Kerabat Korban Penculikan Kirim Pesan Ke Kim Jong Un

Para keluarga warga Jepang korban penculikan agen Korea Utara merilis pesan baru kepada pemimpin Kim Jong Un. Mereka mengatakan tidak akan menentang bantuan kemanusiaan jika Korea Utara memulangkan semua korban penculikan untuk kembali ke Jepang selama orang tua korban masih hidup.

Kelompok kerabat korban penculikan itu untuk pertama kalinya menyebutkan tentang bantuan kemanusiaan dalam pesan untuk pemimpin Korea Utara. Dua pesan sebelumnya dikeluarkan pada 2019 dan 2021.

Pesan itu menyatakan bahwa kelompok tersebut tidak akan keberatan apabila pemerintah Jepang memberikan bantuan kemanusiaan kepada Korea Utara jika negara itu memulangkan para korban penculikan sewaktu orang tua korban masih hidup.

Pesan tersebut juga mengusulkan agar Tokyo dan Pyongyang bekerja sama untuk menyelesaikan berbagai isu kemanusiaan.

Dokumen itu menyerukan agar pemimpin Korea Utara setuju untuk bertemu dengan mitranya dari Jepang sesegera mungkin, dan memulangkan para korban penculikan secepatnya.

Anggota kelompok kerabat tersebut beserta para pendukungnya bertemu di Tokyo pada Minggu (26/02/2023). Mereka membahas cara untuk mencapai resolusi cepat atas isu tersebut, mengingat orang tua korban penculikan yang makin menua. Beberapa orang tua korban penculikan telah meninggal tanpa bertemu kembali dengan anak-anak mereka.

Ketua kelompok itu, Yokota Takuya, mengatakan kebebasan para korban penculikan telah dirampas selama puluhan tahun. Ia menyebutkan bahwa aksi Korea Utara yang melanggar prinsip kemanusiaan dan hak asasi manusia tersebut tidak boleh ditoleransi.

Ia mendesak pemerintah Jepang agar menggelar pertemuan puncak bilateral sesegera mungkin untuk memulangkan para korban penculikan yang masih tersisa. Ia menambahkan bahwa mereka tidak akan menyerah dan akan terus bersuara. Kakak perempuan Yokota, Megumi, diculik 46 tahun lalu saat berusia 13 tahun.

Pemerintah Jepang menyatakan bahwa agen Korea Utara menculik setidaknya 17 warga negaranya pada 1970-an dan 1980-an. Keberadaan 12 korban penculikan belum diketahui.