Anda harus memperhatikan secara rutin penggunaan dan sirkulasi kendaraan Anda.

Namun, jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai situasi di sekitar Anda, jangan ragu untuk pergi ke pusat evakuasi.

Tulisan ini menggunakan data hingga 13 Juli.

Q59: "Apakah kita bisa menggunakan disinfektan kain komersial untuk membersihkan tangan?"

Kami bertanya kepada dua produsen barang konsumen terkemuka, Kao Corporation dan Proctor & Gamble (P&G) Japan, yang memproduksi dan menjual disinfektan kain. Kedua perusahaan ini mengungkapkan bahwa para konsumen sebaiknya tidak menggunakan disinfektan kain untuk membersihkan tangan dan jari.

Kao menyebutkan bahwa produk-produk disinfektan dikembangkan sesuai dengan penggunaannya, dan disinfektan yang dikembangkan untuk kain sebaiknya tidak digunakan pada kulit.

P&G Japan menyatakan bahwa produk-produk disinfektan kain ditujukan untuk menghilangkan bau dan membunuh bakteri pada barang-barang kain di rumah tangga agar tetap segar. Perusahaan itu menambahkan bahwa produk-produk aerosol  yang dibuat untuk digunakan pada permukaan benda keras seperti gagang pintu dan meja sebaiknya tidak digunakan untuk tangan.

Informasi ini merujuk pada data hingga 10 Juli.

Q58: "Apakah kita bisa mengenakan pelindung wajah, yaitu pelindung transparan untuk wajah yang digunakan oleh dokter dan perawat, sebagai pengganti masker untuk mencegah penularan?"

Pelindung wajah digunakan untuk menutupi seluruh wajah. Tujuan utamanya adalah mencegah virus masuk ke tubuh melalui selaput mata. Para staf di institusi-institusi medis selalu mengenakan keduanya, masker dan pelindung wajah.

Kami bertanya kepada Profesor Sugawara Erisa dari Studi Pascasarjana Universitas Kedokteran Tokyo. Sugawara mengatakan bahwa pelindung wajah, seperti juga masker kain, berguna saat orang-orang berbicara dalam jarak dekat karena dapat mencegah pemakainya menyebarkan percikan ludah atau lainnya kepada lawan bicara.

Meskipun demikian, ia mengungkapkan bahwa pelindung wajah tidak cukup untuk melindungi pemakainya dari penularan. Sugawara menyebutkan bahwa pelindung wajah efektif dalam mencegah pemakainya menyentuh hidung atau mulut dengan tangan, tetapi tidak dapat menghalangi virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut.

Profesor Sugawara mengungkapkan bahwa saat menggunakan pelindung wajah, hindari menyentuh permukaan luar yang mungkin terkontaminasi virus. Kita harus mengelap pelindung wajah dengan alkohol atau mencucinya dengan sabun setelah menggunakannya.

Sugawara juga menambahkan bahwa cara paling efektif untuk mencegah penularan adalah meminimalisasi kontak personal dan sering mencuci tangan.

Informasi ini merujuk pada data hingga 9 Juli.

Q57: "Sejumlah orang menggunakan masker tanpa menutupi hidungnya. Bagaimana pendapat para pakar?"

Tujuan utama menggunakan masker adalah mencegah penyebaran percikan cairan dari saluran penapasan dan untuk menghalangi percikan ludah orang yang terinfeksi. Jika hidung Anda terbuka, percikan ludah dari bersin dapat tersebar. Juga, ketika seseorang berhapas, 90 persen dari udara yang dihirup melalui hidung, jadi risiko infeksi akan meningkat jika Anda tidak menutupi hidung.

Ketika Anda melepas masker, Anda harus memastikan menjaga jarak yang cukup. Disebutkan bahwa percikan cairan dari saluran pernapasan dapat menyebar hingga sekitar dua meter. Sebagai langkah untuk mencegah sengatan panas, Kementerian Kesehatan Jepang merekomendasikan agar melepas masker ketika jarak Anda dengan orang lain setidaknya dua meter.

Pakar penyakit menular dari Sakamoto Fumie, dari Rumah Sakit Internasional St. Lukes di Jepang menjelaskan orang-orang tidak perlu menggunakan masker setiap saat, tetapi hanya ketika dibutuhkan. Sakamoto mengatakan terus menggunakan masker akan memicu risiko terkena sengatan panas.

Memilih bahan masker juga penting, terutama di musim panas. Banyak orang  membuat sendiri maskernya dengan menggunakan berbagai material. Organisasi Kesehatan Dunia WHO memberikan informasi mengenai perbedaan tipe bahan masker yang mudah untuk bernapas dan memiliki fungsi filter yang efektif dengan kemampuan material yang dapat menyaring percikan ludah.

WHO menyebutkan kain nylon memiliki kemampuan menyaring percikan yang efesien, tetapi menyulitkan untuk bernapas. Kain katun yang digunakan untuk kasa memudahkan bernapas tetapi memiliki kemampuan penyaringan yang rendah. WHO mengatakan kain katun seharusnya dikombinasikan dengan material lainnya yang meningkatkan kemampuan penyaringannya.

Sebuah kelompok yang terdiri dari para dokter anak mengatakan anak-anak di bawah usia dua tahun tidak seharusnya menggunakan masker, karena risiko kekurangan napas.

Sakamoto dari Rumah Sakit Internasional St.Lukes mengatakan langkah-langkah pencegahan yang mendasar bukan hanya menggunakan masker, tetapi juga mencuci tangan Anda, menghindari tempat tertutup dan ramai serta melakukan kontak jarak dulu.

Tulisan ini menggunakan data hingga 8 Juli.

Q56: "Bagaimana cara mencuci masker kain?"

Pemerintah Jepang telah membagi-bagikan masker kain dan menyatakan bahwa masker ini bisa digunakan berulang kali.

Poin penting dalam mencuci masker kain adalah jangan menguceknya. Kementerian Kesehatan Jepang menyebutkan bahwa kita harus merendam masker kain terlebih dahulu di dalam baskom dengan air dan detergen selama sekitar sepuluh menit. Jumlah detergen yang digunakan tergantung pada produknya, tetapi secara umum dibutuhkan 0,7 gram, atau sekitar setengah sendok kecil, untuk tiap dua liter air.

Setelah direndam, cuci masker dengan menekannya perlahan-lahan menggunakan tangan. Bilas masker secara menyeluruh dengan menggunakan air saja di dalam baskom.

Jika ingin menggunakan