Laporan itu, yang juga dikenal dengan buku putih diterbitkan pada Juli. Laporan tersebut merangkum aktivitas dan kapabilitas Kementerian Pertahanan dan Pasukan Bela Diri (SDF), juga menilik isu dan konflik internasional.
Di bagian teratas daftar itu adalah bab baru untuk invasi Rusia ke Ukraina. Buku putih tersebut menggambarkannya sebagai "sebuah pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan piagam PBB".
Laporan itu juga menyebutkan, "Sebuah upaya unilateral untuk mengubah status quo dengan menggunakan kekerasan telah mengguncang fondasi tatanan internasional, tidak hanya di Eropa, tetapi juga di Asia".
Penyusun laporan itu memperkirakan Rusia mengalami kerugian militer yang besar. Laporan tersebut menyatakan penurunan kekuatan negara itu tampaknya akan mengarah ke perubahan hubungan militernya dengan sejumlah wilayah bertetangga.
Cina dan Rusia makin dekat
Menurut laporan tersebut, Rusia mungkin memperkuat kerja sama dengan Cina untuk menghadapi Amerika Serikat (AS). Hubungan yang lebih erat antara Moskwa dan Beijing, yang ditempa dengan kesamaan kepentingan keamanan, merupakan sumber kekhawatiran bagi Jepang.
Manuver militer di sekitar Jepang akhir-akhir ini menggarisbawahi kekhawatiran tersebut. Manuver itu termasuk laporan aktivitas bersama di laut dan udara oleh Rusia dan Cina, yang melibatkan kapal perang yang melintas dekat perairan Jepang dan pesawat pembom yang terbang di dekat kepulauan Jepang.
Kekhawatiran meningkat atas Taiwan
Dalam laporan itu terdapat sejumlah rujukan ke Taiwan, menekankan ketegangan yang meningkat antara pemimpin Cina dengan pemerintahan Taiwan, juga dukungan AS terhadap wilayah tersebut.
Presiden Cina Xi Jinping mengindikasikan bahwa ia tidak akan mengesampingkan upaya menyatukan Taiwan dengan menggunakan kekuatan. Keunggulan militer Beijing bertambah, menurut laporan pertahanan itu.
Laporan tersebut menyoroti keunggulan letak geografis Taiwan. Disebutkan, "Taiwan terletak sangat dekat dengan kepulauan kita di barat daya dan hanya sekitar 110 kilometer dari Pulau Yonaguni, pulau kecil kita di wilayah paling barat".
Laporan itu juga menggambarkan, "Taiwan terletak di persimpangan Laut Cina Selatan, Selat Bashi, dan Laut Cina Timur, menghadap ke jalur laut penting Jepang. Dengan kondisi tersebut, stabilitas situasi di sekeliling Taiwan tidak hanya penting untuk keamanan Jepang, tetapi juga untuk stabilitas komunitas internasional".
Laporan tersebut menekankan bahwa serangan Cina ke Taiwan adalah kemungkinan yang nyata dan bahkan menggambarkan bagaimana serangan itu kemungkinan akan dilakukan.
Pertama, militer Cina akan dikerahkan dalam jumlah besar di sepanjang pesisir pantai dengan dalih melakukan latihan dan menyebarkan informasi palsu guna menimbulkan kepanikan di antara warga Taiwan.
Tahap kedua melibatkan serangan rudal dan siber ke fasilitas penting Taiwan dan di tahap ketiga atau terakhir, pasukan Cina akan mendarat.
Ini merupakan pertama kalinya pemerintah Jepang memasukkan skenario seperti itu dalam dokumen tahunannya.
Cina mengecam isi laporan tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin dalam sebuah konferensi pers mengatakan, "Buku putih pertahanan Jepang telah menuduh dan menodai kebijakan pertahanan, pengembangan ekonomi pasar, dan aktivitas legal maritim Cina."
Ia mengatakan laporan itu melebih-lebihkan apa yang disebut sebagai ancaman Cina dan mencampuri urusan dalam negeri Cina terkait Taiwan.
Pertahanan Jepang diperkuat
Pemerintah Jepang merencanakan perubahan besar sektor pertahanannya.
Jepang akan merevisi tiga dokumen utama terkait pertahanan, termasuk revisi pertama atas dokumen Strategi Keamanan Nasional yang telah ditulis pada 2013.
Pemerintah juga hendak membahas cara memperkuat kapabilitas pertahanan Jepang, dengan menekankan kebutuhan untuk melakukan apa yang disebut "kemampuan serangan balik" guna menghantam kembali musuh saat terjadi serangan rudal terhadap Jepang.
Buku putih itu mengisyaratkan kenaikan anggaran pertahanan sebagai hal yang dibutuhkan, dengan menyajikan perbandingan internasional atas anggaran pertahanan nasional di antara negara-negara maju.
Anggaran pertahanan Amerika Serikat adalah 3,12 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Di Korea Selatan angka tersebut berada di 2,57 persen. Di Jepang, kurang dari 1 persen.
Partai berkuasa utama, Partai Demokratik Liberal (LDP), menyerukan peningkatan anggaran pertahanan dengan target lebih dari dua persen dari PDB. Pembicaraan terkait hal itu sepertinya akan segera dimulai.